a. Mortar Silo
Mortar Silo merupakan tabung yang berisi agregat halus (pasir) dan semen atau yang biasa disebut dengan semen instan. Untuk proyek besar dimana kebutuhan mortar sangat banyak maka biasanya Mortar Silo dibangun dalam suatu proyek. Pada Proyek RS Grha Kedoya digunakan produk mortar dari Mortar Utama. Mortar tersebut digunakan untuk berbagai pekerjaan, misalnya saja plesteran.
Gambar 4.26 Mortar Silo
b. Compressor
Pada pelaksanaan plesteran dinding digunakan mortar dengan bantuan alat compressor plaster and concrete finish coat, alat ini memompa sement instant yang diambil dari mortar silo dan mencampurnya dengan air . Adukan mortar (semen, agregat halus, air) tersebut dikemudian diangkut menggunakan gerobak dorong dan didistribusikan kepada para pekerja untuk melaksanakan pekerjaan plesteran dinding.
Gambar 4.28 Pendistribusian mortar dengan gerobak dorong
c. Trolly
Trolly berfungsi untuk mengangkut material dan peralatan yang memiliki beban yang kecil, trolly memiliki kapasitas angkut yang kecil dan dapat didorong karena memiliki roda didepan dan dibelakangnya sehingga mudah dikemudikan. Contohnya mengangkut semen, alat –alat bekisting dan alat-alat yang memiliki beban kecil lainnya.
Gambar 4.29 Trolly d. Terminal
Terminal digunakan untuk mobilitas material dan alat yang digunakan pada kondisi yang sulit dijangkau. Terminal dipasang pada ujung terluar dinding setiap lantai untuk memudahkan pendistribusian material dan peraltan dari lantai dasar ke lantai atas, dimana pengangkutan tersebut dibantu oleh tower crane.
Gambar 4.30 Proses perakitan dan pembuatan terminal
Gambar 4.31 Terminal e. Halimak/Passanger Hoist
Untuk konstruksi gedung bertingkat sedang dan tinggi sanagat diperlukan halimak/passanger hoist yang merupakan alat angkut vertikal. Halimak digunakan untuk kemudahan mobilisasi para pekerja dan akses pengangkutan peralatan serta material.
Gambar 4.32 Halimak/Passanger Hoist f. Jaring pelindung
Jaring pelindung didesain oleh Tim K3 (kesehatan dan Keselamatan Kerja) agar dapat melindungi para pekerja yang sedang bekerja. Jaring pelindung ini juga berfungsi untuk menghindari terjadinya bahaya benda yang jatuh dari atas dalam pekerjaan struktur.
Gambar 4.33 Jaring Pelindung
g. Tangga Proyek
Gambar 4.34 Tangga proyek C. Material
Didalam pelaksanaan suatu proyek, diperlukan adanya pengelolaan bahan dan peralatan yang baik untuk menunjang kelancaran pekerjaan. Penyimpangan terhadap bahan-bahan bangunan perlu mendapat perhatian khusus mengingat adanya bahan-bahan bangunan yang sangat peka terhadap kondisi lingkungan, seperti semen dan juga baja tulangan yang peka terhadap pengaruh air dan udara sekitar. Pengaturan dan penyimpangan bahan-bahan dan peralatan dalam proyek menjadi tanggung jawab bagian logistik dan gudang.
Mengingat rencana pekerjaan Proyek Pembangunan yang dibatasi oleh waktu, diusahakan penempatan material yang tepat dan seefisien mungkin sehingga dapat mempercepat dan mempermudah pekerjaan. Di samping itu, penempatan material yang baik dan tertata rapi akan mendukung efektifitas kerja dan keselamatan kerja.
1. Pasir (Agregat Halus)
Pasir digunakan untuk pekerjaan non struktural seperti pekerjaan pembuatan lantai kerja, plesteran, dan digunakan untuk campuran adukan beton yang dikerjakan di lapangan. Agregat halus yang digunakan sebagai bahan pengisi pada proyek ini harus memenuhi beberapa syarat berikut :
a. Butiran – butiran pasir kasar, tajam dan keras, harus bersifat kekal ( tidak hancur karena pengaruh cuaca ).
b. Pasir terdiri dari butir – butir yang beraneka ragam. c. Pasir tidak boleh mengandung zat organik terlalu banyak.
d. Pasir laut tidak boleh digunakan di dalam semua mutu beton, kecuali dengan menggunakan petunjuk – petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan – bahan yang diakui.
e. Mendapat persetujuan dari pengawas lapangan.
Gambar 4.35 Pasir (Agregat halus) 2. Agregat Kasar
Agregat kasar berupa butir – butir yang beraneka ragam besarnya dan apabila diayak harus memenuhi kriteria sisa di atas ayakan 31,5 mm harus 0 % berat, sisa di atas ayakan 4 mm harus berkisar antara 90 % sampai 98 % berat dan selisih antara sisa – sisa kumulatif di atas dua ayakan yang berurutan adalah maksimum 60 % dan minimum 10 % berat.
Adapun syarat – syarat dari agregat kasar adalah sebagai berikut :
Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan – batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu.
Agregat kasar harus terdiri dari butir – butir yang keras dan tidak berpori.
Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 %.
Agregat kasar tidak boleh mengandung mengandung zat – zat yang dapat merusak beton.
Gambar 4.36 Kerikil (Agregat kasar) 3. Semen
Semen Portland atau biasa disebut semen adalah bahan pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang diohasilkan dengan cara menghaluskan klinker (bhan ini terutama terdiri dari bahan silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis), dengan batu gips sebgai bahan tambahan. Bahan baku pembuatn semen adalah bahan – bahan yang mengdung kapur, silika, alumina, oksida besi dan oksida-oksida lain. Semen digunakan sebagai bahan pengikat dalam pekerjaan konstruksi, antara lain Semen Portland, mengacu pada SNI 15-2049-2004
Standar ini membagi semen menjadi lima jenis sebagai berikut
a) Jenis I, yaitu semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan – persyaratan khusus seperti yang diisyaratkan pada semen jenis lainnya.
b) Jenis II, yaitu semen Portland yang penggunaannya memerlukan ketahanan pada sulfat atau kalor hidrasi sedang.
c) Jenis III, yaitu semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi.
d) Jenis IV, yaitu semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan kalor hidrasi rendah.
e) Jenis V, yaitu semen Portland yang dalm penggunaannya memerlukan ketahanan tinggi terhadap sulfat.
Untuk memenuhi standar SNI 15 -7064-2004, dalam semen Portland komposit telah ditambahkan bahan anorganik material tertentu atau kombinasinya guna mendapatkan karakteristik semen yang diinginkan. Berikut pengaruh yang diberikan mineral aditif terhadap karakteristik semen.
a) Kalsium karbonat, memberikan dampak pada penurunan bleeding pada sifat campuran segar dan meningkatkan workability sehingga mudah dikerjakan, mengurangi kebutuhan air dan pengaruh pada beton keras (yakni mengurangi retak, memperbaiki homogenitas campuran akibat turunnya segregasi)
b) Abu terbang (Fly Ash), memberikan pengaruh pada penambahan kuat tekan akhir (setealh 28 hari) meskipun akan menurunkan laju perkembangan kuat tekan pada umur awalk, memperlambat waktu ikat dan memperbaiki ketahanan terhadap sulfat.
c) Silica Fume, memberikan pengaruh pada penurunan bleeding, meningkatkan cohesiveness dan relative tidak berpengaruh terhadap perkembnagn kuat tekan
Gambar 4.37 Tempat logistik semen
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan persediaan semen : a) Sebelum diangkut ke lapangan untuk digunakan, semen harus dijaga agar
tidak lembab.
b) Semen sebaiknya diletakkan diatas rak kerangka kayu setinggi 10-15 cm diatas tanah, agar terlindung dari genangan air
c) Dalam pengangkutan semen harus terlindung dari hujan dan zak (kantong) asli dari pabriknya dalam keadaan tertutup rapat.
d) Tinggi tumpukan maksimum tidak lebih dari 2 m atau maksimal 10 zak. Hal ini untuk menghindari rusaknya semen yang berada pada tumpukan yang paling bawah akibat beban yang berat dalam waktu yang cukup lama sebelum digunakan sebagai bahan bangunan.
e) Karena penimbunan semen dalam waktu yang lama juga akan mempengaruhi mutu semen, maka diperlukan adanya pengaturan penggunaan semen secara teliti. Sehingga dalam hal ini semen lama harus dipergunakan terlebih dahulu.
4. Air
Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam – garam, bahan – bahan organis atau bahan – bahan lain yang merusak beton dan baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum. Bilamana mungkin menggunakan air PDAM.
Menurut SNI Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung SK SNI 03-xxxx-2002. Air yang yang baik untuk pembuatan beton harus memenuhi kreteria sebagai berikut :
a) Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari bahan-bahan merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan-bahan organik atau bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap beton atau tulangan. b) Air pencampur yang digunakan pada beton pra tegang atau pada beton yang
didalamnya tertanam logam alumunium, termasuk air bebas yang terkandung dalam agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalm jumlah yang membahayakan.
Jenis Komponen
Struktur Ion klorida terlarut (Cl)pada beton persen terhadap berat semen
Beton bertulang yang terpapar lingkungan klorida selama
masa layannya 0,15
Beton bertulang yang dalam kondisi kering atau terlindung dari air selama masa layannya
1
Konstruksi beton 0,3
c) Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali ketentuan berikut terpenuhi :
1) Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran beton yang menggunakan air dari sumber yang sama.
2) Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar yang dibuat dari adukan dengan air yang tidak dapat diminum harus mempunyai kekuatan sekurang – kurangnya sama dengan 90 % dari kekuatan benda uji yang dibuat dengan air yang dapat diminum. Perbandingan uji kekuatan tersebut harus dilakukan pada adukan serupa, terkecuali pada air pencampur, yang dibuat dan diuji sesuai dengan metode uji kuat tekan untuk mortar semen hidrolis (menggunakan specimen kubus dengan ukuran sisi 50 mm) (ASTM C 109).