• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas model pembelajaran tipe Think Pair Square siswa kelas XI Akuntansi 1 SMKN 1 Depok pada materi peluang tahun ajaran 2016 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas model pembelajaran tipe Think Pair Square siswa kelas XI Akuntansi 1 SMKN 1 Depok pada materi peluang tahun ajaran 2016 2017"

Copied!
377
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TIPE THINK-PAIR-SQUARE SISWA KELAS XI AKUNTANSI 1 SMKN 1 DEPOK PADA MATERI

PELUANG TAHUN AJARAN 2016/2017 SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh : Yolanda Wilany Peri

NIM. 131414054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TIPE THINK-PAIR-SQUARE SISWA KELAS XI AKUNTANSI 1 SMKN 1 DEPOK PADA MATERI

PELUANG TAHUN AJARAN 2016/2017 SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh : Yolanda Wilany Peri

NIM. 131414054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang telah menopang dan memberi

kekuatan di masa pengerjaan skripsi

Orang tua terutama mama Emi Rensiana Suryati Nabut,

kakak Christine Zamitha Peri, Yohana Windany Peri

dan adik Patrisisus Kevin Peri yang telah memberi dukungan dan semangat

Robertus Bellamirnus Riku yang telah membantu dan memberi semangat dan dukungan

Teman-teman seperjuangan yang turut memberi dukungan dan semangat

Kak Nanda, Kak Mita, Rista, Ester, Icha dan seluruh anggota Rakat Pmat’13

janganlah takut, sebab Aku menyertai

engkau, janganlah bimbang, sebab Aku

ini Allahmu; Aku akan meneguhkan,

bahkan akan menolong engkau; Aku

akan memegang engkau dengan tangan

kanan-Ku

yang

membawa

(6)
(7)
(8)

ABSTRAK

Yolanda Wilany Peri. 2017. Efektivitas Model Pembelajaran Tipe Think-Pair-Square Siswa Kelas XI Akuntansi 1 SMKN 1 Depok pada Materi Peluang Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Square ditinjau dari minat belajar siswa, hasil belajar siswa, keterlaksanaan pembelajaran, dan aktivitas siswa pada materi peluang.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen pembelajaran yakni rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan instrumen pengumpulan data yang terdiri dari (1) angket minat belajar, (2) tes hasil belajar, (3) lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran Think-Pair-Square, (4) lembar observasi aktivitas siswa, dan (5) pedoman wawancara tanggapan siswa. Data hasil belajar, minat belajar, keterlaksanaan model pembelajaran Think-Pair-Square dan aktivitas siswa akan dianalisis secara deskriptif kuantitatif dengan mendeskripsikan data yang diperoleh menggunakan angka-angka bermakna. Sedangkan data hasil wawancara siswa adalah data yang mendukung minat belajar. Data ini akan dianalisis dengan mentranskrip hasil wawancara kemudian ditarik kesimpulan menggunakan kata-kata dalam bentuk naratif.

Berdasarkan analisis maka diperoleh hasil sebagai berikut, (1) hasil analisis angket minat belajar menunjukkan bahwa modus dari kategori minat belajar tiap pernyataan adalah tinggi, (2) hasil analisis tes hasil belajar menunjukkan 75% siswa mencapai nilai KKM, (3) persentase keterlaksanaan pembelajaran termasuk dalam kategori sangat tinggi pada tiap pertemuan, yakni 95,652% pada pertemuan pertama, 95,652% pada pertemuan kedua, dan 100% pada pertemuan ketiga, (4) persentase aktivitas siswa termasuk dalam kategori tinggi pada tiap pertemuan, yakni 69,097% pada pertemuan pertama, 63,194% pada pertemuan kedua, dan 63,893% pada pertemuan ketiga.

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa empat indikator yang mengukur efektivitas Think-Pair-Square telah terlaksana dengan baik dan persentase ketercapaian indikatornya mencapai 100%. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran Think-Pair-Square dapat dikatakan efektif ditinjau dari minat belajar, hasil belajar, keterlaksanaan pembelajaran Think-Pair-Square, dan aktivitas siswa.

(9)

ABSTRACT

Yolanda Wilany Peri. 2017. Effectiveness of Learning Model Type Think-Pair-Square Student Class XI Accounting 1 SMKN 1 Depok on Material Opportunity School Year 2016/2017. Undergraduated Thesis. Mathematics Education Study Program, Mathematics and Sciences Education Department, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.

The research of this aims to determine the effectiveness of cooperative learning model type Think-Pair-Square in terms of student learning interests, student learning outcomes, implementation of learning, and student activity on the material opportunities.

This research uses descriptive research type with quantitative approach. The instrument used in this research is learning instrument that is learning implementation plan (RPP) and data collection instrument consist of (1) questionnaire of learning interest, (2) learning result test, (3) observation sheet of Think-Pair-Square learning implementation, (4) student activity observation sheets, and (5) interview guidelines for student responses. Data on learning outcomes, interest in learning, implementation of Think-Pair-Square learning model and student activities will be analyzed descriptive quantitatively by describing the data obtained using meaningful numbers. While data of student interview result is data that support interest learn. This data will be analyzed by transcribing the interview result and then drawn the conclusion using words in narrative form.

Based on the analysis, the results obtained as follows, (1) the results of the interest questionnaire analysis shows that the mode of interest categories of learning each statement is high, (2) the results of test results analysis showed 75% of students achieve KKM scores, (3) Including in the very high category at each meeting, ie 95,6526% at the first meeting, 95,652% at the second meeting, and 100% at the third meeting; (4) the percentage of student activity included in the high category at each meeting, ie 69,097% at the first meeting, 63,194% at the second meeting, and 63,893% at the third meeting.

From this research it can be concluded that four indicators that measure the effectiveness of Think-Pair-Square have been done well and the percentage of achievement of the indicator reaches 100%. This indicates that the Think-Pair-Square learning model can be said to be effective in terms of interest in learning, learning outcomes, the implementation of Think-Pair-Square learning, and student activities

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan segala berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang berjudul “EFEKTIVITAS

MODEL PEMBELAJARAN TIPE THINK-PAIR-SQUARE SISWA KELAS XI AKUNTANSI 1 SMKN 1 DEPOK PADA MATERI PELUANG TAHUN AJARAN 2016/2017” ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika.

Penulis mengucapkan terima kasih atas semua bantuan yang telah diberikan baik secara langsung maupun tidak langsung selama penyusunan skripsi ini hingga selesai. Secara khusus disampaikan kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

2. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

3. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika,

4. Bapak Beni Utomo, M.Sc., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Matematika,

(11)

6. Ibu Maria Suci Apriani, S.Pd., M.Sc., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan masukkan dalam penyusunan skripsi ini,

7. Segenap Dosen Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ilmu dan pengalaman bagi penulis serta menginspirasi penulis untuk menjadi guru yang profesional,

8. Staf sekretariat JPMIPA Mas Arif, Bu Tari, Pak Sugeng, dan Mas Made yang telah membantu penulis selama proses perkuliahan di Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma,

9. Bapak Drs. Eka Setiadi, M.Pd., selaku Kepala Sekolah SMKN 1 Depok, yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian di SMKN 1 Depok, 10.Ibu Erni Kinawati, S.Pd., selaku Guru matematika kelas XI Akuntansi 1

SMKN 1 Depok yang telah bersedia memberikan jam pelajaran matematika kepada penulis untuk melakukan penelitian,

11.Siswa kelas XI Akuntansi 1 dan XI Akuntansi 2 yang telah membantu penulis dalam rangkaian pengumpulan data dalam penelitian ini,

12.Orang tua tercinta Mama Maria Emirensiana Suryati Nabut, Kakak Christine Zalmitha Peri, Yohana Windany Peri, dan adik Patrisius Kevin Peri yang telah memberi dukungan, semangat dan doa bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,

(12)

14.Sahabat-sahabat terbaik Rakat PMAT 2013 yang telah memberi dukungan dan semangat,

15.Rekan-rekan Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma yang telah banyak membantu penulis,

16.Saudara-saudari seiman dalan Tuhan Yesus teman-teman PDKK Rhema yang selalu mendoakan, memberi semangat, dukungan dan motivasi kepada penulis,

17.Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu dalam membantu penyelesaian skripsi ini.

Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca.

Yogyakarta, 26 Mei 2017 Penulis

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Pembatasan Masalah ... 7

(14)

G. Manfaat Penelitian ... 9

H. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 12

1. Belajar ... 12

2. Hasil Belajar ... 14

3. Minat Belajar ... 15

4. Pembelajaran Efektif ... 17

5. Model Pembelajaran Kooperatif ... 19

6. Tipe-Tipe Pembelajaran Kooperatif ... 26

7. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Square ... 29

8. Materi ... 32

B. Kerangka Berpikir ... 38

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 39

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 40

D. Bentuk Data ... 40

E. Teknik Pengumpulan Data ... 43

F. Instrumen Penelitian ... 44

G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 49

H. Teknik Analisis Data ... 52

I. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Tempat Penelitian ... 60

B. Pelaksanaan Penelitian ... 61

1. Uji Coba Instrumen ... 61

(15)

C. Analisi Data ... 76

1. Analisis Data Minat Belajar Siswa ... 76

2. Analisis Data Hasil Belajar Siswa ... 77

3. Analisis Data Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Pembelajaran Think-Pair-Square ... 78

4. Analisis Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa ... 82

5. Analisis Data Hasil Wawancara Siswa ... 84

D. Pembahasan ... 88

1. Minat Belajar Siswa ... 88

2. Hasil Belajar Siswa ... 89

3. Keterlaksanaan Pembelajaran Think-Pair-Square ... 90

4. Aktivitas siswa ... 94

E. Keterbatasan Penelitian ... 100

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 102

B. Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 105

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 24

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Soal Tes Hasil Belajar Siswa ... 45

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Angket Minat Belajar Siswa ... 47

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Aktivitas Siswa ... 48

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Siswa ... 48

Tabel 3.5 Interpretasi Nilai r ... 50

Tabel 3.6 Kualifikasi Reliabilitas ... 51

Tabel 3.7 Konversi Angka Kategori Minat Belajar Siswa ... 53

Tabel 3.8 Kategori Minat Belajar Siswa Berdasarkan Tiap Pernyataan ... 53

Tabel 3.9 Kategori Keterlaksanaan Data Hasil Observasi ... 55

Tabel 3.10 Persentase Kategori Efektivitas Model Pembelajaran Think-Pair-Square ... 57

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Product-Moment Uji Coba Angket Minat Belajar Siswa ... 62

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Koefisien Reliabilitas Uji Coba Angket Minat Belajar Siswa ... 64

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Product-Moment Uji Coba Tes Hasil Belajar Siswa ... 66

(17)

Tabel 4.5 Pelaksanaan Penelitian ... 69

Tabel 4.6 Analisis Minat Belajar Siswa Tiap Pernyataan ... 76

Tabel 4.7 Analisis Hasil Belajar Siswa ... 77

Tabel 4.8 Persentase Hasil Belajar Siswa Berdasarkan KKM ... 78

Tabel 4.9 Analisis Data Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Pembelajaran TPS Pertemuan 1 ... 79

Tabel 4.10 Analisis Data Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Pembelajaran TPS Pertemuan 2 ... 79

Tabel 4.11 Analisis Data Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Pembelajaran TPS Pertemuan 3 ... 80

Tabel 4.12 Analisis Data Aktivitas Siswa Pertemuan 1 ... 82

Tabel 4.13 Analisis Data Aktivitas Siswa Pertemuan 2 ... 82

Tabel 4.14 Analisis Data Aktivitas Siswa Pertemuan 3 ... 83

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Titik-Titik Sampel pada Percobaan Melempar

Undi Sekeping Uang Logam ... 33

Gambar 2.2 Kejadian Komplemen ... 35

Gambar 2.3 Kejadian A dan B Tidak Saling Lepas ... 36

Gambar 2.4 Kejadian A dan B Saling Lepas ... 36

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN ... 109

Lampiran 1.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 110

Lampiran 1.2 Lembar Uji Coba Angket Minat Belajar Siswa ... 159

Lampiran 1.3 Lembar Angket Minat Belajar Siswa Hasil Revisi ... 163

Lampiran 1.4 Lembar Uji Coba Tes Hasil Belajar Siswa ... 167

Lampiran 1.5 Lembar Tes Hasil Belajar Siswa Hasil Revisi ... 169

Lampiran 1.6 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Think-Pair-Square ... 171

Lampiran 1.7 Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 175

Lampiran 1.8 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Hasil Revisi ... 178

Lampiran 1.9 Lembar Pedoman Wawancara Siswa ... 181

Lampiran 1.10 Lembar Pedoman Wawancara Siswa Hasil Revisi ... 182

Lampiran 1.11 Panduan Pemberian Skor Tes Hasil Belajar Siswa ... 183

LAMPIRAN 2 PERHITUNGAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS ... 189

Lampiran 2.1 Perhitungan Uji Validitas Instrumen Angket Minat Belajar Siswa ... 190

Lampiran 2.2 Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen Angket Minat Belajar Siswa ... 216

Lampiran 2.3 Perhitungan Uji Validitas Instrumen Tes Hasil Belajar Siswa ... 219

Lampiran 2.4 Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen Tes Hasil Belajar Siswa ... 233

Lampiran 2.5 Tabel Taraf Signifikan ... 235

LAMPIRAN 3 TABULASI DATA ... 236

(20)

Lampiran 3.2 Data Tes Hasil Belajar Siswa Kelas XI

Akuntansi 1 ... 239

Lampiran 3.3 Data Pengamatan Keterlaksanaan Pembelajaran Think-Pair-Square ... 241

Lampiran 3.4 Data Pengamatan Aktivitas Siswa ... 244

Lampiran 3.5 Data Transkrip Wawancara Siswa ... 247

Lampiran 3.6 Data Traskrip Video Pembelajaran ... 257

LAMPIRAN 4 HASIL PENELITIAN ... 283

Lampiran 4.1 Hasil Uji Coba Angket Minat Belajar Siswa Kelas XI Akuntansi 2 ... 284

Lampiran 4.2 Hasil Uji Coba Tes Hasil Belajar Siswa Kelas XI Akuntansi 2 ... 292

Lampiran 4.3 Angket Minat Belajar Siswa Kelas XI Akuntansi 1 ... 300

Lampiran 4.4 Tes Hasil Belajar Siswa Kelas XI Akuntansi 1 ... 308

Lampiran 4.5 Hasil Pengisian Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Think-Pair-Square ... 314

Lampiran 4.6 Hasil Pengisian Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 323

Lampiran 4.7 Rekapitulasi Analisis Data Pengamatan Aktivitas Siswa ... 347

LAMPIRAN 5 FOTO-FOTO PENELITIAN ... 352

LAMPIRAN 6 SURAT PENELITIAN ... 354

Lampiran 6.1 Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 355

Lampiran 6.2 Surat Ijin Penelitian ... 356

(21)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kepesatan perkembangan teknologi yang terjadi saat ini telah mengantarkan masyarakat memasuki era global. Setiap individu di era global dituntut mengembangkan kapasitasnya secara optimal, kreatif dan mampu mengadaptasikan diri ke dalam situasi global yang amat bervariasi dan cepat berubah. Persaingan bebas dalam globalisasi yang berkembang pesat saat ini menuntut setiap negara untuk mampu berkompetisi dalam segala bidang. Oleh karena itu, Indonesia sebagai negara berkembang harus mampu menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan memiliki daya saing yang tinggi agar dapat bersaing dalam dunia global.

Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dapat tercipta melalui dunia pendidikan, baik itu pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Pendidikan yang dapat mengembangkan potensi peserta didik sehingga dapat memecahkan masalah yang dihadapinya merupakan pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang. Menurut Buchori (2001) dalam Khabibah (2006: 1) pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk suatu profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari (dalam Trianto, 2011: 5).

(22)

terampil dalam dunia kerja. Selain itu, siswa disiapkan agar menjadi manusia produktif dan mampu bekerja secara mandiri sesuai dengan program keahliannya masing-masing. Program keahlian yang ada di SMKN 1 Depok meliputi bidang keahlian Bisnis Manajeman terdiri dari keahlian Akuntansi, Administrasi Perkantoran, Pemasaran, dan Busana Butik. Di sana siswa diajarkan lebih mendalam pada Praktik Industri (PI) agar kompetensi yang mereka miliki sesuai dengan tuntutan dunia kerja.

Faktor penting lainnya yang turut menjadi perhatian SMKN 1 Depok adalah bidang akademik karena pada dasarnya siswa juga harus dibekali dengan teori sehingga siswa tidak hanya unggul dari segi praktik tetapi juga unggul dari segi pengetahuan. Salah satu mata pelajaran yang wajib diikuti semua siswa SMKN 1 Depok adalah mata pelajaran matematika. Untuk itu, guru mata pelajaran matematika perlu memilih model pembelajaran yang lebih menekankan pada aktivitas belajar siswa yang dapat mengasah kemampuan berpikir dan bukan aktivitas mengajar guru. Sehingga pengetahuan akademik dan pengalaman praktik yang siswa peroleh dapat terpenuhi secara maksimal.

(23)

fisik dan kesehatan. Sedangkan faktor eksternal meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat.

Salah satu faktor internal yang sangat penting dalam kegiatan belajar yakni faktor minat belajar. Minat belajar yang tinggi akan menunjang tercapainya efektivitas proses belajar mengajar dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Menurut Sardiman (dalam Susanto, 2013:68) menyatakan bahwa proses belajar itu akan berjalan dengan lancar jika disertai dengan minat. Hal senada juga disampaikan Hartono (dalam Susanto, 2013:68) yang menyatakan bahwa minat memberikan sumbangan besar terhadap keberhasilan belajar peserta didik.

(24)

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada bulan Juli - Agustus di SMKN 1 Depok, masih banyak siswa yang kurang berminat mengikuti pelajaran matematika hal ini dapat dilihat dari sikap siswa yang kurang aktif dalam bertanya maupun dalam hal menyampaikan pendapat selama pembelajaran berlangsung. Selain itu pembelajaran masih satu arah (mengarah pada pembelajaran konvensional) yaitu guru menjelaskan dengan metode ceramah, dan siswa mendengarkan, mencatat kemudian diberi latihan soal yang dikerjakan secara individu. Komunikasi yang terjalin pun hanya terjadi antara guru dan siswa, sedangkan komunikasi siswa dengan siswa belum nampak terlihat karena selama pembelajaran berlangsung guru masih menggunakan model pembelajaran satu arah yang dianggap lebih efisien dan belum mencoba model pembelajaran yang lain misalnya membiasakan siswa untuk bekerja dalam kelompok. Hal inilah yang seringkali membuat siswa menjadi pasif sehingga guru belum mampu menganalisis pemahaman siswa secara maksimal. Kurangnya kerja sama antarsiswa selama pembelajaran juga akan membuat siswa menjadi bosan dan kurang aktif dalam belajar sehingga tidak semua peserta didik termotivasi untuk memahami materi.

(25)

pendapat, menggali pengetahuan yang dimiliki serta menjalin komunikasi dan kerja sama dengan teman-teman sekelasnya sehingga tercipta interaksi timbal balik antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa.

Model pembelajaran kooperatif menjadi salah satu alternatif yang dapat digunakan guru dalam proses pembelajaran agar siswa dapat terlibat aktif selama pembelajaran berlangsung. Slavin (Isjoni, 2012:17) menyebutkan cooperative learning merupakan model pembelajaran yang telah dikenal

sejak lama yakni guru mendorong siswa untuk melakukan kerja sama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran teman sebaya. Dalam penelitian ini peneliti mencoba untuk menerapkan suatu model pembelajaran baru dengan cara pembentukan kelompok diskusi yang berbeda dan kelas yang akan diteliti adalah kelas XI Akuntansi 1. Materi yang digunakan dalam penelitian adalah materi peluang. Materi ini merupakan materi yang penting untuk dipelajari karena dengan mempelajari materi peluang, siswa dapat memperkirakan kejadian-kejadian yang terjadi dalam kehidupan nyata. Contoh nyata yang bisa kita amati adalah misalkan ada salah satu siswa yang ingin membuka usaha bisnis berjualan online. Berapakah peluang kesuksesan usaha yang dilakukan siswa tersebut?

Dari berbagai model pembelajaran koopertif yang dikembangkan para ahli, peneliti memilih salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu tipe Think-Pair- Square pada materi peluang. Berdasarkan paparan di atas, maka

(26)

THINK-PAIR-SQUARE SISWA KELAS XI AKUNTANSI 1 SMKN 1 DEPOK

PADA MATERI PELUANG TAHUN AJARAN 2016/2017”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, ada beberapa masalah yang berkaitan dengan pembelajaran di SMKN 1 Depok. Adapun masalah-masalah tersebut antara lain :

1. Siswa kurang berminat mengikuti pelajaran matematika.

2. Pembelajaran masih satu arah (mengarah pada pembelajaran konvensional).

3. Proporsi siswa untuk bekerja sama selama pembelajaran masih kurang. 4. Siswa belum dibiasakan dengan model pembelajaran kooperatif yang

dapat menciptakan interaksi antarsiswa.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah efektivitas model pembelajaran tipe Think-Pair- Square pada materi peluang ditinjau dari minat belajar, hasil

(27)

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Square ditinjau dari minat belajar, hasil belajar siswa, keterlaksanaan pembelajaran, dan aktivitas siswa di kelas XI Akuntansi 1 SMKN 1 Depok pada materi peluang.

E. Batasan Masalah

Berdasarkan pertimbangan waktu dan kemampuan peneliti, adapun batasan maslah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Subyek penelitian dibatasi hanya siswa kelas XI Akuntansi 1 SMKN 1 Depok.

2. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi peluang.

3. Efektivitas penggunaan model pembelajaran tipe Think-Pair-Square pada materi peluang ditinjau berdasarkan minat belajar, keterlaksanaan pembelajaran, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa.

4. Dalam penelitian ini hasil belajar siswa ditinjau dari segi kognitif yakni pemahaman siswa terkait materi peluang yang diperoleh melalui tes hasil belajar siswa.

F. Batasan Istilah

(28)

1. Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto. 2003:2).

2. Efektivitas

Efektivitas merupakan suatu ukuran atau pegangan yang menyatakan ketercapaian atas suatu target yang telah ditetapkan.

3. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dalam suatu kelompok. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru (Slavin. 2008: 8).

4. Tipe Think-Pair-Square

(29)

5. Minat Belajar

Hurlock (1989: 114) juga mengungkapkan bahwa minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih.

6. Hasil Belajar

Nawawi (dalam Susanto, 2013:5) menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.

7. Peluang Suatu Kejadian

Peluang suatu kejadian yang diinginkan adalah perbandingan banyaknya titik sampel kejadian yang diinginkan dengan banyaknya anggota ruang sampel kejadian tersebut.

G. Manfaat Penelitian

Secara umum hasil yang diperoleh dari penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi kalangan di dunia pendidikan, yaitu:

1. Bagi Guru

Membantu guru matematika dalam menciptakan variasi model pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif Tipe Think-Pair- Square yang dapat membangkitkan semangat siswa dan membuat siswa

(30)

menyenangkan dan semakin memotivasi siswa dalam memahami materi pelajaran.

2. Bagi Siswa

Penelitian ini bertujuan untuk mengaktifkan siswa melalui belajar kelompok, membiasakan siswa untuk berbicara di hadapan teman-temannya, melatih kerja sama dan tanggung jawab siswa serta mengetahui hasil belajar dan minat belajar siswa ketika belajar menggunakan model pembelajaran tipe Think-Pair-Square khususnya pada materi peluang. 3. Bagi Peneliti

Penelitian ini menambah wawasan dan pengalaman peneliti terkait pembelajaran di sekolah serta menjadi langkah awal dalam menciptakan pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan.

H. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu:

1. Bab I memuat latar belakang dilaksanakannya penelitian ini, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah, batasan istilah, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

2. Secara umum bab II memuat landasan teori dan kerangka berpikir penelitian.

(31)

penelitian, validitas dan reliabilitas, teknik analisis data, dan prosedur pelaksanaan penelitian.

4. Bab IV memuat pelaksanaan penelitian, analisis data, pembahasan serta hambatan pada saat melakukan penelitian.

(32)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Landasan Teori 1. Belajar

a. Pengertian Belajar

Menurut Slameto (Haling, 2006:1) (dalam Rachmawati dan Daryanto, 2015: 35), belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Syah (2010:90), belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Sementara itu, Siregar dan Nara (2014: 5) menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental (psikis) yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan yang bersifat relatif konstan.

(33)

b. Ciri Akibat Belajar

Ciri-ciri akibat belajar dapat dikelompokkan menjadi empat (Siregar dan Nara, 2014: 5-6), yaitu:

1) Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku tersebut bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), maupun nilai dan sikap (afektif).

2) Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja, melainkan menetap dan dapat disimpan.

3) Perubahan itu tidak terjadi begitu saja, melainkan harus dengan usaha. Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungannya. 4) Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik

atau kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.

c. Tujuan Belajar

Tujuan belajar dapat dikelompokkan menjadi dua (Suprijono, 2009:5), yaitu :

1) Tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional (Instructional effects) yang biasa berbentuk pengetahuan dan keterampilan.

(34)

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar dan hasil belajar siswa itu sendiri dapat diukur melalui tes. Sementara itu, Nawawi (dalam Susanto, 2013:5) menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Dari pendapat beberapa para ahli di atas mengenai hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh seseorang setelah ia melakukan kegiatan belajar terhadap materi pelajaran tertentu yang hasilnya dapat diukur melalui tes dan dinyatakan dalam skor tertentu. b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar (dalam Susanto, 2013:12) sebagai berikut:

1) Faktor internal; merupakan faktor yang bersumber dari diri sendiri yang mempengaruhi kemampuan belajar. Faktor internal meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

(35)

3. Minat Belajar

a. Pengertian Minat Belajar

Menurut Alisuf Sabri (1995:84), minat belajar adalah kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus. Minat belajar ini erat kaitannya dengan perasaan senang, karena itu dapat dikatakan minat belajar itu terjadi karena sikap senang kepada sesuatu. Hurlock (1989: 114) juga mengungkapkan bahwa minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Dari pengertian yang disampaikan beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan minat belajar erat kaitannya dengan perasaan senang atau tertarik yang sifatnya tetap terhadap sesuatu serta merupakan sumber motivasi yang mendorong orang melakukan apa yang mereka inginkan.

b. Ciri-Ciri Minat Belajar

Slameto (2003:58) mengemukakan beberapa ciri siswa yang berminat dalam belajar yaitu:

1) Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus

2) Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati

3) Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang diminati

(36)

5) Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang lainnya

6) Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan c. Aspek Minat belajar

Ada beberapa aspek yang mempengaruhi minat belajar siswa (dalam Safari, 2012) antara lain:

1) Rasa tertarik, merupakan awal dari individu menaruh minat sehingga seseorang akan tertarik terhadap sesuatu. Ketertarikan yang dimaksud adalah ketertarikan terhadap pelajaran di kelas.

2) Perasaan, merupakan hal yang tak kalah penting karena seorang siswa yang memiliki rasa senang terhadap pelajaran tertentu maka akan terus mempelajari ilmu yang disenanginya tanpa adanya perasaan terpaksa.

3) Perhatian, merupakan hal penting yang dapat menjamin hasil belajar yang baik. Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Untuk itu seorang guru harus selalu berusaha menarik perhatian anak didik sehingga siswa mempunyai minat terhadap pelajaran yang diajarkan. 4) Partisipasi, merupakan keikutsertaan siswa dalam proses

(37)

5) Keinginan/kesadaran, yakni siswa mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi dan mempunyai kesadaran untuk belajar tanpa ada yang menyuruh dan memaksa.

4. Pembelajaran Efektif

Sudjana (2004:35-37) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif dapat ditinjau dari dua segi yaitu proses pembelajaran yang sesuai dengan yang direncanakan dan hasilnya sesuai dengan yang ditentukan. Menurut Susanto (2013:53), proses pembelajaran dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik dapat terlibat secara aktif, baik mental, fisik, maupun sosialnya. Sedangkan Slameto (2003: 92) mengemukakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang dapat membawa siswa belajar efektif yakni jika waktu yang tersedia untuk ceramah guru sedikit, sedangkan waktu terbanyak adalah untuk kegiatan intelektual dan untuk pemeriksaan pemahaman siswa. Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran efektif merupakan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif serta dapat menggali kemampuan siswa secara menyeluruh sehingga siswa memperoleh hasil belajar secara optimal. Siswa dikatakan terlibat secara aktif selama pembelajaran berlangsung dapat dilihat dari beberapa aspek. Menurut Paul D. Derich (dalam Hamalik, 2007) aspek keaktifan belajar siswa berdasarkan jenis aktivitasnya dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut:

(38)

3) Kegiatan mendengarkan 4) Kegiatan menulis 5) Kegiatan menggambar 6) Kegiatan emosional 7) Kegiatan motorik 8) Kegiatan mental

Pada penelitian ini peneliti hanya menggunakan beberapa aspek keaktifan belajar siswa yakni aspek yang sesuai dengan model pembelajaran tipe Think-Pair-Square dan aspek yang bisa diamati melalui kegiatan observasi aktivitas siswa. Aspek-aspek tersebut antara lain kegiatan visual, kegiatan lisan, kegiatan mendengarkan, dan kegiatan menulis. Selain itu untuk mengetahui proses pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan maka peneliti akan melakukan observasi keterlaksanaan pembelajaran.

Prastiana (2014: 13) menyebutkan bahwa tolok ukur mengenai efektivitas mengajar adalah tercapainya tujuan dan hasil belajar yang tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari tes hasil belajar yang dilaksanakan dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Untuk dapat mewujudkan pembelajaran yang efektif, maka perlu diperhatikan beberapa hal berikut (dalam Susanto, 2013: 54) yaitu:

1) Guru harus membuat persiapan mengajar yang sistematis.

(39)

sistematis, dan menggunakan berbagai variasi di dalam penyampaian, baik itu media, suara, maupun gerak.

3) Waktu selama proses belajar mengajar berlangsung digunakan secara efektif.

4) Motivasi mengajar guru dan motivasi belajar siswa cukup tinggi.

5) Hubungan interaksi antara guru dan siswa dalam kelas bagus sehingga setiap terjadi kesulitan belajar dapat segera diatasi.

Motivasi mengajar dan motivasi belajar yang tinggi dalam rangka mewujudkan pembelajaran yang efektif hanya dapat tercipta apabila adanya minat. Seperti yang telah dijelaskan Hurlock (1989: 114) bahwa minat belajar merupakan sumber motivasi yang mendorong seseorang melakukan apa yang mereka inginkan.

Berdasarkan uraian di atas, maka keefektivan model pembelajaran tipe Think-Pair-Square dalam penelitian ini didasarkan pada empat aspek yakni keterlaksanaan pembelajaran Think-Pair-Square, aktivitas belajar siswa, minat belajar siswa dan hasil belajar siswa. Apabila keempat aspek sudah mencapai persentase yang ditetapkan peneliti sebelumnya, maka model pembelajaran tipe Think-Pair- Square dapat dikatakan efektif.

5. Model Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

(40)

dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru (Slavin. 2008: 8).

Slavin (Isjoni, 2012:17) menyebutkan cooperative learning merupakan model pembelajaran yang telah dikenal sejak lama yakni guru mendorong siswa untuk melakukan kerja sama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran teman sebaya. Sementara itu, Artzt & Newman (1990: 448) (dalam Trianto, 2011:56) menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai satu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Dari beberapa pendapat para ahli yang menguraikan tentang pengertian model pembelajaran kooperatif, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok tertentu dengan anggota yang heterogen yang saling bekerja sama dalam belajar guna mencapai tujuan pembelajaran.

b. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif

(41)

kelak akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan memiliki solidaritas sosial yang kuat (Trianto, 2011: 57).

Sementara itu, menurut Mulyasa (dalam Jamal Asmani, 2016: 53-54) ada tiga tujuan pembelajaran kooperatif yang akan dijelaskan dalam uraian berikut:

1) Pencapaian Hasil Akademik

Pembelajaran kooperatif bertujuan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan, baik pada siswa golongan bawah maupun golongan atas yang bekerja sama dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik. Siswa golongan atas akan menjadi tutor bagi siswa golongan bawah. Dalam proses tutorial ini siswa golongan atas akan meningkatkan kemampuan akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor tentu membutuhkan pemikiran lebih mendalam mengenai hubungan ide-ide yang terdapat dalam materi tertentu. 2) Penerimaan terhadap Perbedaan Individu

Efek penting berikutnya dari model pembelajaran kooperatif ialah penerimaan terhadap siswa yang berbeda ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, ataupun ketidakmampuan.

3) Pengembangan Keterampilan Sosial

(42)

sosial yang sangat bermanfaat dalam kehidupan riil, khususnya ketika mereka mengaktualisasikan diri di tengah masyarakat. Sementara itu belajar berkolaborasi dengan orang lain berarti berlatih menghargai potensi; berkomunikasi; menyelami perasaan, kejiwaan dan mentalitas orang lain; beradaptasi; serta berani menunjukkan kebolehan di hadapan orang lain.

Dari beberapa pendapat para ahli tentang tujuan yang diharapkan dari penerapan model pembelajaran kooperatif, dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran kooperatif adalah melatih siswa untuk belajar bekerja sama, berinteraksi dengan teman-temannya yang memiliki latar belakang berbeda, saling menghargai, menerima segala perbedaan, memupuk rasa tanggung jawab, meningkatkan kinerja siswa dalam menyelesaikan tugas akademik, serta meningkatkan pengembangan keterampilan sosial ketika siswa mengaktualisasikan diri di tengah masyarakat.

c. Unsur-Unsur dalam Model Pembelajaran Kooperatif

Roger dan David (Agus Suprijono, 2009: 58) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut antara lain:

1) Positive Interpendence (saling ketergantungan positif)

(43)

bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.

2) Personal Responsibility (tanggung jawab perseorangan)

Tujuan pembelajaran kooperatif adalah membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat. Tanggung jawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama. Artinya, setelah mengikuti kelompok belajar bersama, anggota kelompok harus dapat menyelesaikan tugas yang sama.

3) Face to Face Promotive Interaction (interaksi promotif)

Hal ini penting karena dapat menghasilkan sikap saling ketergantungan positif. Ciri-ciri interaksi promotif adalah saling membantu secara efektif dan efisien, saling memberikan informasi dan saran yang diperlukan, memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien, saling mengingatkan, saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi, saling percaya, dan saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.

4) Interpersonal Skill (komunikasi antaranggota)

(44)

berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius, saling menerima dan saling mendukung, serta mampu meyelesaikan konflik secara konstruktif.

5) Group Processing (pemrosesan kelompok)

Pemrosesan mengandung arti menilai. Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Siapa di antara anggota kelompok yang sangat membantu dan siapa yang tidak membantu. Tujuan pemrosesan kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok. Ada dua tingkat pemrosesan yaitu kelompok kecil dan kelas secara keseluruhan. d. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Adapun urutan langkah-langkah perilaku guru menurut model pembelajaran kooperatif, sebagaimana diuraikan Arends (Jamal Asmani, 2016: 49-50) sebagai berikut:

Tabel 2.1 Langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase-1:

menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase-2:

menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase-3:

mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

(45)

Fase-4:

membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar ketika siswa mengerjakan tugas.

Fase-5: Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase-6:

memberi penghargaan

Guru menentukan cara untuk menghargai upaya maupun hasil belajar individu ataupun kelompok.

e. Keuntungan dan Kerugian Model Pembelajaran Kooperatif 1) Keuntungan Model Pembelajaran Kooperatif

Sadker dan Sadker (1997) menjabarkan beberapa manfaat pembelajaran kooperatif selain meningkatkan keterampilan kognitif dan afektif siswa (dalam Huda, 2012:66), yaitu:

a) Siswa yang diajari dengan dan dalam struktur-struktur kooperatif akan memperoleh hasil pembelajaran yang lebih tinggi.

b) Siswa yang berpartisipasi dalam pembelajaran kooperatif akan memiliki sikap harga diri yang lebih tinggi dan motivasi yang lebih besar untuk belajar.

c) Dengan pembelajaran kooperatif, siswa menjadi lebih peduli pada teman-temannya, dan di antara mereka akan terbangun rasa ketergantungan yang positif untuk proses belajar mereka nanti. d) Pembelajaran kooperatif meningkatkan rasa penerimaan siswa

(46)

2) Kerugian Model Pembelajaran Kooperatif

Slavin mengemukakan tiga kendala utama terkait dengan pembelajaran kooperatif (dalam Huda, 2012:68), yaitu:

a) Free Rider (Pengendara Bebas)

Free rider adalah beberapa siswa yang tidak tanggung jawab secara personal terhadap tugas kelompoknya; mereka hanya “mengekor” saja apa yang dilakukan tema-teman satu kelompoknya yang lain.

b) Diffusion of Responsibility (Penyebaran Tanggung Jawab) Merupakan suatu kondisi di mana beberapa anggota yang dianggap tidak mampu cenderung diabaikan oleh anggota-anggota yang lain yang “lebih mampu”.

c) Learning a Part of Task Specialization

Pada beberapa metode tertentu, seperti jigsaw, Group Investigation, dan metode-metode yang lain yang terkait, setiap

kelompok ditugaskan untuk mempelajari atau mengerjakan bagian materi yang berbeda antarsatu sama lain sehingga membuat siswa hanya fokus pada materi yang menjadi tanggung jawabnya.

6. Tipe-Tipe Pembelajaran Kooperatif

(47)

a. Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam dan Soal

Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk menggali pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Model pembelajaran berkirim salam dan soal memberi kesempatan kepada siswa untuk membuat pertanyaan sendiri dan mengerjakan soal yang dibuat oleh temannya.

b. Pembelajaran Kooperatif Tipe Dua Tinggal Dua Tamu

Tipe pembelajaran kooperatif tipe Dua Tinggal Dua Tamu dikembangkan oleh Spencer Kagan (1990). Model pembelajaran ini diawali dengan pembagian kelompok dan pemberian tugas atau permasalahan yang harus didiskusikan jawabannya. Setelah diskusi selesai, dua siswa utusan kelompok meninggalkan kelompok dan bertamu ke kelompok lain. Anggota kelompok yang tidak bertamu ke kelompok lain bertugas untuk menerima tamu dari suatu kelompok. Setelah selesai, semua kembali ke kelompok asal dan mencocokkan dan membahas hasil kerja.

(48)

Tipe pembelajaran kooperatif yang lain adalah Tipe Think-Pair-Square (dalam Lie, 2010). Model ini dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1933 dan merupakan pengembangan dari model pembelajaran tipe Think-Pair-Share. Berikut tiga tahap pembelajaran kooperatif tipe

Think-Pair-Square:

1) Tahap Think (Berpikir)

Guru memberikan waktu kepada siswa untuk memahami masalah yang diberikan secara individu dan menentukan langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut serta menemukan ide-ide pemecahan masalah yang selanjutnya didiskusikan dengan pasangannya.

2) Tahap Pair (Berpasangan)

Secara berpasangan siswa mendiskusikan bagaimana menyelesaikan masalah yang diberikan berdasarkan ide-ide atau gagasan yang diperoleh dari hasil pemikiran tiap individu untuk kemudian dicari solusi yang terbaik.

3) Tahap Square (Berempat)

(49)

7. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Square a. Pengertian Tipe Think-Pair-Square

Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1933 dan merupakan pengembangan dari model pembelajaran tipe Think-Pair-Share. Teknik pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk

bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain serta memberi lebih banyak waktu untuk berpikir bagi siswa dalam menunjukan partisipasi mereka kepada orang lain (dalam Lie, 2010). Adapun ciri pembelajaran tipe Think-Pair-Square sebagai berikut:

1) Guru membagi siswa ke dalam kelompok berempat secara heterogen dan memberi tugas kepada semua kelompok.

2) Setiap individu memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri. 3) Siswa kemudian berpasangan dengan salah satu siswa dalam

kelompok untuk mendiskusikan jawaban mereka.

4) Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat untuk membagikan hasil kerja mereka dan mendiskusikan jawaban mereka untuk dijadikan jawaban kelompok.

b. Langkah-Langkah Pembelajaran Tipe Think-Pair-Square

(50)

4) Tahap Think (Berpikir)

Guru memberikan waktu kepada siswa untuk memahami masalah yang diberikan secara individu dan menentukan langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut serta menemukan ide-ide pemecahan masalah yang selanjutnya didiskusikan dengan pasangannya.

5) Tahap Pair (Berpasangan)

Secara berpasangan siswa mendiskusikan bagaimana menyelesaikan masalah yang diberikan berdasarkan ide-ide atau gagasan yang diperoleh dari hasil pemikiran tiap individu untuk kemudian dicari solusi yang terbaik.

6) Tahap Square (Berempat)

Kedua pasangan kemudian bertemu dalam kelompok berempat untuk mendiskusikan hasil pemikiran yang telah diperoleh dari tahap sebelumnya yang kemudian dijadikan sebagai jawaban kelompok. Setelah selesai berdiskusi, siswa dapat mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas.

Berdasarkan tiga tahap yang telah dijelaskan sebelumnya, maka langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Square yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Guru menyampaikan materi pelajaran kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

(51)

3) Siswa diminta untuk berpikir secara individual tentang penyelesaian soal pada LKS (Think).

4) Setelah tahap think selesai, siswa berpasangan dengan salah satu teman dalam kelompoknya untuk berdiskusi dan bertukar pendapat mengenai ide-ide yang mereka peroleh dari tahap sebelumnya untuk menyelesaikan soal pada LKS (Pair).

5) Setelah tahap pair selesai kedua pasangan kembali dalam kelompok berempat untuk membagi hasil pemikiran dan menyepakati jawaban dengan pasangan lain dalam kelompoknya untuk selanjutnya dijadikan jawaban kelompok (Square)

6) Setelah tahap square selesai, siswa mempersiapkan diri untuk mempresentasikan jawaban LKS. Guru menunjuk perwakilan tiap kelompok secara acak untuk mempresentasikan hasil diskusinya dan kelompok lain diberi kesempatan untuk menyangga dan memberi masukkan jika jawaban mereka berbeda.

c. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Tipe Think-Pair-Square

Model pembelajaran tipe Think-Pair-Square memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan model pembelajaran tipe Think-Pair-Square adalah sebagai berikut:

1) Siswa akan memiliki lebih banyak waktu untuk berdiskusi sehingga akan semakin banyak ide yang dikeluarkan siswa.

(52)

3) Dominasi guru dalam pembelajaran semakin berkurang. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa untuk berusaha mengerjakan tugas dengan baik.

Selain beberapa keunggulan di atas, pembelajaran tipe Think-Pair-Square juga memiliki kelemahan. Kelemahan model pembelajaran tipe

Think-Pair-Square diantaranya:

1) Guru harus pandai mengatur waktu sehingga setiap tahapan dapat dilalui.

2) Memungkinkan terjadinya kesulitan dalam pengambilan kesimpulan saat berdiskusi mengenai suatu pokok materi.

8. Materi

Materi peluang suatu kejadian bersumber dari Ronald E. Walpole (1992), Maman Abdurahman (2005), Bandung Arry Sanjoyo, dkk (2009) serta Marten Kanginan dan Yuza Terzalgi (2014).

1. Percobaan, Ruang Sampel, Titik Sampel dan Kejadian

Percobaan didefinisikan sebagai suatu kegiatan dimana hasilnya dapat diamati.

Dua contoh percobaan yang paling umum dikenal adalah:

a. Percobaan melempar undi sebuah uang logam (koin) dan amati sisi yang menghadap ke atas.

(53)

c. Ketika melakukan percobaan melempar undi sebuah uang logam, maka hasil yang diamati ada dua kemungkinan, yaitu sisi angka atau sisi gambar menghadap ke atas (Gambar 2.1). Sisi angka biasanya kita wakili dengan huruf A dan sisi gambar biasanya kita wakili dengn huruf G. Kumpulan dari semua hasil yang mungkin pada suatu percobaan didefinisikan sebagai ruang sampel (diberi lambang S). Sedangkan tiap hasil yang mungkin terjadi disebut titik sampel. Banyak titik sampel dalam ruang sampel dilambangkan dengan n(S). Kejadian atau peristiwa adalah himpunan bagian dari ruang sampel dilambangkan dengan E (bisa diganti dengan huruf kapital yang lain). Banyak titik sampel dalam kejadian dilambangkan dengan n(E).

Gambar 2.1 Titik-titik sampel pada percobaan melempar undi sekeping uang logam

2. Peluang Kejadian Tunggal

Jika ruang sampel S mempunyai anggota yang berhingga banyaknya dan setiap titik sampel mempunyai kesempatan yang sama untuk muncul dan E suatu kejadian munculnya percobaan tersebut, maka peluang kejadian E dinyatakan dengan:

(54)

Keterangan:

� = peluang muncul kejadian � = banyaknya kejadian

� � = banyaknya kemungkinan kejadian �

Perlu diingat bahwa nilai peluang suatu kejadian berkisar antara 0 sampai 1, ditulis ≤ � ≤ . Peluang � = menyatakan peluang kejadian mustahil (tidak mungkin terjadi), sedangkan peluang � = menyatakan peluang kejadian pasti.

3. Frekuensi Harapan

Frekuensi harapan dari suatu kejadian merupakan banyaknya kejadian E yang diharapkan muncul dari suatu percobaan yang dilakukan sebanyak n kali dengan besarnya peluang kejadian E dalam setiap percobaan sebesar P(E). Frekuensi harapan suatu kejadian E dalam percobaan dinyatakan oleh:

dengan: = frekuensi harapan kejadian E dalam suatu percobaan yang diulang n kali

� = peluang kejadian E dalam setiap percobaan 4. Peluang Kejadian Majemuk

Jika dua atau lebih kejadian dioperasikan sehingga membentuk kejadian baru, kejadian baru ini disebut kejadian majemuk. Ada tiga operasi yang akan dipelajari pada bagian ini, yaitu operasi komplemen, operasi penjumlahan, dan operasi perkalian.

(55)

a. Peluang Komplemen dari Suatu Kejadian

Jika pada himpunan semesta S terdapat himpunan E maka komplemen dari E (ditulis � adalah anggota S tetapi bukan anggota E

.

Gambar 2.2 Kejadian Komplemen

Sebelumnya telah dibahas bahwa peluang kejadian E, yang ditulis

� mempunyai kisaran ≤ � ≤ . Jika semua titik sampel merupakan kejadian atau kepastian maka � = , sehingga:

atau

b. Peluang Kejadian Tidak Saling Lepas (Tidak Saling Asing) dan Kejadian Saling Lepas (Saling Asing)

1) Peluang Dua Kejadian tidak Saling Lepas

Misalkan S adalah ruang sampel, kejadian A dan kejadian B merupakan bagian dari S dikatakan tidak saling lepas atau tidak saling asing apabila dua kejadian tersebut memiliki elemen yang sama.

S

E

� + � � =

(56)

Gambar 2.3 Kejadian A dan B tidak saling lepas

Dengan kata lain kejadian A dan kejadian B dikatakan tidak saling lepas atau tidak saling asing jika memenuhi:

2) Peluang Dua Kejadian Saling Lepas (Saling Asing)

Misalkan S adalah ruang sampel, kejadian A dan kejadian B merupakan bagian dari S dikatakan saling lepas atau saling asing apabila dua kejadian tersebut tidak memiliki satupun elemen yang sama.

Gambar 2.4 Kejadian A dan B saling lepas

Dengan kata lain kejadian A dan kejadian B dikatakan saling lepas atau saling asing jika memenuhi:

S

A B

S

A B

Jika A dan B kejadian yang tidak saling lepas maka

(57)

= ∅ atau � =

c. Peluang Kejadian Bersyarat dan Kejadian Saling Bebas

Penerapan aturan perkalian dalam peluang kejadian majemuk dapat dilihat dalam kejadian bersyarat dan kejadian bebas. Peluang terjadinya kejadian B bila diketahui bahwa suatu kejadian lain A telah terjadi disebut peluang bersyarat dilamabngkan dengan

� / . Lambang � / dibaca “peluang terjadinya B bila A telah terjadi dan didefinisikan sebagai:

atau

Ingat, kejadian B dengan syarat kejadian A maksudnya kejadian B terjadi dengan syarat kejadian A telah terjadi.

Kejadian A dan B disebut saling bebas apabila kejadian A tidak mempengaruhi kejadian B atau sebaliknya.

Kejadian A dan B saling bebas jika dan hanya jika berlaku: Jika A dan B kejadian yang saling lepas maka

� = � + �

� = � . �

� / =� , dimana � >

(58)

B.Kerangka Berpikir

1. Penelitian ini dilakukan berdasarkan masalah-masalah yang dijumpai ketika peneliti melakukan observasi di lapangan. Masalah yang peneliti jumpai di lapanagan adalah kurangnya minat siswa dalam mengikuti pelajaran matematika, model pembelajaran yang cenderung konvensional, belum dibiasakan pembelajaran dengan model kooperatif, dan proporsi siswa untuk bekerja sama masih kurang.

2. Berdasarkan masalah yang ditemui peneliti, maka peneliti menawarkan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Square dengan pembentukan kelompok heterogen yang terdiri dari empat orang dan memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara mandiri maupun bekerja sama dengan orang lain. Selain itu dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir, kemampuan berkomunikasi serta mendorong siswa untuk saling berbagi informasi satu sama lain.

3. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektivitasan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Square ditinjau dari minat belajar, keterlaksanaan pembelajaran, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa kelas XI Akuntansi 1 SMKN 1 Depok pada materi peluang.

(59)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Arifin (2012:54), bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan dan menjawab persoalan-persoalan suatu fenomena atau peristiwa yang terjadi saat ini. Penelitian yang akan dilakukan yakni efektivitas model pembelajaran Think-Pair-Square ditinjau dari minat belajar, keterlaksanaan pembelajaran, aktivitas siswa serta hasil belajar siswa. Pada penelitian ini analisis data dipaparkan dalam bentuk uraian naratif dan juga dalam bentuk angka-angka bermakna.

(60)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat dan waktu dilaksanakannya penelitian ini, antara lain : 1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMKN 1 Depok. 2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari sampai bulan Maret 2017.

C. Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek dan obyek yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain :

1. Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI Akuntansi 1 SMKN 1 Depok.

2. Obyek penelitian adalah efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Square pada materi peluang.

D. Bentuk Data

Ada beberapa data yang akan dihasilkan dalam penelitian ini yakni data hasil belajar siswa, data minat belajar siswa, data keterlaksanaan proses belajar mengajar, data aktivitas siswa data hasil wawancara.

1. Data Hasil Belajar Siswa

(61)

Think-Pair-Square selama tiga pertemuan. Jawaban siswa kemudian diberi skor

berdasarkan panduan skor yang telah dibuat sebelumnya. Total skor yang diperoleh siswa dari tes hasil belajar ini selanjutnya digunakan untuk mengukur perolehan hasil belajar siswa terhadap materi yang telah dipelajari dan dijadikan sebagai acuan untuk menentukan ketercapaian hasil belajar siswa.

2. Data Minat Belajar Siswa

Data minat belajar siswa diperoleh melalui pengisian lembar angket yang di dalamnya memuat pernyataan-pernyataan mengenai minat belajar siswa terhadap pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran tipe Think-Pair-Square. Pernyataan-pernyataan yang ada dalam lembar kuesioner adalah pernyataan positif dan pernyataan negatif. Tujuannya agar peneliti dapat melihat kekonsistenan siswa dalam memilih jawaban. Ada baiknya jika kategori yang dipilih siswa merupakan kategori yang paling mewakili minat belajar siswa.

Kategori dari setiap item pernyataan yang menjadi jawaban siswa selanjutnya akan dikonversikan dalam angka lalu diakumulasikan untuk memperoleh skor total. Skor total inilah yang kemudian digunakan sebagai acuan untuk menentukan tingkat minat belajar siswa.

3. Data Keterlaksanaan Pembelajaran Think-Pair-Square

(62)

(observer) melalui pengisian lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran Think-Pair-Square.

Pengamat (observer) memilih kriteria “Ya” atau “Tidak” dengan memberi tanda cek () pada kolom yang disediakan yang menyatakan terlaksana atau tidaknya suatu aktivitas tertentu dalam pembelajaran. Untuk menganalisis terkait penentuan keterlaksanaan pembelajaran Think-Pair-Square maka setiap kriteria yang telah dipilih akan

dikonversikan ke dalam skor yang telah ditetapkan sebelumnya. 4. Data Aktivitas Siswa

Selain data keterlaksanaan pembelajaran Think-Pair-Square, data aktivitas siswa juga dijadikan sebagai salah satu aspek untuk mengukur efektivitas model pembelajaran Think-Pair-Square. Data ini didapat oleh pengamat (observer) melalui pengisian lembar observasi aktivitas siswa.

Pengamat (observer) memberi tanda cek () pada kolom yang disediakan yang menyatakan terlaksana atau tidaknya suatu aktivitas tertentu dalam pembelajaran. Untuk menganalisis terkait penentuan aktivitas siswa maka setiap kriteria yang telah dipilih akan dikonversikan ke dalam skor yang telah ditetapkan sebelumnya.

5. Data Hasil Wawancara

(63)

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Tes Tertulis

Tes tertulis merupakan suatu alat ukur yang digunakan untuk memperoleh data-data atau keterangan tertentu yang diinginkan. Tes tertulis ini memuat soal-soal atau pertanyaan tertulis yang harus dijawab siswa dalam bentuk tulisan juga. Tes tertulis akan diberikan pada pertemuan yang keempat sebagai tes hasil belajar siswa guna mengetahui kemampuan serta penguasaan siswa terhadap materi peluang.

2. Penyebaran Angket

Menurut Komalasari (2011:81), angket adalah suatu alat pengumpul data dalam assesment non tes berupa serangkaian pernyataan yang diajukan kepada responden (siswa, orang tua atau masyarakat). Daftar pernyataan yang dibuat oleh peneliti merupakan pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan masalah penelitian yakni kecenderungan minat belajar siswa setelah mengikuti pelajaran dengan tipe Think-Pair-Square pada materi peluang.

3. Observasi

(64)

Pada penelitian ini data yang dikumpulkan berupa hasil pengamatan keterlaksanaan pembelajaran dengan tipe Think-Pair-Square pada materi peluang dan data aktivitas siswa.

4. Wawancara

Menurut Narbuko dan Achmadi (2007:83) wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan yakni dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan. Pada penelitian ini wawancara dilakukan guna memverifikasi data minat belajar siswa yang diperoleh melalui pengisian angket.

F. Instrumen Penelitian 1. Instrumen Pembelajaran

Instrumen pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang menerapkan model pembelajaran tipe Think-Pair-Square. RPP ini disusun dengan mempertimbangkan

beberapa hal diantaranya Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan serta prinsip-prinsip yang berlaku pada model pembelajaran Think-Pair-Square. Adapun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dapat dilihat

(65)

2. Instrumen Pengumpulan Data a. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar dilakukan pada pertemuan yang keempat untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa pada materi peluang dengan model pembelajaran Think-Pair-Square. Pada penelitian ini untuk mengukur hasil belajar siswa setelah belajar menggunakan model pembelajaran tipe Think-Pair-Square akan digunakan tes tertulis bentuk uraian.

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Soal Tes Hasil Belajar Siswa Pokok

1. Mengidentifikasi percobaan, ruang sampel, titik sampel dan kejadian berdasarkan

ciri-cirinya 1a, 1b, 1c

2. Menyelesaikan soal berkaitan dengan peluang kejadian tunggal menggunakan

rumus 2

3. Menyelesaikan soal berkaitan dengan

frekuensi harapan menggunakan rumus 3a

4. Menyelesaikan soal berkaitan dengan peluang kejadian komplemen

menggunakan rumus

3b

5. Menyelesaikan soal berkaitan dengan peluang kejadian majemuk (kejadian saling lepas dan kejadian bersyarat) menggunakan rumus

4, 5

6. Menyelesaikan soal menggunakan

penerapan kombinasi pada soal peluang 6

(66)

Adapun soal tes hasil belajar siswa dapat dilihat pada lampiran 1.4 dan lampiran 1.5.

b. Angket Minat Belajar Siswa

(67)

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Angket Minat Belajar Siswa

Aspek Minat Nomor Pernyataan positif Nomor Pernyataan

Negatif

Rasa tertarik 1, 11 12, 15

Perasaan 14, 16, 22 20, 21, 13

Perhatian 8, 10, 17, 19 2, 3, 9, 18, 23

Partisipasi 4 5

Keinginan/Kesadaran 6, 7, 25 24

Adapun lembar angket minat belajar siswa dapat dilihat pada lampiran 1.2 dan lampiran 1.3.

c. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengukur keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan tipe Think-Pair-Square serta mengukur aktivitas siswa selama pembelajaran. Data keterlaksanaan pembelajaran Think-Pair-Square didapat pengamat (observer) dengan memberi tanda cek () pada kriteria “Ya” atau “Tidak” sesuai kolom yang disediakan yang menyatakan terlaksana atau tidaknya suatu aktivitas tertentu dalam pembelajaran. Sedangkan data aktivitas siswa diperoleh dengan memberi tanda cek () pada lembar aktivitas siswa sesuai kolom yang disediakan yang menyatakan terlaksana atau tidaknya suatu aktivitas tertentu dalam pembelajaran.

1) Observasi keterlaksanaan pembelajaran Think-Pair-Square

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Tidak mengherankan bila hasil penelitian ini memberi inspirasi pada berbagai penerbit untuk menyertakan lebih banyak soal pemecahan masalah dalam buku ajar di tahun 90-an

Dari analisis terhadap teks yang ditampilkan Solopos dapat diketahui bagaimana netralitas media dalam kampanye pilgub. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa

Penyusunan skripsi dengan Judul "Kemampuan Rasio Keuangan dalam Memprediksi Perubahan Laba di Masa yang akan Datang (Study Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Go Public)"..

Pengantar tugas akhir ini berjudul Perancangan Visual Branding Grup Band “Holy Spirit”. Adapun permasalahan yang dikaji adalah merancang promosi “Holy Spirit” agar lebih di

Analisis stakeholder pada pengembangan dan proyek manajemen sumberdaya alam selalu terfokus dalam inklusivitas, dan telah digunakan untuk memperkuat kelompok tambahan

Pada pengujian sensor suhu LM35, didapatkan data pembacaan sensor suhu dalam satuan volt, yang kemudian dilakukan dengan pengujian kedua yaitu pengkondisian sinyal

2.8.4 Teknik Mencuci Tangan yang Baik dan Benar serta Penggunaan Sabun Untuk mendapatkan hasil yang optimal, maka mencuci tangan haruslah dengan air bersih yang