• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

C. Tinjauan Khusus Interior Si stem

3. Akustik

Sebelum membahas lebih mendalam mengenai akustik dalam ruang auditorium, perlu kiranya kita tinjau kembali keberadaan ruang-ruang yang dibutuhkan di dalam bagunan auditorium. Secara garis besar ruang-ruang di dalam auditorium dapat dibedakan menjadi:

Ruang-ruang utama, yang meliputi: ruang panggung dan ruang penonton, baik ruang penonton lantai satu maupun balkon.

Ruang-ruang pendukung, yang meliputi: ruang persiapan pementasan, toilet, kafetaria, hall, ruang tiket, dan lain-lain.

Ruang-ruang servis, yang meliputi: ruang generator, ruang pengendali udara, gudang peralatan, dan lain-lain.

Keberadaan ketiga kelompok ruang tersebut saling mendukung untuk menampung aktivitas yang terjadi dalam auditorium, namun demikian

commit to user

hanya ruang utamalah yang membutuhkan penyelesaian akustik secara mendalam. Oleh karena itu hanya ruang-ruang tersebutlah yang akan dibahas lebih jauh. Meski demikian, sangat disarankan agar ruang-ruang servis yang menghasilkan kebisingan tambahan diletakkan terpisah atau cukup jauh dari ruang utama. Sedangkan untuk ruang pendukung, peletakannya secara umum selalu berdekatan dengan ruang auditorium. Peletakan ini juga kan sangat memudahkan penyaji dan pengunjung ketika meraka membutuhkan ruang-ruang tersebut. (Christina E. Mediastika, Ph.D, 2005: 93)

a. Syarat – Syarat Akustik dalam Ruang Tertutup

Sebuah auditorium merupakan suatu ruangan yang mempunyai permasalahan akustik ruang cukup kompleks, berikut ini adalah persyaratan kondisi mendengar yang baik di dalam sebuah auditorium : 1) Harus ada kekerasan (loudness) yang cukup dalam tiap bagian

auditorium terutama ditempat-tempat duduk yang jauh.

2) Energi bunyi harus didistribusikan secara merata (terdifusi) dalam ruang.

3) Karakteristik dengung optimum harus disediakan dalam auditorium untuk memungkin penerima bahan acara yang paling banyak disukai penonton dan penampilan acara yang paling efisien oleh pemain. 4) Ruang baru bebas dari cacat akustik seperti gaung, pemantulan yang

berkepanjangan (long delayed) reflection, gaung, pemusatan bunyi, distorsi, bayangan dan resonansi ruang.

commit to user

5) Bising dan getaran yang akan menganggu atas pementasan harus dihindari atau dikurangi dengan cukup banyak dalam tiap bagian ruang.

Dari tuntutan di atas yang harus dipenuhi bagi sebuah gedung pertunjukan adalah sebagai berikut :

1) Kekerasan yang cukup

Masalah utama kekerasan bunyi dalam sebuah ruanagn auditorium merupakan hal klasik yang selalu dicoba dipecahkan sesuai dengan tuntutan masing – masing gedung, karena dalam sebuah auditorium energi bunyi yang dipancarkan akan diserap oleh penonton, tempat duduk, dan bahan pembentuk ruang yang lainnya, maka diperlukan sebuah kekerasan tertentu yang mewadahi sehingga gelombang bunyi diterima oleh semua penonton dalam sebuah gedung pertunjukan.

Pemantul bunyi yang ditempatkan dengan benar selain menguatkan energi bunyi juga menimbulkan suatu kondisi lingkungan yang dikenal dengan efek ruang. Hal in tercapai bila pendengar mnerima bunyi dari berbagai arah, gejala ini sangat khas untuk ruang – runag tertutup, tetapi hilang sama sekali pada gedung pertunjukan yang terbuka.

2) Difusi bunyi

Difusi merupakan salah satu cara untuk menyebarkan suara ke seluruh ruangan yang merata. Untuk memperoleh penyebaran

commit to user

bunyi yang merata dan sempurna dalam suatu ruangan maka dapat digunakan cara sebagai berikut ini :

- Membuat permukaan ruang menjadi tidak teratur (langit –

langit, dinding, atau dekorasi di dalam ruangan) harus banyak digunakan dan cukup besar untuk menangani penyebaran bunyi dalam ruang.

- Untuk ruang dengan kapasitas kecil penggunaan permukaan

yang tidak teratur kadang sulit untuk diwujudkan namun untuk ruang seperti ini difusi bunyi dapat dicapai dengan penggunaan bahan penyerap bunyi dan pemantul bunyi secara bergantian meningkatkan faktor difusi di dalam ruang.

- Penggunaan akustik diffuser (penyebar akustik) dalam ruangan relative besar akan membantu meningkatkan difusitas ruang tersebut.

3) Pengendalian dengung

Dengung dalam sebuah ruangan disebabkan karena pemantulan berulang – ulang suatu sumber bunyi, karena cukup banyak sumber bunyi pada sebuah pementasan maka meningkat pula factor kemungkinan terjadinya dengung dalam ruang pertunjukan

tersebut. Pengendalian dengung dapat dilakukan dengan

memanfaatkan rumus Sabine. Dari rumus tersebut dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

commit to user

- Semakin banyak penyerapan yang terjadi dalam ruang maka semakin rendah RT (waktu dengung dalam detik).

4) Cacat akustik

Cacat akustik yang terjadi dalam sebuah ruangan auditorium adalah :

a) Gema

Gema merupakan cacat akustik yang paling berat, gema merupakan pengulangan bunyiasli yang dapat didengar dengan cukup jelas ke telinga pendengar, gema terjadi bila selang minimum sebesar 1/25-1/10 detik terjadi antara bunyi pantul denganbunyi langsung yang berasal dari sumber bunyi yang sama. Salah satu penyebab potensial gema dalam sebuah gedung pertunjukan adalah dinding belakang yang langsung berhadapan dengan sumber bunyi, hal ni dapat dihindari dengan penempatan balkon atau penggunan formasi tertentu pada dinding.

Untuk menghindari gema dilakukan dengan mengatur

permukaan pemantul dalam ruang potensial yang

menyebabkannya, dengan berbagai cara, yaitu :

- Memasang bahan penyerap bunyi pada permukaan pemantul

yang menyebabkan cacat bunyi.

- Permukaan tersebut dibuat difusi atau menyebar.

- Pengaturan posisi permukaan agar dapat menghasilkan waktu

tanda pemantulan yang singkat (Leslei L. Doelle & Lea Prasetyo, 1990 : 149)

commit to user

b) Gaung

Gaung terdiri dari gema – gema kecil yang berurutan dengan cepat dan dapat dicermati dengan indera pendengar kita. Misalnya bunyi tepuk tangan atau bunyi ledakan kecil, dengan melakukan eliminasi permukaan pemantulan yang sejajar atau

berhadap – hadapan serta melakukan pemasangan bahan

penyerap bunyi pada dinding pemantul, dapat mengurangi dan menghilangkan gaung.

c) Pemusatan bunyi

Pemusatan bunyi disebabkan karena pemantulan bunyi

terhadap permukaan cekung, sehingga mengakibatkan

munculnya suatu lokasi khusus di daerah penonton yang disebut

sebagai hot spot, yang pada lokasi tersebut mempunyai

intensitas cukup tinggi. Bila tidak dihindari penggunaan ruang cekung dan tidak terputus, maka pemusatan bunyi diatasi dengan mengarahkan titik hot spot ke atas penonton atau menggunakan lapisan penyerap bunyi di sepanjang permukaan lengkung tersebut serta penggunaan system pengeras suara yang tepat agar dapat mengeliminasi cacat akustik tersebut.

d) Ruang Gandeng

Ruang gandeng biasanya sering terjadi pada dengung dengan penataan ruang yang mengakiatkan beberapa ruang dapat terhubung langsung dengan ruang pertunjukan, misalnya sebuah lobby dengan ruang pertunjukan, diantara kedua ruangan

commit to user

tersebut dihubungkan dengan sebuah pintu dimana penonton dapat duduk dekat dengna pintu yang menghubungkan ke lobby tersebut, hal ini mengakibatkan dua buah ruang menjadi satu atau bergabung sehingga kondisi akustik ruang tadi terganggu, efek yang terjadi ini dapat diatasi dengan menyamakan nilai RT dari ke dua ruangan tersebut.

e) Distorsi

Distorsi adalah perubahan kualitas bunyi musik yang tidak dikehendaki dan terjadi karena tidak seimbangnya penyerapan bunyi yang sangat banyak oleh permukaan batas pada frekuensi yang berbeda. Hal ini dapat dihindari bila lapisan – lapisan akustik yang digunakan mempunyai karakteristik penyerapan yang seimbang dengan frekuensi radio.

f) Bayangan bunyi

Bayangan bunyi dapat diamati di bawah balkon yang menonjol terlalu ke dalam suatu ruang udara suatu auditorium, ruang di bawah balkon yang mempunyai kedalaman lebih dari dua kali tinggi balkon harus dihindari, karena akan menghalangi penyebaran bunyi pada tempat duduk yang paling jauh.

b. Standarisasi akustik unsur ruang

1) Akustik lantai panggung

Agar semua penonton dapat menyaksikan penyaji dengan baik, lantai panggung biasanya dibuat lebih tinggi daripada lantai

commit to user

penonton yang paling bawah. Perbedaan tinggi berkisar setengah ketinggian badan manusia pada umumnya split level 80 – 90 cm.

Pada panggung yang terletak di dalam ruang tertutup dan digunkan untuk menyajikan acara yang menghasilkan bunyi, lantai panggung tersebut sebaiknya dilapis dengan bahan tebal lunak yang mampu meredam bunyi seperti penggunaan karpet tebal. Lapisan lantai yang menyerap/memantulkan suara disesuaikan dengan tuntutan kegiatan, untuk bahan reflektor dapat dengan lantai parquette, untuk yang meredam dapat dengan lantai karpet tebal.

2) Akustik dinding panggung

a) Pada bentuk panggung proscenium, terbuka, dan extended,

panggung memiliki dinding pembatas, yaitu di bagian belakang serta samping kiri dan kanan.

b) Dinding bagian belakang panggung umumnya didesain relatif mendatar dengan bahan penyerap suara, agar tidak memantulkan suara kembali kepada penaji yang dapat menimbulkan suara bias.

c) Pada panggung yang memiliki dinding pembatas samping,

sebaiknya dipilih bahan yang menyerap suara, agar suara tidak bias; atau dilapisi bahan pemantul dengan memposisikan pada sudut terbuka keluar atau model sirip membuka ke arah area penonton.

d) Panggung yang dinding sampingnya membuka kea rah

commit to user

memantulkan suara ke rah penonton, sehingga memperkuat suara yang terjadi tanpa bantuan peralatan listrik.

Gambar.1

Akustik dinding panggung

(Sumber : Architectural Acoustics,1988)

3) Akustik plafon panggung

1) Ketinggian plafon panggung sangat bermacam-macam dan

biasanya bergantung dimensi ruang auditorium secara keseluruhan. Peletakan plafon yang terlalu rendah kurang baik bagi lantai penonton yang dibuat bertrap. Plafon raung pangguang sebaiknya diselesaikan dengan bahan yang memantulkan, agar pada keadaan tanpa bantuan peralatan elektronik (sound sistems) suara dari penyaji dapat disebarkan ke arah penonton.

2) Bentuk dan perletakan plafon dengan bahan yang memantulkan,

munculnya suara pantulan tidak lebih lama dari1/20 detik sura asli.

commit to user

Gambar.2

Contoh plafon area penonton

(Sumber : Architectural Acoustics,1988)

4) Area penonton

Selain panggung, raung penonton adalah ruangan yang sangat penting. Ruangan ini harus didesain sedemikian rupa agar penonton merasa nyaman saat menyaksikan sajian.

a) Dasar pertimbangan: kenyamanan audio dan visual

b) Strategi teknis: desain area penonton sebaiknya tidak

memanjang ke belakang, jarak maksimal 25 – 30 meter; kemampuan manusia melihat secara jelas dan nyaman berada pada sudut 20o kanan-kiri atau total 40o. Oleh karena itu, idealnya dibuat panggung yang lebarnya tidak melebihi lebar bagian depan lantai penonton.

c) Posisi penonton ke arah panggung sekitar 100o kanan-kiri dari ujung depan kanan-kiri panggung.

commit to user

Gambar.3

Contoh desain area penonton

(Sumber : Architectural Acoustics,1988)

Gambar.4

Contoh area penonton

(Sumber : Architectural Acoustics,1988)

5) Akustik dinding area penonton

a) Penyelesaian dinding ini dapat didesain dinding ganda, yaitu sebagai insulasi bunyi dari luar dan untuk meningkatkan kualitas bunyi dalam ruang.

b) Untuk pemantulan suara berada pada batas-batas bunyi

dengung, tidak semua bagian dinding dirancang untuk memantulkan bunyi, yaitu di dekat area penonton bagian belakang dan dinding belkang area penonton.

commit to user

c) Bentuk dinding yang membentuk sudut meruncing ke arah

penonton sebaiknya dihindarkan, pilih dinding yang sejajar atau dinding membentuk sudut melebar ke arah area penonton, agar tidak terjadi cacat akustik.

Gambar.5

Contoh dinding area penonton

(Sumber : Architectural Acoustics,1988) 6) Akustik lantai area penonton

a) Lantai penonton dapat diselesaikan mendatar untuk multifungsi kegiatan, namun untuk menampung penonton yang jumlahnya besar akan mendapatkan kualitas visual yang rendah, sehingga penantaan dengan sistem lantai miring (sloped) atau bertrap (inclined) dapat membantu.

b) Untuk prinsip terasering (inclined) dapat mengadopsi sitem tangga dengan beda 15 – 25 cm.

c) Jumlah ideal kursi penonton untuk ditata berjajar adalah 12 – 15 buah, dengan asumsi bahwa penonton yang duduk di tengah- tengah tidak menempuh perjalanan terlalu jauh ke arah selasar utama.

commit to user

d) Jarak antar kursi dalam baris (depan-belakang) min 86cm dan sirkulasi sehingga jarak 115cm.

e) Lantai dilapisai dengan bahan lunak yang mampu menyerap kebisingan.

Gambar.6

Contoh lantai area penonton

(Sumber : Architectural Acoustics,1988)

7) Akustik plafon area penonton

a) Bentuk dan perletakan plafon diatur agar pemantulan yang terjadi merata dan berlangsung seketika kurang dari 1/20 detik atau jarak tempuh lebih dari 20.7 m, pemantulan ini dapat menguatkan bunyi.

b) Penonton yang duduk pada jarak 12m dari panggung dapat mendengar bunyi asli secara baik.

c) Bentuk plafon dapat berupa bentuk gerigi, dimana plafon yang menghadap penonton berada diatas panggung berlanjut kearah area penonton yang duduk di belakang, untuk bagian plafon yang mengahdap ke panggung sebaiknya dengan bahan penyerap.

commit to user

8) Prinsip desain akustik auditorium

Dalam penanganan desain akustik ruangan, ada beberapa faktor yang seharusnya kita perhatikan untuk mendapatkan kenyamanan akustik, diantaranya adalah :

a) Bentuk bidang pembatas ruang yaitu dinding, lantai ataupun langit-langitnya.

b) Bahan bidang pembatas ruang, terutama mengenal karakter bahan yang kita pergunakan, diantaranya:

- Bahan penyerap nada-nada tinggi

Yaitu bahan yang mengandung banyak hawa udara atau berpori- pori lembut.

- Bahan penyerap nada-nada menengah dan rendah

Bekerja dengan prinsip pengubahan energi bunyi ke energi mekanis yaitu dengan gerak getaran selaput membran atau pelat yang relatif tipis tetapi padat.

c) Memperhatikan metode konstruktif pemasangan bahan dengan pelat dan panel akustik yang tepat.

d) Isolasi dinding

commit to user

D. Tinjauan Khusus Seni Pertunjukan Tradisional Jawa

Dokumen terkait