• Tidak ada hasil yang ditemukan

227396368 Bab IV Metode Pelaksanaan Kons

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "227396368 Bab IV Metode Pelaksanaan Kons"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

A. Pendahuluan

Bangunan merupakan suatu bentuk lingkungan yang dibuat oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari - hari yang memiliki fungsi sebagai tempat istirahat , rekreasi, berkumpul, bekerja dan beraktifitas sehari –hari. Untuk itu diperlukan metoda pelaksanaan yang baik untuk membuat bangunan tersebut, yaitu metoda pelaksanan yang diintegrasi dengan aplikasi teknologi dan rekayasa yang disesuaikan kondisi lingkungan proyek.

Bangunan memiliki klasifikasi sebagai berikut ; bangunan struktur rendah, bangunan srtuktur sedang dan bangunan struktur tinggi dapat dibedakan dari luas bangunan, besar bangunan, ketinggian bangunan, sistem struktur dan fasilitas utilitasnya.

1) Bangunan Bertingkat Rendah (BBR)

Bangunan bertingkat rendah adalah, bangunan yang terdiri dari satu sampai dengan lima lantai. BBR umumnya memiliki sistem struktur yang masih sederhana, tidak menggunakan alat transportasi vertikal, kecuali tangga sebagai alat penghubung antar lantai.

2) Bangunan Bertingkat Sedang (BBS)

Bangunan bertingkat sedang adalah banguann yang terdiri dari lima sampai sepuluh lantai. BBS menggunakan alat transportasi vertikal dan sistem pemadam kebakaran aktif (sprinkler).

3) Bangunan Bertingkat Tinggi (BBT)

(2)

utilitas yang lengkap seperti transportasi vertikal, alat pemadam kebakaran dengan sistem sprinkler, alat pembersih bangunan gondola dan lainnya.

Dalam kegiatan pembangunan proyek bangunan bertingkat diperlukan tahapan perancangan desain yang matang, metode pelaksananaan yang benar dan sesuai prosedur serta pengawasan yang optimal sehingga memperoleh hasil yang baik, tepat pada waktunya dan sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

Metode Pelaksaanan konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan pelaksanaan konstruksi yang mengikuti prosedur serta telah dirancang sesuai dengan pengetahuan atau standar yang telah diuji cobakan. Cara atau metoda tersebut tidak terlepas dari penggunaan teknologi sebagai pendukung dan mempercepat proses pembuatan suatu bangunan, agar kegiatan pembangunan dapat berjalan sebagai mana mestinya sesuai dengan yang diharapkan dan lebih ekonomis dalam biaya pemakain bahan.

Dengan kata lain metode pelaksanaan konstruksi adalah suatu metode atau cara pelaksanaan pekerjaan pada proyek konstruksi dimana perencana (design plan) dan pelaksana (actuating) memegang kendali dalam berjalannya suatu proyek konstruksi dari perencanaan awal proyek sampai pekerjaan proyek selesai. Dalam proyek gedung bertingkat perlu diperhatikan dalam rangka penyusunan metode pelaksanaan yaitu :

1) Urutan pekerjaan

Urutan pelaksanaan pekerjaan harus disusun dan dilaksanakan dengan baik dan sesuai prosedur pelaksanaan pekerjaan. Kemudian urutan pekerjaan yang tidak dijalankan dengan benar akan menimbulkan berbagai masalah yang dapat berdampak pada tidak tercapainya sasaran efisiensi dan efektivitas .

2) Jenis pekerjaan

(3)

3) Kegiatan pengangkutan vertikal

Angkutan vertikal ini merupakan jantungnya kegiatan proyek gedung bertingkat dan sangat besar pengaruhnya terhadap kelancaran pelaksanaan. Oleh karena itu sistem angkutan vertikal ini harus direncanakan sebaik – baiknya, baik untuk angkutan tenaga kerja maupun angkutan material dan diperlukan juga penggunaan peralatan yang semakin canggih seperti tower crane, climbing crane, passanger hoist dan lain sebagainya.

4) Keselamatan kerja

Safety plan sangat diperlukan untuk menjaga keselamatan orang yang bekerja dan orang yang mungkin berada disekitar tempat bangunan serta terhadap keamanan bangunan itu sendiri selama proses pelaksanaan pekerjaan.

5) Lokasi (site plan)

Untuk menjamin kelancaran proses pekerjaan diperlukan perencanaan (site plan) yang baik. Oleh karena itu perlu diperhatikan dimana meletakkan jalan kerja, gudang fabrikasi, perkantoran dan lain sebagainya. Dengan perencanaan site plan yang baik akan meningkatkan produktivitas kerja yang maksimal.

6) Air tanah

Kondisi air tanah akan berpengaruh pada proses pelaksanaan pekerjaan, seperti galian pondasi dan pekerjaan basement.

(4)

LAPORAN KERJA PRAKTEK PROYEK PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT GRHA KEDOYA DI PT TOTAL BANGUN PERSADA, Tbk

Dalam proyek pembangunan Rumah Sakit Grha Kedoya, kontraktor utama yaitu PT Total Bangun Persada, Tbk selalu mengadakan rapat koordinasi yang dilakukan disetiap minggunya dengan agenda rapat yaitu membahas kemajuan proyek (progress) pekerjaan di lapangan, masalah-masalah dan solusinya menyangkut pelaksanaan di lapangan, realisasi pelaksanaan pekerjaan yang telah dicapai dibandingkan dengan time schedule yang telah direncanakan, masalah administrasi yang menyangkut kelengkapan dokumen kontrak dan sasaran yang akan dicapai untuk jangka waktu ke depan. Dalam rapat koordinasi tersebut dihadiri oleh :

 Konsultan proyek

 Koordinator dan para pelaksana

 Pihak pemilik (owner)

 Pihak perencana / arsitek

 Sub kontraktor

Bagan construction method untuk bangunan gedung dengan struktur beton ditunjukkan pada gambar berikut ini

Gambar 4.1 Bagan metode pelaksanaan strukur gedung bertingkat

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

(5)

LAPORAN KERJA PRAKTEK PROYEK PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT GRHA KEDOYA DI PT TOTAL BANGUN PERSADA, Tbk

Gambar 4.2 Bagan pekerjaan persiapan

Gambar 4.3 Bagan pekerjaan dewatering

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

P

e

r

s

ia

p

a

n

(6)

LAPORAN KERJA PRAKTEK PROYEK PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT GRHA KEDOYA DI PT TOTAL BANGUN PERSADA, Tbk

(7)

LAPORAN KERJA PRAKTEK PROYEK PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT GRHA KEDOYA DI PT TOTAL BANGUN PERSADA, Tbk

Gambar 4.4 Bagan pekerjaan struktur bawah

Gambar 4.5 Bagan pekerjaan struktur atas

Gambar 4.6 Bagan pekerjaan finishing

(8)

Dalam bab ini, pelaksanaan pekerjaan yang akan penulis uraikan adalah tentang pekerjaan yang dilaksanakan dan dialami penulis selama kerja praktek di proyek pembangunan proyek pembangunan Rumah Sakit Grha Kedoya, dengan pelaksanaan pekerjaan antara lain :

 Pekerjaan sumur resapan

 Pekerjaan struktur beton kolom, balok, pelat B. Peralatan

Suatu proyek akan berjalan dengan lancar apabila peralatan konstruksi memadai dan berfungsi dengan baik. Peralatan dan material untuk menunjang proyek konstruksi diantaranya alat-alat berat, alat –alat survey, material, alat –alat fabrikasi, kendali mutu. Untuk itu diperlukan sistem pemeliharaan dan manajemen yang baik untuk mengelola peralatan konstruksi agar dapat berfungsi dengan baik .

Pada Proyek Rumah Sakit Grha Kedoya sebagain besar peralatan dimiliki oleh kontraktor sendiri tapi ada juga peralatan alat-alat berat yang menggunakan alat berat sewa, karena biaya akan lebih murah. Berikut ini akan diuraikan peralatan konstruksi dalam proyek Rumah Sakit Grha Kedoya.

1. Alat – alat Berat a. Backhoe

(9)

Keuntungan dari penggunaan Backhoe adalah dapat melakukan pekerjaan penggalian dengan lebih cepat dan lebih efisien. Pengoprasian backhoe umumnya untuk penggalian saluran, terowongan, atau basement. Pada proyek ini digunakan backhoe yang menggunakan bahan bakar solar.

Gambar 4.7 Backhoe b. Tower Crane

Tower crane merupakan alat yang digunakan untuk mengangkat material secara vertical dan horizontal kesuatu tempat yang tinggi pada ruang gerak yang terbatas. Pengakutan tersebut meliputi pengakutan bahan material untuk pekerjaan struktur, seperti besi beton, bekisting, beton cor dan material lainnya. Penempatan tower crane harus direncanakan bisa menjangkau seluruh areal proyek konstruksi bangunan yang akan dikerjakan dengan manuver yang aman tanpa terhalang. Jenis – jenis tower crane ;

 Free Standing Crane

 Rail Mounted Crane

 Tied in Crane

 Climbing Crane

(10)

mengakomodasi perintah pengangkutan dari engineer atau pengawas di daerah jangkauannya.

Gambar 4.8 Bagian - bagian Tower Crane

Bagian dari crane adalah mast atau tiang utama, jib dan counter jib, counterweight, trolley dan tie ropes. Mast merupakan tiang vertikal yang berdiri diatas base atau dasar. Jib merupakan tiang horizontal yang panjangnya ditentukan berdasarkan jangkauan yang diinginkan. Counter jib adalah tiang penyeimbang. Pada counter jib dipasangkan counterweight sebagai penyeimbang beban. Trolley merupakan alat yang bergerak sepanjang jib yang digunakan untuk memindahkan material secara horizontal dan pada trolley tersebut dipasang hook atau kait. Kait dapat bergerak secara vertikal untuk mengangkat material. Tie ropes adalah kawat yang berfungsi untuk menahan jib supaya tetap dalam kondisi lurus 90o terhadap tiang utama. Pada bagian atas tiang utama sebelum jib terdapat

ruang operator dan dibawah ruang tersebut terdapat slewing ring yang berfungsi untuk memutar jib. Selain itu juga terdapat climbing device yang merupakan alat untuk menambah ketinggian crane.

(11)

90o terhadap mast atau tiang tower crane. Jib jenis ini dapat bergerak 360o. Saddle

jib terdiri dari dua bagian yaitu jib panjang yang berfungsi untuk pengangkatan material dan jib pendek berfungsi untuk penyeimbnag (counter jib).

Sedangkan luffing jib mempunyai kelebihan dibandingkan dengan saddle jib karena sudut antara tiang dengan jib dapat diatur lebih dari 90o. Dengan

kelebihan ini maka hambatan pada saat lengan berputar dapat dihindari. Dengan demikian pergerakan tower dengan luffing jib lebih bebas dibandingkan dengan alat yang menggunakan saddle jib. Jib jenis ini juga dapat bergerak 360o terhadap

tiangnya.

Gambar 4.9 Tower Crane

Pada proyek Rumah Sakit Grha Kedoya digunakan tower crane jenis “Free Standing Crane”, yaitu crane yang berdiri diatas pondasi yang khusus dipersiapkan untuk alat tersebut. Jika crane harus mencapai ketinggian yang besar maka digunakan pondasi dalam seperti tiang pancang. Syarat pondasi crane adalah pondasi tersebut harus mampu menhan momen akibat angin dan ayunan beban, berat crane dan berat material yang diangkat. Free standing crane dapat berdiri sampai dnegan ketinggian 100 m. Tiang utama (mast) diletakkan diatas dasar (footing block) dengan diberi ballast sebagai penyeimbang (counterweight). Ballast ini terbuat dari beton atau baja.

(12)

Concrete truck mixer selain mempunyai kemampuan untuk mengaduk beton juga mempunyai kelebihan karena dapat mengangkut beton hasil pengadukan yang diinginkan. Metode kerja alat ini adalah pertama dengan memasukkan agregat, semen dan bahan aditif yang telah tercampur dari batching plant kedalam drum yang terletak diatas truk. Air ditambahkan pada saat pengadukan akan dimulai.

Concrete truck mixer juga dapat digunakan sebagai agitator truck yang mengangkut hasil adukan dari mixing plant ke proyek. Beton yang diangkut sebagai beton plastis. Sebagai agitator, alat ini memiliki kapasitas yang lebih besar (berkisar 3 kali lebih besar) dibandingkan jika alat berfungsi sebagai mixer. Kapasitas mixer berkisar antara 2,5 m3 sampai lebih dari 7 m3. Alat ini digunakan

untuk pengecoran balok dan plat lantai.

Gambar 4.10 Concrete Mixer Truck

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengangkutan beton. Yang pertama adalah segregasi. Segregasi dapat terjadi pada saat pengangkuatan beton plastis. Untuk menghindari segregasi maka tinggi jatuh beton pada saat dikeluarkan dari atau dimasukkan keadalam drum mixer (bucket) harus lebih kecil dari 1,5 m. Faktor lainnya yaitu jarak tempuh pengangkutan.

(13)

Dump Truck merupakan suatu alat yang dipergunakan untuk memindahkan atau membuang suatu material hasil galian dari lokasi proyek ke lokasi proyek yang telah ditetapkan. Truk sangat efisien untuk pengangkutan jarak jauh. Pada saat membawa material hasil galian, bagian belakang dump truck ditutup dengan terpal dengan tujuan agar material tidak terjatuh dijalan raya dan debunya tidak menggangu pengguna jalan lain.

Truk tidak hanya digunakan untuk pengangkutan tanah tetapi juga material-material lain. Untuk pengangkutan material tertentu, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, yaitu :

1) Untuk batuan , dasar bak dialasi papan kayu agar tidak mudah rusak, 2) Untuk aspal, bak dilapisi oleh solar agar aspal tidak menempel pada pada

permukaan bak. Agar aspal tidak cepat dingin tutup bagian atas dengan terpal.

3) Untuk material lengket seperti lempung basah, pilih bak bersudut bulat.

Gambar 4.11 Dump Truck

e. Bulldozer

(14)

material yang ada didepannya. Bulldozer, sebenarnya adalah nama jenis dozer, yang mempunyai kemampuan mendorong kemuka/kedepan.

Gambar 4.12 Bulldozer

Pada proyek - proyek konstruksi, terutama proyek yang ada hubungannya dengan pemindahan tanah, bulldozer digunakan pada pelaksanaan pekerjaan seperti berikut :

 Pembersihan medan dari kayu-kayuan, pepohonan dan batu – batuan

 Pembukaan jalan kerja

 Memindahkan tanah yang jauhnya 300 feet, atau + 90 m.

 Membatu mengisi material pada scrapper.

 Menghampar tanah isian/urugan (fills)

 Menimbun kembali trencher

 Pembersihan sites/medan

 Membersihkan quarry f. Tandem Roller

(15)

cairan. Sedangkan three axle tandem roller berfungsi untuk menmbah kepadatan. Biasanya three axle tandem roller dipakai pada proyek lapangan terbang.

Gambar 4.13 Tandem Roller g. Alat pemancang tiang

Ada beberapa jenis alat pemancang tiang yang umum digunakan dalam proyek konstruksi. Palu atau hammer yang berfungsi sebgai lat tiang pancang tersebut adalah :

 Drop Hammer

Diesel Hammer (pemancang diesel)

 Hydraulic Hammer (pemancangan hidrolis)

 Vibratory pile driver (pemancangan dengan getaran)

(16)

Gambar 4.14 Drop Hammer

Untuk menghindari tiang menjadi rusak akibat tumbukan, maka pada kepala tiang dipasangkan semacam topi atau cap sebgai penambahan energi atau shock absorber. Biasanaya cap dibuat dari kayu. Palu dijatuhkan sepanjang alurnya. Pada bagian atas palu terdapat kabel yang berfungsi untuk menahan supaya palu tidak jatuh lebih jauh. Ukuran umum palu berkisar antara 250 kg sampai 1500 kg. tinggi jatuh palu berkisar antara 1,5 sampai 7 meter yang bergantung dari jenis bahan dasar pondasi. Jika diperlukan energi yang besar untuk memencang tiang pondasi maka sebaiknya menggunakan palu yang berat dengan tinggi jatuh yang lebih kecil daripada palu yang lebih ringan dengan tinggi jatuh yang lebih besar.

Pemancangan tiang biasanya dilakukan secara perlahan. Jumlah jatuhnya palu permenit (blow per minute) dibatasi pada empat sampai delapan kali. Jika jumlah tiang yang akan dipancang tidak banyak maka jenis alat pancang ini efisien untuk digunakan.

Keuntungan dari alat ini adalah : a) Investasi yang rendah b) Mudah dalam pengoprasian

(17)

Akan tetapi alat ini pun memiliki beberapa kekurangan. Kekurangannya dari alat ini adalah :

a) Kecepatan pemancangannya kecil

b) Kemungkinan rusaknya tiang akibat tinggi jatuh yang besar

c) Kemungkinan rusaknya bangunan disekitar lokasi akibat getaran pada permukaan tanah

d) Tidak dapat digunakan untuk pekerjaan dibawah air.

2. Alat – alat Survey a. Theodolith

Theodolith adalah alat untuk mengukur dua buah sudut vertikal dan horisontal. Theodolite merupakan alat utama dalam survei dan pekerjaan teknis, terutama pada pekerjaan pengukuran tanah.

Theodolith merupakan alat bantu dalam proyek untuk menentukan as bangunan dan titik-titik as kolom pada tiap-tiap lantai agar bangunan yang dibuat tidak miring. Alat ini dipergunakan juga untuk menentukan elevasi tanah dan elevasi tanah galian timbunan.

(18)

Cara pengukuran adalah yaitu menetapkan salah satu titik sebagai acuan, pengoperasionannya adalah dengan mengatur nivo bulat, nivo tabung dan teropong sentries dan unting-unting di bawah theodolith. Setelah itu, menembak titik-titik yang lain dengan patokan titik awal yang ditetapkan tadi.

Gambar 4.16 Penentuan titik as untuk dinding bata menggunakan Theodolith

b. Waterpass

(19)

Gambar 4.17 Waterpass

Waterpass biasanya digunakan untuk pengukuran sifat datar yaitu menentukan tinggi titik elevasi (beda tinggi) dilapangan sepanjang garis tertentu pada arah memanjang dan melintang. Secara umum prosedur pengoprasian alat waterpass sebagai berikut :

1. Set statif (tripod) kira-kira ditengah – tengah titik pengukuran (untuk pengukuran tinggi), gunakan unting-unting untuk mempermudah penempatan atatif tepat diatas patok.

2. Pasang waterpass dan atur nivo kontaknya (posisi gelembung nivo berada ditengah) agar posisi pesawat benar-benar datar.

3. Letakan rambu ukur pada titik – titik pengukuran sebagai rambu muka dan rambu belakang.

4. Arahkan pesawat ke rambu ukur. Baca dan catat bacaan benang atas (BA), benang tengah (BT), dan benang bawah (BB).

c. Sipatan ( Marker )

(20)

Gambar 4.18 Hasil Sipatan 3. Alat – alat fabrikasi

a. Bar Bender

Bar bender Merupakan alat yang digunakan untuk membengkokkan tulangan berdiameter besar, seperti pada pembengkokan tulangan sengkang, pembengkokan pada sambungan/overlap tulangan kolom, juga pada tulangan balok, plat, dan dinding geser. Bar bender dan bar cutter haruslah ada dalam suatu proyek besar karena untuk memenuhi kebutuhan pembesian baik itu precast atau pasang di tempat. Tulangan tersebut dibengkokkan sesuai kebutuhan misal untuk membuat tulangan sepihak, tulangan kaki ayam dan tulangan sengkang.

Gambar 4.19 Bar Bander b. Bar Cutter

Baja tulangan dipesan dengan ukuran-ukuran panjang standart. Untuk keperluan tulangan yang pendek, maka perlu dilakukan pemotongan terhadap tulangan yang ada. Untuk itu diperlukan suatu alat pemotong tulangan, yaitu gunting tulangan yang dioperasikan secara manual dengan menggunakan tenaga manusia.

Bar cutter merupakan alat pemotong besi tulangan sesuai ukuran yangdiinginkan. Menurut tenaga penggeraknya, bar cutter ada 2 jenis :

1) Bar Cutter manual

(21)

Gambar 4.20 Bar Cutter Manual 2) Bar Cutter listrik

Keuntungan dari Bar Cutter listrik dibandingkan Bar Cutter manual adalah Bar Cutter listrik dapat memotong besi tulangan dengan diameter besar dengan mutu baja cukup tinggi disamping dapat mempersingkat waktu pengerjaan. Kemampuannya memotong dapat dilakukan sekaligus seperti tulangan diameter 10 mm dapat dilakukan pemotongan 6 buah sekaligus, 4 buah tulangan diameter 16 mm, 2 buah tulangan diameter 19 mm, 1 buah tulangan diameter 25 mm.

Gambar 4.21 Bar Cutter listrik c. Generator listrik

(22)

mendorong muatan listrik untuk bergerak melalui sebuah sirkuit listrik eksternal tetapi generator tidak menciptakan listrik yang sudah ada didalam kabel lilitannya. Dinamo adalah generator listrik pertama yang mampu mengantarkan tenaga untuk industri, dan masih merupakan generator terpenting yang digunakan pada abad 21. Dinamo menggunakan prinsip elektromagnetis untuk mengubah putaran mekanik menjadi listrik arus bolak-balik.

Gambar 4.22 Pengangkutan generator ke lantai atas oleh Tower Crane 4. Alat – alat Pelaksanaan Pengecoran

a. Bucket

(23)

Gambar 4.23 Bucket

b. Stamper

(24)

Gambar 4.24 Stamper c. Vibrator

Vibrator adalah alat penggetar mekanik yang digunakan untuk menggetarkan adukan beton yang belum mengeras agar menghilangkan rongga-rongga udara, sehingga beton menjadi lebih padat. Cara operasionalnya dengan cara memasukkan selang penggetar ke dalam adukan beton yang telah dituang ke dalam bekisting.

Pada pengecoran beton dibutuhkan kepadatan yang utuh sehingga tidak terdapat rongga dalam adukan beton, karena rongga tersebut dapat mengurangi mutu dan kekuatan beton. Dalam pelaksanaan pengecoran dibutuhkan vibrator yang fungsinya untuk memadatkan adukan beton pada saat setelah pengecoran.

Gambar 4.25 Vibrator

1) Yang perlu diperhatikan dalam penggunaan alat ini adalah :

2) Ujung belalai vibrator dimasukkan dalam adukan beton dengan posisi vertikal

3) Ujung vibrator diusahakan untuk tidak mengenai tulangan baja. 4) Penggetaran dilakukan sekitas 10-15 detik untuk datu posisi titik.

5) Penggetaran dilakukan selapis demi selapis untuk mendapatkan pemadatan yang diinginkan.

6) Ujung vibrator dicabut perlahan-lahan secara perlahan-lahan dari adukan sehingga bekasnya dapat meutup kembali.

(25)

a. Mortar Silo

Mortar Silo merupakan tabung yang berisi agregat halus (pasir) dan semen atau yang biasa disebut dengan semen instan. Untuk proyek besar dimana kebutuhan mortar sangat banyak maka biasanya Mortar Silo dibangun dalam suatu proyek. Pada Proyek RS Grha Kedoya digunakan produk mortar dari Mortar Utama. Mortar tersebut digunakan untuk berbagai pekerjaan, misalnya saja plesteran.

Gambar 4.26 Mortar Silo

b. Compressor

Pada pelaksanaan plesteran dinding digunakan mortar dengan bantuan alat compressor plaster and concrete finish coat, alat ini memompa sement instant yang diambil dari mortar silo dan mencampurnya dengan air . Adukan mortar (semen, agregat halus, air) tersebut dikemudian diangkut menggunakan gerobak dorong dan didistribusikan kepada para pekerja untuk melaksanakan pekerjaan plesteran dinding.

(26)

Gambar 4.28 Pendistribusian mortar dengan gerobak dorong

c. Trolly

Trolly berfungsi untuk mengangkut material dan peralatan yang memiliki beban yang kecil, trolly memiliki kapasitas angkut yang kecil dan dapat didorong karena memiliki roda didepan dan dibelakangnya sehingga mudah dikemudikan. Contohnya mengangkut semen, alat –alat bekisting dan alat-alat yang memiliki beban kecil lainnya.

Gambar 4.29 Trolly d. Terminal

(27)

Gambar 4.30 Proses perakitan dan pembuatan terminal

Gambar 4.31 Terminal e. Halimak/Passanger Hoist

(28)

Gambar 4.32 Halimak/Passanger Hoist f. Jaring pelindung

Jaring pelindung didesain oleh Tim K3 (kesehatan dan Keselamatan Kerja) agar dapat melindungi para pekerja yang sedang bekerja. Jaring pelindung ini juga berfungsi untuk menghindari terjadinya bahaya benda yang jatuh dari atas dalam pekerjaan struktur.

Gambar 4.33 Jaring Pelindung

g. Tangga Proyek

(29)

Gambar 4.34 Tangga proyek C. Material

Didalam pelaksanaan suatu proyek, diperlukan adanya pengelolaan bahan dan peralatan yang baik untuk menunjang kelancaran pekerjaan. Penyimpangan terhadap bahan-bahan bangunan perlu mendapat perhatian khusus mengingat adanya bahan-bahan bangunan yang sangat peka terhadap kondisi lingkungan, seperti semen dan juga baja tulangan yang peka terhadap pengaruh air dan udara sekitar. Pengaturan dan penyimpangan bahan-bahan dan peralatan dalam proyek menjadi tanggung jawab bagian logistik dan gudang.

Mengingat rencana pekerjaan Proyek Pembangunan yang dibatasi oleh waktu, diusahakan penempatan material yang tepat dan seefisien mungkin sehingga dapat mempercepat dan mempermudah pekerjaan. Di samping itu, penempatan material yang baik dan tertata rapi akan mendukung efektifitas kerja dan keselamatan kerja.

1. Pasir (Agregat Halus)

Pasir digunakan untuk pekerjaan non struktural seperti pekerjaan pembuatan lantai kerja, plesteran, dan digunakan untuk campuran adukan beton yang dikerjakan di lapangan. Agregat halus yang digunakan sebagai bahan pengisi pada proyek ini harus memenuhi beberapa syarat berikut :

(30)

b. Pasir terdiri dari butir – butir yang beraneka ragam. c. Pasir tidak boleh mengandung zat organik terlalu banyak.

d. Pasir laut tidak boleh digunakan di dalam semua mutu beton, kecuali dengan menggunakan petunjuk – petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan – bahan yang diakui.

e. Mendapat persetujuan dari pengawas lapangan.

Gambar 4.35 Pasir (Agregat halus) 2. Agregat Kasar

Agregat kasar berupa butir – butir yang beraneka ragam besarnya dan apabila diayak harus memenuhi kriteria sisa di atas ayakan 31,5 mm harus 0 % berat, sisa di atas ayakan 4 mm harus berkisar antara 90 % sampai 98 % berat dan selisih antara sisa – sisa kumulatif di atas dua ayakan yang berurutan adalah maksimum 60 % dan minimum 10 % berat.

Adapun syarat – syarat dari agregat kasar adalah sebagai berikut :

 Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan – batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu.

 Agregat kasar harus terdiri dari butir – butir yang keras dan tidak berpori.

 Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 %.

(31)

Gambar 4.36 Kerikil (Agregat kasar) 3. Semen

Semen Portland atau biasa disebut semen adalah bahan pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang diohasilkan dengan cara menghaluskan klinker (bhan ini terutama terdiri dari bahan silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis), dengan batu gips sebgai bahan tambahan. Bahan baku pembuatn semen adalah bahan – bahan yang mengdung kapur, silika, alumina, oksida besi dan oksida-oksida lain. Semen digunakan sebagai bahan pengikat dalam pekerjaan konstruksi, antara lain Semen Portland, mengacu pada SNI 15-2049-2004

Standar ini membagi semen menjadi lima jenis sebagai berikut

a) Jenis I, yaitu semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan – persyaratan khusus seperti yang diisyaratkan pada semen jenis lainnya.

b) Jenis II, yaitu semen Portland yang penggunaannya memerlukan ketahanan pada sulfat atau kalor hidrasi sedang.

c) Jenis III, yaitu semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi.

d) Jenis IV, yaitu semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan kalor hidrasi rendah.

(32)

Untuk memenuhi standar SNI 15 -7064-2004, dalam semen Portland komposit telah ditambahkan bahan anorganik material tertentu atau kombinasinya guna mendapatkan karakteristik semen yang diinginkan. Berikut pengaruh yang diberikan mineral aditif terhadap karakteristik semen.

a) Kalsium karbonat, memberikan dampak pada penurunan bleeding pada sifat campuran segar dan meningkatkan workability sehingga mudah dikerjakan, mengurangi kebutuhan air dan pengaruh pada beton keras (yakni mengurangi retak, memperbaiki homogenitas campuran akibat turunnya segregasi)

b) Abu terbang (Fly Ash), memberikan pengaruh pada penambahan kuat tekan akhir (setealh 28 hari) meskipun akan menurunkan laju perkembangan kuat tekan pada umur awalk, memperlambat waktu ikat dan memperbaiki ketahanan terhadap sulfat.

c) Silica Fume, memberikan pengaruh pada penurunan bleeding, meningkatkan cohesiveness dan relative tidak berpengaruh terhadap perkembnagn kuat tekan

Gambar 4.37 Tempat logistik semen

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan persediaan semen : a) Sebelum diangkut ke lapangan untuk digunakan, semen harus dijaga agar

tidak lembab.

(33)

c) Dalam pengangkutan semen harus terlindung dari hujan dan zak (kantong) asli dari pabriknya dalam keadaan tertutup rapat.

d) Tinggi tumpukan maksimum tidak lebih dari 2 m atau maksimal 10 zak. Hal ini untuk menghindari rusaknya semen yang berada pada tumpukan yang paling bawah akibat beban yang berat dalam waktu yang cukup lama sebelum digunakan sebagai bahan bangunan.

e) Karena penimbunan semen dalam waktu yang lama juga akan mempengaruhi mutu semen, maka diperlukan adanya pengaturan penggunaan semen secara teliti. Sehingga dalam hal ini semen lama harus dipergunakan terlebih dahulu.

4. Air

Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam – garam, bahan – bahan organis atau bahan – bahan lain yang merusak beton dan baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum. Bilamana mungkin menggunakan air PDAM.

Menurut SNI Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung SK SNI 03-xxxx-2002. Air yang yang baik untuk pembuatan beton harus memenuhi kreteria sebagai berikut :

a) Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari bahan-bahan merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan-bahan organik atau bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap beton atau tulangan. b) Air pencampur yang digunakan pada beton pra tegang atau pada beton yang

didalamnya tertanam logam alumunium, termasuk air bebas yang terkandung dalam agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalm jumlah yang membahayakan.

Jenis Komponen

Struktur Ion klorida terlarut (Cl)pada beton persen terhadap berat semen

(34)

Beton bertulang yang terpapar lingkungan klorida selama

masa layannya 0,15

Beton bertulang yang dalam kondisi kering atau terlindung dari air selama masa layannya

1

Konstruksi beton 0,3

c) Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali ketentuan berikut terpenuhi :

1) Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran beton yang menggunakan air dari sumber yang sama.

2) Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar yang dibuat dari adukan dengan air yang tidak dapat diminum harus mempunyai kekuatan sekurang – kurangnya sama dengan 90 % dari kekuatan benda uji yang dibuat dengan air yang dapat diminum. Perbandingan uji kekuatan tersebut harus dilakukan pada adukan serupa, terkecuali pada air pencampur, yang dibuat dan diuji sesuai dengan metode uji kuat tekan untuk mortar semen hidrolis (menggunakan specimen kubus dengan ukuran sisi 50 mm) (ASTM C 109).

5. Bahan Tambah

Secara umum bahan tambah yang digunakan dalam beton dapat dibedakan menjadi dua yaitu bahan tambah yang bersifat kimiawi (chemical admixture) dan bahan tambah yang bersifat mineral (additive).

Admixture adalah bahan atau zat kimia yang ditambahkan didalam adukan beton pada tahap mula –mula sewaktu beton masih segar. Jika ditinjau dari fungsinya, menurut ASTM membagi bahan tambah untuk beton membagi 7 jenis.

a. Tipe A (Water Reducing Admixture)

(35)

tambah ini faktor air semen menjadi rendah pada tingkat kecelakan (workability) yang sama.

b. Tipe B (Retarding Admixture)

Bahan tambahn yang dapat memperlambat proses pengerasan aduk beton

c. Tipe C (Accelerating Admixture)

Jenis bahan tambah yang dapat mempercepat proses pengikatan dan pengerasan adukan beton.

d. Tipe D (Water Reducing and Retarding Admixture)

Jenis bahan tambahan yang berfungsi ganda, yaitu untuk mengurangi penggunaan air tetapi tetap memperoleh adukan beton dengan konsistensi tertentu dan memperlambat proses pengikatan dan pengerasan adukan beton.

e. Tipe E (Water Reducing, and Accelerating Admixture)

Jenis bahan tambah yang berfungsi ganda, yaitu untuk menguarangi penggunaan air dalam adukan dan mempercepat proses pengikatan dan pengerasan adukan beton.

f. Tipe F (Water Reducing, High Range Admixture)

(36)

semcam ini disebut dengan self-beveling concrete. Flowing concrete mempunyai sifat kohesif yang baik dan tidak menunjukan segregation dan kemampuan untuk memperthanankan nilai slump juga baik, tergantung dari jenis semen yang digunakan. Bahan ini akan meningkatkan kelecakan beton lebih lama pada waktu yang tinggi. Produk yang dikenal untuk mempertahankan nilai slump – loss dan retardation ini adalah generasi ke IV – superplasticizer dari sikament-PMI-3. 2). Plasticity Retarding Agent

Bahan ini memberikan retarding bersamaan dengan plasticizer dan akan mengurangi jumlah air yang dipakai sehingga proses hidrasi akan lebih lama dan akan mengurangi susut rangkak. Produk yang berada dipasaran bercirikan dengan huruf R, misalnya Plastocrete-R dari SIKAMENT.

3). Retarder

Retarder dalam keadaan cair biasanya juga berfungsi sebagai plasticizer pada beton. Pengaruh retarder disesuaikan dengan dosis (manual-books) yang diberikan.

D. Metode Pelaksanaan Konstruksi

Sebelum dilakukan pelaksanaan pengecoran, maka kualitas mutu beton harus dicek terlebih dahulu. Pengecekan dilakukan dengan metode uji kuat tekan beton dengan silinder dan metode uji slump. Slump menjadi indikator dalam kualitas suatu beton, selain itu sifat beton yang kita inginkan seperti workability yang baik. Dalam Proyek Rumah Sakit Grha Kedoya sebelum diadakan pengecoran, concrete truk mixer yang datang membawa adukan beton harus dilakukan metode uji kuat tekan beton dan uji slump, berikut nama –nama supplier beton pada proyek ini

1) PT Pioneer Beton 2) PT indocement 3) Adhimix 4) Betamix

(37)

Gambar 4.48 sample uji tekan dengan silinder

• Jika slump test memenuhi syarat dan uji tekan sudah sesuai kuat tekan dengan disyaratkan maka baru bisa dilaksanakan pengecoran. Pengecoran dilakukan dengan menggunakan bucket yang diangkut secara vertikal melalui tower crane.

Cara mengukur derajat “mampu dikerjakan” / workability yaitu dengan metode yang paling popular adalah mengukur dengan alat slump. Pengukuran dengan menggunakan alat slump ini bertujuan untuk mengukur tinggi penurunan adukan beton setelah dilepas dari alat slump yang digunakan. Tinggi slump menunjukkan derajat kemampuan dikerjakan dari adukan yang diukur. Slump yang tinggi menunjukkan, bahwa adukan beton terlalu cair (terlalu banyak air) dan sebaliknya.

Untuk mengukur tinggi slump digunakan alat yang dinamakan alat slump, yang terdiri dari :

a) Corong baja yang berbentuk konus berlubang pada kedua ujungnya. Bagian bawah berdiameter 20 cm, bagian atasnya berdiameter 10 cm dan tinggi konus 30 cm

b) Tongkat baja dengan diameter 16 mm dan panjangnya 60 cm, dengan bagian ujung-ujung tongat berbentuk bulat

(38)

a) Corong baja diletakkan diatas tempat yang rata dan tidak menghisap air, dengan posisi diameter corong yang besar dibagian bawah dan diameter kecil dibagian atas

b) Mengambil adukan beton dengan menggunakan sekop kemudian masukkan adukan tersebut kedalam corong dengan hati – hati sampai setinggi kira-kira 1/3 tinggi corong

c) Kemudian tusuk – tusuk adukan didalam corong dengan tongkat baja sebayak 25 kali

d) Isi lagi corong dengan adukan hingga tinggi kira kira 2/3 tinggi corong e) Tusuk –tusuk lagi sebanyak 25 kali

f) Isikan lagi adukan beton kedalam corong hingga corong penuh g) Tusuk –tusuk lagi sebanyak 25 kali

h) Isi lagi corong hingga penuh

i) Ratakan permukaan adukan beton didalam corong j) Bersihkan adukan yang ada disekeliling /luar corong

k) Angkat corong vertical keatas dengan hati – hati jang sampai tepi corong menyinggung adukan beton

l) Letakkan corong disamping adukan tadi dengan posisi (berdiri) terbalik dan letakkan tongkat baja mendatar diatas corong hingga sebagian tongkat berada diatas adukan beton tadi

m) Ukur jarak antara bagian bawah tongkat baja dengan adukan beton yang tertinggi

n) Jarak itulah yang disebut tinggi slump

o) Saat mnegisikan adukan kedalam corong, corong harus dipegang agar tidak berguncang saaat diisi. Saat menusuk nusuk corong tidak boleh tersinggung oleh tongkat

Adukan beton yang mudah dikerjakan atau dtuang dan dipadatkan dalam cetakan, biasanya mempunyaui nilai slump anatara 7 cm samapi 12 cm. Berikut ini tabel penetapan acuan nilai slump beton pada berbagai bentuk pekerjaan,

(39)

Maksimum Minimum Dinding, pelat fondasi dan telapak bertulang 12,5 5 Fondasi telapak tidak bertulang dan

struktur dibawah tanah 9 2,5

Pelat, balok, kolom dan dinding 15 7,5

Pengerasan jalan 7,5 5

Pembetonan masal 7,5 2,5

Tabel Penetapan nilai slump

1. Pekerjaan Kolom a. Pendahuluan

Kolom adalah komponen struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total.

(40)

tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan. Gabungan kedua material ini dalam struktur beton memungkinkan kolom atau bagian struktural lain seperti sloof dan balok bisa menahan gaya tekan dan gaya tarik pada bangunan.

Dimensi kolom direncanakan sesuai beban yang diterima dan mutu beton bertulang yang digunakan, semakin besar beban yang diterima maka dimensi kolom pada dasarnya adalah tipikal untuk setiap lantai. Kolom ada dua macam yaitu Kolom Utama dan kolom Praktis. Kolom utama adalah kolom yang fungsi utamanya menyanggah beban utama yang berada diatasnya sedangkan kolom praktis adalah kolom yang berfungsi membantu kolom utama dan juga sebagai pengikat dinding agar dinding stabil.

Kolom dalam bangunan gedung bertingkat sangat penting untuk diperhatikan, terutama kolom pada lantai dasar, baik dari segi perencanaan maupun dari segi pelaksanaan. Perencanaan kolom harus betul–betul diperhitungkan secara matang, sebab apabila terjadi kesalahan, maka akan terjadi keruntuhan bangunan. Pelaksanaan pekerjaan kolom tersebut harus sesuai dengan perencanaan.

b. Metode Pelaksanaan

Berikut ini akan diuraikan bagian dalam pelaksanaan pembuatan kolom : 1. Fabrikasi Pembesian Kolom

(41)

Gambar 4.38 Fabrikasi pembesian 2. Penentuan As Kolom

Titik-titik as kolom diperoleh dari hasil pekerjaan tim survey yang berupa pengukuran dan pematokan, yaitu marking berupa titik-titik atau garis yang digunakan sebagai dasar penentuan letak kolom. Untuk kolom-kolom utama titik-titik as-nya terletak pada as pile cap rencana.

Untuk menjamin ketepatan, maka sebelum pekerjaan kolom perlu dilakukan pengukuran ulang untuk memeriksa titik-titik as kolom tersebut. Cara penentuan letak as-as kolom adalah dengan menggunakan theodolith. Untuk kolom yang terletak pada lantai pertama, pengukuran dilakukan setelah pembesian pile cap dan tie beam selesai, berdasarkan as-as bangunan rencana.

Posisi as kolom arah vertikal ditentukan berdasarkan as kolom pada lantai sebelumnya. Posisi as harus sentris kedudukannya terhadap as kolom pada lantai sebelumnya, untuk itu dilakukan pengecekan dengan menggunakan tali, unting-unting, dan meteran.

Pengecakan tersebut dilakukan dalam dua arah sampai diperoleh posisi kolom yang sebenarnya. Untuk kolom-kolom lain yang terletak pada lantai yang sama/sejajar dapat ditentukann posisinya berdasarkan kolom acuan yang sudah ditentukan sebelumnya.

3. Pembesian kolom

(42)

dipasang rata–rata mencapai ketinggian dua lantai dan dilebihkan satu meter untuk overlap dengan tulangan kolom yang dilantai atasnya.

Dalam penulangan kolom perlu diperhatikan hal–hal antara besi yang digunakan, jumlah besi pada kolom, jarak antar beugel, dan bending pada beugel.

Gambar 4.39 Pembesian Kolom

4. Pemasangan Bekisting Kolom

Bekisting yang digunakan fabrikasi dilapangan. Bekisting menggunakan kayu material kayu. Pada prinsipnya pekerjaan pemasangan bekisting pada tiap–tiap kolom adalah sama. Untuk menjaga posisi bekisting kolom tetap tegak maka selama pengecoran, bekisting kolom diberi pengaku. Untuk mempermudah pemasangan, maka diberi bantuan marking garis. Ketepatan vertikal dan horizontal dalam pemasangan bekisting harus diperhatikan. Hal–hal yang harus diperhatikan sebelum mengadakan pemasangan cetakan/bekisting adalah :

a. Mengolesi permukaan bekisting sebelah dalam dengan minyak agar dapat memudahkan dalam pelepasan pengecoran.

(43)

Gambar 4.40 Bekisting Kolom 5. Pengecoran Kolom

Setelah bekisting selasai dipasang, maka diadakan pengecekan posisi kolom oleh surveyor dengan menggunakan theodolith. Hal ini untuk menjaga kelurusan bangunan dan ketepatan pemasangan kolom.

Sebelum melakukan pengecoran, persiapan yang dilakukan antara lain:

1) Tenaga kerja dipersiapkan

2) Koordinasi dengan perusahaan beton dilakukan minimal sehari sebelumnya, sehingga pada saat pengiriman beton ready mix tidak terlambat untuk pengecoran kolom.

3) Jika pengecoran diperkirakan dilakukan sampai malam hari, penerangan harus sudah siap sebelumnya

4) Permukaan sebelah dalam dari bekisting harus sudah dibersihkan dari bahan– bahan yang dapat mengganggu proses pengecoran.

5) Bekisting dari kayu yang dikhawatirkan adanya pengisapan air oleh kayu, kayu harus terlebih dahulu dibasahi dengan air hingga jenuh

6) Penempatan tulangan-tulangan seluruhnya harus sudah mendapat izin Direksi dan telah cukup diberi beton decking sehingga pengecoran pemadatan beton nantinya tidak akan menyebabkan tulangan-tulangan bergeser atau terlalu dekat dengan permukaan luar beton.

(44)

diizinkan dalam batas dimana beton masih dapat dikerjakan tanpa penambahan air. Pengecoran dan pengerjaan beton harus diselesaikan dalam waktu 20 menit sesudah keluar dari mesin pengaduk. Kecuali bila diberikan bahan-bahan pembantu dengan maksud untuk melambatkan proses pengerasan beton. Cara pengerjaan pengecoran dikerjakan sedemikian sehingga tidak terjadi pemisahan bahan (segregesi).

Setelah penuangan beton yaitu pemadatan dengan menggunakan alat mekanis yang disebut vibrator.Untuk menghilangkan udara yang terdapat antara dinding dan spesi beton juga di dalam campuran beton itu sendiri dilakukan pemadatan. Karena kalau tidak dilakukan maka udara akan membentuk ruang kosong dalam beton. Ruang kosong itu sangat merugikan bagi kualitas beton, selain kekuatannya berkurang hasil cor nya akan buruk dan berongga. Metode pemadatan yang dilakukan adalah dengan tangan dan jarum penggetar.

6. Pembongkaran Bekisting Kolom

(45)

Gambar 4.41 Hasil bekisting kolom yang telah dicor 7. Perawatan Beton kolom

Untuk menjaga supaya permukaan beton tidak retak maka sewaktu beton mengeras perlu perawatan. Fungsi utama dari perawatan ini adalah :

a) Menghindarkan kehilangan zat cair yang banyak ketika pengerasan beton pada jam–jam awal.

b) Menghindarkan kebanyakan penguapan air dari beton pada pengerasan beton pada suhu yang tinggi.

c) Menghindarkan perbedaan temperature dalam beton yang mengakibatkan retakan pada beton.

(46)

2. Pekerjaan balok dan pelat lantai

a. Pendahuluan

Balok adalah bagian dari struktur bangunan yang berfungsi untuk menompang lantai diatasnya. Plat lantai merupakan komponen struktur yang menyalurkan beban ke balok akibat beban yang bekerja di atasnya baik berupa beban mati (dead load) maupun berupa beban hidup (live load). Plat ini terjepit semua sisinya, sehingga plat mempunyai kelenturan dalam dua arah yang disebut two way slab. Dalam perancangan plat ini perlu diperhitungkan lendutan yang terjadi. Untuk mengurangi lendutan yang terjadi, maka bentang plat diperkecil dengan memasang balok anak. Balok merupakan komponen struktur yang berfungsi sebagai penerima beban-beban dari plat yang diteruskan ke kolom. Dalam proyek ini, jenis balok terdiri atas balok induk dan balok anak. Balok induk adalah penghubung antar kolom dan berfungsi untuk menerima beban yang bekerja pada plat dan beban terpusat yang merupakan reaksi dari balok anak. Semua beban dari balok induk tersebut diteruskan ke kolom. Balok anak berfungsi untuk mengurangi lendutan yang terjadi pada plat.

b. Metode Pelaksanaan

Berikut ini akan diuraikan bagian pembagian dalam pelaksanaan pembuatan balok :

1). Penentuan As Balok dan Plat Lantai

Penentuan as balok dan plat lantai mengikuti posisi kolom. Terutama balok yang berhubungan langsung dengan kolom. Hal yang sangat diperhatikan adalah posisi elevasi pelat lantai dan balok. Penentuannya adalan sebagai berikut:

a. Dari dasar kolom diukur setinggi 1 m dan diberi elevasi pada kolom tersebut. b. Kemudian dengan menggunakan waterpass, kolom yang lain juga diberi

elevasi yang sama.

(47)

2). Pembuatan serta pemasangan Bekisting Balok dan Plat

Cara pemasangan bekisting plat adalah dengan bahan multiplex tebal + 22 mm yang ditahan oleh balok kayu ukuran 5/7 cm di bawahnya, kemudian didukung oleh scaffolding. Pemasangan bekisting plat dibuat bersamaan dengan bekisting balok, sehingga menjadi satu kesatuan. Pemasangan bekisting harus dibuat rapat, agar air semen tidak keluar pada saat pengecoran.

Gambar 4.42Pekerjaan schaffolding

Pelaksanaan pekerjaan bekisting balok dan plat lantai, adalah sebagai berikut :

a. Scaffolding dipasang dengan posisi melintang dari balok. Ujung scaffolding dipasang kayu dengan ukuran 8/12 untuk penyangga bekisting balok dan plat.

b. Rangka dari bekisting plat dan balok dipakai kayu 5/7 yang dipasang melintang terhadap balok 8/12 dan diikat dengan paku.

c. Sebagai penutup dari kayu tersebut maka digunakan multipleks yang telah diolesi oli.

d. Untuk bekisting balok, sisi luarnya diberi penguat dari besi

(48)

Gambar 4.43 Pengerjaan Bekisting Balok dan Pelat Lantai

3) Penulangan Balok dan plat lantai

Penulangan balok disesuaikan dangan gambar kerja dan dilakukan setelah pemasangan bekisting selesai. Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:

a. Panjang lewatan, yaitu panjang sambungan jika 2 besi disambung. Panjang lewatan sebesar 40D.

b. Panjang penyaluran, yaitu panjang besi yang masuk kedalam balok pada pertemuan di joint – joint. Panjang penyaluran sebesar ld.

(49)

Pada pembesian plat lantai maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Untuk menjamin selimut beton cukup tebal, maka diberi beton decking.

Gambar 4.44 Beton decking

b. Untuk menjaga jarak antar tulangan atas dengan tulangan bawah tetap maka perlu dipasang kaki ayam, diletakkan pada daerah tumpuan antara tulangan atas (tarik) dan tulangan bawah (tekan).

Gambar 4.45 Pemasangan tulangan kaki ayam

Tahap-tahap penulangan pelat :

(50)

b. Penulangan harus sesuai dengan gambar perencanaan.

Gambar 4.46 Penulangan Balok dan Pelat Lantai

4). Pengecoran Balok dan Pelat Lantai

Pengecoran balok dan pelat lantai menggunakan metode yang sama dengan pengecoran kolom. Sebelum diadakan pengecoran diadakan pemeriksaan terlebih dahulu, yaitu:

a. Pemeriksaan bekisting. Termasuk didalamnya cek elevasi dengan menggunakan waterpass dan kerapatan antar bekisting. Selain itu juga diperhatikan kebersihan bekisting dari potongan benda dan serpihan-serpihan lain yang nantinya disa mengganggu kualitas beton. Tebal selimut beton juga harus dicek kembali. Apabila ada beton decking yang pecah, maka diganti yang baru.

(51)

Gambar 4.49 Pelaksanaan Pengecoran Pelat dan Balok

Dalam proses pengecoran, terdapat metode yang dinamakan metode stop cor. yaitu pembatasan area pengecoran. Hal ini dikarenakan menghemat biaya ataupun karena mengejar schedule. Selain itu disebabkan karena pengerjaan pelat lantai dangan sistem pembagian zona. Yang perlu diperhatikan dalam metode stop cor antara lain:

a. Batas yang efisien atau menguntungkan dalam pelaksanaan pemutusan pengecoran lantai dan balok yaitu berada pada jarak 1/5 bentang dari tumpuan atau 1 meter.

b. Untuk pelat lantai kamar mandi harus dilakukan sekali cor, untuk menghindari retak dan bocor.

c. Tiap penyambungan dengan beton baru harus ditambah bahan adiktif 5). Pembongkaran Bekisting balok dan pelat

(52)

Gambar 4.50HasilPembongkaran Bekisting balok dan pelat 6). Perawatan Beton Balok dan Pelat

Perawatan beton dilakukan setiap hari selama 2 minggu dengan cara menggenangi permukaan beton dengan air sehingga penguapan berlebih dari beton dapat dikurangi. Dengan demikian retak–retak beton yang timbul akibat pengaruh cuaca dapat dihindari sedangkan perawatan yang lain adalah:

a. Pada saat pembongkaran bekisting dilakukan secara hati-hati untuk mencegah terjadinya pengelupasan atau cacat pada beton.

b. Apabila hasil pengecoran terjadi cacat, maka dilakukan penambalan dengan campuran beton yang hampir sama dengan karakteristik kekuatannya campuran beton baru menggunakan adiktif.

3. Hal – hal yang harus diperhatikan untuk menjaga mutu beton a. Dalam pengecoran/penuangan

Untuk menghindari terjadinya segregasi dan bleeding ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penuangan beton

1) Campuran yang akan dituangkan harus ditempatkan sedekat mungkin dengan cetakan akhir untuk mencegah segregasi.

(53)

3) Campuran beton yang telah mengeras atau yang telah terkotori oleh material asing tidak boleh dituang kedalam struktur.

4) Campuran beton yang telah mengeras atau yang telah mengalami penambahan air tidak boleh dituangkan, kecuali telah disetujui oleh pengawas ahli.

5) Setelah penuangan campuran beton dimulai, pelaksanaan harus dilakukan tanpa henti hingga diselesaikan penuangan suatu panel atau penampang. 6) Beton yang dituangkan harus dipadatkan dengan alat yang tepat secara

sempurna dan harus diusahakan secara maksimal agar dapat mengisi semua rongga. Pemadatan dimaksudkan untuk menghilangkan untuk menghilangkan rongga-rongga udara yang terdapat dalam beton. Dari gambar grafik terlihat bahwa bertambahnya kandungan udara dalam beton menyebabkan kekuatan tekan beton berkurang

0 5 10 15 20 25

Rongga - rongga udara (%)

Grafik hubungan rongga – rongga udara dengan kekuatan tekan beton

7) Tinggi jatuh tidak boleh lebih dari 1,5 meter. Jika terjadi jarak yang lebih besar maka perlu ditambahkan alat bantu seperti tremi atau pipa.

8) Tidak dilakukan penuangan selam terjadi hujan agar kedap air tetap terjaga, kecuali jika pengecoran dilakukan dibawah atap.

(54)

10) Penuangan hanya berhenti dititk momen sama dengan nol.

b. Segregation (pemisahan kerikil)

Kecendrungan butir –butir kasar untuk lepas dari campuran beton dinamakan segregasi. Hal ini menyebabkan sarang kerikil yang pada akhirnya akan menyebabkan keropos pada beton. Segregasi ini disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, campuran kurus atau kurang semen. Kedua, terlalu banyak air. Ketiga, besar ukuran agregat maksimum lebih dari 40 mm. Keempat, permukaan butir agregat kasar; semakin kasar permukaan butir agregat, semakin mudah terjadi segregasi.

Kecendrungan terjadinya segregasi ini dapat dicegah jika; (1) tinggi jatuh diperpendek, (2) penggunaan air sesuai dengan syarat, (3) cukup ruangan antara batang tulangan dengan acuan (4) ukuran agregat sesuai dengan baik (5) pemadatan baik.

c. Bleeding

Kecendrungan air untuk naik kepermukaan pada beton yang baru dipadatkan dinamakan bleeding. Air yang naik ini membawa semen dan butir-butir halus pasir, yang ada pada saat beton mengeras nan tinya akan memebentuk selaput (laitance). Bleeding ini dipengaruhi oleh :

1) Susunan butir agregat

Jika komposisinya sesuai, kemungkinan untuk terjadinya bleeding kecil 2) Banyaknya air

Semakin banyak air berarti semakin besar pula kemungkinan terjadi bleeding

3) Kecepatan hidrasi

Semakin cepat beton mengeras, semakin kecil kemungkinan terjadinya bleeding

4) Proses pemadatan

(55)

Bleeding ini dapat dikurangi dengan cara; (1). Memberi banyak semen, (2) menggu akan air sedikit mungkin, (3) menggunakan butir halus yang lebih banyak d. Faktor air semen (FAS)

Gambar

Gambar 4.8 Bagian - bagian Tower Crane
Gambar 4.14 Drop Hammer
Gambar 4.15 Konstruksi Theodolith
Gambar 4.16 Penentuan titik  as untuk dinding bata menggunakan Theodolith
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perhitungan elemen struktur bangunan dan beban-beban yang terjadi, baik beban lateral (gempa dan angin) maupun beban gravitasi (beban mati dan beban hidup), dihitung

Pondasi adalah merupakan suatu struktur pendukung utama dari struktur bangunan yang berfungsi meneruskan dan menyebarkan beban yang diterimanya dari struktur atas bangunan ke

Beban-beban yang tergolong beban statik adalah beban tetap (beban mati dan beban mati tambahan), beban hidup, dan beban angin. Beban tetap berupa berat sendiri

Secara umum struktur bangunan terdiri dari dua bagian utama, yaitu struktur bagian atas meliputi balok, kolom, lantai, dan atap yang berfungsi untuk

Pondasi adalah suatu konstruksi pada bagian dasar struktur bangunan (sub- structure) yang berfungsi meneruskan beban dari bagian atas struktur

LL = Beban hidup total (beban berguna) pada setiap lantai gedung. Perhitungan berat dan lokasi titik berat tiap lantai bangunan dihitung menggunakan bantuan software

Kolom adalah suatu elemen tekan dan merupakan struktur utama dari bangunan yang berfungsi untuk memikul beban vertikal, walaupun kolom tidak harus selalu berarah vertikal.

LL = Beban hidup total (beban berguna) pada setiap lantai gedung. Perhitungan berat dan lokasi titik berat tiap lantai bangunan dihitung menggunakan bantuan software