TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Literatur
3. Akuntansi Pemerintah
Akuntansi merupakan suatu proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan atas transaksi keuangan dari suatu organisasi/entitas yang kemudian akan dijadikan sebagai pengambilan
13 keputusan oleh pihak-pihak tertentu. Menurut Natalia & Paskah (2020) seseorang dapat dikatakan paham akuntansi yaitu seseorang yang benar-benar mengerti dan pandai dalam memproses sampai menjadi laporan keuangan yang berpegang teguh dengan prinsip serta standar penyusunan laporan keuangan. Akuntansi sendiri merupakan suatu aktivitas jasa yang dimulai dari mengukur, mengidentifikasi, mengklarifikasi, hingga mengikhitisarkan guna mendapatkan informasi berupa laporan keuangan untuk pihak yang memiliki kepentingan serta laporan keuangan tersebut dapat digunakan dalam pengambilan keputusan.
Menurut Inu (2001) pemerintahan adalah suatu ilmu dan seni, dikatakan sebagai seni karena berapa banyak pemimpin pemerintahan yang tanpa pendidikan pemerintahan, mampu berkiat serta dengan kharismatik menjalankan roda pemerintahan. Pemerintahan yang baik adalah pemerintah yang melakukan segala kegiatannya berdasarkan dengan standar dan ketetapan hukum yang berlaku.
Menurut Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang No. 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, yang selanjutnya disingkat SAP, adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Oleh karena itu, akuntansi pemerintah merupakan suatu aktivitas jasa yang mengelola laporan keuangan berupa pencatatan, pengklarifikasian, pengikhtisaran, serta penafsiran informasi keuangan pada sektor pemerintahan, yang termasuk pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Pada umumnya, akuntansi pemerintahan dibuat oleh pemerintah sendiri atas dasar pencatatan mengenai anggaran-anggaran yang diterima dan dikeluarkan oleh pemerintah. Pada akuntansi pemerintah tidak terdapat catatan mengenai laba karena pemerintah tidak berorientasi pada keuntungan, tetapi akuntansi pemerintahan membuat pembukuan atas pengeluaran modal atas anggaran yang di realisasikan oleh pemerintah.
14 4. Otonomi Daerah
Otonomi daerah adalah kewenangan suatu daerah dalam mengatur serta mengurus setiap kepentingan masyarakat daerah tersebut menurut peraturan yang dibuat untuk khusus daerah tersebut berdasarkan harapan dan tujuan masyarakat. Otonomi daerah harus dilaksanakan sesuai dengan spirit konstitusi yang bertujuan untuk meningkatkan kemandirian daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) (Adissya & Budi, 2019).
Menurut Pasal 1 Ayat 5 Undang-Undang No. 32 tahun 2004 otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu, demi terciptanya daerah yang otonom, pemerintah daerah dituntut untuk dapat mengelola daerahnya dengan baik dengan memprioritaskan kebutuhan masyarakat tanpa campur tangan dari pemerintah pusat. Otonomi daerah dibentuk agar pemerintah daerah dapat membantu pemerintah pusat dalam mengurus daerah dalam meningkatkan pelayanan umum secara maksimal, pemerintah pusat berharap pemerintah daerah dapat mensejahterakan masyarakat.
5. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
Kinerja keuangan daerah merupakan suatu hasil/pencapaian yang diperoleh pemerintah atas segala aktivitas yang dilakukan selama periode tertentu. Menurut Dwi & Yunita (2019) kinerja keuangan pemerintah daerah adalah suatu pencapaian dari program/kebijakan yang telah direncanakan oleh pemerintah daerah selama periode tertentu yang kemudian diukur dengan menggunakan indikator-indikator keuangan.
Adapun beberapa rasio dalam menilai kinerja keuangan pemerintah daerah yang dapat dikembangkan berdasarkan data keuangan yang merupakan sumber dari APBD antara lain sebagai berikut:
15 a) Rasio Kemandirian
Menurut Halim (2007) rasio kemandirian keuangan daerah merupakan rasio yang mengukur kemampuan pemerintah daerah untuk mebiayai kegiatan pemerintah, pembangunan, serta pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi.
Dalam rasio kemandirian ini, membuktikan apakah pemerintah daerah tersebut lebih ketergantungan atau tidak pada sumber dana eksternal yang diberikan oleh pemerintah pusat atau provinsi. Semakin tinggi rasio kemandirian, semakin rendah ketergantungan daerah tersebut atas bantuan pihak eksternalnya.
b) Rasio Efektivitas
Menurut Halim (2007) rasio efektivitas merupakan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang telah direncanakan dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan berdasarkan dengan potensi riil daerah. Jika pemerintah daerah memiliki kemampuan dalam menjalankan tugasnya mencapai minimal 100%, maka pemerintah daerah tersebut dapat dikategorikan efektif dalam menjalankan tugasnya. Semakin tinggi rasio efektivitas yang dimiliki oleh setiap pemerintah daerah, maka semakin baik pula kemampuan daerah tersebut.
c) Rasio Efisiensi
Menurut Halim (2007) rasio efisiensi merupakan rasio yang menggambarkan perbandingan antara realisasi pengeluaran (belanja) dengan realisasi penerimaan daerah.
16 Jika pemerintah daerah memiliki kemampuan dalam menjalankan tugasnya mencapai dibawah 100%, maka kinerja keuangan pemerintah daerah tersebut akan dikatakan efisien. Semakin kecil rasio efisiensi yang dimiliki oleh setiap pemerintah daerah, maka hal tersebut akan semakin baik untuk pemerintah daerahnya.
d) Rasio Aktivitas
Menurut Halim (2007) rasio aktivitas semakin tinggi presentase dana yang dialokasikan untuk belanja rutin, maka presentase dana yang dialokasikan untuk belanja investasi (belanja pembangunan) yang digunakan untuk menyediakan sarana dan prasarana masyarakat cenderung akan semakin kecil.
e) Rasio Pertumbuhan
Menurut Halim (2007) rasio pertumbuhan mengukur sejauh mana kemampuan pemerintah daerah untuk dapat mempertahankan serta meningkatkan keberhasilan yang dicapai atas kinerja pemerintah daerah tersebut berdasarkan periode ke periode selanjutnya.
6. Ukuran Daerah
Menurut Indah (2016) ukuran daerah adalah variabel yang mengukur seberapa besar kecilnya pemerintah suatu daerah. Menurut Dwi & Yunita (2019) ukuran daerah bisa saja menjadi faktor dalam pengaruh kinerja keuangan pemerintah daerah, apabila suatu daerah ukurannya besar, maka tuntutan atas masyarakat terhadap
17 akuntabilitasnya akan semakin besar dan hal tersebut dapat mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah daerah.
Untuk melakukan penelitian, ukuran daerah dapat dihitung dengan menggunakan total asset, luas wilayah, dan lain sebagainya. Namun, dalam penelitian ini, ukuran daerah menggunakan perhitungan berdasarkan total asset dari pemerintah provinsi di seluruh Indonesia.
Semakin besar total asset yang dimiliki oleh setiap pemerintah daerah, maka makin besar pula ukuran pemerintah daerahnya. Menurut Indah (2016) ketika pemerintah memiliki ukuran daerah yang besar kegiatan operasional daerah akan diberikan dengan mudah, hal tersebut akan berdampak pada pelayanan masyarakat yang diberikan menjadi lebih memadai.
7. Pajak Daerah
Menurut Puja (2019) pajak daerah merupakan pungutan yang berasal dari tangan masyarakat kepada daerah berdasarkan dengan ketentuan undang-undang yang sifatnya memaksa dan terutang oleh wajib pajak dengan tidak mendapat imbalan secara langsung, yang kemudian hasilnya digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah dalam rangka pembangunan pemerintahan. Pajak daerah dipungut berdasarkan ketentuan peundang-undangan kepada masyarakat/badan yang kemudian akan digunakan sebagai pendanaan atas pembangunan infrastruktur, kesejahteraan masyarakat, serta pelayanan masyarakat.
Menurut Pasal 1 Ayat (6) Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan Daerah dan pembangunan Daerah.
Pajak daerah terbagi menjadi pajak Provinsi dan pajak Kabupaten/Kota. Berikut pajak Provinsi diantaranya adalah:
18 a. Pajak Kendaraan Bermotor
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor d. Pajak Air Permukaan
e. Pajak Rokok
Berikut adalah pajak Kabupaten/Kota diantaranya adalah: a. Pajak Hotel
b. Pajak Restoran c. Pajak Hiburan
d. Pajak Penerangan Jalan
e. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan f. Pajak Parkir
g. Pajak Air Tanah
h. Pajak Sarang Burung Walet
i. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan j. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan 8. Belanja Modal
Menurut Halim (2008) belanja modal adalah investasi berupa pengadaan/pembelian aset yang bermanfaat lebih dari dua belas bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah yang bermanfaat secara ekonomis, sosial, sehingga dapat meningkatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat.
Semakin besar belanja modal yang dimiliki oleh pemerintah daerah terhadap total belanja daerah, maka akan semakin baik pula pengaruhnya terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah itu sendiri. Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.02/2011 tentang Klasifikasi Anggaran, Lampiran III, Klasifikasi Jenis Belanja, belanja modal dipergunakan untuk antara lain:
a. Belanja Modal Tanah
Seluruh pengeluaran untuk
19 pengosongan, penimbunan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat tanah serta pengeluaran-pengeluaran lain yang bersifat administratif sehubungan dengan perolehan hak dan kewajiban atas tanah pada saat pembebasan/pembayaran ganti rugi sampai yanah tersebut siap digunakan/dipakai.
b. Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Pengeluaran untuk pengadaan peralatan dan mesin yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan antara lain biaya pembelian, biaya pengangkutan, biaya instalasi, serta biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan sampai peralatan dan mesin tersebut siap digunakan.
c. Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Pengeluaran untuk memperoleh gedung dan bangunan secara kontaktual sampai dengan gedung dan bangunan siap digunakan meliputi biaya pembelian atau biaya konstruksi, termasuk biaya pengurusan IMB, notaris, dan pajak (kontraktual). Dalam belanja ini termasuk biaya untuk perencanaan dan pengawasan yang terkait dengan perolehan gedung dan bangunan.
d. Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Pengeluaran untuk memperoleh jalan dan jembatan, irigasi dan jaringan sampai siap pakai meliputi biaya perolehan atau biaya konstruksi dan biaya –biaya lain yang dikeluarkan sampai jalan dan jembatan, irigasi dan jaringan tersebut siap pakai. Dalam belanja ini termasuk biaya untuk penambahan dan penggantian yang meningkatkan masa manfaat, menambah nilai aset, dan di atas batas minimal nilai kapitalisasi jalan dan jembatan, irigasi dan jaringan.
e. Belanja Modal Lainnya
Pengeluaran yang digunakan dalam kegiatan pembentukan modal untuk pengadaan/pembangunan belanja modal lainnya yang tidak dapat diklasifikasikan dalam perkiraan kriteria belanja modal
20 Tanah, Peralatan dan Mesin, Gedung dan Bangunan, Jaringan (Jalan, Irigasi, dan lain-lain). Termasuk dalam belanja modal ini: kontrak sewa beli (leasehold), pengadaan/pembelian barang-barang kesenian (art pieces), barang-barang purbakala dan barang-barang untuk museum, serta hewan ternak, buku-buku dan jurnal ilmiah sepanjang tidak dimaksudkan untuk dijual dan diserahkan kepada masyarakat.
f. Belanja Modal Badan Layanan Umum (BLU)
Pengeluaran untuk pengadaan/perolehan/pembelian aset yang dipergunakan dalam rangka penyelenggaraan operasional BLU. 9. Laporan Keuangan Pemerintah
Menurut Kieso & Weygandt (2010) dalam buku Intermediate
Accounting menjelaskan bahwa laporan keuangan adalah sarana utama
yang melalui keuangan informasi dikomunikasikan kepada orang-orang di luar perusahaan. Menurut PSAK No. 1 tentang penyajian laporan keuangan, laporan keuangan terdiri dari lima komponen, yaitu:
a) Laporan Posisi Keuangan pada Akhir Periode (Neraca)
Menurut Kieso & Weygandt (2010) dalam buku
Intermediate Accounting bahwa neraca, kadang disebut sebagai
laporan posisi keuangan, melaporkan asset, kewajiban, dan ekuitas pemegang saham pada tanggal tertentu.
Neraca digunakan sebagai dasar agar pencatatan yang akan dijadikan laporan keuangan tidak terdapat kesalahan, selain itu neraca saldo juga dibuat untuk dapat melihat keseimbangan jumlah diantara kredit dan debit yang terdapat dalam akun-akun di buku besar.
b) Laporan Laba Rugi
Menurut Kieso & Weygandt (2010) dalam buku
Intermediate Accounting bahwa laba rugi, sering disebut juga
21 mengukur keberhasilan operasi perusahaan untuk periode waktu tertentu.
Laba rugi digunakan sebagai dasar untuk melihat seberapa besar pendapatan bersih serta menilai suatu entitas meraih keuntungan atau mengalami kerugian selama masa operasi.
c) Laporan Perubahan Ekuitas
Menurut Kieso & Weygandt (2010) dalam buku
Intermediate Accounting bahwa perubahan ekuitas, sering disebut
juga pernyataan dipertahankan penghasilan adalah laporan yang merekonsiliasi saldo-saldo laba akun dari awal hingga akhir periode.
Laporan perubahan modal digunakan sebagai penyajian informasi mengenai perubahan modal pada suatu entitas yang berasal dari kegiatan-kegiatan operasi pada periode tertentu, serta untuk dapat mengetahui kondisi modal yang sebenarnya dimiliki oleh entitas.
d) Laporan Arus Kas
Menurut Kieso & Weygandt (2010) dalam buku
Intermediate Accounting bahwa laporan arus kan melaporkan
penerimaan kas, kas pembayaran, dan perubahan bersih dalam tunai yang dihasilkan dari operasi, investasi, dan membiayai kegiatan suatu perusahaan selama satu periode, dalam format itu sendiri merekonsiliasi saldo awal dan akhir kas.
Laporan arus kas digunakan sebagai menilai kegiatan-kegiatan operasi pada suatu entitas, sehingga dapat menghasilkan perbandingan yang signifikan antara aktivitas operasi dari berbagai entitas.
e) Catatan Atas Laporan Keuangan
Menurut Kieso & Weygandt (2010) dalam buku
Intermediate Accounting bahwa catatan untuk laporan keuangan
22 berkepentingan atau menjelaskan hal-hal yang disajikan di bagian utama pernyataan (neraca, laporan laba rugi, laporan ekuitas pemilik, dan laporan arus kas).
Catatan atas laporan keuangan digunakan sebagai pemberi penjelasan atas semua transaksi yang disajikan pada laporan keuangan, serta memberikan informasi terkait dengan semua transaksi yang tidak memenuhi kriteria atas laporan keuangan yang tersedia.
23 B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian terdahulu disajikan dalam Tabel 2.1, sebagai berikut: Tabel 2.1
Hasil-hasil Penelitian Terdahulu
No Peneliti/Judul/Sumber/Tahun Metode Penelitian X1 X2 X3 Y Hasil Penelitian 1. Sari Rusmita
Effect of Regional Government
Characteristics of Financial
Performance
International Research in
Economics and Finance, 2019
Jenis Penelitian: Kuantitatif Sumber Data: Website Badan
Pusat Statistik (BPS)
Sampel: 12 Kabupaten dan 2 Kota di Provinsi Kalimantan Barat
Metode Analisis: Analisis Regresi Linier Berganda
Indikator: Total Aset dan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
Perbedaan Variabel: Belanja Daerah, Tingkat
Ketergantungan pada Pusat, Kemakmuran Pemerintah
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa belanja daerah dan ketergantungan Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat pada pemerintah pusat memiliki pengaruh positif terhadap kinerja keuangan pemerintah Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat, sedangkan ukuran pemerintahan, belanja
daerah, kemakmuran
pemerintah, dan leverage
berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan pemerintah Kabupaten/Kota di Kalimantan
24
Daerah, dan Leverage Barat.
2. Yulia Wijayanti & Dhini Suryandari
The Effect of Regional
Characteristics, Leverage,
Government Complexity, BPK Audit Findings and Opinions on Local Government Financial Performance
Accounting Analysis Journal,
2020
Jenis Penelitian: Kuantitatif Sumber Data: BPK RI
Sampel: LKPD LHP Kota yang berada di Pulau Jawa Bali secara tahun 2014-2015 yang telah diaudit oleh BPK RI Metode Analisis: Analisis
Regresi Linier Berganda
Indikator: Total Aset dan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
Perbedaan Variabel: Belanja
Daerah, Tingkat
Ketergantungan Daerah, Kemakmuran Pemerintah,
Leverage, Temuan Audit, dan
Opini Audit
Ukuran daerah memiliki
pengaruh negatif terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Belanja daerah dan opini audit berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah dan tingkat kekayaan daerah, leverage. Kompleksitas pemerintah dan temuan audit tidak berpengaruh signifikan terhadap keuangan kinerja pemerintah daerah.
3. Tatas Ridho Nugroho & Novi Eko Prasetyo
Pengaruh Karakteristik
Jenis Penelitian: Kuantitatif Sumber Data: Website DJPK
(Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan)
Secara parsial ukuran pemerintah daerah size
berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan pemerintah
25 Pemerintah Daerah Terhadap
Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota di Jawa Timur
Jurnal Akuntansi dan Pendidikan, 2017
Sampel: Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota
Metode Analisis Data: Pendekatan Asosiatif Kausal Indikator: Total Aset dan
Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
Perbedaan Variabel:
Intergovernmental Revenue dan
Belanja Daerah
daerah, intergovernmental
revenue berpengaruh positif
terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah, sedangkan belanja daerah tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.
4. Indah Puspa Sari
Pengaruh Ukuran Pemerintah Daerah, PAD, Leverage, Dana Perimbangan dan Ukuran Legislatif Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (Studi pada Kab/Kota Pulau Sumatera)
Journal of Management, 2016
Jenis Penelitian: Kuantitatif Sumber Data: Website
departemen keuangan Sampel: Purposive sampling Metode Analisis Data: Regresi
Linear Berganda
Indikator: Total Aset dan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
Perbedaan Variabel: PAD,
Leverage, Dana Perimbangan,
Ukuran pemerintah daerah berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. PAD berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.
Leverage tidak berpengaruh
terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.
Dana perimbangan berpengaruh terhadap kinerja keuangan
26
dan Ukuran Legislatif pemerintah daerah
Ukuran legislative tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. 5. Aulia Rizka Kusuma
Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Terhadap Efisiensi Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, 2017
Jenis Penelitian: Kuantitatif Sumber Data: -
Sampel: Laporan realisasi anggaran, Laporan posisi keuangan tahun 2013-2015 Metode Analisis Data: Regresi
Linear Berganda
Indikator: Total Aset dan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
Perbedaan Variabel: PAD, Tongkat Ketergantungan,
Leverage, dan Belanja Daerah
Kemakmuran dan belanja daerah memiliki pengaruh positif terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah sedangkan ukuran pemerintah daerah, tingkat ketergantungan pada pemerintah pusat, dan leverage pengaruh negatif terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah berdasarkan rasio efisiensi kinerja.
6. Mirna Sesotyaningtyas
Pengaruh Leverage, Ukuran Legislatif, Intergovernmental Revenue, dan Pendapatan Pajak
Jenis Penelitian: Kuantitatif Sumber Data: Website resmi
yang disediakan kabupaten/kota Sampel: Neraca dan realisasi APBD, dan data anggota
Ukuran legislatif tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah Kabupaten/kota di Jawa.
27 Daerah Terhadap Kinerja
Keuangan Pemerintah Daerah
Accounting Analysis Journal,
2012
DPRD
Metode Analisis Data: Regresi Linear Berganda
Indikator: Pajak Daerah dan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
Perbedaan Variabel: PAD, Tongkat Ketergantungan,
Leverage, dan Belanja Daerah
berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah Kabupaten/kota di Jawa. Pendapatan pajak daerah menunjukkan berpengaruh terhadap kinerja keuaangan pemerintah daerah berdasarkan rasio efisiensi.
7. Emilios Galariotis, Alexis Guyot, Michael Doumpos, & Constantin Zopounidis
A Novel Multi-Attribute
Benchmarking Approach for
Assessing The Financial
Performance of Local
Governments: Empirical
Evidance from France
European Journal of
Operational Research, 2015
Jenis Penelitian: Kuantitatif Sumber Data: Laporan disusun
oleh seluruh kota di Perancis yang terdapat di Direktorat Umum Keuangan Publik (DGFiP)
Sampel: Seluruh kota di Perancis selama periode 2000-2012
Metode Analisis Data: -
Indikator: Pajak Daerah dan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
Untuk menilai cara reformasi yang dilaksanakan selama decade terakhir, perpajakan telah mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah daerah di Perancis.
28 Perbedaan Variabel: -
8. Komang Aryagus Wiguna & I Ketut Jati
Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dam Lain-lain PAD yang Sah Terhadap Kinerja Keuangan Daerah
E-Jurnal Akuntansi, 2019
Jenis Penelitian: Kuantitatif Sumber Data: Badan
Pengelolaan Keuangan dan Aset (BPKAD) Provinsi Bali Periode tahun 2012-2016 Sampel: Semua dokumen
Realisasi Anggaran Pendapataan dan Belanja Daerah Provinsi Bali tahun 2012-2016
Metode Analisis Data: Analisis Regresi Linear Berganda
Indikator: Pajak Daerah Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
Perbedaan Variabel: Retribusi Daerah, dan Lain-lain PAD yang Sah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, baik pajak daerah, retribusi daerah, maupun lain-lain pendapatan asli daerah yang sah tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan daerah pada Pemerintah Provinsi Bali.
9. Rakhmini Juwita Jenis Penelitian: Kuantitatif Sumber Data: Website resmi
Menunjukkan bahwa pajak daerah dan retribusi daerah
29 Pengaruh Pendapatan Asli
Daerah terhadap Kinerja Keuangan Daerah
Jurnal Riset Akuntansi dan Bisnis, 2017
dirjen perimbangan keuangan Sampel: 4 pemerintah daerah
kabupaten, 4 pemerintah daerah kota dan 1 pemerintah daerah propinsi
Metode Analisis Data: Analisis Regresi Linear Berganda
Indikator: Pajak Daerah Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
Perbedaan Variabel: Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaam Kekayaan Daerah, dan Lain-lain PAD yang Sah
mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah daerah sedangkan hasil pengelolaan kekayaan daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah secara simultan tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan daerah
10. Junarwati, Hasan Basri, & Syukriy Abdullah
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Kinerja Keuangan Daerah pada Kabupaten/Kota di Provinsi
Jenis Penelitian: Kuantitatif Sumber Data: Badan Pemerksa
Keuangan (BPK)
Sampel: Kabupaten/Kota Provinsi Aceh Tahun 2010-2012
Metode Analisis Data: Analisis
Pendapatan Asli Daerah berpengaruh terhadap kinerja keuangan daerah pada kabupaten/kota di Provinsi Aceh tahun 2010-2012. Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Zakat, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
30 Aceh Tahun 2010-2012
Jurnal Telaah & Riset Akuntansi, 2013
Linear Berganda
Indikator: Pajak Daerah Terhadap Rasio Efisiensi Perbedaan Variabel: PAD,
Retribusi Daerah, Zakat, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, dan Lain-lain PAD yang sah
yang Dipisahkan, dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah berpengaruh secara bersama-sama dan sendiri-sendiri terhadap kinerja keuangan daerah pada kabupaten/kota di Provinsi Aceh tahun 2010-2012.
11. Mulia Andirfa, Hasan Basri, & Shabri A. Majid
Pengaruh Belanja Modal, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Kinerja Keuangan Kabupaten/Kota di provinsi Aceh
Jurnal Magister Akuntansi, 2016
Jenis Penelitian: Kuantitatif Sumber Data: Dinas Keuangan
Aceh dan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Departemen Keuangan
Sampel: Laporan keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) 23 Kabupaten/Kota
Metode Analisis Data: Regresi Linier Berganda
Indikator: Belanja Modal dan Rasio Efisiensi
Perbedaan Variabel: Dana Perimbangan, dan Pendapatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Belanja Modal, Dana Perimbangan dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara simultan memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan. Namun hasil pengujian secara parsial menunjukkan Belanja Modal berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan daerah, dan Dana Perimbangan tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan daerah. Sedangkan Pendapatan Asli
31
Asli Daerah Daerah tidak mempengaruhi
kinerja keuangan daerah pada Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Aceh.
12. Sri Mulyani & Hardiyanto Wibowo
Pengaruh Belanja Modal, Ukuran Pemerintah Daerah,