• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV: USULAN PROGRAM REKOLEKSI YANG TERINTEGRASI

A. Alasan Perlunya Rekoleksi yang Terintegrasi dengan Keseluruhan

Rekoleksi berasal Latin yakni recolligere yang artinya mengumpulkan kembali (Heuken, 2005: 114). Rekoleksi adalah pengasingan diri untuk

menenangkan pikiran atau mencari ketenangan batin. Rekoleksi merupakan upaya

untuk melatih hidup rohani. Dalam rekoleksi kita diajak untuk menjenguk Allah

yang bersemayam di dalam hati kita (Darmawijaya, 1990: 3). Maka dapat

disimpulkan rekoleksi adalah kegiatan dalam bentuk pengasingan diri yang diproses

melalui pengingatan kembali pengalaman masa lalu dan merenungkannya,

penenangan pikiran dan batin dengan tujuan agar hidup rohani kita berkembang.

Rekoleksi dalam pembinaan spiritualitas merupakan ajakan kepada para

mahasiswa untuk menumbuhkan panggilannya sebagai katekis dan menumbuhkan

hidup rohani. Pencapaian hidup rohani ini diproses melalui keheningan,

penenangkan pikiran dan penenangan batin. Hal ini dimaksudkan agar dalam suasana

hening, pikiran yang tenang dan batin yang tenang mahasiswa semakin mengarahkan

hatinya kepada Allah. Selain menumbuhkan panggilan sebagai katekis dan hidup

rohani, rekoleksi juga menjadi kesempatan untuk mengingat dan mengumpulkan

kembali materi-materi yang telah diajarkan dalam pembinaan spiritualitas dan

mengajak mahasiswa untuk melakukan kebiasaan hidup yang baik.

Rekoleksi yang terintegrasi dengan pembinaan spiritualitas akan membantu

mahasiswa dalam mencapai kesimpulan seluruh materi, menemukan sang sumber

spiritualitas, meneguhkan pembiasaan hidup dan pada akhirnya mahasiswa mantap

1. Rekoleksi sebagai Simpul Materi Pembinaan Spiritualitas

Pelaksanaan rekoleksi yang terintegrasi dengan pembinaan spiritualitas akan

membantu mahasiswa calon katekis dalam memperoleh simpul-simpul materi yang

telah didalami dalam pembinaan spiritualitas. Simpul-simpul itu diperoleh

mahasiswa berdasarkan materi yang ada dalam tiap-tiap semesternya. Simpul-simpul

yang diperoleh akan menjadi bekal bagi mahasiswa dalam menempuh kehidupan di

masa sekarang dan selanjutnya.

Dalam pembinaan spiritualitas semester pertama materi-materi yang

diperoleh mahasiswa meliputi perjumpaan antar pribadi, pengalaman berharga,

cita-cita hidup, kedekatan dengan sesama dan Tuhan, keadaan yang positif di dalam

kelas, keadaan yang negatif, serta perkembangan pribadi aras relasi dengan sesama

dan Tuhan. Dengan adanya rekoleksi yang berintegrasi dengan pembinaan

spiritualitas semester pertama, mahasiswa makin lebih mengenal teman-teman

angkatannya, makin nyaman dengan lingkungan barunya, makin mantap dengan

pilihan program studinya dan makin menumbuhkan nilai-nilai kemanusiaan (Silabus

Pembinaan Spiritualitas semester I).

Dalam pembinaan spiritualitas semester kedua materi-materi yang diperoleh

mahasiswa meliputi the deepest longing, carpe diem, kebebasan hati, memaknai kisah telaga angsa liar, menemukan kunci emas, memaknai lagu rakyat, kerinduan

hati, apa yang kamu cari, dan jati diri. Dengan adanya pelaksanaan rekoleksi yang

berintegrasi dengan pembinaan spiritualitas di semester kedua, mahasiswa semakin

menyadari kerinduan hatinya yang terdalam sehingga jatidirinya semakin terarah

pada Tuhan dan juga relasi dengan sesama juga makin berkembang (Silabus

Mahasiswa dalam pembinaan spiritualitas semester tiga dan empat

memperoleh materi tentang budaya dan adat istiadat, pengalaman akan Allah,

pengalaman akan Allah sebagai Bapa, panggilan rasuli, hidup secara kristiani,

konsekuensi hidup kristiani, pengabdian kristiani yang sejati, Kerajaan Allah,

konsekuensi bagi rasul Kristus, salib sebagai jalan kebangkitan, kebangkitan,

menemukan Allah dalam segala hal, Askesis hidup kristiani, Roh Kudus dan Roh

Kristus serta pengabdian murid Kristus. Dengan adanya rekoleksi yang berintegrasi

dengan pembinaan spiritualitas di semester ketiga dan empat, mahasiswa semakin

dewasa secara kristiani yang bercirikan mengenal Allah secara pribadi dan relasi

yang mendalam dengan pribadi Yesus Kristus (Silabus Pembinaan Spiritualitas

semester III dan IV).

Dalam pembinaan spiritualitas semester lima dan enam materi-materi yang

diperoleh mahasiswa meliputi macam-macam doa, kekayaan dalam keheningan,

penyadaran tubuh, penguasaan pikiran, penyadaran pernafasan, Tuhan dalam

pernafasan, penyadaran suara, penyadaran musik, menemukan dalam segala,

menyadari orang lain, doa dengan tubuh, misteri-misteri gembira dalam hidup,

misteri sedih, melepas rasa dendam, menyembuhkan kenangan pedih, kontemplasi

cara Ignatius, nilai hidup, doa lisan, dan doa Yesus serta ibadat. Dengan adanya

rekoleksi yang berintegrasi dengan pembinaan spiritualitas semester lima, mahasiswa

makin dewasa secara religius yakni memiliki hidup doa dan terampil dalam

memimpin ibadat (Silabus Pembinaan Spiritualitas semester V dan VI).

Dalam pembinaan spiritualitas semester tujuh dan delapan materi-materi yang

diperoleh mahasiswa meliputi relasi katekis dengan jemaat, perbedaan roh, hidup

adanya rekoleksi yang berintegrasi dengan pembinaan spiritualitas semester tujuh

dan delapan, mahasiswa makin bertumbuh spiritualitas katekisnya, makin mampu

menanggapi dan mantap dengan panggilannya sebagai katekis, serta siap untuk

diutus.

2. Rekoleksi membantu Mahasiswa dalam Menemukan Kembali Sang Sumber Spiritualitas

Rekoleksi yang berintegrasi dengan pembinaan spiritualitas tidak hanya

berhenti pada simpul-simpul materi tetapi juga mengantar mahasiswa dalam

menemukan sang sumber spiritualitas. Sang sumber spirituaitas mahasiswa tidak lain

adalah Allah sendiri. Allah adalah puncak dari kehidupan rohani mahasiswa.

Dalam rekoleksi mahasiswa menemukan kembali Allah yang diproses

melalui pengolahan pengalaman hidup (Mangunhardjana, 1985: 18). Pengolahan

pengalaman hidup mahasiswa yakni keterlibatan hidup dengan sesama, pergulatan

hidup diri sendiri dan alam. Allah sungguh-sungguh hadir dalam sesama yakni dalam

dalam bentuk kebaikan, perhatian, dan kasih sayang serta penderitaan. Melalui

pencarian jati diri dan kerinduan hati, mahasiswa mengenal Allah. Selain itu juga

pengenalan mahasiswa dengan Allah diproses melalui alam. Melalui alam ciptaan,

mahasiswa menemukan Allah.

Dengan mengenal Allah, mahasiswa semakin menyadari bahwa Allah

sungguh-sungguh hadir. Kehadiran Allah dirasakan melalui karya dan

bimbingan-Nya dalam langkah gerak hidup mahasiswa sehari-hari. Dengan merasakan karya

dan bimbingan Allah, mahasiswa akan semakin tanggap dan semakin mampu

hadirnya Allah dalam diri mahasiswa, akan mendorong mahasiswa untuk selalu

hidup baik, berbuat baik pada sesama dan semakin meningkatkan hidup rohani.

Dengan merasakan kehadiran Allah dalam diri mahasiswa akan semakin

mendekatkan dengan Allah. Proses mendekatkan diri pada Allah diproses melalui

hidup doa. Maka dalam rekoleksi mahasiswa diajak untuk menghidupi sikap doa

yang baik dan teratur. Doa berarti mengangkat hati, berpasrah diri, menggantungkan

diri, mengarahkan hati, dan mengakui Tuhan sebagai Allah satu-satunya (Konferensi

Waligereja Indonesia, 1996: 194). Doa sebagai ungkapan percaya kepada Allah dan

dialog mahasiswa dengan Allah. Dialog pada dasarnya bersifat dua arah yakni kita

berbicara dan lawan kita mendengarkan dan begitu juga sebaliknya. Sikap

mahasiswa dalam doa adalah tidak hanya memohon kepada Allah tetapi juga mau

mendengarkan Allah yang berbicara dalam Kitab Suci.

Tindakan orang yang percaya adalah menggantungkan hidup kepada orang

yang dipercayai. Dalam kaitannya dengan tindakan percaya mahasiswa kepada

Tuhan adalah menggantungkan hidup secara total kepada Allah sebagai

penyelenggara kehidupan (Konferensi Waligereja Indonesia, 1996: 206). Hidup doa,

sikap dan tindakan percaya yang dihidupi dan dilakukan mahasiswa merupakan

bentuk dari spiritualitas. Melihat identitas mahasiswa yang merupakan calon-calon

katekis maka spiritualitas yang tumbuh adalah spiritualitas katekis.

3. Rekoleksi Meneguhkan Pembiasaan Hidup yang Dijalani Mahasiswa

Pelaksanaan rekoleksi yang terintegrasi dengan pembinaan spiritualitas tidak

hanya berhenti pada pencapaian simpul-simpul materi dan upaya menemukan

untuk mewujudnyatakan atas apa yang didapat dari simpul materi dan dari

penemuannya pada sang sumber spiritualitas. Penerapan materi pembinaan

spiritualitas di dalam kehidupan sehari-hari merupakan pembiasaan hidup.

Menengok sejenak dari hasil penelitian yang secara khusus dalam hal materi

pembinaan spiritualitas, ternyata belum semua mahasiswa mempraktekkan atas apa

yang di dapat dari materi-materi pembinaan spiritualitas. Dalam hal materi tentang

diri sendiri, sikap-sikap yang dibutuhkan dalam berelasi ada 9 (sembilan) mahasiswa

yang menyatakan ragu-ragu bahwa materi tersebut telah membantu mahasiswa

dalam memahami diri sendiri dan sikap-sikap yang dibutuhkan dalam berelasi.

Dalam materi tentang Yesus Kristus ada 7 (tujuh) orang yang menyatakan ragu-ragu

dan 2 (dua) orang menyatakan kurang membantu dalam mengikuti karya-karya

Yesus Kristus.

Dalam materi tentang doa, ada 5 (lima) mahasiswa yang menyatakan

ragu-ragu dan 3 (tiga) orang menyatakan kurang membantu dalam mengenal

latihan-latihan doa sehingga mereka tidak tergerak untuk melakukannya. Dalam materi

tentang pengalaman hidup katekis ada 6 (enam) mahasiswa yang menyatakan

ragu-ragu dan 2 (dua) orang menyatakan kurang membantu sebagai inspirasi dalam

pengolahan pengalaman hidup pribadi dan mengembangkan spiritualitas.

Pelaksanaan rekoleksi yang terintegrasi dengan pembinaan spiritualitas

mendorong mahasiswa untuk membiasakan pembiasaan hidup yang baik yang

dijalani. Pembiasaan hidup ini merupakan bentuk dari habitus baru. Habitus baru

adalah membangun cara-cara baru dalam bertindak, berpikir, berelasi, baik secara

pribadi maupun dalam kebersamaan dengan yang lain (Dewan Karya Pastoral KAS,

sikap-sikap yang dibutuhkan dalam berelasi kini adalah mahasiswa tidak malu untuk

berelasi dengan sesama dan ia mau menerima dirinya sendiri.

Habitus baru mahasiswa dari materi tentang Yesus Kristus adalah mau

mengenal lebih mendalam, dan meneladani karya-karya Yesus di dalam kehidupan

sehari-hari mereka. Bentuk habitus baru mahasiswa dari materi tentang

latihan-latihan doa dan ibadat adalah mau mempraktekkannya doa dan ibadat di dalam

kehidupan sehari-hari sehingga mahasiswa mengenal banyak macam-macam latihan

doa dan trampil dalam memimpin ibadat. Habitus baru mahasiswa dari materi

tentang pengalaman hidup katekis adalah mau mengolah secara pribadi pengalaman

hidup katekis di dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka bisa mengolah

pengalaman hidupnya sebagai upaya mengembangkan spiritualitas.

4. Rekoleksi membantu Mahasiswa Memantapkan Panggilannya sebagai Katekis

Rekoleksi yang berintegrasi dengan pembinaan spiriualitas bagi mahasiswa

calon katekis tidak hanya berhenti sampai pada pencapaian simpul-simpul materi,

penemuan kembali sang sumber spiritualitas dan pembiasaan hidup mahasiswa

sebagai hasil akhir adalah memantapkan panggilan mahasiswa sebagai katekis.

Kemantapan diri dengan panggilannya sebagai katekis merupakan buah mahasiswa

atas rekoleksi.

Kemantapan diri mahasiswa dengan panggilannya sebagai katekis diawali

dengan pemahaman yang baru terhadap sosok katekis. Mahasiswa semakin

memahami sosok katekis tidak hanya sebagai profesi tetapi sebagai suatu panggilan.

kesadaran, tanggung jawab dan panggilan Allah. Tidak terlepas dari dasar panggilan

katekis, mahasiswa juga semakin mengenal sosok katekis yang selalu berguru pada

katekis ulung yakni Yesus (Komisi Kateketik KWI, 2009: 26). Dalam diri Yesus,

mahasiswa melihat ada sebuah ketotalan dalam pelaksanaan tugas pewartaan.

Dengan memahami sosok katekis, diharapkan mendorong mahasiswa dalam

menumbuhkan jiwa katekis dalam diri.

Kemantapan mahasiswa terhadap panggilannya sebagai katekis terlihat juga

dalam pemahaman terhadap kehidupan rohani katekis. Mahasiswa memahami

kehidupan rohani katekis dipenuhi dengan hidup doa, ketaatan kepada Allah, iman

yang kuat dan relasi yang personal dengan Allah. Selain kehidupan rohani,

mahasiswa juga memahami kesatuan katekis dengan umat yang terlihat dalam relasi

yang baik dan dekat dengan umat, keterlibatan dalam kegiatan dan kehidupan

lingkungan (Prasetya, 2007: 45). Dengan memahami hidup doa dan keterlibatan

katekis dengan umat, diharapkan mahasiswa semakin meningkatkan hidup doa dan

berani untuk menjalin relasi dengan umat.

Kemantapan mahasiswa terhadap panggilannya sebagai katekis terlihat juga

dalam memahami spiritualitas katekis. Mahasiswa memahami spiritualitas bagi

seorang katekis merupakan roh penggerak dan penuntun dalam pelaksanaan tugas

pewartaan. Dengan spiritualitas, memampukan katekis semakin kuat dan bertahan

dalam menghadapi berbagai macam tantangan hidup dan tugas. Selain itu juga

mahasiswa memahami kemantapan katekis dalam menjalankan tugas perutusan. Bagi

katekis tugas perutusan ini merupakan bagian dari misi mendirikan Kerajaan Allah di

dunia. Kerajaan Allah merupakan wujud nyata akan karya keselamatan Allah di

tugas perutusan katekis, diharapkan mahasiswa semakin memiliki dan menghidupi

Dokumen terkait