• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

D. Pembahasan

4. Aktivitas siswa

Pengamatan aktivitas siswa terhadap pembelajaran Think-Pair-

Square telah dilaksanakan di kelas XI Akuntansi 1 SMKN 1 Depok.

Berikut adalah pembahasan aktivitas siswa selama tiga pertemuan. a. Pertemuan Pertama

Pada pertemuan pertama persentase aktivitas siswa tergolong tinggi yakni 69,097%. Walaupun demikian ada beberapa indikator yang tidak terlaksana 100%. Pada pertemuan pertama indikator yang terlaksana 100% adalah indikator 1, 4, 8, 9 dan 10. Sedangkan untuk indikator 2 dan 11 ada tiga siswa yang tidak melaksanakan. Ketika siswa mengamati pekerjaan teman di depan kelas (indikator 2) S3 dan S4 dari kelompok putih asyik dengan kesibukannya sendiri dan S2 dari kelompok Oranye bermain

gadged dan tidur-tiduran. Selain itu, ketika siswa mengerjakan

LKS dalam kelompok (indikator 11) S1, S2, S3 dari kelompok Hijau menunggu penyelesaian soal yang dikerjakan S3. Untuk indikator 3 ada enam belas siswa yang tidak melaksanakan, hal ini dikarenakan masih banyak siswa yang belum berani bertanya kepada guru jika mengalami kesulitan dan cenderung mencari

jawaban sendiri atau hanya berdiam diri menunggu jawaban dari teman kelompok.

Untuk indikator 6 ada enam belas siswa yang tidak melaksanakan, hal ini dikarenakan masih banyak siswa yang belum berani menyampaikan pendapat ketika ada teman yang sedang presentasi. Untuk indikator 7 ada tiga belas siswa yang tidak melaksanankan, hal ini dikarenakan proporsi pertanyaan yang diajukan guru tidak bisa mencakup seluruh siswa dan karena waktu yang terbatas sehingga guru hanya mengajukan pertanyaan kepada beberapa siswa. Untuk indikator 5 dan 12 ada delapan belas siswa yang tidak melaksanakan karena memang siswa yang mendapat kesempatan untuk menuliskan jawaban kelompok (indikator 12) dan menjelaskan jawaban kelompok (indikator 5) kepada teman- teman hanya perwakilan dua orang tiap kelompok.

b. Pertemuan Kedua

Pada pertemuan kedua persentase aktivitas siswa tergolong tinggi yakni 63,194%. Walaupun demikian ada beberapa indikator yang tidak terlaksana 100%. Pada pertemuan kedua indikator yang terlaksana 100% adalah indikator 1 dan 11. Untuk indikator 2 ada tujuh siswa yang tidak melaksanakan yakni ketika siswa mengamati pekerjaan teman di dapan kelas S1, S2, S3, dan S4 dari kelompok Merah Muda tidak memperhatikan, S1 dan S3 dari kelompok Kuning sibuk mencatat pekerjaan teman di papan tulis,

sedangkan S1 dari kelompok hijau tampak kurang berkonsentrasi. Untuk indikator 3 ada tiga belas siswa yang tidak melaksanakan. Siswa masih belum berani untuk mengajukan pertanyaan ketika menemukan kesulitan. Namun pada pertemuan kedua siswa mulai berani mengajukan pertanyaan karena terjadi peningkatan aktivitas siswa pada indikator 3 meskipun peningkatan yang terjadi tidak signifikan.

Untuk indikator 4 yakni melakukan diskusi secara berpasangan atau berempat ada empat siswa yang tidak melaksanakan. S1 dan S2 tidak aktif ketika diskusi berlangsung sedangkan S3 dan S4 cenderung bekerja sendiri. Empat siswa itu berasal dari kelompok hijau. Untuk indikator 5 ada sembilan belas siswa yang tidak melaksanakan karena memang siswa yang mendapat kesempatan untuk menjelaskan jawaban kelompok hanya perwakilan satu orang tiap kelompok. Untuk indikator 6 ada sembilan belas siswa yang tidak melaksanakan hal ini dikarenakan masih banyak siswa yang belum berani menyampaikan pendapat ketika ada teman yang sedang presentasi. Faktor lain seperti tidak memperhatikan saat teman sedang presentasi membuat siswa tidak dapat memberikan komentar atau tanggapan terhadap penampilan teman yang telah mempresentasikan hasil kerja kelompok.

Untuk indikator nomor 7 ada lima belas siswa yang tidak melaksanakan, hal ini dikarenakan proporsi pertanyaan yang

diajukan guru tidak bisa mencakup seluruh siswa dan karena waktu yang terbatas sehingga guru hanya mengajukan pertanyaan kepada beberapa siswa. Untuk indikator 8 ada enam siswa yang tidak melaksanakan yakni ketika siswa mendengarkan penyajian materi yang disampaikan guru S1 dari kelompok Putih sibuk melakukan hal yang tidak berkaitan dengan pelajaran dan S1 dari kelompok Putih juga berbicara dengan S3 teman dalam kelompoknya. S1 dari kelompok Oranye mengajak siswa dari kelompok lain untuk bercerita dan S2 dari kelompok Oranye melamun saat guru menjelaskan materi. Selain itu, ketika guru menjelaskan materi S3 dan S4 dari kelompok Merah Muda masih terus mencatat dan tidak fokus mendengarkan.

Untuk indikator 9 ada satu siswa yang tidak melaksanankan yakni S1 dari kelompok hijau karena S1 terkadang mengantuk ketika mendengarkan pendapat teman saat diskusi berlangsung. Untuk indikator 10 ada tiga siswa yang tidak melaksanakan yakni ketika siswa mencatat hal-hal penting saat pembelajaran berlangsung, S2 dan S4 dari kelompok Hijau serta S2 dari kelompok Oranye cenderung hanya melihat slide tanpa mencatat. Untuk indikator 12 ada Sembilan belas siswa yang tidak melaksanakan melaksanakan karena memang siswa yang mendapat kesempatan untuk mennuliskan jawaban kelompok hanya perwakilan satu orang tiap kelompok.

c. Pertemuan Ketiga

Pada pertemuan ketiga persentase aktivitas siswa tergolong tinggi yakni 63,893%. Walaupun demikian ada beberapa indikator yang tidak terlaksana 100%. Pada pertemuan ketiga indikator yang terlaksana 100% adalah indikator 1, 8, 9 dan 10. Untuk indikator 2 ada empat siswa yang tidak melaksanakan karena S4 yang berasal dari kelompok Kuning mengajak 3 teman kelompoknya untuk bercerita ketika ada teman lain yang sedang presentasi. Untuk indikator 3 ada dua puluh satu siswa yang tidak melaksanakan hal ini dikarenakan masih banyak siswa yang belum berani bertanya kepada guru jika mengalami kesulitan dan lebih cenderung mencari jawaban sendiri. Untuk indikator 4 ada tiga siswa yang tidak melaksanakan yakni ketika siswa melakukan diskusi secara berpasangan atau berempat, S1 dari kelompok Merah kurang aktif dan terkadang mengantuk. Sedangkan S1 dan S2 dari kelompok Hijau lebih banyak mendengarkan (diam) ketika diskusi berlangsung.

Untuk indikator 6 ada dua puluh siswa yang tidak melaksanakan, karena siswa masih belum berani menyampaikan pendapat ketika ada teman yang sedang presentasi dan cenderung hanya diam. Untuk indikator 7 ada empat belas siswa yang tidak melaksanakan hal ini dikarenakan proporsi pertanyaan yang diajukan guru tidak bisa mencakup seluruh siswa dan karena waktu

yang terbatas sehingga guru hanya mengajukan pertanyaan kepada beberapa siswa. untuk indikator 11 hanya ada satu siswa yang tidak melaksanakan yakni S1 dari kelompok Merah karena S1 cenderung menunggu jawaban dari teman kelompoknya. Untuk indikator 5 dan 12 ada dua puluh satu siswa yang tidak melaksanakan karena memang siswa yang mendapat kesempatan untuk menuliskan jawaban kelompok (indikator 12) dan menjelaskan jawaban kelompok (indikator 5) kepada teman-teman hanya perwakilan dua orang tiap kelompok.

Dari beberapa pembahasan di atas terdapat beberapa kendala yang menonjol diantaranya masih rendahnya keberanian siswa dalam menyampaikan pendapat atau tanggapan kepada teman yang sedang presentasi. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, hal ini disebabkan karena siswa tidak dibiasakan menjelaskan pekerjaan di depan kelas dan siswa juga tidak dibiasakan untuk menyampaikan tanggapan atau pendapat jika ada teman mengerjakan soal di depan kelas. Selain itu proporsi pertanyaan yang diajukan guru tidak bisa mencakup seluruh siswa dan karena waktu yang terbatas sehingga guru hanya mengajukan pertanyaan kepada perwakilan beberapa siswa.

Rendahnya kesadaran siswa untuk bertanya kepada guru juga menjadi kendala yang cukup menghambat aktivitas siswa dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara siswa cenderung mencari jawaban sendiri ketika menemukan kesulitan daripada bertanya kepada

guru karena siswa menganggap bahasa yang digunakan guru terlalu baku dan membuat siswa cukup kesulitan dalam memahami penjelasan yang diberikan. Selain itu soal LKS yang diberikan terbatas sehingga tidak semua siswa mendapat kesempatan untuk menuliskan dan menjelaskan jawaban kelompok di depan kelas.

Meskipun terdapat beberapa kendala pada pelaksanaannya, namun aktivitas siswa pada tiap pertemuan termasuk baik. Hal ini juga diperkuat berdasarkan analisis lembar aktivitas siswayang menunjukan persentase aktivitas siswa pada tiap pertemuan termasuk dalam kategori tinggi.

Dari uraian di atas diperoleh hasil bahwa minat belajar siswa termasuk dalam kategori tinggi, 75% hasil belajar siswa mencapai nilai KKM, keterlaksanaan pembelajaran Think-Pair-Square termasuk dalam kategori sangat tinggi pada tiap pertemuan, dan aktivitas siswa termasuk dalam kategori tinggi pada tiap pertemuan. Sehingga berdasarkan tabel 3.10 dapat dikatakan bahwa model pembelajaran

Think-Pair-Square efektif ditinjau dari minat belajar, hasil belajar,

keterlaksanaan pembelajaran, dan aktivitas siswa.

E. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yaitu:

1. Waktu yang terbatas sehingga peneliti tidak melakukan obeservasi mendalam terhadap situasi dan kondisi setiap subyek penelitian.

2. Efektivitas pembelajaran Think-Pair-Square hanya ditinjau dari minat belajar, hasil belajar, keterlaksanaan pembelajaran Think-Pair-Square, dan aktivitas siswa. Tentunya masih banyak faktor lain yang mempengaruhi efektivitas pembelajaran misalnya gaya belajar siswa, lingkungan sekitar, dll.

3. Siswa belum terbiasa menyampaikan pendapat atau tanggapan ketika ada teman lain yang mempresentasikan hasil kerja kelompok sehingga tidak semua indikator pada lembar aktivitas siswa terlaksana secara maksimal.

4. Waktu yang terbatas sehingga guru belum mampu memberikan pertanyaan secara merata ke seluruh siswa. Hal ini tentu mengakibatkan tidak semua siswa mendapat kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan.

5. Siswa yang mengikuti uji coba angket minat belajar tidak memiliki karakteristik yang cukup sama dengan subyek penelitian, dimana siswa yang mengikuti uji coba angket minat belajar jarang melakukan diskusi kelompok seperti yang dilakukan pada subyek penelitian.

102 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Think-Pair-Square efektif karena hasil analisis angket minat belajar siswa menunjukkan bahwa modus kategori minat belajar siswa berdasarkan tiap pernyataan adalah tinggi. Hal ini berarti bahwa sebagian besar siswa memiliki minat belajar yang tinggi pada pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Think-Pair-Square. Hasil ini juga diperkuat berdasarkan hasil wawancara tanggapan siswa yang menunjukkan respon positif setelah belajar matematika menggunakan model pembelajaran Think-Pair-Square.

Berdasarkan hasil analisis tes hasil belajar pada tabel 4.8 ada 18 siswa dari 24 siswa yang hasil belajarnya mencapai nilai minimal 76,00. Nilai ini merupakan nilai KKM yang ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran matematika. Sedangkan hasil belajar dari 6 siswa lainnya belum mencapai KKM. Ini berarti persentase siswa yang mencapai nilai KKM sebesar 75%.

Hasil pengamatan terhadap pembelajaran Think-Pair-Square menunjukkan bahwa pembelajaran Think-Pair-Square telah terlaksana dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan persentase keterlaksanaan pembelajaran yang termasuk dalam kategori sangat tinggi pada tiap

pertemuan, yakni 95,652% pada pertemuan pertama, 95,652% pada pertemuan kedua, dan 100% pada pertemuan ketiga.

Meskipun tidak semua indikator aktivitas siswa terlaksana 100% pada tiap pertemuan, namun aktivitas siswa pada tiap pertemuan termasuk baik. Hal ini juga diperkuat berdasarkan analisis lembar aktivitas siswa yang menunjukan persentase aktivitas siswa pada tiap pertemuan termasuk dalam kategori tinggi yakni 69,097% pada pertemuan pertama, 63,194% pada pertemuan kedua, dan 64,893% pada pertemuan ketiga.

B. Saran

1. Bagi Guru

a. Guru dapat mencoba menggunakan model pembelajaran Think- Pair-Square pada materi lain dalam pembelajaran matematika sehingga dapat memaksimalkan minat belajar dan hasil belajar siswa. Namun agar pembelajaran matematika dapat berjalan dengan efektif guru harus mempersiapkan dengan matang manajemen kelas dan pengalokasian waktu pada setiap tahap Think-Pair-Square.

b. Peneliti menyarankan agar guru membiasakan siswa untuk mempresentasikan hasil kerja dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat atau ide selama pembelajaran berlangsung.

2. Bagi Siswa

a. Peneliti menyarankan agar siswa membiasakan diri untuk berani memberi tanggapan, pendapat atau ide-ide selama pembelajaran berlangsung.

b. Peneliti menyarankan agar siswa dapat lebih terbuka dengan model-model pembelajaran lain yang dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Bagi Peneliti

Peneliti dianjurkan untuk melakukan observasi secara mendalam mengenai karakteristik setiap subyek penelitian sebelum peneliti melaksanakan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Maman. 2005. Memahami Matematika SMK Tingkat 2. Bandung: ARMICO.

Arifin, Zainal. 2012. Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Asmani, Jamal Ma’mur. 2016. Tips Efektif Cooperative Learning. Yogyakarta: DIVA Press.

Baharuddin, H. dan Wahyuni, Esa Nur. 2012. Teori Belajar & Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz-Media.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Hadi, Sutrisno. 1999.Analisis Butir untuk Instrumen.Yogyakarta: Andi Offset. Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Huda, Miftahul. 2012. Cooperative Learning, Teknik, Struktur dan Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hurlock, Elizabeth.1989.Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Isjoni. 2009. Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.

Isjoni. 2012. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.

Kanginan, Marten dan Yuza Terzalgi. 2014. Matematika untuk SMA-MA/SMK

Kelas XI. Bandung: SEWU (Srikandi Empat Widya Utama).

Komalasari, Gantina dkk. 2011. Asesmen Teknik Non Tes Perspektif BK

Komperhensif. Jakarta: PT INDEKS.

Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning, Mempraktikan Cooperative Learning di

Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.

Masidjo, Ign. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius.

Narbuko, Cholid dan H. Abu Achmadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bina Aksara.

Prastiana, Elsa Winda. 2014. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Think-Pair-Square (TPS) Ditinjau dari Aktivitas dan Prestasi Belajar

Matematika Siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Magetan. Yogyakarta:

Universitas Negeri Yogyakarta.

Rachmawati, Tutik dan Daryanto. 2015. Teori Belajar dan Proses Pembelajaran

yang Mendidik. Yogyakarta: Gava Media.

Riduwan. 2004. Metode Riset. Jakarta: Rineka Cipta.

Sabri, Alisuf. 1995. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya. Safari. 2012. Indikator Minat Belajar. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.

Sanjoyo, Bandung Arry, dkk. 2009. Matematika SMK Bisnis dan Manajemen. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

Siregar, Eveline dan Hartini Nara. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Sudjana, Nana. 1990. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sudjana, Nana. 2004. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Agesindo.

Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suharsimi, Arikunto. 1986. Validitas dan Reliabilitas. Yogyakarta: FIP IKIP Yogyakarta.

Suharsimi, Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik Edisi

Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta.

Suharsimi, Arikunto. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Suharsimi, Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik Edisi

Suprananto, Kusaeri. 2012. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Surapranata, Sumarna. 2009. Analisis, Validitas, Reliabilitas, dan Interpretasi

Hasil Tes Kurikulum 2004. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep,

Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Walpole, Ronald E. 1992. Pengantar Statistika Edisi ke-3. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Dokumen terkait