• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aktor-Aktor yang Terlibat dalam Proses Agenda Setting

HASI PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Deskripsi Hasil Penelitian 1.Sumber Isu

2. Aktor-Aktor yang Terlibat dalam Proses Agenda Setting

tahapan sebuah kebijakan. Sehingga agenda setting merupakan tahap yang posiisnya sangat penting dalam sebuah analisis kebijakan. Agenda setting sendir merupakan tahap penjelas tahapan atau fase kebijakan atau program lainnya. Di dalam masalah kebijakan atau program, agenda setting ini nantinya akan dapat diketahui ke arah mana kebijakan atau program tesebut. Oleh karena itu , aktor-aktor yang terlibat di dalam proses perumusan agenda setting tentang Perda Nomor 2 Tahun 2018 Tentang Perlindungan dan Pelayanan Penyandang Disabilitas ini meliputi official actors yang terdiri dari Bupati Bulukumba, DPRD, Bagian Hum dan HAM, dan Dinas Sosial: unofficial

actors terdiri dari Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI)

Kabupaten Bulukumba, Penyandang Disabilitas dan Partai PKB.

Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh informan yang berinisial SP selaku Anggota DPRD, yang mengatakan bahwa:

“….dalam proses merumuskan ini Perda kita dibantu oleh Pemerintah Daerah itu sendiri, Bupati, bagian hukum, dari Dinas Sosial, Dinas PU serta perwakilan dari parpol kemarin itu partai PKB juga hadir, serta pihak-pihak lainnya. Selain itu juga kita kerap melakukan diskusi dengan PPDI terkait berbagai hal yang dikeluhkan dan dibutuhkan teman-teman kita yang penyandang disabilitas.” (Hasil Wawancara 22 Oktober 2019). Lanjut, peneliti melakukan wawancara dengan informan yang berinisial AS selaku Anggota DPRD, yang mengatakan bahwa:

“….dalam mengawal prosesnya ini, saya akan memberikan perhatian lebih, tentu sebagai DPRD kami akan terus berjuang untuk aspirasi masyrakat, kami siap emngawal apa yang disampaikan oleh PPDI sebelumnya.‟ .”(Hasil Wawancara 22 Oktober 2019).

Berdasarkan penuturan informan dari SP selaku anggota DPRD, pada proses formulasi Perda Nomor 2 Tahun 2018 Tentang Perlindungan dan

lxxvii

Pelayanan Penyandang Disabilitas melibatkan berbagai aktor yang diantaranya, Bupati Bulukumba, DPRD, Bagian Hukum dan HAM, Dinas Sosial, Partai PKB, Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Kabupaten Bulukumba, dan lain-lain.

Selanjutnya peneliti juga melakukan wawancara dengan informan yang berinisial AM selaku Bupati Bulukumba, yang mengatakan bahwa:

“….Gagasan awal mula tentang Perda ini sebenarnya sudah muncul cukup lama. Kalau tidak salah itu dari tahun 2016 yah. Insisiasi dari DPRD disabilitas ini sudah disepakati anggota DPRD yang akan membuat, tapi tentu tetap proses produk dari kebijakan ini tetap mengacuh kepada mekanisme penyusunan peraturan daerah, melalui uji publik, melalui uji telaan akademik, dan melalu telaan-telaan publik maupun melalui telaan para ahli dalam rangka menyalurkan Perda ini. Dalam proses perumusan kebijakan Perda tersebut kita jugs ikut sertakan dari organisasi kaum Disabilitas sendiri, sehingga hal ini dapat dipandang mewakili aspirasi dari kebutuhan masyarakat khususnya penyandang disabilitas..yang melakukan pertemuan-pertemuan dengan pihak penyandang disabilitas. Tujuan dari Perda ini sebenarya yah agar supaya penyandang disabilitas ini mendapatkan haknya berupa perlindungan pelayanan terhadap penyandang disabilitas. Selain itu juga Dinas Sosial harus memfasilitasi disabilitas ke OPD yang lain, karena disabilitas harus memberikan konstibusi untuk pembangunan daerah. Pemerintah Desa juga harus melakukan pendataan disabilitas.”(Hasil Wawancara 28 Oktober 2019).

Berdasarkan hasil wawancara di atas, menunjukkan bahwa dalam pembuatanPerda Nomor 2 Tahun 2018 Tentang Perlindungan dan Pelayanan Penyandang Disabilitas ini dilakukan bertahap dan melalui proses yang lama untuk menghasilkan kebijakan atau Peraturan Daerah yang berkualitas. Perda ini diharapkan mampu membantu penyandang disabilitas.

Hal serupa diungkapkan oleh informan yang berinisial SD selaku staf Dinas Sosial Kabupaten Bulukumba, yang mengatakan bahwa:

disabilitas, ini menjadi sebuah harapan saya terhadap saudara-saudara kita yang disabilitas, kalau tidak salah ini sudah dibahas itu pada tahun 2016 ji. Dinas Sosial sendiri terlibat penuh pada saat itu. Kami dari dinas sosial berharap bisa mandirikan para penyandang disabilitas yang ada. Salah satunya kami lakukan yaitu menggandeng Unit Pelayanan Sosial Keliling (UPKS) Dinas Sosial Provinsi Sul-Sel yaitu dalam pelayanan sehari. Kegiatan ini sebuah upaya mengidentifikasi penyandang disabilitas fisik dan mental yang di bulukumba, hal ini juga agar kita mendapatkan data riil penyandang disabilitas. Kami berharap kegiatan ini menjadi pintu bagi penyandang disabilitas tak produktif untuk menjadi mandiri. Selain itu sosialisasi-sosialisasi juga kerap dilakukan.”(Hasil Wawancara 14 Oktober 2019).

Berdasarkan pernyataan di atas menunjukan bahwa Perda Nomor 2 Tahun 2018 Tentang Perlindungan dan Pelayanan Penyandang Disabilitas telah direncanakan cukup lama yaitu sejak tahun 2016. Pembuatan Perda Tentang Perlindungan dan Pelayanan Penyandang Disabilitas ini tidak dapat dilakukan dengan instan. Perda ini juga diharapkan menjadikan masyarakat menjadi mandiri.

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan informan yang berinisial AN selaku Bagian Hukum dan HAM, yang mengatakan bahwa:

“….kan ini itu pembahasannya dari 2016 ji. Terus Perda ini kenapa bisa disahkan pada tahun 2018 itu karena ada beberapa hal sebelumnya yang perlu dibahas kembali. Dari bagian hukum sendiri kemarin itu ikut di pemabahasan agendanya, kami siap segera mengeluarkan lembar pengesahannya setelah semuanya melalui tahapannya.”(Hasil Wawancara 14 Oktober 2019).

Kemudian peneliti melakukan wawancara dengan informan yang berinisial AK selaku Fraksi Partai Politik PKB, yang mengatakan bahwa”

“…dalam peyusunan agenda Perda tentang disabilitas ini itu dilakukan berulang kali untuk membahas berbagai hal mengenai disabilitas sampai memang ditetapkan. PKB sendiri selalu mengajak masyarakat melalui sosialisasi untuk peduli dengan kelompok penyandang disabilitas. Kita harus menjadi dan teman bagi saudara kita yang menjadi penyadang disabilitas. Dari PKB sendiri siap mendorong dan siap untuk

lxxix

memperjuangkan hak para penyandang disabilitas”(Hasil Wawancara 14 Oktober 2019).

Antusias dari Partai politik yang terlibat pun begitu Nampak dengan kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan. Perda Nomor 2 Tahun 2018 Tentang Perlindungan dan Pelayanan Penyandang Disabilitas telah direncanakan pada tahun 2016 dan disahkan pada tahun 2018, terbitnya Perda ini dirasa sedikit lambat hal ini disebabkan beberapa hal yang masih dibahas kembali. Maka dari itu, koordinasi antar aktor sangat penting dalam proses perumusan program ini agar tidak terjadi miss communication.

Ada dua pemeran atau aktor yang terlibat dalam proses agenda setting yang meliputi official actors dan unofficial actors dengan menggunakan elemen pengambilan keputusan, antara lain:

a) Pengetahuan

Pada proses perumusan Perda Nomor 2 Tahun 2018 Tentang Perlindungan dan Pelayanan Penyandang Disabilitas. tentunya para aktor perlu memiliki pengetahuan dan wawasan terkait penyandang disabilitas untuk memberikan perlindungan dan pelayanan yang sama karena jika tidak maka,Perda Nomor 2 Tahun 2018 Tentang Perlindungan dan Pelayanan Penyandang Disabilitas yang di agendakan hanya akan menjadi sebuah kebijakan yang sekedar dibuat untuk melunturkan kewajiban.

Hal serupa diungkapkan oleh informan yang berinisial SP selaku Anggota DPRD, yang mengatakan bahwa:

“sebelum proses perumusan kami melakukan sharingdan ngobrol dengan PPDI, karena PPDI adalah lembaga yang mewakili para penyandang

disabilitas. Selain itu kita kami juga melakukan diskusi dengan Pemerintah Daerah, dan dinas-dinas yang terkait. ”(Hasil Wawancara 22 Oktober 2019).

Berdasarkan hasil wawancara diatas yang diungkapkan oleh informan yang berinisial SP Pada pelaksanaannya DPRD banyak mendapat bantuan dari beberapa lembaga dan instansi. DPRD juga mendapatkan bantuan dari PPDI untuk menunjang keberhasilan Perda Nomor 2 Tahun 2018 Tentang Perlindungan dan Pelayanan Penyandang Disabilitas.

Peneliti kemudian melakukan wawancara dengan informan yang berinisial SD selaku staf Dinas Sosial, yang mengatakan bahwa:

“….Kami pernah ada program temu penyandang disabilitas, sosialisasi, pemeriksaan kesehatan dan pelatihan penguatan keterampilan. Dimana target target dari program ini yaitu pemerintah dapat mendorong penyandang disabilitas mandiri dan tak bergantung pada oranglain. Dalam pengetahun tentang penyandang disabilitas kita juga mendapatkan wawasan tersebut dari study bunding yang dilakukan di padang pada saat itu” (Hasil Wawancara 14 Oktober 2019).

Sedangkan, informan yang berinisial SH selaku ketua PPDI, yaitu mnegatakan bahwa:

“….Dalam pengetahuan mengenai penyandang disabilitas kai mendatkan wawasan tersebut dari penyandang disabilitas itu sendiri, saya sendiri selaku ketu PPDI juga penyandang disabilitas. PPDI selalu berusaha bekerja sama dengan DPRD, Dinas Sosial, serta Dinas PU. Selain itu sekrang disabilitas yang ada itu sudah bekerjsama dengan disdukcapil. Jadi kalau ada penyandang disabilitas yang mau membuat KTP atau lainnya, itu bisa dijemput oleh pihak Disdukcapil sendiri.”(Hasil Wawancara 07 November2019).

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan di atas nampak bahwa PPDI dalam melaksanakan sebuah kegiatan melibakan beberapa pihak untuk mendukung dan membantuPerda Nomor 2 Tahun 2018 Tentang Perlindungan dan Pelayanan Penyandang Disabilitas agar bisa membantu kegiatan yang

lxxxi dilaksanakan.

Lalu informan yang berinisil AK selaku Partai Politik PKB mengatakan bahwa:

“….PPDI ini sangat bagus sekali untuk mendukung Perda Nomor 2 Tahun 2018 Tentang Perlindungan dan Pelayanan Penyandang Disabilitas berbagai kegiatan dilakukan demi penyandang disabilitas. PPDI juga turun mendata langsung penyandang disabilitas di desa-desa.”(Hasil Wawancara 14 Oktober 2019).

Sesuai dengan yang diungkapkan informan di atas bahwa PPDI juga telah banyak berkontribusi yang telah banyak memberikan aksi-aksi nyata untuk menjadikan Bulukumba menjadi sebuah kabupaten yang ramah disabilitas.

Berdasarkan dari hasil wawancara di lapangan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa masing-masing actor memiliki pengetahuan dan wawasan apapun sebelum diberi pengetahuan oleh aktor lainnya yang lebih paham terkait penyandang disabilitas. Namun, dengan adanya keahlian dari masing-masing aktor tersebut diharapkan dapat melahirkan kebijakan yang berkualitas dan bermanfaat bagi masyarakat khususnya bagi penyandang disabilitas.

b) Keahlian atau Keterampilan

Keahlian aktor sangat penting dalam proses perumusan, keahlian bisa di dilihat dari kemampuan aktor dalam menyelesaikan situasi situasi rumit dan pelatihan-pelatihan yang telah dilakukan aktor sebelumnya seperti contohnya pelatihan yang terkait dengan penyandang disabilitas.

Kantor Dinas Sosial, yang mengatakan bahwa:

“….Pernah ada pelatihan dan keterampilan sekaligus study bunding yang dilaksanakan di Padang pada saat itu, saya mewakili kesana. Disana itu kita diperlihatkan bagaimana penyandang disabilitasnya, sekalipun terbatas namun tetap berkarya, yang pasti disabilitas di Padan itu luar biasa.”(Hasil Wawancara 14 Oktober 2019).

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan informan yang berinisial SH selaku Ketua PPDI, yang mengatakan bahwa:

“….PPDI sendiri selalu mengikuti berbagai kegiatan pelatihan yang dilaksanakan, Terakhir itu yang saya ikuti di Makassar itu kita diberikan pengetahuan bagaimana penyandang disabilitas ini mengembangkan bakat atau kemampuannya, agar bisa menjadi mandiri.”Hasil Wawancara 07 November2019).

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa keahlian dan keterampilan para aktor pada proses perumusan Perda Nomor 2 Tahun 2018 Tentang Perlindungan dan Pelayanan Penyandang Disabilitas di Kabupaten Bulukumba sudah cukup memahami mengenai penyandang disabilitas melalui pelatihan dan study bunding.

c) Kekuasaan

Sebuah kebijakan yang telah direncanakan dan dirumuskan sedemikian rupa tidak akan berjalan apabila tidak dilegalkan. Maka dari itu, dalam proses perumusan tidak hanya memerlukan pengetahuan dan juga keahlian aktor saja akan tetapi memerlukan aktor yang memiliki wewenang untukmelegalkan kebijakan tersebut seperti pemerintah daerah.

Hal tersebut diungkapkan oleh informan yang berinisial SP selaku anggota DPRD, yang mengatakan bahwa”

lxxxiii

Kabupaten Bulukumba ini menjadi Kabupaten ramah disabilitas, baru anggaran itu disetujui atau tidak paripurna APBD. DPRD fungsinya yaitu membuat payung hukum dan regulasi terkait Peraturan Daerah No 2 Tahun 2018Tentang Perlindungan dan Pelayanan Penyandang Disabilitas, secara teknis dinas terkait yang memilih desa-desa yang mana saja, apa kegiatannya, bagaimana pendampingannya, stakeholder yang mau diajak itu tugas mereka. Baru nanti kami sebagai fungsi kedua mengawasi kontrol efektif dan tidaknya perda tersebut.”(Hasil Wawancara 22 Oktober 2019).

Hal serupa diungkapkan juga oleh informan yang berinisial AM selaku Bupati, yang mengatakan bahwa:

“….DPRD yang anu semua dek, sudah disepakati bahwa biarlah dia yang kerjakan dan rumuskan, tetapi tetap melalui proses yang ditetapkankebijakan ini tetap mengacuh kepada mekanisme penyusunan peraturan daerah, melalui uji publik, melalui uji telaan akademik, dan melalu telaan-telaan publik maupun melalui telaan para ahli dalam rangka menyalurkan Perda ini.”(Hasil Wawancara 28 Oktober 2019). Hal senada diungkapkan oleh informan yang berinisial SH selaku ketua PPDI, yang mengatakan bahwa:

“….Perda ini itu DPRD yang tangani, kami sekedar menyampaikan berbagai aspirasi-aspirasi kami. Namun, kami juga gencar melakukan berbagai kegiatan guna untuk kesempurnaan Perda ini nantinya. PPDI selalu melakukan diskusi-diskusi publik mengenai disabilitas ini. Dan DPRD lah yang merumuskan semuanya(Hasil Wawancara 15 Oktober 2019).

Berdasarkan hasil riset di lapangan, peneliti menyimpulkan bahwa aktor yang memilki kekuasaan untuk membuat Perda Nomor 2 Tahun 2018 Tentang Perlindungan dan Pelayanan Penyandang Disabilitas adalah DPRD. Sedangkan yang memiliki kewenangan untuk melegalkan Perda terkait penyandang disabilitas yaitu kewenangan dan tanggungjawab dari Pemerintah Daerah itu sendiri.

Dokumen terkait