• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alasan Suami Mengajukan Permohonan Cerai Thalak ke Pengadilan Agama

Beralih dari upaya yang dilakukan peradilan agama dalam menyelesaikan kasus cerai thalak dalam menyelesaikan konflik keluarga tidak terlepas dari alasan-alasan yang dijadikan dasar utama suami menceraikan istrinya. Dari kasus yang diteliti dapat penulis ketahui bahwa yang dijadikan alasan suami mengajukan permohonan cerai thalak terhadap istrinya ke Pengadilan Agama Kelas I.A Majalengka adalah karena pertengkaran dan pertikaian dalam rumah tangga. Seperti yang dikemukakan oleh Samihah Mahmud Gharib (2006:12) bahwa :

Konflik atau pertikaian keluarga ialah perselisihan yang terjadi di dalam keluarga disebabkan berbagai masalah dan perbedaan-perbedaan yang meniupkan bahwa ketegangan yang selalu siap untuk mengusik ketenangan bahkan menggiring kearah kehancuran sebuah keluarga. Sedangkan menurut Ramayulis (2001:1) konflik keluarga ialah “Kehidupan rumah tangga yang tidak harmonis disebabkan oleh kurangnya pengertian dan pengetahuan tentang hukum dan petunjuk agama dalam pembinaannya”. Alasan-alasan tersebut terlihat dari beberapa kasus yang penulis teliti seperti :

Elissa Mudya Yunus, 2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

132

Pada kasus I (CA bin D dengan NR binti B) yang dijadikan alasan adalah antara pemohon dan termohon sejak Juli 2006 sudah tidak harmonis lagi karena sering terjadi perselisihan dan pertengkaran yang disebabkan termohon sudah tidak taat lagi dan tidak menerima apabila dinasehati suaminya, sehingga tidak ada kecocokan dan saling pengertian selain itu juga alasan utamanya adalah termohon selalu pergi tanpa seijin pemohon meskipun pemohon ketika itu ada di rumah. Karena pertengkaran ini akhirnya antara pemohon dan termohon pisah ranjang dan kediaman.

Pada kasus II (RS bin AS dengan N binti K) yang menjadi alasan dasar pemohon mengajukan permohonan cerai thalak ke Pengadilan Agama Majalengka karena sejak awal tahun 2006 sering terjadinya pertengkaran antara pemohon dan termohon yang disebabkan termohon sudah tidak mau lagi tinggal bersama di kediaman orang tua pemohon. Puncaknya adalah pada bulan agustus 2006 termohon tiba-tiba pergi membawa anaknya dan menetap di rumah orang tua termohon yang letaknya masih satu RW dengan pemohon. Walaupun sudah diajak berkali-kali untuk pindah tapi termohon tetap tidak mau dan sejak itu mereka pisah ranjang dan kediaman. Hal ini terjadi karena termohon sudah tidak betah lagi dan menginginkan untuk pindah rumah tapi pemohon belum siap dengan alasan finansial yang belum memadai.

Pada kasus III (LS bin O dengan NS binti U) yang menjadi alasan pemohon mengajukan permohonan cerai ke Pengadilan Agama adalah karena sejak mei 2006 rumah tangga antara pemohon dan termohon sudah tidak harmonis

Elissa Mudya Yunus, 2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

133

lagi dan sering terjadi perselisihan dan pertengkaran yang disebabkan termohon sudah tidak menghargai pemohon, serta tidak percaya lagi pada pemohon dan selalu berbeda prinsip dalam segala hal yang berhubungan dengan rumah tangga. Sejak itu mereka sudah pisah ranjang walaupun masih tinggal satu atap.

Berbeda dengan kasus I, II, dan III, kasus IV (S bin R dengan EM binti G) yang menjadi alasan pemohon mengajukan permohonan cerai ke Pengadilan Agama adalah karena termohon diketahui berselingkuh dengan laki-laki lain. Hal ini membuat rumah tangga antara pemohon dan termohon tidak harmonis lagi. Tuduhan ini dibantah oleh termohon dan menganggap tuduhan itu hanyalah fitnah dan cemburu buta yang dijadikan alasan untuk menceraikan termohon, padahal menurut termohon pengajuan thalak ini karena pemohon sendiri ingin menikah dengan wanita lain. Namun karena bukti dan saksi yang kuat akhirnya termohon mengakui di hadapan sidang dan menerima permohonan cerai thalak dari pemohon.

Dari contoh kasus diatas dapat penulis ungkapkan bahwa alasan terbanyak yagn mendasari suami menthalak istrinya adalah karena si istri sudah tidak taat atau patuh lagi terhadap suami sehingga memicu perselisihan dan pertengkaran diantara mereka yang sudah tidak bisa diperbaiki lagi. Alasan ini sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1974 pasal 19 huruf f yang menyatakan bahwa “antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga”. Sedangkan kasus IV didasari karena si istri terbukti berselingkuh dan telah melalaikan kewajibannya sebagai seorang

Elissa Mudya Yunus, 2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

134

istri. Dengan demikian termohon sebagai pihak yang dirugikan dapat mengadukan hal ini ke pengadilan. Sebagaimana yang diungkap oleh M. Yahya Harahap (2003:291) yang merumuskan pasal 87 ayat 1 sebagai berikut :

Penggugat wajib membuktikan dalil gugat apabila termohon atau tergugat menyanggah dalil gugat. Dalam hal termohon mengakui dalal zina, pemohon atau penggugat tidak dibebani wajib bukti dan dianggap telah berhasil membuktikan dalil gugat.

Kasus diatas adalah perwujudan dari beberapa alasan yang dijadikan dasar bagi pihak yang ingin bercerai sesuai dengan pasal 116 Komplikasi Hukum Islam dan pasal 19 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan yang berbunyi bahwa perceraian dapat terjadi karena alasan-alasan sebagai berikut :

a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabok, pemadat, penjudi, dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan.

b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama dua tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar kemampuannya.

c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara lima tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.

d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak yang lain.

e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami/istri. Antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga. f. Suami melanggar taklik-thalak.

g. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak rukunan dalam rumah tangga.

Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa alasan suami mengajukan permohonan cerai thalak ke Pengadilan Agama disebabkan karena seringnya terjadi perselisihan dan pertengkaran antara suami dan istri yang

Elissa Mudya Yunus, 2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

135

disebabkan karena si istri sudah tidak taat dan patuh lagi kepada suami serta karena si istri ketahuan berselingkuh dengan laki-laki lain. Dengan alasan diatas maka pengajuan permohonan cerai thalak sesuai dengan ketentuan UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan pasal 116 Komplikasi Hukum Islam.

2. Akibat Hukum Perkawinan Yang Putus Karena Perceraian

Dokumen terkait