• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4. Akuntansi Perbankan (PSAK No. 31)

Proses akuntansi perbankan berkembang dari teknik-teknik akutansi tradisional untuk kepentingan pencatatan, pengendalian, dan penafsiran, data keuangan gtuna memenuhi kebutuhan berbagai pihak yang berminat terhadap informasi tersebut. Informasi ini disajikan dalam bentuk laporan keuangan dimana setiap bank harus memelihara catatan-catatan guna menyediakan data bagi keperluan laporan tersebut (Laporirwa, 2000 : 6).

Akuntansi perbankan dibutuhkan oleh karena karateristik usaha perbankan unik. Usaha perbankan terhadap berbagai resiko seperti resiko likuiditas, resiko flukanasi mata uang, tingkat bunga, perubahan harga pasar, dan kegagalan pihak-pihak yang mengadakan perikatan dengan bank. Akutansi perbankan harus dapat mendorong mengungkapkan pengelolaan dengan pengendalian resiko tersebut pada laporan keuangan bank dan menentukan perlakuan transaksi-transaksi yang sering terjadi pada bank.

Di dalam Standar Akuntansi Keuangan dikatakan bahwa tujuan akuntansi perbankan adalah untuk mengatur pengakuan pengukuran, penyajian dan pengungkapan laporan keuangan bank (SAK, 2002 : 31.2).

Dengan memperhatikan perkembangan dan karateristik perusahaan perbankan, Ikatan Akuntansi Indonesia telah mengesahkan Standar Akuntansi Keuangan untuk perusahaan perbankan di Indonesia yang dituangkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 31 yaitu Akuntasi Perbankan (Revisi 200).

b. Gambaran Umum Kegiatan Perbankan dan Perlakukan Akuntansinya Bank merupakan perusahaan yang menyediakan jasa keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat. Menurut Kasmir (2000 : 4), ada tiga kelompok jasa yang ditawarkan bank kepada masyarakat, yaitu : menghimpun dana (dunding), menyalurkan dana (lending), dan jasa-jasa bank lainnya (service).

Menghimpun dana maksudnya adalah bagaimana upaya bank untuk menarik dana (uang) dari masyarakat agar disimpan di bank bersangkutan. Dana ini akan dijual kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Upaya ini dilakukan melalui produk simpanan seperti rekening giro, tabungan, dan rekening deposito.

Kegiatan pengeluaran dana dilakukan melalui pemberian kredit atau pinjaman yang diperoleh dari kegiatan funding. Namun, apabila dana yang dihimpun tidak cukup untuk disalurkan maka pihak bank terus berusaha untuk menghimpun dana kembali melalui berbagai penawaran dari masyarakat.

Kegiatan service bertujuan memperlancar jasa perbankan yang suda ada. Keuntungan dari jasa-jasa bank ini diperoleh dari biaya administrasi, komisi, sewa, dan biaya lain-lain.

Dari penjelasan di atas, bank berfungsi sebagai perantara keuangan, maka dalam hal ini faktor kepercayaan dari masyarakat merupakan faktor utama dalam menjalankan bisnis perbankan. Untuk mendapata kepercayaan dari masyarakat, bank harus dapat menjaga kesehatan perusahaan tersebut, terutama yang berkaitan dengan likuiditas, solvabilitas dan resiko. Ikatan Akuntansi Indonesia menyatakan industri perbankan memiliki tipe usaha yang sangat melekat dengan likuiditas,

29

solvabilitas, dan resiko-resiko lainnya seperti fluktuasi mata uang, tingkat bunga, perubahan harga pasar, dan kegagalan pihak-pihak yang mengadakan perikatan dengan bank.

Di dalam SAK dinyatakan penyajian laporan keuangan bank harus dapat mendorong pengungkapan terhadap hal-hal yang terkait dengan pengelolaan dan pengendalian likuiditas dan resiko (2002 : 31.2). Demikian juga manajemen bank, harus dapat menyajikan laporan keuangan yang mengungkapkan pengelolaan ketiga kelompok jasa yang telah dijelaskan.

Dalam SAK No. 31, dinyatakan bahwa laporan keuangan perusahaan perbankan terdiri atas :

a) Neraca

b) Laporan Laba Rugi c) Laporan Arus Kas

d) Laporan Perubahan Ekuitas e) Catatan atas Laporan Keuangan

Dalam hal ini, penulis memusatkan perhatian pada penyajian laporan laba-ruginya. Menurut PSAK No. 31 paragraf 90, bank menyajikan laporan laba-rugi dengan mengelompokkan pendapatan dan beban menurut karateristiknya dan disusun dalam bentuk berjenjang (multiple step) yang menggambarkan pendapatan atau beban yang berasal dari kegiatan utama bank dan kegiatan lainnya. Bank menyajikan laporan laba rugi, dengan membagi atau memisahkan unsur-unsur dari kegiatan operasional dan non-operasional.

Tabel 2.5 PT. BANK XYZ LAPORAN LABA RUGI

Untuk tahun berakhir pada tanggal 201 dan 20X2

Sumber, Penulis 2009

20X1 Rp.

20X2 Rp. PENDAPATAN DAN BEBAN OPERASIONAL

Pendapatan Bunga Bunga

Provisi dan Komisi Jumlah Pendapatan Bunga

8.400.000 9.500.000 300.000 8.700.000 325.000 9.825.000 Beban Bunga Bunga

Provisi dan Komisi Jumlah Beban Bunga

4.800.000 5.000.000 200.000

(5.000.000)

225.000 (5.225.000) Pendapatan Bunga – Bersih 3.700.000 4.600.000

Pendapatan Operasional Lainnya Pendapatan Transaksi Mata Uang Asing

Pendapatan – Bersih dari Penyertaan Saham Pendapatan Deviden (Metode Biaya)

Imbalan (fee)

Keuntungan Bersih Penilaian Efek yang diperdagangkan

Keuntungan Bersih Penjualan Efek Lain – lain 250.000 350.000 110.000 130.000 210.000 320.000 300.000 420.000 200.000 100.000 250.000 300.000 130.000 150.000 Jumlah Pendapatan Operasional Lainnya

Beban Penyisihan Kerugian Aktiva Produktif Beban Estimasi Kerugian Komitmen dan Kontijensi

(550.000) (350.000)

(425.000) (400.000) Beban Operasional Lainnya

Administrasi dan Umum Tenaga Kerja

Lain – lain

Jumlah Beban Operasional Lainnya Laba (Rugi) Operasional

Pendapatan dan Beban Non Operasional

(530.000) (170.000) (150.000) (600.000) (185.000) (850.000) 3.450.000 (175.000) (960.000) 4.535.000 Pendapatan Non Operasional

Pendapatan Sewa Lain – lain

Jumlah Beban Bersih Non Operasional

80.000 75.000 60.000

140.000

50.000 125.000 Baban Non Operasional

Kerugian Penjualan Aktiva Lain – lain

Jumlah Beban Bersih Non Operasional

(65.000) (50.000) (115.000) (85.000) (75.000) (160.000) PENDAPATAN (BEBAN) NON-PERASIONAL

LABA (RUGI) SEBELUM PAJAK PENGAHASILAN TAKSIRAN PAJAK PENGHASILAN

LABA (RUGI) BERSIH

25.000 3.475.000 (215.000) 3.260.000 (35.000) 4.500.000 (275.000) 4.225.000

31

Menurut PSAK No. 31 paragraf 92, penyajian pada laporan laba rugi tidak terbatas pada unsur-unsur pendapatan dan beban sebagai berikut :

1. Pendapatan Bunga 2. Beban Bunga 3. Pendapatan Komisi 4. Beban Provisi dan Komisi

5. Keuntungan atau Kerugian Penjualan Efek 6. Keuntungan atau Kerugian Investasi Efek 7. Keuntungan atau Transaksi Valuta Asing 8. Pendapatan Deviden

9. Pendapatan Operasinal Lainnya

10.Beban Penyisihan dan aktiva Produktif Lainnya 11.Beban Administrasi Umum

12.Beban Operasional

Menurut PSAK No. 31 paragraf 95, pos-pos pendapatan dan beban tidak boleh dihapuskan, kecuali yang berhubungan dengan transaksi lindung nilai dan dengan aktiva dan kewajiban yang disaling-hapuskan. Saling hapus harus dilakukan secara hati-hati. Saling hapus yang tidak tepat dapat menyulitkan pengguna laporan keuangan dalam memahami kinerja dari berbagai aktivitas bank dan tingkat imbal hasil yang diperoleh dari jenis-jenis aktiva tertentu.

1. Prinsip Mengenai Pendapatan Bank

Dasar yang digunakan dalam pengakuan pendapatan bank merupakan hal yang fundamental dalam hubungannya dengan pengukuran tingkat rentabilitas

(keuntunga) suatu bank. Kegiatan utama bank adalah menghimpun dana yang pada umumnya berbunga (interest bearing) dan menanamkannya dalam aktiva produktif. Menurut PSAK No. 31 pada bank terdapat kemungkinan perbedaan waktu antara diterimanya pendapatan dan terjadinya beban atas penggunaan sumber daya untuk mengahasilkan pendapatan tersbut. Oleh karena itu, pengaitan (macthing) antara pendapatan dan beban bank tidak mudah dilakukan sehingga dalam pengakuan pendapatan dan beban bank diperhatikan karateristik usaha bank tersebut.

Pendapatan utama dari operasi bank adalah pendapatan bunga, pendapatan provisi dan komisi, serta pendapatan jasa lainnya. Setiap jenis pendapatan diungkapkan secara terpisah agar penggunaan dapat menilai kinerja bank (IAI, 2002 : 31.8).

a. Pendapatan Bunga

Pendapatan Pedoman Akuntansi Indonesia (PAPI) pendapatan bunga adalah pendapatan yang diperoleh dari penanaman dana bank pada aktiva produktif. Yang dimaksud dengan aktiva produktif adalah penanaman dana rupiah mapun mata uang asing dalam bentuk kredit, efek (surat berharga), efek yang dibeli dengan janji dijual kembali (reserve repo). Tagihan derivatif, tagihan akseptasi, penempatan dana pada bank lain, penyertaan, dan lain-lain (IAI, 2002 : 31.3).

PSAK No. 31 paragraf 20 menyatakan bahwa “Pendapatan bunga diakui secara akrual kecuali pendapatan bunga dari kredit dan aktiva produktif lain yang non-performing. Pendapatan bunga dari kredit dan aktiva produktif lain

33

yang non-performing hanya boleh diakui apabila pendapatan tersebut telah diterima”. Tetapi apabila terdapat bunga yang telah diakui tetapi belum tertagih, maka bunga tersebut harus dibatalkan.

Kredit non-performing pada umumnya merupakan kredit yang pembayaran angsuran pokok dan/atau bunganya telah lewat sembilan puluh hari setelah jatuh tempo, atau kredit yang pembayarannya secara tepat waktu sangat diragukan. Menurut PSAK No. 31 paragraf 25 “ seluruh penerimaan yang berhubungan dengan kredit diragukan dan macet diakui terlebih dahulu sebagai pengurang pokok kredit dan kelebihan penerimaan dari pokok kredit diakui sebagai pendapatan bunga”

b. Provisi dan Komisi

Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (2001 : IV. 3.1) mengemukakan pengertian komisi adalah imbalan jasa perantara yang diterima atau dibayar atas suatu transaksi atau aktivitas yang mendasari. Sedangkan provisi adalah imbalan yang diterima atau dibayar sehubungan dengan fasilitas yang diberikan atau diterima.

Menurut PAPI, jenis-jenis komisi antara lain adalah komisi akseptasi, komisi penjaminan, komisi kiriman uang, komisi arranger, komisi transaksi kartu kredit. Provisi biasanya dikenakan atas transaksi yang mempunyai jangka waktu tertentu, antara lain penerimaan atau pembayaran provisi untuk penyediaan plafond kredit, provisi bank garansi, iuran tahunan kartu kredit, dan biaya komitmen (commintment fee).

Pada PSAK No. 31 paragraf 29 menyatakan bahwa pendapatan selain bunga yang berkaitan dengan jangka waktu diakui selama jangka waktu tersebut. Pernyataan ini berlaku untuk komisi dan provisi. Dengan demikian semua provisi dan komisi yang berkaitan jangka waktu diperlakukan sebagai pendapatan atau beban yang ditangguhkan dan diamoritsasi secara sistematis selama jangka waktu komitmen tersebut. Komisi dan provisi yang tidak terkait dengan jangka waktu sebagai pendapatan atau beban pada saat terjadinya transaksi.

c. Pendapatan Jasa Lainnya

Disamping keuntungan yang diperoleh dari kegiaran pokok perbankan yaitu selisih bunga simpanan dengan bunga pinjaman (Spead Based) maka pihak perbankan juga dapat memperoleh keuntungan lainnya yaitu dari transaksi jasa-jasa bank lainnya. Keuntungan dari transaksi dalam jasa-jasa-jasa-jasa bank ini disebut dengan fee based. Kegiatan pebankan ini terdiri atas kegiatan yang berkaitan dengan jangka waktu dan tidak berkaitan dengan jangka waktu.

Pada PSAK No. 31 paragraf 73 menyatakan bahwa pendapatan dan beban yang berkaitan dengan jangka waktu diakui selama jangka waktu tersebut. Pendapatan dan beban yang tidak berkaitan dengan jangka waktu diakui pada saat terjadinya transaksi dalam periode yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa setiap pendapatan yang berkaitan dengan waktu ditangguhkan dan diamortisasi secara sistematis selama jangka waktu komitmen tersebut.

Pendapatan yang berkaitan dengan jangka waktu, antara lain, ialah komisi dan provisi dari kegiatan yang tidak berkaitan dengan prekreditan. Sementara itu, pendapatan dan beban yang tidak berkaitan dengan jangka waktu,

35

antara lain, ialah transaksi pengiriman uang, pembukaan L/C, penjualan cek perjalanan (traveller cheque), anjungan tunai mandiri (ATM), dan penerbitan wesel bank (bank draft).

2. Prinsip Mengenai Beban Bank

Beban utama dari operasi bank adalah beban bunga, beban komisi, beban penyisihan kerugian aktiva produktif, beban yang berkaitan dengan penurunan nilai tercatat investasi dan beban administrasi umum.

a. Beban Bunga

Beban bunga adalah beban yang dibayarkan kepada nasbah atau pihak lain yang berkaitan dengan kegiatan penghimpunan dana (PAPI, 2001 : VI.2.1). Menurut PSAK No. 31 paragraf 27, beban bunga ini diakui secara accrual basis.

Beban dalam kegiatan perkreditan, antara lain, terdiri dari beban bunga dan beban lain yang dikeluarkan dalam rangka penghimpunan dana, seperti hadiah, premi atau, diskonto dari kontrak berjangka dalam rangka pendanaan, dan biaya/premi program penjaminan.

b. Beban Peyusuhan Kerugian Kredit dan Aktiva Produktif Lainnya Menurut PAPI (2001 : III.8D.1) penyisihan kerugian kredit adalah penyisihan yang dibentuk, baik dalam rupiah maupun mata uang asing untuk menutup kemungkinan kerugian yang timbul sehubungan dengan penanaman dana ke dalam kredit. PSAK No. 31 paragraf 16, mengungkapkan bahwa penyisihan kerugian kredit dibentuk sebesar estimasi kerugian kredit yang tidak dapat ditagih sesuai dengan mata uang denominasi yang diberikan. Jika kredit diberikan dalam rupiah, penyisihan kerugian kredit pun dibentuk dalam rupiah.

Jika kredit diberikan dalam mata uang asing, penyisihan kerugian kredit juga dibentuk dalam mata uang asing tersebut.

Menurut PAPI (2001 : III.8D.1), besar penyisihan kerugian kredit ditentukan dengan memperhatikan :

a. Kualitas kredit yang ditetapkan berdasarkan prospek usaha, kondisi keuangan dengan penekanan pada arus kas dan kemampuan membayar debitur.

b. Nilai agunan yang tersedia, yang diperhatikan, antara lain, berdasarkan jenis agunan, harga pasar, umur penilaian (jika aktiva tetap), dan adanya penilaian yang telah dilakukan oleh penilaian independen.

c. Keyakinan/penilaian bank terhadap kemungkinan dapat ditagihnya kredit tersebut.

Kegiatan penghapusan kredit dapat dilakukan terhadap bagian yang tidak dapat tertagihn (IAI, 2002 : 31.6), menurut PSAK No. 31 paragraf 40 “penerimaan kredit yang telah dihapus dibukukan diakui sebagai penyesuaian terhadap penyisihan kerugian kredit sebesar nilai pokok. Jika penerimaan tersebut melebihi nilai pokoknya maka kelebihan tersebut akui sebagai pendapatan bunga”.

Menurut PAPI beban penyisihan kerugian kredit disajikan sebelum beban operasional pada pos beban penyisihan kerugian kredit (2001 : III.8D.4)

37

c. Beban Administrasi Umum

Beban administrasi umum adalah berbagai beban yang timbul untuk mendukung kegiatan operasional bank. Dalam buku PAPI, menyatakan bahwa ciri-ciri beban administrasi umum adalah sebagai berikut :

a. Tidak dapat dikaitkan secara langsung dengan jasa yang dihasilkan b. Tidak memberikan manfaat pada masa yang akan datang

c. Diakui seluruhnya sebagai beban pada periode terjadinya

Beban ini merupakan bagian dari beban operasional bank yang disajikan dalam pos tersendiri dan dirinci berdasarkan jenis beban.

Jenis-jenis beban adminstrasi umum antara lain adalah sewa, promosi, biaya tenaga kerja, pendidikan dan pelatihan, penyusutan aktiva tetap, dan amortisasi aktiva tidak berwujud (PAPI, 2001 : VI.5.1).

Dokumen terkait