• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Akuntansi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Akuntansi."

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH UKURAN DAERAH, PAJAK DAERAH, DAN BELANJA MODAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

(Studi Empiris pada Provinsi di Indonesia Tahun 2015-2018)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Akuntansi

Disusun Oleh:

SHILFA INTAN DIANA NIM. 11160820000003

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

i

PENGARUH UKURAN DAERAH, PAJAK DAERAH, DAN BELANJA MODAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

(Studi Empiris pada Provinsi di Indonesia Tahun 2015-2018)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Akuntansi

Oleh:

Shilfa Intan Diana 11160820000003

Di Bawah Bimbingan Pembimbing

Dr. Rini, S.E., M.Si., Ak., CA NIP. 19760315 200501 2 002

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Selasa Tanggal 07 Bulan April Tahun Dua Ribu Dua Puluh telah dilakukan Ujian Komprehensif atas Mahasiswa:

1. Nama : Shilfa Intan Diana

2. NIM : 11160820000003

3. Jurusan : Akuntansi

4. Judul Skripsi : Pengaruh Ukuran Daerah, Pajak Daerah, dan Belanja Modal Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Provinsi di Indonesia Tahun 2015-2018)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Akuntansi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 07 April 2020

1. Hepi Prayudiawan, S.E., M.M., Ak., CA ( )

NIP. 197205162009011006 Penguji I

2. Zuwesty Eka Putri, M. Ak ( )

(4)

iii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Rabu, 23 Desember 2020 telah dilakukan Ujian Skripsi atas Mahasiswa:

1. Nama : Shilfa Intan Diana

2. NIM : 11160820000003

3. Jurusan : Akuntansi

4. Judul Skripsi : Pengaruh Ukuran Daerah, Pajak Daerah, dan Belanja Modal Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Provinsi di Indonesia Tahun 2015-2018)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 29 Desember 2020

1. Fitri Damayanti, S.E., M.Si ( )

NIP. 198107312006042003 Ketua

2. Dr. Rini, S.E., M.Si., Ak., CA ( )

NIP. 196205021993031003 Pembimbing

3. Dr. Yusar Sagara, S.E., Ak., M.Si ( )

(5)

iv LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Shilfa Intan Diana

NIM : 11160820000003

Jurusan : Akuntansi

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber ahli atau tanpa izin pemilik karya.

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya ini.

Jikalau di kemudian gari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 10 November 2020 Yang Menyatakan

(6)

v DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Shilfa Intan Diana

2. Tempat Tanggal Lahir : Lebak, 10 Februari 1998

3. Alamat : Jln. Siliwangi BTN Pasir Ona Blok C5 No.1, RT.02 RW.06. Rangkasbitung Timur, Lebak, Banten. 42313

4. Telepon : 083147510613

5. Email : shilfaintandiana98@gmail.com

B. PENDIDIKAN

PENDIDIKAN FORMAL

1. S1 (2016-2020) : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. SMA (2013-2016) : SMA Negeri 2 Rangkasbitung 3. SMP (2010-2013) : SMP Terpadu Al-Qudwah 4. SD (2004-2010) : SD Islam Terpadu Ad-Dawah PENDIDIKAN NON-FORMAL

1. Zahir Certification : Zahir International (2018) 2. Accurate

C. LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Nama Ayah : Tjiptaning

2. Tempat Tanggal Lahir : Lebak, 22 Mei 1971 3. Nama Ibu : Dian Rosdiana 4. Tempat Tanggal Lahir : Lebak, 25 Mei 1971 D. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Anggota Pramuka SD Islam Terpadu Ad-Dawah Periode 2006-2010 2. Anggota KIR SMP Terpadu Al-Qudwah Periode 2010-2011

3. Anggota OSIS SMP Terpadu Al-Qudwah Periode 2010-2011 4. Pasukan Khusus (PASUS) Pramuka Periode 2011-2012

5. Sekretaris OSIS SMA Negeri 2 Rangkasbitung Periode 2013-2014 6. Anggota Paskibra SMA Negeri 2 Rangkasbitung Periode 2013-2015

(7)

vi 7. Anggota Bidang Hubungan Masyarakat (HUMAS) HMJ Akuntansi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Periode 2016-2017

8. Anggota Bidang Hubungan Masyarakat (HUMAS) KOPMA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Periode 2018-2019

(8)

vii

ABSTRACT

THE EFFECTS OF REGIONAL SIZE, REGIONAL TAXES, AND CAPITAL EXPENDITURE ON REGIONAL GOVERNMENT FINANCIAL

PERFORMANCE

(Empirical Study on Province in Indonesian in Year 2015-2018)

By

Shilfa Intan Diana

The objective of this research is to examine the effect of regional size, regional taxes, and capital expenditure on regional government financial performance. This research uses a sample of provinces in Indonesian in 2015-2018. The total of Provinces in Indonesian is 34 Provinces which are measured for 4 (four) years. This research method using purposive sampling. Hypothesis testing in this research uses path analysis with the help of SPSS 26 software.

The results of this research indicate that the region size negative affects the regional government financial performance. Meanwhile, regional taxes and capital expenditure do not affect the regional government financial performance. Keywords: Regional Size, Regional Taxes, Capital Expenditure, and Regional

(9)

viii ABSTRAK

PENGARUH UKURAN DAERAH, PAJAK DAERAH, DAN BELANJA MODAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

(Studi Empiris pada Provinsi di Indonesia Tahun 2015-2018) Oleh

Shilfa Intan Diana

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh ukuran daerah, pajak daerah, dan belanja modal terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Penelitian ini menggunakan sampel pada Provinsi di Indonesia tahun 2015-2018. Jumlah Provinsi di Indonesia sebanyak 34 Provinsi yang diukur selama 4 (empat) tahun. Metode penelitian ini menggunakan purposive sampling. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis linear berganda dengan bantuan software SPSS versi 26.

Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa ukuran daerah berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Sedangkan, pajak daerah dan belanja modal tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.

Kata Kunci: Ukuran Daerah, Pajak Daerah, Belanja Modal, dan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

(10)

ix KATA PENGANTAR

Alhamdulillah. Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas

rahmat, ridha, dan karunia-Nya sehingga penulis mendapatkan bimbingan serta kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Ukuran Daerah, Pajak Daerah, Dan Belanja Modal Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Provinsi di Indonesia Tahun 2015-2018)”. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, shabatnya, serta kita umatnya hingga akhir zaman.

Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Akuntansi di Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis sepenuhnya menyadari bahwa terdapat banyak pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Papah Alm. Tjiptaning dan Mamah Dian Rosdiana yang dengan sepenuh hati memberikan dukungan, perhatian, kasih sayang, motivasi, nasihat, dan doa yang tak pernah putus. Terlebih kepada Papahku yang hebat Alm. Tjiptaning yang sebelum dipanggil oleh Allah SWT sempat mengantar penulis untuk mendapatkan data penelitian, semoga Papah tenang di surga Allah SWT. Aamiin…

2. Adik-adik tersayang, Raina Mutiara Aini dan Muhammad Fayruz Bagasdipta, dan seluruh keluarga besar yang selalu memberikan penulis semangat, dukungan, dan doa.

3. Ibu Dr. Rini, S.E., M.Si., Ak., CA. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu, memberikan arahan, memberikan bimbingan, perhatian, dan doa kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Bapak Drs. Abdul Hamid Cebba, MBA., Ak., CPA., CA. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu mendukung serta

(11)

x memberikan arahan kepada penulis dalam melewati masa-masa perkuliahan sampai dengan penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E., Ak., M.Si., CA., QIA., BKP. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Ibu Yessi Fitri, S.E., M.Si., Ak., CA. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Ibu Fitri Damayanti, S.E., M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Segenap Dosen dan Staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu serta bantuan kepada penulis.

9. Annisa Putri Rahma, Ayu Anggraini, Irma Nuranisa, Nenda Syafitri, dan Shifa Isma Dyantama. Tidak lupa teman semasa kecilku Nawal Fauziyyah Al-Afuw selaku sahabat-sahabat penulis yang telah memberikan semangat, dukungan, doa, serta perhatian-perhatian yang diberikan kepada penulis selama perkuliahan sampai penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Ade Ansah Muhamad Fauzi selaku partner penulis yang selalu memberikan doa, motivasi, dukungan, semangat, serta membantu penulis apabila penulis mengalami kesulitan.

11. Teman-teman seperjuangan Jurusan Akuntansi angkatan 2016 terkhusus kelas Akuntansi A yang telah memberikan canda tawa, serta kebaikan-kebaikan selama 4 tahun perkuliahan.

12. Pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam pembuatan skripsi ini yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, baik dari segi bahasa, pengolahan, serta penyusunan. Untuk itu

(12)

xi penulis sangat mengharapkan tanggapan, kritik, dan saran yang sifatnya membangun. Demikianlah, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi yang membacanya.

Jakarta, 20 Oktober 2020

Shilfa Intan Diana

(13)

xii DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI………...…………i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF………...….ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI………iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ILMIAH………...…....iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP………...………..……v

ABSTRACT………...……..vi ABSTRAK……….………...vii KATA PENGANTAR……….…viii DAFTAR ISI………...…….…xi DAFTAR TABEL………...…xiv DAFTAR GAMBAR………xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang……….…1 B. Rumusan Masalah………....9 C. Tujuan Penelitian………...…..9 D. Manfaat Penelitian………..………...……10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Literatur………...11

1. Agency Theory (Teori Keagenan)………..11

2. Desentralisasi Fiskal………..12

3. Akuntansi Pemerintah………....12

4. Otonomi Daerah………...…...……..14

(14)

xiii

6. Ukuran Daerah………...16

7. Pajak Daerah………..17

8. Belanja Modal………18

9. Laporan Keuangan Pemerintah………...……...20

B. Hasil Penelitian Terdahulu……….23

C. Kerangka Pemikiran………...36

D. Pengembangan Hipotesis………...37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian………...….41

B. Metode Penentuan Sampel……….………41

C. Metode Pengambilan Sampel……….42

D. Metode Pengumpulan Data………42

E. Operasional Variabel Penelitian……….42

1. Ukuran Daerah (X1)………42

2. Pajak Daerah (X2)………...43

3. Belanja Modal (X3)……….43

4. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (Y)……….43

E. Metode Analisis Data……….46

1. Analisis Statistik Deskriptif………46

2. Uji Asumsi Klasik………...47

3. Uji Hipotesis………....49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian………...52

B. Temuan Hasil Penelitian………....53

1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif………...53

2. Hasil Uji Asumsi Klasik………..56

a. Hasil Uji Normalitas………...…...………..56

b. Hasil Uji Multikolinearitas………...59

c. Hasil Uji Autokorelasi………..60

(15)

xiv

a. Uji Koefisien Determinasi (R²)………61

b. Uji Signifikan Simultan (Uji F)………62

c. Uji Signifikan Parsial (Uji t)………63

C. Pembahasan………65

1. Pengaruh Ukuran Daerah terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah……….…65

2. Pengaruh Pajak Daerah terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah……….66

3. Pengaruh Belanja Modal terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah……….67

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan………69 B. Imlikasi………..70 C. Keterbatasan………..70 D. Saran………..71 DAFTAR PUSTAKA………..72 LAMPIRAN……….79

(16)

xv DAFTAR TABEL

1.1 Jumlah Opini Laporan Keuangan Pemerintah………...3

2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu………23

3.1 Definisi Operasional Variabel………...44

4.1 Uraian Kriteria Sampel Penelitian………....………..52

4.2 Hasil Uji Analisis Statistik Deskriptif……….54

4.3 Hasil Uji One Sample Kolmogorov Smirnov (K-S)………57

4.4 Hasil Uji Multikolinearitas………..59

4.5 Hasil Uji Autokorelasi Durbin Watson………...60

4.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi……….62

4.7 Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji F)……….63

(17)

xvi DAFTAR GAMBAR

2.1 Kerangka Pemikiran……….36

4.1 Hasil Uji Grafik Histogram………..58

4.2 Hasil Uji Grafik Normal Probability (P-P) Plot………..58

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pada dasarnya, setiap daerah memiliki kewenangan atas daerahnya masing-masing, pemerintah pusat menuntut pemerintah daerah untuk dapat mensejahterakan masyarakat, karena pemerintah pusat tidak mungkin berjalan sendiri tanpa adanya bantuan dari pemerintah daerah untuk dapat mengurus setiap daerah yang disebut dengan otonomi daerah. Menurut Adissya & Budi (2019) otonomi daerah adalah hak serta wewenang daerah dalam mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan sesuai dengan kepentingan masyarakat daerah tanpa campur tangan pemerintah pusat.

Akan tetapi berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wawan (2020) pemberian wewenang pemerintah pusat kepada pemerintah daerah kemungkinan akan memberikan pengaruh yang buruk kepada setiap daerah atas perekonomiannya, seperti halnya pemerintah daerah akan menjadi tidak disiplin atas kebijakan fiskal, serta dapat menyebabkan pemborosan anggaran akan sering terjadi. Pemerintah daerah memang menggunakan dana yang diberikan oleh pemerintah pusat untuk membangun daerahnya agar menjadi lebih baik, namun terkadang pemerintah daerah melakukan pembangunan yang kemudian tidak diperhatikan kembali sehingga bangunan menjadi tidak terawat.

Apabila pemerintah pusat telah memberikan kepercayaan kepada pemerintah daerah untuk mengatur daerahnya sendiri, maka pemerintah pusat mengharapkan kemandirian yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan tidak mengandalkan pemerintah pusat walaupun pemerintah pusat memberikan suntikan dana kepada pemerintah daerah. Dalam kondisi tersebut, diharapkan investasi swasta serta BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) yang dapat berperan dalam mendorong pertumbuhan pada perekonomian daerah (Adissya & Budi, 2019).

(19)

2 Salah satu penilaian atas kinerja pemerintah dapat dilihat dari laporan keuangan pemerintah. Laporan keuangan pada ranah pemerintahan merupakan suatu pernyataan yang dibuat oleh bagian manajemen keuangan pemerintahan sebagai upaya dalam hal pemberian informasi yang nyata terhadap pihak yang berkepentingan mengenai keadaan keuangan pemerintah (Yohanes, 2019). Dapat dikatakan bahwa masyarakat sebagai prinsipal dan pemerintah sebagai agen yang ditunjuk oleh prinsipal untuk mengelola daerah dengan sebaik mungkin, hal tersebut sebagai dasar bahwa masyarakat menunjuk pemerintah sebagai agen karena masyarakat mempercayai keberadaan pihak-pihak pemerintah untuk mengelola daerah serta dapat mencatat laporan keuangan yang baik, handal, jujur, dan dapat diversifikasi.

Laporan keuangan pemerintah pusat maupun daerah akan diperiksa oleh BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) untuk menghasilkan opini mengenai laporan keuangan itu sendiri. Pemeriksaaan keuangan dilakukan guna untuk memberikan keyakinan yang layak bahwa laporan keuangan tersebut telah disajikan secara wajar atau belum sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia (Sudarman & Elvia, 2019). Opini laporan keuangan meliputi Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), Wajar Dengan Pengecualian (WDP), Tidak Wajar (TW), dan Tidak Memberikan Pendapat (TMP). Opini BPK penting terhadap laporan keuangan pemerintah karena hal tersebut menjadi salahsatu bentuk bukti atas tanggungjawab pemerintah kepada masyarakat dengan cara BPK harus mampu memberikan penilaian terhadap pemerintah melalui laporan keuangannya tersebut dengan melihat apakah pemerintah sudah mempertanggungjawabkan laporan keuangan tersebut dan apakah laporan keuangan pemerintah tersebut sudah dibuat berdasarkan undang-undang yang telah ditetapkan dan apakah terdapat salah saji atas potensi kerugian terhadap Negara (Rafrini, 2020).

(20)

3 Tabel 1.1

Jumlah Opini Laporan Keuangan Pemerintah

Sumber: IHPS I Tahun 2015-2019

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat laporan keuangan pemerintah yang opininya masih berstatus WDP dan TMP, walaupun jumlah yang berstatus WTP meningkat, akan tetapi dapat dilihat masih terdapat juga laporan keuangan yang terlambat diserahkan kepada BPK RI untuk dapat diperiksa sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Pada tahun 2015 dengan laporan keuangan sejumlah 533 dari 539, tidak diserahkan kepada BPK RI sebanyak 6 laporan keuangan. Di tahun 2016 dengan laporan keuangan sejumlah 537 dari 542 (terdapat pemekaran sebanyak 3 wilayah), tidak diserahkan kepada BPK RI sejumlah 5 laporan keuangan laporan. Di tahun 2017 mengalami perbaikan, tidak ada laporan keuangan yang tidak diserahkan, akan tetapi terdapat laporan keuangan yang mengalami keterlambatan. Hal tersebut menjadi penilaian atas keefisienan kinerja pemerintah daerah dalam hal pertanggungjawaban pemerintah daerah yang dinilai apakah telah sesuai dengan standar. Semakin banyak pelanggaran yang dilakukan oleh pemerintah daerah, maka akan semakin buruk kinerja pemerintah daerah tersebut (Rollis & Agus, 2020).

Kinerja keuangan pemerintah daerah merupakan sebuah indikator yang ada pada daerah untuk dapat menelusuri serta mengurus segala aset daerah dalam melaksanakan sistem pemerintahan, melayani masyarakat, dan pembangunan daerah (Verawaty, dkk, 2020). Kinerja keuangan pemerintah Tahun

Opini

Jumlah LKPD

WTP WDP TMP TW

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

2015 312 58% 187 35% 30 6% 4 1% 533 dari 539

2016 375 70% 139 26% 23 4% - - 537 dari 542

2017 411 76% 113 21% 18 3% - - 542 dari 542

(21)

4 suatu upaya untuk dapat mengevaluasi hasil yang telah dilakukan pemerintah dalam melaksanakan urusan pemerintahan melalui keuangan pemerintah daerah itu sendiri. Dengan adanya penilaian atas kinerja keuangan pemerintah, maka hal tersebut dapat menjadi sebuah acuan pemerintah untuk dapat melakukan segala urusan pemerintah menjadi lebih baik. Sesuai dengan penyatanyaan dari Ketua Badan Pemeriksa Keuangan RI (BPK RI) bahwa pengukuran kinerja keuangan pemerintah daerah perlu dilakukan karena masih terdapat fakta kinerja keuangan pemerintah daerah masih dinilai buruk di Indonesia dalam hal transparansi serta akuntabilitas pemerintah daerah yang berdampak buruk terhadap penilaian atas kinerja keuangan pemerintah daerah (Dwi & Yunita, 2019). Hal tersebut dapat membuat masyarakat lebih percaya atas terealisasinya setiap anggaran yang disediakan oleh pemerintah.

Pada kinerja keuangan pemerintah, masyarakat dapat mengetahui bagaimana pemerintah bertanggungjawab atas pengelolaan daerahnya, dan dapat dinilai baik atau buruk urusan daerah yang telah dilaksanakan oleh pemerintah. Oleh karena itu, kinerja keuangan pemerintah perlu diukur untuk dapat melihat sejauhmana kemajuan serta pencapaian pemerintah dalam melaksanakan dan menjalankan tugasnya. Menurut Heri (2020) kinerja keuangan pemerintah yang berhasil ialah pemerintah yang mengelola keuangannya dengan tertib, taat atas peraturan perundangan yang telah ditentutkan, efisien, ekonomis, transparan, serta bertanggungjawab.

Kinerja keuangan pemerintah daerah menjadi sorotan masyarakat, masih terdapat beberapa daerah yang melakukan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, hal tersebut membuat kinerja keuangan pemerintah daerah menjadi tidak efektif. Pada ranah pemerintahan dibutuhkan pengembangan terhadap indikator kinerja yang khusus, karena pemerintah tidak mendapatkan keuntungan dan kewajibannya melayani masyarakat (Christine, dkk, 2000). Pemerintah daerah memiliki cakupan yang lebih kecil, maka diharapkan pemerintah daerah untuk dapat memaksimalkan kinerjanya tersebut termasuk dalam kegiatan ekonomi daerah untuk mencapai kesejahteraan yang merata (Khoirul, 2019).

(22)

5 Dalam hal penilaian atas segala pelaksanaan yang dilakukan oleh pemerintah, kinerja keuangan pemerintah dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi serta dapat memotivasi pemerintah untuk menjadi lebih baik lagi dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya. Menurut Pasal 1 Ayat 2 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang telah atau hendak dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas terukur. Dengan hasil kinerja yang baik, maka pemerintah daerah akan semakin dipercaya oleh masyarakat untuk mengelola daerah.

Ukuran daerah menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah daerah. Semakin besar ukuran daerah, maka diharapkan semakin besar peluang pemerintah daerah dalam melaksanakan setiap kegiatan operasional pemerintah daerah. Pemerintah daerah yang memiliki ukuran besar dituntut untuk dapat mewujudkan kebutuhan masyarakat termasuk dalam pelayanan masyarakat secara optimal (Anugerah & Efrizal, 2020). Semakin ukuran daerah tersebut besar, maka tuntutan atas masyarakat terhadap akuntabilitas akan semakin besar, sehingga hal tersebut akan mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah daerah (Dwi & Yunita, 2019).

Ukuran daerah dapat diproksikan dengan total aset yang dimiliki oleh setiap daerah. Aset yang dimiliki oleh setiap daerah menjadi salah satu alat pendukung untuk dapat memberikan pelayanan yang optimal bagi masyarakatnya. Ukuran daerah menurut penelitian yang dilakukan oleh Sumarjo (2010) menggunakan total aset yang dimiliki oleh pemerintah daerah karena aset merupakan sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh setiap pemerintah daerah yang timbul dari masa lalu serta diharapkan bermanfaat untuk masa depan (Syafitri, 2012 dalam Tatas & Novi, 2017).

Melandaskan argumen pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kabupaten Banjar (2017) bahwa “Aset atau barang yang sudah dibeli pemda tidak lagi menjadi perhatian bahkan tidak pernah dilakukan pengendalian secara memadai. Selain kelemahan pemda yang

(23)

6 melakukan pembiaran dengan tidak mengurus administrasi kepemilikan, inventarisasi aset dengan benar, juga rawan pengalihan hak dari aset-aset tersebut kepada orang lain baik individu maupun korporasi. Pengelolaan aset yang baik tidak dilakukan dengan baik menimbulkan kerawanan hilangnya asset daerah. Bahkan terjadi silang sengketa antara pemerintah daerah dengan warga atau masyarakat yang mengklaim asset tersebut adalah miliknya”.

Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No. 7 disebutkan bahwa aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 dapat disimpulkan bahwa barang milik Negara/daerah perlu dilakukan perencanaan atas pengadaan barang, pengendalian barang yang harus sesuai dengan fungsi instansi yang bersangkutan, pengawasan barang yang diperlukan oleh instansi terkait, dan membutuhkan koordinasi atas barang yang berada pada instansi tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa total aset merupakan hal yang penting dalam penilaian kinerja keuangan pemerintah, karena dengan besarnya total aset yang dimiliki oleh setiap daerah, akan memudahkan pemerintah daerah memberikan pelayanan serta kesejahteraan untuk masyarakat. Apabila total aset yang dimiliki oleh pemerintah daerah kecil, maka pelaksanaan operasionalnya cenderung akan mengalami kesulitan.

Secara tidak langsung, ketika pemerintah daerah memiliki ukuran daerah yang besar, maka Pendapatan Asli Daerah (PAD) akan semakin besar, apabila pemerintah daerah mampu memanfaatkan sumber-sumber potensi daerahnya dan apabila pemerintah daerah mampu mengelola potensi-potensi daerahnya dengan baik (Mulyani & Wibowo, 2017). Pasal 285 ayat (1) huruf a Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 menyebutkan bahwa Pendapatan Asli

(24)

7 Daerah (PAD), meliputi pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Namun, Liputan 6 (11 Oktober 2017) memberitakan bahwa “Center for

Indonesia Taxation Analysis (CITA) melihat sektor perpajakan daerah selama

ini masih kurang perhatian oleh Pemerintah Pusat. Kurangnya perhatian ini menjadikan berbagai daerah berlomba-lomba menambahkan jenis dan jumlah pungutan pajak demi meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)”.

Menurut Pasal 1 Ayat 10 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, pajak daerah disampaikan untuk masyarakat yang membayar pajaknya melalui daerahnya masing-masing. Iuran pajak yang telah dibayarkan oleh masyarakat dapat digunakan pemerintah daerah untuk memberikan imbalan melalui pembangunan serta pelayanan masyarakat secara tidak langsung.

Apabila semakin besar jumlah iuran yang diterima atas pembayaran pajak daerah, maka akan semakin besar pula pendapatan asli daerahnya. Membayar pajak daerah dapat meningkatkan pendapatan asli daerah, semakin besarnya pendapatan asli daerah, akan mempermudah pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya dalam membiayai pembangunan daerah serta pelayanan sosial yang diberikan kepada masyarakat. Menurut Komang & I Ketut (2019) pajak daerah merupakan salah satu sumber yang terpenting dari Pendapatan Asli Daerah dan akan sangat berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah, karena jika pajak daerah sesuai dengan target yang telah ditetapkan, maka akan menunjukkan kinerja keuangan pemerintah tersebut semakin bagus.

Pajak daerah yang diterima digunakan untuk membiayai setiap aktivitas maupun mengerjakan proyek bagi masyarakat, hal tersebut akan berdampak positif bagi perkembangan perekonomian pembangunan daerah (Arfah,

(25)

8 2018). Tingginya pendapatan pajak daerah, pemerintah daerah akan semakin mudah dalam melakukan pembangunan infrastruktur untuk masyarakat, pelayanan publik yang memadai, serta dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakatnya. Menurut Elvi, dkk (2015) pajak daerah yaitu suatu pajak yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah melalui peraturan daerah yang memiliki wewenang atas pemungutannya dilakukan langsung oleh pemerintah daerah tersebut dan hasilnya akan digunakan untuk mendanai pengeluaran pemerintah serta pembangunan daerah.

Apabila pendapatan suatu daerah tinggi, maka belanja untuk memenuhi kebutuhan roda pemerintahannya pun akan semakin besar juga (Antari & Sedana, 2018). Belanja daerah juga sangat berkaitan erat dengan kesejahteraan masyarakat. Namun, menurut Katadata.co.id (11 Desember 2018) yang memberitakan bahwa “Kementerian Keuangan menyoroti rata-rata belanja modal Pemda yang hanya mencapai 19%. Hal ini disebabkan Pemda masih mengutamakan anggaran belanja pegawai dibandingkan dengan alokasi untuk belanja infrastruktur. Sri Mulyani meminta Pemda untuk menggunakan alokasi pendanaan di daerah untuk pemerataan ekonomi. Alokasi untuk belanja barang dan jasa dalam porsi 23%juga harus lebih tepat. Ia menduga banyak pejabat di daerah menggunakan dana belanja barang dan jasa untuk perjalanan dinas ke pusat atau daerah lain. Ia menyebutkan, ada rombongan pejabat di daerah yang datang ke Kementerian Keuangan hingga 46 kali dalam setahun. Ongkos itu digunakan supaya mendapat surat pertanggungjawaban (SPJ). Sri Mulyani berkata, “Seharusnya bisa dipakai untuk bangun jembatan, perbaikan pasar, penyediaan air bersih yang sangat berguna bagi masyarakat””.

Menurut penelitian Ayinde, dkk (2015) mengatakan bahwa belanja modal pemerintah yaitu suatu pengeluaran yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk membangun proyek-proyek tertentu yang berguna untuk meningkatkan serta menyejahterakan masyarakatnya untuk jangka waktu yang panjang yang biasanya lebih dari 1 (satu) tahun. Menurut Yeni, dkk (2019) belanja modal digunakan sebagai pengalokasian untuk merencanakan keuangan jangka

(26)

9 panjang dan untuk pemeliharaan aset yang selanjutnya akan digunakan sebagai sarana dan prasarana daerah.

Apabila diperhatikan kembali, terdapat beberapa daerah yang memiliki jumlah belanja operasi yang lebih besar dibandingkan dengan belanja modalnya, hal tersebut memberi dampak buruk terhadap masyarakat, karena pembangunan infrastruktur publik tidak berjalan dengan maksimal. Menurut Hasna & Haryanto (2019) faktor permasalahan tersebut bisa terjadi karena pemerintah daerah kurang memperhatikan penggalian potensi-potensi pendapatan asli daerah.

Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti permasalahan terkait kinerja keuangan pemerintah, dari hasil penelitian tersebut selanjutnya akan dituliskan dalam bentuk skripsi dengan judul “Pengaruh Ukuran Daerah, Pajak Daerah, dan Belanja Modal Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris Provinsi di Indonesia Tahun 2015-2018)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan pokok yang dirumuskan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Seberapa besar ukuran daerah berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah provinsi?

2. Seberapa besar pajak daerah berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah provinsi?

3. Seberapa besar belanja modal berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh ukuran daerah terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.

(27)

10 2. Untuk mengetahui pengaruh pajak daerah terhadap kinerja keuangan

pemerintah daerah.

3. Untuk mengetahui pengaruh belanja modal terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada pihak-pihak yang membutuhkan:

1. Manfaat Teoritis

a) Mahasiswa Jurusan Akuntansi, penelitian ini bermanfaat digunakan sebagai bahan referensi penelitian yang dilakukan selanjutnya dan menjadi penambah ilmu pengetahuan mengenai kinerja keuangan pemerintah daerah.

b) Penulis selanjutnya, sebagai bahan referensi penelitian yang dilakukan selanjutnya mengenai kinerja keuangan pemerintah daerah.

c) Penulis, sebagai pembelajaran serta bertambahnya ilmu yang sangat bermanfaat mengenai kinerja keuangan pemerintah.

2. Manfaat Praktis a) Bagi Pemerintah

Membantu untuk memberikan masukan dan saran mengenai kinerja keuangan pemerintah daerah dalam melakukan tugas dan tanggungjawab pemerintah serta mengevaluasi pemerintah melalui kinerja keuangan pemerintah daerah.

b) Bagi Masyarakat

Membantu untuk mengetahui kinerja keuangan pemerintah daerah yang diukur dengan pengaruh ukuran daerah, pajak daerah, dan belanja modal.

(28)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Literatur

1. Agency Theory (Teori Keagenan)

Agency Theory muncul diantara kedua belah pihak yang saling

berkaitan ketika pihak pertama menggunakan pihak lain atas suatu kepentingan. Gred (2018) menyebutkan bahwa teori keagenan muncul ketika satu pihak yang disebut sebagai agen diharapkan untuk bertindak atas kepentingan pihak lain yang disebut sebagai prinsipal, tetapi kepentingan pihak agen tersebut mungkin bertentangan dengan kepentingan pihak prinsipal, dan prinsipal tidak dapat memantau penuh atas agen.

Teori yang menjelaksan hubungan antar prinsipal dengan agen ini salah satunya berasal dari teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Pada hubungan antar pronsipal dan agen ini menganalisis susunan kontraktual diantara dua atau lebih individu, kelompok, atau organisasi. Pada teori ini salah satu prinsipal membuat suatu kontrak dengan agen yang diharapkan bahwa agen dapat bertindak/melakukakan pekerjaan seperti yang diinginkan oleh prinsipal.

Dalam organisasi pemerintahan pusat dan daerah, teori keagenan telah diterapkan. Hal tersebut diperkuat karena adanya kebijakan otonomi dan desentralisasi yang diberikan kepada pemerintahan. Pada hakikatnya, tujuan dibentuknya suatu organisasi pemerintah adalah untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat atas barang maupun sumber daya yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya.

Untuk mengelola serta mengalokasikan sumber daya, pemerintah pusat tidak dapat mengelola dan mengalokasikannya sendiri, maka dari itu pemerintah pusat emberikan wewenang kepada pemerintah daerah untuk mengelola sumber daya tersebut, karena pemerintah pusat tidak mungkin untuk melakukannya sendiri. Dengan adanya keterbatasan dana

(29)

12 pemerintah pusat, maka anggaran dibuat berdasarkan mekanisme yang penting untuk alokasi sumber daya.

2. Desentralisasi Fiskal

Desentralisasi fiskal merupakan bagian dari kebijakan otonomi daerah dengan bidang keuangan maupun fiskal. Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuagan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam peningkatan pendapatan asli daerah dan pelaksanaan otonomi daerah untuk mencapai salah satu tujuan bernegara khususnya dalam rangka memberikan pelayanan umum yang lebih baik dan menciptakan proses pengambilan keputusan publik yang lebih demokratis.

Desentralisasi memiliki sebuah tujuan yang diharapkan agar pemerintah daerah lebih efisien dalam mengelola daerahnya, maka dari itu pemerintah daerah dapat menunjang terwujudnya pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah. Menurut Priyono, dkk (2019) melalui kebijakan desentralisasi fiskal yang diberikan oleh pemerintah pusat, daerah memiliki wewenang atas pengelolaan keuangannya sendiri yang memiliki peluang besar atas pelayanan masyarakat serta pembangunan daerahnya.

Menurut Saragih (2003: 83) Desentralisasi fiskal adalah suatu proses distribusi anggaran dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi kepada pemerintahan yang lebih rendah untuk melaksanakan fungsi atau tugas pemerintahan secara efektif dan mendapat kebebasan pengambilan keputusan dalam penyediaan pelayanan publik sesuai dengan banyaknya kewenangan bidang pemerintahan yang dilimpahkan.

3. Akuntansi Pemerintah

Akuntansi merupakan suatu proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan atas transaksi keuangan dari suatu organisasi/entitas yang kemudian akan dijadikan sebagai pengambilan

(30)

13 keputusan oleh pihak-pihak tertentu. Menurut Natalia & Paskah (2020) seseorang dapat dikatakan paham akuntansi yaitu seseorang yang benar-benar mengerti dan pandai dalam memproses sampai menjadi laporan keuangan yang berpegang teguh dengan prinsip serta standar penyusunan laporan keuangan. Akuntansi sendiri merupakan suatu aktivitas jasa yang dimulai dari mengukur, mengidentifikasi, mengklarifikasi, hingga mengikhitisarkan guna mendapatkan informasi berupa laporan keuangan untuk pihak yang memiliki kepentingan serta laporan keuangan tersebut dapat digunakan dalam pengambilan keputusan.

Menurut Inu (2001) pemerintahan adalah suatu ilmu dan seni, dikatakan sebagai seni karena berapa banyak pemimpin pemerintahan yang tanpa pendidikan pemerintahan, mampu berkiat serta dengan kharismatik menjalankan roda pemerintahan. Pemerintahan yang baik adalah pemerintah yang melakukan segala kegiatannya berdasarkan dengan standar dan ketetapan hukum yang berlaku.

Menurut Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang No. 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, yang selanjutnya disingkat SAP, adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Oleh karena itu, akuntansi pemerintah merupakan suatu aktivitas jasa yang mengelola laporan keuangan berupa pencatatan, pengklarifikasian, pengikhtisaran, serta penafsiran informasi keuangan pada sektor pemerintahan, yang termasuk pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Pada umumnya, akuntansi pemerintahan dibuat oleh pemerintah sendiri atas dasar pencatatan mengenai anggaran-anggaran yang diterima dan dikeluarkan oleh pemerintah. Pada akuntansi pemerintah tidak terdapat catatan mengenai laba karena pemerintah tidak berorientasi pada keuntungan, tetapi akuntansi pemerintahan membuat pembukuan atas pengeluaran modal atas anggaran yang di realisasikan oleh pemerintah.

(31)

14 4. Otonomi Daerah

Otonomi daerah adalah kewenangan suatu daerah dalam mengatur serta mengurus setiap kepentingan masyarakat daerah tersebut menurut peraturan yang dibuat untuk khusus daerah tersebut berdasarkan harapan dan tujuan masyarakat. Otonomi daerah harus dilaksanakan sesuai dengan spirit konstitusi yang bertujuan untuk meningkatkan kemandirian daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) (Adissya & Budi, 2019).

Menurut Pasal 1 Ayat 5 Undang-Undang No. 32 tahun 2004 otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu, demi terciptanya daerah yang otonom, pemerintah daerah dituntut untuk dapat mengelola daerahnya dengan baik dengan memprioritaskan kebutuhan masyarakat tanpa campur tangan dari pemerintah pusat. Otonomi daerah dibentuk agar pemerintah daerah dapat membantu pemerintah pusat dalam mengurus daerah dalam meningkatkan pelayanan umum secara maksimal, pemerintah pusat berharap pemerintah daerah dapat mensejahterakan masyarakat.

5. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

Kinerja keuangan daerah merupakan suatu hasil/pencapaian yang diperoleh pemerintah atas segala aktivitas yang dilakukan selama periode tertentu. Menurut Dwi & Yunita (2019) kinerja keuangan pemerintah daerah adalah suatu pencapaian dari program/kebijakan yang telah direncanakan oleh pemerintah daerah selama periode tertentu yang kemudian diukur dengan menggunakan indikator-indikator keuangan.

Adapun beberapa rasio dalam menilai kinerja keuangan pemerintah daerah yang dapat dikembangkan berdasarkan data keuangan yang merupakan sumber dari APBD antara lain sebagai berikut:

(32)

15 a) Rasio Kemandirian

Menurut Halim (2007) rasio kemandirian keuangan daerah merupakan rasio yang mengukur kemampuan pemerintah daerah untuk mebiayai kegiatan pemerintah, pembangunan, serta pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi.

Dalam rasio kemandirian ini, membuktikan apakah pemerintah daerah tersebut lebih ketergantungan atau tidak pada sumber dana eksternal yang diberikan oleh pemerintah pusat atau provinsi. Semakin tinggi rasio kemandirian, semakin rendah ketergantungan daerah tersebut atas bantuan pihak eksternalnya.

b) Rasio Efektivitas

Menurut Halim (2007) rasio efektivitas merupakan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang telah direncanakan dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan berdasarkan dengan potensi riil daerah. Jika pemerintah daerah memiliki kemampuan dalam menjalankan tugasnya mencapai minimal 100%, maka pemerintah daerah tersebut dapat dikategorikan efektif dalam menjalankan tugasnya. Semakin tinggi rasio efektivitas yang dimiliki oleh setiap pemerintah daerah, maka semakin baik pula kemampuan daerah tersebut.

c) Rasio Efisiensi

Menurut Halim (2007) rasio efisiensi merupakan rasio yang menggambarkan perbandingan antara realisasi pengeluaran (belanja) dengan realisasi penerimaan daerah.

(33)

16 Jika pemerintah daerah memiliki kemampuan dalam menjalankan tugasnya mencapai dibawah 100%, maka kinerja keuangan pemerintah daerah tersebut akan dikatakan efisien. Semakin kecil rasio efisiensi yang dimiliki oleh setiap pemerintah daerah, maka hal tersebut akan semakin baik untuk pemerintah daerahnya.

d) Rasio Aktivitas

Menurut Halim (2007) rasio aktivitas semakin tinggi presentase dana yang dialokasikan untuk belanja rutin, maka presentase dana yang dialokasikan untuk belanja investasi (belanja pembangunan) yang digunakan untuk menyediakan sarana dan prasarana masyarakat cenderung akan semakin kecil.

e) Rasio Pertumbuhan

Menurut Halim (2007) rasio pertumbuhan mengukur sejauh mana kemampuan pemerintah daerah untuk dapat mempertahankan serta meningkatkan keberhasilan yang dicapai atas kinerja pemerintah daerah tersebut berdasarkan periode ke periode selanjutnya.

6. Ukuran Daerah

Menurut Indah (2016) ukuran daerah adalah variabel yang mengukur seberapa besar kecilnya pemerintah suatu daerah. Menurut Dwi & Yunita (2019) ukuran daerah bisa saja menjadi faktor dalam pengaruh kinerja keuangan pemerintah daerah, apabila suatu daerah ukurannya besar, maka tuntutan atas masyarakat terhadap

(34)

17 akuntabilitasnya akan semakin besar dan hal tersebut dapat mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah daerah.

Untuk melakukan penelitian, ukuran daerah dapat dihitung dengan menggunakan total asset, luas wilayah, dan lain sebagainya. Namun, dalam penelitian ini, ukuran daerah menggunakan perhitungan berdasarkan total asset dari pemerintah provinsi di seluruh Indonesia.

Semakin besar total asset yang dimiliki oleh setiap pemerintah daerah, maka makin besar pula ukuran pemerintah daerahnya. Menurut Indah (2016) ketika pemerintah memiliki ukuran daerah yang besar kegiatan operasional daerah akan diberikan dengan mudah, hal tersebut akan berdampak pada pelayanan masyarakat yang diberikan menjadi lebih memadai.

7. Pajak Daerah

Menurut Puja (2019) pajak daerah merupakan pungutan yang berasal dari tangan masyarakat kepada daerah berdasarkan dengan ketentuan undang-undang yang sifatnya memaksa dan terutang oleh wajib pajak dengan tidak mendapat imbalan secara langsung, yang kemudian hasilnya digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah dalam rangka pembangunan pemerintahan. Pajak daerah dipungut berdasarkan ketentuan peundang-undangan kepada masyarakat/badan yang kemudian akan digunakan sebagai pendanaan atas pembangunan infrastruktur, kesejahteraan masyarakat, serta pelayanan masyarakat.

Menurut Pasal 1 Ayat (6) Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan Daerah dan pembangunan Daerah.

Pajak daerah terbagi menjadi pajak Provinsi dan pajak Kabupaten/Kota. Berikut pajak Provinsi diantaranya adalah:

(35)

18 a. Pajak Kendaraan Bermotor

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor d. Pajak Air Permukaan

e. Pajak Rokok

Berikut adalah pajak Kabupaten/Kota diantaranya adalah: a. Pajak Hotel

b. Pajak Restoran c. Pajak Hiburan

d. Pajak Penerangan Jalan

e. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan f. Pajak Parkir

g. Pajak Air Tanah

h. Pajak Sarang Burung Walet

i. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan j. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan 8. Belanja Modal

Menurut Halim (2008) belanja modal adalah investasi berupa pengadaan/pembelian aset yang bermanfaat lebih dari dua belas bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah yang bermanfaat secara ekonomis, sosial, sehingga dapat meningkatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat.

Semakin besar belanja modal yang dimiliki oleh pemerintah daerah terhadap total belanja daerah, maka akan semakin baik pula pengaruhnya terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah itu sendiri. Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.02/2011 tentang Klasifikasi Anggaran, Lampiran III, Klasifikasi Jenis Belanja, belanja modal dipergunakan untuk antara lain:

a. Belanja Modal Tanah

Seluruh pengeluaran untuk

(36)

19 pengosongan, penimbunan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat tanah serta pengeluaran-pengeluaran lain yang bersifat administratif sehubungan dengan perolehan hak dan kewajiban atas tanah pada saat pembebasan/pembayaran ganti rugi sampai yanah tersebut siap digunakan/dipakai.

b. Belanja Modal Peralatan dan Mesin

Pengeluaran untuk pengadaan peralatan dan mesin yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan antara lain biaya pembelian, biaya pengangkutan, biaya instalasi, serta biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan sampai peralatan dan mesin tersebut siap digunakan.

c. Belanja Modal Gedung dan Bangunan

Pengeluaran untuk memperoleh gedung dan bangunan secara kontaktual sampai dengan gedung dan bangunan siap digunakan meliputi biaya pembelian atau biaya konstruksi, termasuk biaya pengurusan IMB, notaris, dan pajak (kontraktual). Dalam belanja ini termasuk biaya untuk perencanaan dan pengawasan yang terkait dengan perolehan gedung dan bangunan.

d. Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan

Pengeluaran untuk memperoleh jalan dan jembatan, irigasi dan jaringan sampai siap pakai meliputi biaya perolehan atau biaya konstruksi dan biaya –biaya lain yang dikeluarkan sampai jalan dan jembatan, irigasi dan jaringan tersebut siap pakai. Dalam belanja ini termasuk biaya untuk penambahan dan penggantian yang meningkatkan masa manfaat, menambah nilai aset, dan di atas batas minimal nilai kapitalisasi jalan dan jembatan, irigasi dan jaringan.

e. Belanja Modal Lainnya

Pengeluaran yang digunakan dalam kegiatan pembentukan modal untuk pengadaan/pembangunan belanja modal lainnya yang tidak dapat diklasifikasikan dalam perkiraan kriteria belanja modal

(37)

20 Tanah, Peralatan dan Mesin, Gedung dan Bangunan, Jaringan (Jalan, Irigasi, dan lain-lain). Termasuk dalam belanja modal ini: kontrak sewa beli (leasehold), pengadaan/pembelian barang-barang kesenian (art pieces), barang-barang purbakala dan barang-barang untuk museum, serta hewan ternak, buku-buku dan jurnal ilmiah sepanjang tidak dimaksudkan untuk dijual dan diserahkan kepada masyarakat.

f. Belanja Modal Badan Layanan Umum (BLU)

Pengeluaran untuk pengadaan/perolehan/pembelian aset yang dipergunakan dalam rangka penyelenggaraan operasional BLU. 9. Laporan Keuangan Pemerintah

Menurut Kieso & Weygandt (2010) dalam buku Intermediate

Accounting menjelaskan bahwa laporan keuangan adalah sarana utama

yang melalui keuangan informasi dikomunikasikan kepada orang-orang di luar perusahaan. Menurut PSAK No. 1 tentang penyajian laporan keuangan, laporan keuangan terdiri dari lima komponen, yaitu:

a) Laporan Posisi Keuangan pada Akhir Periode (Neraca)

Menurut Kieso & Weygandt (2010) dalam buku

Intermediate Accounting bahwa neraca, kadang disebut sebagai

laporan posisi keuangan, melaporkan asset, kewajiban, dan ekuitas pemegang saham pada tanggal tertentu.

Neraca digunakan sebagai dasar agar pencatatan yang akan dijadikan laporan keuangan tidak terdapat kesalahan, selain itu neraca saldo juga dibuat untuk dapat melihat keseimbangan jumlah diantara kredit dan debit yang terdapat dalam akun-akun di buku besar.

b) Laporan Laba Rugi

Menurut Kieso & Weygandt (2010) dalam buku

Intermediate Accounting bahwa laba rugi, sering disebut juga

(38)

21 mengukur keberhasilan operasi perusahaan untuk periode waktu tertentu.

Laba rugi digunakan sebagai dasar untuk melihat seberapa besar pendapatan bersih serta menilai suatu entitas meraih keuntungan atau mengalami kerugian selama masa operasi.

c) Laporan Perubahan Ekuitas

Menurut Kieso & Weygandt (2010) dalam buku

Intermediate Accounting bahwa perubahan ekuitas, sering disebut

juga pernyataan dipertahankan penghasilan adalah laporan yang merekonsiliasi saldo-saldo laba akun dari awal hingga akhir periode.

Laporan perubahan modal digunakan sebagai penyajian informasi mengenai perubahan modal pada suatu entitas yang berasal dari kegiatan-kegiatan operasi pada periode tertentu, serta untuk dapat mengetahui kondisi modal yang sebenarnya dimiliki oleh entitas.

d) Laporan Arus Kas

Menurut Kieso & Weygandt (2010) dalam buku

Intermediate Accounting bahwa laporan arus kan melaporkan

penerimaan kas, kas pembayaran, dan perubahan bersih dalam tunai yang dihasilkan dari operasi, investasi, dan membiayai kegiatan suatu perusahaan selama satu periode, dalam format itu sendiri merekonsiliasi saldo awal dan akhir kas.

Laporan arus kas digunakan sebagai menilai kegiatan-kegiatan operasi pada suatu entitas, sehingga dapat menghasilkan perbandingan yang signifikan antara aktivitas operasi dari berbagai entitas.

e) Catatan Atas Laporan Keuangan

Menurut Kieso & Weygandt (2010) dalam buku

Intermediate Accounting bahwa catatan untuk laporan keuangan

(39)

22 berkepentingan atau menjelaskan hal-hal yang disajikan di bagian utama pernyataan (neraca, laporan laba rugi, laporan ekuitas pemilik, dan laporan arus kas).

Catatan atas laporan keuangan digunakan sebagai pemberi penjelasan atas semua transaksi yang disajikan pada laporan keuangan, serta memberikan informasi terkait dengan semua transaksi yang tidak memenuhi kriteria atas laporan keuangan yang tersedia.

(40)

23 B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu disajikan dalam Tabel 2.1, sebagai berikut: Tabel 2.1

Hasil-hasil Penelitian Terdahulu

No Peneliti/Judul/Sumber/Tahun Metode Penelitian X1 X2 X3 Y Hasil Penelitian 1. Sari Rusmita

Effect of Regional Government

Characteristics of Financial

Performance

International Research in

Economics and Finance, 2019

 Jenis Penelitian: Kuantitatif  Sumber Data: Website Badan

Pusat Statistik (BPS)

 Sampel: 12 Kabupaten dan 2 Kota di Provinsi Kalimantan Barat

 Metode Analisis: Analisis Regresi Linier Berganda

 Indikator: Total Aset dan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

 Perbedaan Variabel: Belanja Daerah, Tingkat

Ketergantungan pada Pusat, Kemakmuran Pemerintah

  Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa belanja daerah dan ketergantungan Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat pada pemerintah pusat memiliki pengaruh positif terhadap kinerja keuangan pemerintah Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat, sedangkan ukuran pemerintahan, belanja

daerah, kemakmuran

pemerintah, dan leverage

berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan pemerintah Kabupaten/Kota di Kalimantan

(41)

24

Daerah, dan Leverage Barat.

2. Yulia Wijayanti & Dhini Suryandari

The Effect of Regional

Characteristics, Leverage,

Government Complexity, BPK Audit Findings and Opinions on Local Government Financial Performance

Accounting Analysis Journal,

2020

 Jenis Penelitian: Kuantitatif  Sumber Data: BPK RI

 Sampel: LKPD LHP Kota yang berada di Pulau Jawa Bali secara tahun 2014-2015 yang telah diaudit oleh BPK RI  Metode Analisis: Analisis

Regresi Linier Berganda

 Indikator: Total Aset dan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

 Perbedaan Variabel: Belanja

Daerah, Tingkat

Ketergantungan Daerah, Kemakmuran Pemerintah,

Leverage, Temuan Audit, dan

Opini Audit

  Ukuran daerah memiliki

pengaruh negatif terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Belanja daerah dan opini audit berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah dan tingkat kekayaan daerah, leverage. Kompleksitas pemerintah dan temuan audit tidak berpengaruh signifikan terhadap keuangan kinerja pemerintah daerah.

3. Tatas Ridho Nugroho & Novi Eko Prasetyo

Pengaruh Karakteristik

 Jenis Penelitian: Kuantitatif  Sumber Data: Website DJPK

(Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan)

  Secara parsial ukuran pemerintah daerah size

berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan pemerintah

(42)

25 Pemerintah Daerah Terhadap

Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota di Jawa Timur

Jurnal Akuntansi dan Pendidikan, 2017

 Sampel: Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota

 Metode Analisis Data: Pendekatan Asosiatif Kausal  Indikator: Total Aset dan

Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

 Perbedaan Variabel:

Intergovernmental Revenue dan

Belanja Daerah

daerah, intergovernmental

revenue berpengaruh positif

terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah, sedangkan belanja daerah tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.

4. Indah Puspa Sari

Pengaruh Ukuran Pemerintah Daerah, PAD, Leverage, Dana Perimbangan dan Ukuran Legislatif Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (Studi pada Kab/Kota Pulau Sumatera)

Journal of Management, 2016

 Jenis Penelitian: Kuantitatif  Sumber Data: Website

departemen keuangan  Sampel: Purposive sampling  Metode Analisis Data: Regresi

Linear Berganda

 Indikator: Total Aset dan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

 Perbedaan Variabel: PAD,

Leverage, Dana Perimbangan,

  Ukuran pemerintah daerah berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. PAD berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.

Leverage tidak berpengaruh

terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.

Dana perimbangan berpengaruh terhadap kinerja keuangan

(43)

26

dan Ukuran Legislatif pemerintah daerah

Ukuran legislative tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. 5. Aulia Rizka Kusuma

Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Terhadap Efisiensi Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, 2017

 Jenis Penelitian: Kuantitatif  Sumber Data: -

 Sampel: Laporan realisasi anggaran, Laporan posisi keuangan tahun 2013-2015  Metode Analisis Data: Regresi

Linear Berganda

 Indikator: Total Aset dan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

 Perbedaan Variabel: PAD, Tongkat Ketergantungan,

Leverage, dan Belanja Daerah

  Kemakmuran dan belanja daerah memiliki pengaruh positif terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah sedangkan ukuran pemerintah daerah, tingkat ketergantungan pada pemerintah pusat, dan leverage pengaruh negatif terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah berdasarkan rasio efisiensi kinerja.

6. Mirna Sesotyaningtyas

Pengaruh Leverage, Ukuran Legislatif, Intergovernmental Revenue, dan Pendapatan Pajak

 Jenis Penelitian: Kuantitatif  Sumber Data: Website resmi

yang disediakan kabupaten/kota  Sampel: Neraca dan realisasi APBD, dan data anggota

  Ukuran legislatif tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah Kabupaten/kota di Jawa.

(44)

27 Daerah Terhadap Kinerja

Keuangan Pemerintah Daerah

Accounting Analysis Journal,

2012

DPRD

 Metode Analisis Data: Regresi Linear Berganda

 Indikator: Pajak Daerah dan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

 Perbedaan Variabel: PAD, Tongkat Ketergantungan,

Leverage, dan Belanja Daerah

berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah Kabupaten/kota di Jawa. Pendapatan pajak daerah menunjukkan berpengaruh terhadap kinerja keuaangan pemerintah daerah berdasarkan rasio efisiensi.

7. Emilios Galariotis, Alexis Guyot, Michael Doumpos, & Constantin Zopounidis

A Novel Multi-Attribute

Benchmarking Approach for

Assessing The Financial

Performance of Local

Governments: Empirical

Evidance from France

European Journal of

Operational Research, 2015

 Jenis Penelitian: Kuantitatif  Sumber Data: Laporan disusun

oleh seluruh kota di Perancis yang terdapat di Direktorat Umum Keuangan Publik (DGFiP)

 Sampel: Seluruh kota di Perancis selama periode 2000-2012

 Metode Analisis Data: -

 Indikator: Pajak Daerah dan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

  Untuk menilai cara reformasi yang dilaksanakan selama decade terakhir, perpajakan telah mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah daerah di Perancis.

(45)

28  Perbedaan Variabel: -

8. Komang Aryagus Wiguna & I Ketut Jati

Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dam Lain-lain PAD yang Sah Terhadap Kinerja Keuangan Daerah

E-Jurnal Akuntansi, 2019

 Jenis Penelitian: Kuantitatif  Sumber Data: Badan

Pengelolaan Keuangan dan Aset (BPKAD) Provinsi Bali Periode tahun 2012-2016  Sampel: Semua dokumen

Realisasi Anggaran Pendapataan dan Belanja Daerah Provinsi Bali tahun 2012-2016

 Metode Analisis Data: Analisis Regresi Linear Berganda

 Indikator: Pajak Daerah Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

 Perbedaan Variabel: Retribusi Daerah, dan Lain-lain PAD yang Sah

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa, baik pajak daerah, retribusi daerah, maupun lain-lain pendapatan asli daerah yang sah tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan daerah pada Pemerintah Provinsi Bali.

9. Rakhmini Juwita  Jenis Penelitian: Kuantitatif  Sumber Data: Website resmi

  Menunjukkan bahwa pajak daerah dan retribusi daerah

(46)

29 Pengaruh Pendapatan Asli

Daerah terhadap Kinerja Keuangan Daerah

Jurnal Riset Akuntansi dan Bisnis, 2017

dirjen perimbangan keuangan  Sampel: 4 pemerintah daerah

kabupaten, 4 pemerintah daerah kota dan 1 pemerintah daerah propinsi

 Metode Analisis Data: Analisis Regresi Linear Berganda

 Indikator: Pajak Daerah Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

 Perbedaan Variabel: Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaam Kekayaan Daerah, dan Lain-lain PAD yang Sah

mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah daerah sedangkan hasil pengelolaan kekayaan daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah secara simultan tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan daerah

10. Junarwati, Hasan Basri, & Syukriy Abdullah

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Kinerja Keuangan Daerah pada Kabupaten/Kota di Provinsi

 Jenis Penelitian: Kuantitatif  Sumber Data: Badan Pemerksa

Keuangan (BPK)

 Sampel: Kabupaten/Kota Provinsi Aceh Tahun 2010-2012

 Metode Analisis Data: Analisis

  Pendapatan Asli Daerah berpengaruh terhadap kinerja keuangan daerah pada kabupaten/kota di Provinsi Aceh tahun 2010-2012. Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Zakat, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah

(47)

30 Aceh Tahun 2010-2012

Jurnal Telaah & Riset Akuntansi, 2013

Linear Berganda

 Indikator: Pajak Daerah Terhadap Rasio Efisiensi  Perbedaan Variabel: PAD,

Retribusi Daerah, Zakat, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, dan Lain-lain PAD yang sah

yang Dipisahkan, dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah berpengaruh secara bersama-sama dan sendiri-sendiri terhadap kinerja keuangan daerah pada kabupaten/kota di Provinsi Aceh tahun 2010-2012.

11. Mulia Andirfa, Hasan Basri, & Shabri A. Majid

Pengaruh Belanja Modal, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Kinerja Keuangan Kabupaten/Kota di provinsi Aceh

Jurnal Magister Akuntansi, 2016

 Jenis Penelitian: Kuantitatif  Sumber Data: Dinas Keuangan

Aceh dan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Departemen Keuangan

 Sampel: Laporan keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) 23 Kabupaten/Kota

 Metode Analisis Data: Regresi Linier Berganda

 Indikator: Belanja Modal dan Rasio Efisiensi

 Perbedaan Variabel: Dana Perimbangan, dan Pendapatan

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa Belanja Modal, Dana Perimbangan dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara simultan memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan. Namun hasil pengujian secara parsial menunjukkan Belanja Modal berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan daerah, dan Dana Perimbangan tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan daerah. Sedangkan Pendapatan Asli

(48)

31

Asli Daerah Daerah tidak mempengaruhi

kinerja keuangan daerah pada Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Aceh.

12. Sri Mulyani & Hardiyanto Wibowo

Pengaruh Belanja Modal, Ukuran Pemerintah Daerah,

Intergovernmental Revenue, dan

Pendapatan Asli Daerah Terhadap Kinerja Keuangan (Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012-2015)

Jurnal Ilmiah Akuntansi, 2017

 Jenis Penelitian: Kuantitatif  Sumber Data: Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK) dan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah

 Sampel: Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012-2015  Indikator: Ukuran Pemerintah

Daerah, Belanja Modal, dan Rasio Efisiensi

 Variabel: Intergovernmental Revenue, dan Pendapatan Asli

Daerah

   Belanja modal berpengaruh terhadap kinerja keuangan

pemerintah daerah,

intergovernmental revenue,

ukuran pemerintah daerah dan pendapatan asli daerah tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah kabupaten/kota.

13. Yevi Alvini

Pengaruh Ukuran Pemerintah

 Jenis Penelitian: Kuantitatif  Sumber Data: Kantor Badan

Pemeriksa Keuangan (BPK RI)

  Hasil penelitian ini menunjukkan adanya ukuran

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan di sepanjang transek berukuran 125 m pada tiga lokasi yang didominasi oleh tegakan nipah, diperoleh hasil berupa rata-rata

Segala apa yang dijelaskan oleh Allah kepada hamba2‑Nya yang terdiri dari aqidah, ibadah, akhlak, muamalah dan sistem2 hidup, serta cabang2nya yang pelbagai;

[r]

Argumen-argumen diatas dengan jelas memberikan petunjuk bahwa globalisasi dan liberalisasi ekonomi dibawah paying globalisme dan neoliberalisme merupakan suatu yang

A long time ago in Prambanan palace, lived a king named Baka with his beautiful daughter called Roro Jonggranga. Many rulers wanted to marry Roro, so they competed

Mulkan Dede (2007 ) Pola Ideal Hubungan Dokter dan Pasien.Sebuah Analisis Kritis dengan Pendekatan Obyektif Kualitatif tentang Komunikasi yang dilakukan antara Dokter dengan

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat akademis dalam menyelesaikan. Pendidikan Tingkat Sarjana ( Program Strata –

Ruang lingkup kajian perkembangan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A Dharma Tirta) Privinsi Jawa Tengah akhir tahun 2000 difokuskan pada partisipasi petani dalam melaksanakan