• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatau tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Walaupun tidak semua perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar umumnya disertai perubahan tingkah laku.76

Berdasarkan Tes Hasil Belajar (THB) yang telah dilaksanakan dengan menggunakan instrumen tes hasil belajar berjumlah 31 soal yang mana dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu 15 soal pada siklus I dan 16 soal pada siklus II, soal tersebut diberikan setelah kegiatan belajar mengajar pada tiap siklus. Berdasarkan tabel 4.3 terlihat bahwa pada siklus I dari 32 orang siswa terdapat

75 Ibid. h.49 76

11 orang siswa yang tidak tuntas, yaitu siswa nomor 4, 9, 12, 13, 19, 20, 22, 25, 29, 30, dan 32, yang masing-masing hanya mendapatkan nilai 53, 27, 53, 47, 47, 40, 33, 53, 47, 33, dan 27 yang berada di bawah nilai 60 yang menunjukkan bahwa siswa tersebut tidak tuntas. Penyebab ketidaktuntasan dikarenakan siswa tersebut melakukan aktivitas di luar pembelajaran seperti bermain dalam melaksanakan tugas kelompok, berbicara di luar konteks pembelajaran, kurang memperhatikan penjelasan dari guru, dan kurang aktif dalam menanyakan sesuatu yang belum dipahami. Faktor lain juga karena model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) yang diterapkan peneliti merupakan model pembelajaran yang baru bagi siswa, sehingga siswa masih belum terbiasa dengan pembelajaran tersebut.

Ketidaktuntasan siswa tersebut, sebenarnya memiliki hubungan dengan rendahnya aktivitas siswa dalam berpendapat dan menanyakan hal-hal yang dianggap sukar yaitu dengan hasil rata-rata sebesar 7.42%. Pada siklus I sebesar 6.72% dan siklus II sebesar 8.12%. Perolehan hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa guru belum maksimal mengelola pembelajaran dan memberdayakan kemampuan berpikir siswa, khususnya pada siklus I.

Kegiatan pembelajaran di kelas sikap dan kebiasaan belajar siswa sangat penting. Sikap siswa dalam proses pembelajaran itu sangat penting karena aktivitas belajar siswa banyak ditentukan oleh sikap siswa ketika memulai kegiatan belajar. Ketika siswa memiliki sikap menerima dalam belajar, maka ia akan cenderung untuk berusaha dalam kegiatan belajar dengan

baik, namun apabila yang lebih dominan itu sikap menolak maka siswa tersebut cenderung kurang memperhatikan atau mengikuti kegiatan pelajaran.77 Seperti yang telah dikemukakan di atas siswa melakukan aktivitas yang tidak sesuai dengan pembelajaran dan berpengaruh pada hasil belajar siswa. Selain sikap belajar siswa faktor lain adalah kebiasaan belajar siswa. Kebiasaan belajaran adalah prilaku seseorang yang telah tertanam dalam waktu yang relatif lama sehingga mempunyai ciri terhadap aktivitas belajar yang dilakukannya.78 Seperti yang telah dikemukakan pada latar belakang bahwa siswa banyak berperan sebagai pendengar dan pencatat pelajaran, kebiasaan belajar siswa seperti itu relatif lama sehingga perpengaruh terhadap aktivitas siswa di dalam kelas ketika diterapkan model pembelajaran baru.

Berdasarkan hasil dari siklus I, maka guru dan pengamat bersama melakukan refleksi untuk memperbaiki proses pembelajaran, menyelesaikan masalah-masalah pada siklus I dan mengevaluasi hal-hal yang terjadi di dalam kelas sehingga pada siklus II semua masalah tersebut dapat diatasi dengan baik. Pada tahap refleksi, segala pengalaman, pengetahuan, dan teori pembelajaran yang dikuasai dan relevan dengan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan menjadi pertimbangan sekaligus pembanding sehingga dapat ditarik kesimpulan yang mantap dan sahih. Proses refleksi memegang peran yang sangat penting dalam menentukan suatu keberhasilan PTK. Dengan suatu refleksi yang tajam

77 Aunurrahman, Belajar Dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2010, h,178-179 78

dan terpercaya, akan diperoleh masukkan yang sangat berharga dan akurat bagi penentuan langkah selanjutnya.79

Guru berusaha mengantisipasi segala kekurangan yang ada pada siklus I dan mencoba memperbaiki segala kekurangan tersebut pada siklus II, siswa yang tidak tuntas dalam pembelajaran perlu lebih mendapatkan perhatian dan dituntun untuk lebih aktif dalam pembelajaran, seperti memintanya untuk aktif dalam berpendapat dan menanyakan hal-hal yang dianggap sukar, mempresentasikan hasil kerja kelompok, menanggapi presentase atau merespon jawaban temannya. Hal ini dilakukan guru agar siswa berperan aktif dalam KBM.

Hasil belajar adalah bentuk perubahan tingkah laku pada seseorang, misalnya tidak tahu menjadi tahu, dan tidak mengerti menjadi mengerti.80 Hasil belajar juga merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik, bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.81 Oleh karena itu, keaktifan siswa dalam pembelajaran pada siklus II mampu meningkatkan hasil belajar secara maksimal serta membawa perubahan yang lebih baik.

Hasil belajar siswa pada siklus II, menunjukkan bahwa masih terdapat 4 orang siswa yang tidak tuntas yaitu siswa nomor 9, 12, 19, dan 32, walaupun nilainya meningkat dari siklus I tetapi tidak mencapai standar ketuntasan

79Herawati Sosilo, dkk, Penelitian Tindakan Kelas sebagai Sarana Pengembangan Keprofesionalan Guru dan Calon Guru, Malang : Bayumedia Publishing, 2009, h. 16.

80Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Bandung: Bumi Aksara, 2006, h.45. 81

individu. Menurut peneliti ketidaktuntasan siswa tersebut dipengaruhi oleh faktor dari murid atau anak itu sendiri, di mana setiap anak memiliki kondisi yang berbeda-beda seperti: kurangnya minat atau rasa ingin tahu terhadap pembelajaran yang diajarkan, sehingga mereka cenderung malas mengerjakan tugas yang diberikan guru. Dari hasil observer yang peneliti ketahui siswa tersebut memang kurang cepat dalam memahami pelajaran bukan pelajaran biologi saja pelajaran lain juga kurang. Kurangnya minat siswa dalam belajar atau kurang cepatnya siswa dalam memahami pelajaran dipengaruhi oleh kondisi fisiologis dalam diri siswa tersebut. Secara umum kondidsi fisiologis seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan cape, dan sebagainya akan sangat membantu dalam proses pembelajaran dan hasil belajar. Anak yang kekurangan gizi misalnya, ternyata kemampuan belajarnya berada dibawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi, biasanya cepat lelah dan cape, mudah mengantuk dan akhirnya tidak mudah dalam menerima pelajaran.82

Hasil belajar pada siklus II secara keseluruhan, mengalami peningkatan rata-rata kelas yaitu pada siklus I sebesar 62.4 sedangkan pada siklus II sebesar 77.0 atau meningkat dari siklus I sebesar 14.6. Kemudian persentase ketuntasan klasikal pada siklus I sebesar 65.6% sedangkan pada siklus II sebesar 87.5% atau meningkat dari siklus I sebesar 21.9% (Gambar 4.3), sehingga berkaitan dengan aktivitas siswa pada siklus II dalam hal

82 Abu Ahmadi dan Joko Prasetya, Strategi Belajar dan Mengajar (SBM), Bandung, Pustaka Setia, 1997, H. 103.

keaktifan dalam berpendapat dan menanyakan hal-hal yang dianggap sukar yaitu 8.12%.

Hasil belajar telah mencapai standar nilai ketuntasan yang ditetapkan sekolah dapat dilihat pada ketuntasan klasikal sebesar 87,5%. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik dalam pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) sudah cukup baik. Kegiatan melakukan pengamatan yang tidak pernah dilakukan dalam pembelajaran IPA sebelumnya, membuat peserta didik mempunyai keingintahuan yang besar untuk mempelajarinya sehingga hasil belajar peserta didik dapat ditingkatkan. Materi pelajaran akan lebih mudah dipelajari, dipahami, dihayati dan diingat dalam waktu yang relatif lama bila siswa sendiri memperoleh pengalaman langsung dari peristiwa belajar tersebut melalui pengamatan.83

Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada awal pembelajaran guru memberikan motivasi dan menggali pengetahuan awal siswa yang berhubungan dengan materi yang akan dibahas hal ini dilakukan agar siswa lebih siap menghadapi bahan pelajaran sehingga siswa menjadi mempunyai rasa ingin tahu yang kuat terhadap materi yang akan dibahas. Dalam kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray

83Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan(KTSP), Jakarta: Bumi Aksara, 2010, h. 150

(TSTS) siswa tidak hanya mendengarkan ceramah dari guru saja tetapi siswa juga berperan aktif dalam proses belajar mengajar. Siswa belajar secara berkelompok membuat mereka bisa belajar bersama dan saling memberikan jawaban dan pendapat terhadap tugas atau LKPD yang diberikan oleh guru, siswa belajar untuk mengungkapkan pendapat kepada siswa lain, dan siswa dalam kelompoknya mendapat informasi sekaligus dari kelompok yang berbeda. Hal ini sesuai dengan tujuan pembelajaran kooperatif yang menekankan aktivitas siswa untuk bekerja secara berkolaborasi, dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar kelompoknya serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk brinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajarn kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru.84Dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tak mudah dilupakan anak.85

Tujuan penelitian ini bukan semata-mata hanya untuk meningkatkan hasil belajar siswa saja, disamping itu agar siswa dapat memahami kebesaran serta mensyukuri segala nikmat yang diberikan Allah. Selain dalam bentuk transfer pengetahuan materi gerak pada tumbuhan, guru juga berusaha mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam kandungan ayat-ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan materi yang diajarkan.

84 Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif –Progresif, Jakarta: kencana, 2010, h. 57-58

85

Setiap makhluk hidup (organisme) mampu menerima dan menanggapi rangsangan yang disebut iritabilitas, salah satu bentuk tanggapan yang umum dilakukan berupa gerak. Gerak adalah perubahan posisi tubuh atau perpindahan yang meliputi seluruh atau sebagian dari tubuh sebagai respon yang diberikan terhadap rangsangan dari lingkungan dan akibat adanya pertumbuhan.

Gerak merupakan salah satu ciri makhluk hidup yang bertujuan untuk melaksanakan kegiatan hidupnya. Gerak yang terjadi pada tumbuhan berbeda dengan gerak yang dilakukan oleh hewan dan manusia. Gerak pada tumbuhan bersifat pasif, artinya tidak memerlukan adanya perpindahan tempat (tetap berada di tempat tumbuhnya), namun gerak dapat terjadi karena adanya pengaruh rangsangan (stimulus).86

Mekanisme gerak pada tumbuhan bukanlah struktur yang tanpa fungsi atau yang terbentuk secara kebetulan. Allah telah menciptakan struktur ini dengan sempurna agar manusia dapat mengetahui tanda-tanda kebesaran-Nya, dan agar manusia dapat mengambil pelajaran dari reaksi yang terjadi pada tumbuhan. Seperti firman Allah QS An-Nahl ayat 13:





























86Istamar Syamsuri, dkk, IPA BIOLOGI untuk SMP kelas VIII, Jakarta: Erlangga, 2006, h.161.

“Dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini dengan berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran”. (Q.S. An-Nahl:13)

Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan, maksudnya mengendalikan apa yang Dia ciptakan dimuka bumi ini untuk kalian semua.87 Beradasarkan ayat di atas, Allah SWT menciptakan bermacam-macam mahkluk hidup di muka bumi ini, salah satunya termasuk tumbuh-tumbuhan, semua agar dapat dimanfaatkan oleh manusia dan menjaga keseimbangan alam. Semua pergerakan tumbuhan tunduk atas perintah Allah SWT. Dan Allah SWT juga telah menjelaskan bagaimana tumbuhan itu diciptakan selain untuk dimanfaatkan dengan dipelajari dan ditelaah tentang bagaimana proses tumbuhnya tumbuhan, juga tentang gerak yang dilakukan oleh tumbuhan itu sendiri atas perintah Allah SWT. Semua itu merupakan tanda-tanda (kekuasaan Allah SWT) bagi orang-orang yang berpikir dan mengambil pelajaran.

87

Dokumen terkait