• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRAKTIK PERKAWINAN POLIGAMI DI DESA SURUH KAB SEMARANG

A. Profil Desa Suruh Kec Suruh Kab Semarang 1 Letak Geografis Desa Suruh

2. Alasan Istri Memperbolehkan Suaminya Berpoligam

Dari beberapa faktor-faktor suami untuk berpoligami yang dikemukakan diatas, maka berbeda dengan pendapat dari istri- istri mereka. Seperti yang diungkapkan oleh Kenanga bahwa ia membolehkan suaminya menikah lagi karena memang ia membutuhkan seorang partner dalam mengurus rumah tangga, khususnya anak-anak. Karena mereka lebih membutuhkan perhatian lebih, sedangkan ia sibuk mengurus suami yang sedang sakit dan bekerja.

Pada saat memutuskan hal tersebut, ia sudah memikirkannya matang-matang baik akibat positif /negatifnya, karena semua itu demi anak-anak. Pada saat itu ia sendiri yang memilih calon istri untuk suaminya,yaitu Emi yang memang sudah lama dikenalnya. Dia merasa bahwa Emi yang pantas untuk menjadi partner yang baik dalam membina keluarga. Emi merupakan sosok yang bertanggung jawab. Jadi, Kenanga tidak salah dalam memilih istri untuk suaminya. Selain itu kesibukan suami yang sering pergi keluar kota membuatnya jarang pulang kerumah, sehingga ditakutkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. (wawancara, 6 april 2011)

Berbeda dengan pendapat Ussy, awalnya tidak menyetujui alasan suami untuk berpoligami mengingat dari buah perkawinan mereka sudah

dikaruniai 7 anak. Jika ingin memperbanyak keturunan lagi, sudah tidak sanggup untuk mengurusnya. Akan tetapi, dengan meyakinkan hatinya dan mengingat ini adalah kebaikan untuk ummat akhirnya dijinkanlah suami untuk menikah lagi.

Dari proses awalnya, suami menginginkan istrinya saja yang memilih untuk jadi pasangannya. Hal ini dilakukan karena tidak ingin dianggap memilih hanya karena keinginan hawa nafsu saja, tetapi lebih kepada penunjang syari’at. Akhirnya Khadijah yang dipilih sebagai calon istri, lalu ditahun 2000 mereka menikah dan telah dikaruniai 4 orang anak.

Sedangkan Lis Ambarwati memiliki alasan sendiri terhadap suaminya yang berpoligami, dari pernikahan suaminya dari istri pertama telah dikaruniai 2 anak. Ditahun 2007 istri pertamanya meninggal dunia dikarenakan sakit, selama 5 tahun menikah dia menyadari bahwa tidak bisa memperoleh keturunan sehingga tidak ada masalah jika suami ingin menikah lagi. (wawancara, 7 april 2011)

C. KEHIDUPAN RUMAH TANGGA PASANGAN POLIGAMI

1. Pasangan Hadi Suryo, Kenanga dan Emi

Hadi Suryo 45 tahun seorang wiraswastawan yang memiliki usaha di bidang pendidikan, selain itu ia merupakan seorang tenaga pengajar disebuah pondok pesantren di Desa Tingkir. Menikah dengan Kenanga 35 tahun pada tahun 1990 dan telah dikaruniai 8 anak. Kehidupan rumah

tangga mereka sangat harmonis, awalnya mereka memulai usaha dengan menjual busana muslimah yang disediakan di toko mereka.Secara bersama-sama mereka berusaha menghidupi anak-anaknya, tidak hanya itu mereka juga merintis sebuah sarana pendidikan yang dibangun dengan kerja keras dan kemauan yang tinggi.

Dengan maksud membimbing anak-anak secara jasmani maupun rohani, dibekali dengan ilmu pengetahuan dan ilmu agama yang baik. Dalam jangka waktu 3 tahun sekolah rintisan mereka mampu berkembang pesat, dan memiliki banyak peserta didik yang sudah cukup banyak sampai sekarang.

Ditahun pertama saat anak ke 5 mereka lahir, banyak terjadi cobaan yang menimpa keluarganya. Hadi Suryo jatuh sakit, dan tidak mampu membantu istri yang sibuk mengurus segala urusan yang ada. Dengan terpaksa Kenanga mengatasi semua persoalan dan kewajibannya sendirian, pada akhirnya ia memutuskan untuk mencarikan pendamping baru untuk suaminya. Dengan pertimbangan semua urusan yang ada di dalam rumah terselesaikan dan anak-anak tidak merasa terganggu karena kesibukannya.

Kenanga pun mengungkapkan niatnya kepada hadi Suryo, awalnya ia kaget dan bingung karena memang istrinya sendiri yang menawarkan diri untuk dipoligami. Namun, setelah diberi penjelasan olehnya Hadi Suryo pun mengiyakan permintaan itu, ia menyerahkan semua keputusan kepada Kenanga.

Tidak berselang lama setelah itu Kenanga memperkenalkan Emi yang sudah lama dikenalnya, ia merasa bahwa Emi mampu bertanggung jawab dan bisa diandalkan untuk mengurus rumah tangga.

Dari perkenalan itu selama 3 bulan mereka saling mengenal satu sama lain, begitu pun dengan anak-anaknya yang butuh pendekatan khusus. Tak lama kemudian mereka menikah di tahun 1992, dan telah dikaruniai 5 orang anak.

Selama 17 tahun perkawinan Kenanga dan Emi saling membantu dalam mengurus rumah tangga, mereka hidup dalam satu atap. Banyak tanggapan negatif orang-orang tentang mereka, menganggap poligami bukanlah hal yang wajar jika hidup satu atap.menurut mereka suatu perkawinan yang ideal hanya dengan satu istri saja, menurut mereka hal itu menjadi sangat aneh.Tetapi, Kenanga dan Emi mematahkan anggapan tersebut, kehidupan perkawinan mereka jauh lebih baik. Suami juga berlaku adil kepada mereka, tidak ada perbedaan dalam pembagian kasih sayang terhadap anak-anaknya.

Begitu juga dengan istri, tidak saling dibedakan satu sama lain baik pembagian nafkah lahir maupun batin semuanya disama ratakan. 2. Pasangan Yahya, Ussy dan Khadijah

Yahya 52 tahun, adalah seorang wiraswastawan yaitu sebagai pedagang disebuah pasar tradisional di karanggede. Ia menikah dengan Ussy 35 tahun seorang ibu rumah tangga dan telah dikaruniai 10 orang anak.

Kehidupan rumah tangga mereka terbina dengan baik, dan semua berjalan dengan lancar. Saling menerti dan memahami satu sama lain adalah kunci dari mereka, dengan itu mereka mampu memabangun pondasi yang kokoh.

Di tahun 2007 Yahya menikahi Khadijah 25 tahun, pada awalnya saat bangun tidur ia bercerita kepada istri kalau tadi malam ia bermimpi menikah lagi. Saat mendengar hal tersebut dia terkejut, karena tidak biasanya suami begitu. Lalu, istrinya menjawab dengan nada bercanda

kalo udah siap ya ga apa..apa mau tak carike tow bi? Dari situ suami meminta istrinya untuk mencarikan seorang calon istri yang dirasa cocok dengannya, karena semua demi kebaikan bersama dan meminta untuk tidak terburu-buru.

Awalnya ada 2 calon yaitu dari Lampung dan Boyolali, tetapi karena ada pertimbangan yang lain akhirnya Ussy memilih Khadijah sebagai calonnya. Pada saat itu Khadijah berusia 19 tahun, karena Yahya menginginkan calon yang usianya masih produktif. Alasannya, ia ingin memiliki banyak anak dan berharap anak-anaknya kelak bisa menjadi sholeh/sholihah yang mampu mendoakan mereka jika sudah meninggal.

Sebenarnya Ussy tidak bisa menerima keputusan suaminya itu, dengan alasan tidak yakin kalau nantinya suami mampu bersikap adil kepada suatu saat ada apa-apa dengan Ussy maka akan ada yang mengurus mereka. Dia berusaha untuk ikhlas, karena ini untuk kebaikan bersama bukan semata-mata untuk kesenangan batiniah saja.

Lalu, mereka pun berkenalan lebih jauh dan menceritakan tentang suaminya yang dirasa memiliki banyak kekurangan dan meminta Khadijah untuk memahami apa-apa yang ada didalam suaminya. Dan keduanya pun saling cocok dan berharap bisa bekerjasama dalam membina rumah tangga, akhirnya tahun 2007 mereka menikah secara resmi.

Di awal perkawinan mereka hidup satu atap, karena pada saat itu Khadijah masih belum paham betul bagaimana mengurus kebutuhan rumah tangga. Butuh waktu 1 tahun untuk membiarkan Khadijah mandiri, dan pada saat itu ia telah mempunyai anak. Dari situ Ussy membiarkan Khadijah untuk hidup terpisah, agar tahu bagaimana cara mengurus anak dan suami serta melatih kedewasaannya.

Saat ini Khadijah tinggal bersama 4 orang anaknya di Ambarawa dan bekerja sebagai guru disebuah play group, dan Ussy tinggal dengan 10 anaknya di desa Morangan Suruh.

Dalam pembagian jatah malam dan nafkah suami tidak membandingkan, ia berusaha adil kepada istri dan anak-anaknya. Satu minggu dibagi-bagi, 3 hari berada dirumah istri 1 dan 3 hari lagi tinggal dirumah Khadijah (istri keduanya).

3. Pasangan Mus’ab ,Lis Ambarwati , Hanna

Mus’ab adalah seorang ustad di sebuah pesantren yang ada di daerah Suruh, menikah dengan Lis Ambarwati yang berprofesi sebagai dokter. Sebelumnya ia sudah menikah dan memiliki 2 orang anak dari

istri pertamanya, tetapi pada saat anak pertamanya berusia 10 tahun istrinya meninggal karena sakit yang tidak kunjung sembuh.

Lalu, tahun 1993 ia bertemu dengan Lis (istri yang sekarang) dan menikah. Selama 15 tahun perkawinan mereka tidak mempunyai keturunan, hal ini disebabkan karena ada kelainan dirahimnya yang mengakibatkan rahimnya harus diangkat.

Setelah menikah Lis tidak lagi menjalankan profesinya, dia lebih senang menjadi pengusaha dan telah memiliki perusahaan konfeksi yang ada di Solo dan Yogyakarta. Kini ia sibuk dengan urusan bisnis tersebut, begitu pun dengan suami yang jarang pulang kerumah karena kesibukannya.

Pada bulan Februari 2011 Mus’ab menikahi seorang dokter gigi yang bernama Hanna 28 tahun, dan belum memiliki keturunan. Ia mengenal Hanna dari seorang temannya yang telah lama mengenal Hanna, kebetulan Hanna juga mencari seorang pendamping kemudian dikenalkanlah kepada Mus’ab.

Mus’ab memperkenalkan Hanna kepada Lis dan mengutarakan keinginannya untuk menikah lagi, dan tanpa berpikir lama Lis pun menyetujui hal tersebut. Karena dia tahu betul bagaimana keadaannya saat ini, jadi tidak ada masalah untuknya.

D. PANDANGAN MASYARAKAT TENTANG PRAKTIK

Dokumen terkait