• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. Alat-Alat Pendukung

Alat-alat pendukung adalah sarana yang sangat penting dalam usaha industri sapu ijuk. Alat-alat yang digunakan pada industri sapu ijuk adalah penyisir ijuk yang dapat dibeli di toko alat dan bahan bangunan.

4.1Biaya Penyusutan

Biaya penyusutan adalah biaya alat-alat yang dikeluarkan pada suatu industri pengerajin sapu ijuk selama satu kali musim produksi, dimana alat-alat tersebut masih dapat digunakan untuk industri pengerajin sapu ijuk selanjutnya. Biaya

penyusutan dapat dihitung dari pembagian nilai pembelian alat dengan umur tahan pakai.

Adapun alat yang digunakan dalam industri sapu ijuk ialah penyisir ijuk dan parang pemotong ijuk. Harga sisir ijuk Rp 15.000/Buah dan harga parang pemotong ijuk ialah Rp 45.000/Buah. Umur ekonomis dari penyisir ijuk adalah 2 tahun dan parang pemotong ijuk ialah 2,5 tahun dengan periode musim produksi 1 bulan. Adapun biaya penyusustan dari alat yang digunakan pada sampel pengerajin sapu ijuk di daerah penelitian ialah yang terbesar adalah Rp 38.250,- /Bulan dengan jumlah sisir ijuk sebanyak 19 buah dan parang pemotong ijuk 19 buah, sedangkan yang terendah mempunyai biaya penyusutan alat sebesar Rp 6.375,-/Bulan dengan jumlah sisir ijuk sebanyak 3 buah dan parang pemotong ijuk sebanyak 3 buah.

4.2 Biaya Pengangkutan/Pemasaran

Biaya pengangkutan adalah biaya yang dikeluarkan pengerajin sapu ijuk dalam proses pengangkutan dan pemasaran ke berbagai daerah tujuan pemasaran seperti ke pasar-pasar kota medan, kisaran, siantar dan sampai ke aceh. Hanya ada 2 sampel yang memasarkan sampai ke luar kota, sisanya hanya menjual kepada pedagang pengumpul sapu ijuk dan hanya menjual di pasar-pasar tradisisonal di sekitar daerah penelitian dan pasar-pasar di kota Medan. Untuk biaya transportasi atau pemasaran sampel di daerah penelitian yang memasarkan sampai keluar kota memerlukan biaya sebesar Rp 500.000,- sampai dengan Rp 700.000,-/Minggu yang berarti jika dihitung per bulan adalah Rp 2.000.000,- sampai dengan Rp 2.800.000,-/Bulan, sedangkan untuk pengerajin bersekala kecil hanya

memasarkan ke sekitar daerah pembuatan dan pasar-pasar tradisional di kota Medan dengan biaya Rp 100.000,-/Minggu atau Rp 400.000,-/Bulan.

Produksi dan Penerimaan Industri Rumah Tangga Sapu Ijuk

Produksi ialah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Adapun produksi sapu ijuk di daerah penelitian terbagi menjadi produksi besar, sedang dan kecil.

Tabel 12. Produksi dan Penerimaan Rata-rata Industri Sapu Ijuk Per Musim Produksi

No. Jenis Jumlah

Produksi Produksi Penerimaan (Rp) Perentase (%) (Batang)

1. Besar 32.400 298.080.000 63,71 2. Sedang 10.140 91.044.000 22,76 3. Kecil 5.400 48.600.000 13,52 Total 47.880 437.724.000 99,99 Sumber: Data diolah dari lampiran 7

Dari table 7dapat dikemukakan bahwa penerimaan industri sapu ijuk terbesar di Desa Medan Sinembah adalah penerimaan dari produksi berskala besar yaitu dengan persentase sebesar 63,71 %, menyusul produksi sedang dengan persentase 22,76 % dan yang produksi kecil dengan persentase 13,52 %.

Pendapatan Bersih Industri Rumah Tangga Sapu Ijuk

Pendapatan bersih industri sapu ijuk adalah total penerimaan industri sapu ijuk dikurang dengan total biaya produksi industri sapu ijuk. Besarnya pendapatan bersih rata-rata industri sapu ijuk di daerah penelitian dapat dilihat pada table berikut.

Tabel 13. Pendapatan Bersih Rata-rata Industri Sapu Ijuk Per Musim Produksi No. Uraian Nilai Per Pengerajin (Rupiah)

1. Total Penerimaan 91.004.000

2. Total Biaya Produksi 78.426.206

Pendapatan Bersih Industri Sapu Ijuk 12.617.794 Sumber: Data diolah dari lampiran 7

Dari tabel 13 dapat dikemukakan bahwa pendapatan bersih rata-rata industri sapu ijuk di Desa Medan Sinembah adalah sebesar Rp 12.617.794,-/Pengerajin.

Analisis Kelayakan Industri Rumah Tangga Sapu Ijuk

Untuk melihat apakah industri sapu ijuk di Desa Medan Sinembah layak diusahakan atau tidak, maka dapat dilihat dari analisis kelayakan usaha seperti tertera pada tabel berikut.

Tabel 14. Analisis Kelayakan Industri Sapu Ijuk Per Musim Produksi

No. Uraian Satuan Per Pengerajin

1. Total Biaya Rupiah 78.426.206

2. Total Produksi Batang 10.140

3. Harga Jual Rp/Batang 9.013

4. Total Penerimaan Rupiah 91.004.000

R/C Ratio - 1,16

BEP Volume Produksi Batang 8.701 BEP Harga Produksi Rp/Kg 7.734 Sumber: Data diolah dari lampiran 7

Dari tabel 14 menunjukan bahwa perhitungan BEP (Break Event Point) volume produksi diperoleh yaitu sebesar 8.701 Batang/Pengerajin, sedangkan volume produksi sapu ijuk di daerah penelitian telah mlebihi titik impas yaitu sebesar 10.140 Batang/Pengerajin. Perhitungan BEP (Break Event Point) harga produksi diperoleh yaitu sebesar RP 7.734/Batang, sedangkan harga jual sapu ijuk di daerah penelitian telah melebihi titik impas yaitu sebesar Rp 9.013/Batang. Untuk lebih jelasnya, kurva BEP (Break Event Point) industri sapu ijuk di Desa Medan Sinembah dapat dilihat pada gambar 6 berikut.

Harga (Rupiah) Untung 9.013 BEP 7.734 Rugi Produksi (Batang) 8.701 10.140

Gambar 7: Kurva Break Event Point (BEP) Industri Sapu Ijuk

Dari kurva BEP industri sapu ijuk di daerah penelitian dapat dikemukakakn bahwa industri sapu ijuk mengalami keuntungan yaitu pada saat volume produksi di atas 8.701 batang dan harga di atas Rp 7.734/Batang. Untuk perhitungan R/C ratio diperoleh yaitu sebesar 1,16 yang artinya setiap biaya Rp 1,- yang dikeluarkan pengerajin akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,16,- atau dengan kata lain R/C ratio industri sapu ijuk > 1. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa industri sapu ijuk adalah layak untuk diusahakan.

Pendapatan Pengerajin Industri Sapu Ijuk

Pendapatan pengerajin sapu ijuk adalah pendapatan bersih industri sapu ijuk ditambah dengan nilai tenaga kerja dalam keluarga (TKDK). Pendapatan rata-rata pengerajin sapu ijuk di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 15 berikut.

Tabel 15. Pendapatan Rata-rata Industri Sapu Ijuk Per Musim Produksi

No. Uraian Nilai Per Pengerajin (Rupiah)

1. Pendapatan Bersih Industri Sapu ijuk 12.617.794

2. Nilai TKDK 1.872.000

Pendapatan Pengerajin 14.489.794

Sumber: Data diolah dari lampiran 2 dan 7

Dari tabel 15 dapat diketahui bahwa pendapatan industri sapu ijuk di Desa Medan Sinembah selama 1 musim produksi adalah sebesar Rp 14.489.794,-/Pengerajin.

Total Pendapatan Keluarga

Sumber pendapatan keluarga pengerajin sapu ijuk di daerah penelitian selain dari usaha sapu ijuk adalah dari usahatani (berternak lembu dan ikan) dan non usahatani (penjaga keamanan, wiraswasta, becak motor dan pekerja bangunan). 1. Usahatani Pembibitan Sapi

Usaha pembibitan sapi di desa penelitian dihitung selama 1 musim produksi yaitu lamanya waktu usahatani untuk menghasilkan anak sapi adalah 15 bulan (9 bulan masa mengandung dan anak sapi yang sudah bisa dijual berumur 6 bulan). Sapi yang dibibitkan berjenis Simental/Limousine. Ada 4 sampel pengerajin sapu ijuk yang mengusahakan pembibitan sapi simental di daerah penelitian untuk menambah pendapatan keluarga. Biaya produksi rata-rata pembibitan sapi simental di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 16 berikut.

Tabel 16. Biaya Produksi Rata-rata Usahatani Pembibitan Sapi Per Musim Produksi

No. Komponen Biaya Biaya (Rupiah) Persentase (%) A. Biaya Variabel

1. Suntik Pembibitan 292.500 1,53

2. Biaya Obat-obatan 63.000 0,33

3. Tenaga Kerja 18.000.000 94,07 Total Biaya Variabel 18.355.500 95,93 B. Biaya Tetap

4. Penyusutan Alat dan kandang 590.219 3,08

5. Sewa Lahan/PBB 187.500 0,98

Total Biaya Tetap 777.719 4,06

Total Biaya Produksi 19.133.219 99,99 Sumber: Data diolah dari lampiran 10

Dari tabel 16 dapat dikemukakan bahwa komponen biaya produksi terbesar pada usahatani pembibitan sapi jenis simental di daerah penelitian adalah biaya tenaga kerja yaitu 94,07 %, lalu biaya penyusutan alat dan kandang memiliki persentase sebesar 3,08 %, suntik pembibitan dengan persentase sebesar 1,53 %, kemudian biaya sewa lahan atau pembayaran PBB dengan persentase sebesar 0,98 %. Sedangkan komponen biaya produksi yang memiliki persentase paling rendah ialah biaya obat-obatan dengan persentase sebesar 0,33 %. Adapun total biaya produksi yang dikeluarkan pada usahatani pembibitan sapi berjenis simental selama 1 musim produksi (15 bulan) adalah sebesar Rp 19.133.219,-/Petani.

Selanjutnya pendapatan rata-rata petani pembibitan sapi simental di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 17 berikut.

Tabel 17. Pendapatan Rata-rata Usahatani Pembibitan Sapi Simental Per Musim Produksi

No. Uraian Nilai Per Pengerajin (Rupiah)

1. Pendapatan Bersih Pembibitan Sapi 1.991,663

2. Penjualan Kotoran Sapi 594.000

3. Nilai TKDK 18.000.000

Pendapatan Petani 20.585.663 Sumber: Data diolah dari lampiran 11

Dari tabel 17 dapat diketahui bahwa pendapatan usahatani pembibitan sapi jenis simental di Desa Medan Sinembah selama 1 musim produksi (15 Bulan) adalah sebesar Rp 20.585.663,-/Petani, sehingga jika Rp 20.585.663 dibagi 15 bulan maka pendapatan petani dari usaha pembibitan sapi simental di daerah penelitian per bulannya ialah sebesar Rp 1.372.377,-/Petani. Nilai TKDK sebesar Rp 18.000.000,- di dapat dari upah bekerja sebesar Rp 1.200.000,-/Bulan, sehingga jika dikalikan per satu musim produksi (15 Bulan) maka total upah TKDK adalah Rp 18.000.000,-/Musim Produksi.

2. Usahatani Budidaya Ikan Lele

Usahatani budidaya ikan lele dianalisis selama 1 musim produksi, lamanya waktu usahatani untuk menganalisis produksi ikan lele ialah 4 bulan dalam 1 musim produksi. Jenis lele yang diusahakan di daerah penelitian adalah lele sangkuriang dengan panjang bibit lele sekitar 5-7 cm. Adapun biaya produksi rata-rata bidudaya ikan lele di daerah penelitian dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 18. Biaya Produksi Rata-rata Usahatani Budidaya Ikan Lele Per Musim Produksi

No. Komponen Biaya Biaya (Rupiah) Persentase (%) A. Biaya Variabel

1. Harga Bibit 851.785 11,45

2. Biaya Obat-obatan 60.000 0,80

3. Tenaga Kerja 3.200.000 43,01 4. Biaya Pakan 3.109.859 41,79 Total Biaya Variabel 7.221.664 97,05 B. Biaya Tetap

5. Penyusutan Alat dan kolam 164.673 2,21

6. Sewa Lahan/PBB 54.342 0,73

Total Biaya Tetap 219.015 2,94

Total Biaya Produksi 7.440.679 99,99 Sumber: Data diolah dari lampiran 12

Dari tabel 18 dapat dikemukakan bahwa komponen biaya produksi terbesar pada usahatani budidaya ikan lele jenis sangkuriang di Desa Medan Sinembah adalah biaya tenaga kerja dengan persentase sebesar 43,01 %, lalu biaya pakan lele memiliki persentase sebesar 41,79 %, biaya pembelian bibit lele mempunyai persentase sebesar 11,45 %, biaya penyusutan alat dan kolam memiliki persentase sebesar 2,21 %, kemudian biaya sewa lahan atau pembayaran PBB dengan persentase sebesar 0,73 %. Sedangkan komponen biaya produksi yang memiliki persentase paling rendah ialah biaya obat-obatan dengan persentase sebesar 0,80 %. Adapun total biaya produksi yang dikeluarkan pada usahatani budidaya ikan lele selama 1 musim produksi (4 bulan) adalah sebesar Rp 7.440.679,-/Petani. Selanjutnya pendapatan rata-rata petani pembibitan sapi simental di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 19 berikut.

Tabel 19. Pendapatan Rata-rata Usahatani Budidaya Ikan Lele Per Musim Produksi

No. Uraian Nilai Per Pengerajin (Rupiah)

1. Pendapatan Bersih Budidaya Lele 3.479.424

2. Nilai TKDK 3.200.000

Pendapatan Petani 6.679.424

Sumber: Data diolah dari lampiran 13

Dari tabel 19 dapat diketahui bahwa pendapatan usahatani budidaya ikan lele di Desa Medan Sinembah selama 1 musim produksi (4 Bulan) adalah sebesar Rp 6.679.424,-/Petani, sehingga jika Rp 6.679.424,- dibagi 4 bulan maka pendapatan petani dari usaha budidaya ikan lele di daerah penelitian per bulannya ialah sebesar Rp 1.669.856,-/Petani.

3. Non usahatani

Pendapatan non usahatani adalah pendapatan yang diperoleh pengerajin sapu ijuk dari usaha lain yang bukan termasuk ke dalam pertanian. Pendapatan pengerajin sapu ijuk dari non usaha tani dapat dilihat pada tabel 20 berikut.

Tabel 20. Pendapatan Rata-rata Pengerajin Sapu Ijuk Dari Non Usahatani Per Bulan

No. Uraian Nilai Per Pengerajin (Rupiah)

1. Wiraswasta 1.500.000 – 10.000.000

2. Jasa Angkutan Umum/Transportasi 2.000.000

3. Penjaga Keamanan 1.500.000

4. Pekerja Bangunan 1.800.000

Pendapatan Rata-rata 1.410.000 Sumber: Data diolah dari lampiran 14

Adapun pendapatan rata-rata pengerajin dari non usahatani selama 1 bulan adalah Rp 1.410.000,-/Pengerajin.

Besarnya pendapatan pengerajin dari non usahatani selama 1 musim produksi (1 bulan) dapat dilihat pada tabel 21 berikut.

Tabel 21. Pendapatan Rata-rata Pengerajin Sapu Ijuk Dari Non Industri Sapu Ijuk No. Uraian Per Pengerajin Persentase

(Rupiah) (%) 1. Usahatani Pembibitan Sapi dan Budidaya Lele 581.664 29,20 2. Non Usahatani 1.410.000 70,79 Pendapatan Rata-rata 1.991.893 99,99 Sumber: Data diolah dari lampiran 15

Dari tabel 21 dapat dikemukakan bahwa sumber pendapatan petani terbesar dari non industri sapu ijuk di Desa Medan Sinembah adalah dari pendapatan non usahatani dengan memiliki persentase sebesar 72,48 %, sedangkan pendapatan dari usahatani memiliki persentase sebesar 27,50 %. Dengan demikian pendapatan pengerajin sapu ijuk dari non industri sapu ijuk selama sebulan adalah Rp

1.944.893,-/Pengerajin.

Tabel 22. Total Pendapatan Keluarga Pengerajin Sapu Ijuk

No. Uraian Per Pengerajin

(Rupiah)

1. Industri Sapu Ijuk 14.489.794

2. Usahatani Pembibitan Sapi dan Budidaya Lele 581.664 3. Non Usahatani 1.410.000 Total Pendapatan Rata-rata 16.481.458 Sumber: Data diolah dari lampiran 15

Untuk mengetahui sumber pendapatan mana yang memiliki kontribusi paling besar terhadap total pendapatan keluarga maka dianalisis secara deskriptif. Kontribusi pendapatan pengerajin sapu ijuk terhadap total pendapatan keluarga adalah pendapatan pengerajin sapu ijuk dibagi dengan total pendapatan keluarga dan dikalikan dengan 100 %. Kontribusi pendapatan pengerajin sapu ijuk terhadap total pendapatan keluarga di Desa Medan Sinembah dapat dilihat pada tabel 23 berikut.

Tabel 23. Kontribusi Pendapatan Rata-rata Pengerajin Sapu Ijuk Terhadap Total Pendapatan Keluarga

No. Uraian Per Pengerajin Persentase (Rupiah) (%) 1. Industri Sapu Ijuk 14.489.794 87,91 2. Usahatani Pembibitan Sapi dan Budidaya Lele 581.664 3,52 3. Non Usahatani 1.410.000 8,56 Total Pendapatan Keluarga Rata-rata 16.481.458 99,99 Sumber: Data diolah dari lampiran 15

Dari tabel 23 dapat diketahui bahwa kontribusi pendapatan industri rumah tangga sapu ijuk terhadapa total pendapatan keluarga di Desa Medan Sinembah memiliki persentase sebesar 87,91 % adalah dikatagorikan besar. Berdasarkan ketentuan apabila kontribusi pendapatan industri rumah tangga sapu ijuk ≥ 50 % maka kontribusinya dikatagorikan besar. Dengan demikian hipotesis 1 yang menyatakan bahwa kontribusi industri sapu ijuk terhadap total pendapatan keluarga pengerajin sapu ijuk lebih dari 50 % dapat diterima.

Pola Pemsaran Sapu Ijuk

Semakin berkembangnya industri modern pada saat ini mengakibatkan sapu ijuk mengalami persaingan yang ketat dengan sapu-sapu yang terbuat dari plastik. Tetapi bagi sebahagian orang menggunakan sapu ijuk masih menjadi kebiasaan dibandingkan dengan menggunakan sapu-sapu modern khususnya di daerah pedesaan. Pola pemasaran sapu ijuk yaitu tersebar baik dalam kota hingga ke luar kota. Pemasaran ke luar kota ialah seperti ke Kisaran, Siantar dan Aceh yang dilakukan dalam waktu seminggu sekali untuk pemasaran ke luar kota.

Penyerapan Tenaga Kerja Lokal

Besar Kontribusi sapu ijuk terhadap penyerapan tenaga kerja bagi warga sekitar, khususnya kaum wanita atau ibu rumah tangga, hal ini diakibatkan banyaknya waktu luang yang dimiliki ibu rumah tangga sehingga mereka memanfaatkannya untuk mengisi waktu luangnya bekerja sebagai pengerajin sapu ijuk, dengan demikian besar peran wanita dalam menambah total pendapatan keluarga dari bekerja sebagai pebgerajin sapu ijuk. Tidak hanya ibu rumah tangga, banyak anak-anak juga ikut mengerajin sapu ijuk tersebut, hal ini dikarenakan untuk mengisi waktu-waktu di saat anak-anak tersebut libur sekolah atau setelah berpulangnya dari sekolah.

Faktor Yang Menyebabkan Industri Rumah Tangga Sapu Ijuk Berkembang Di Daerah Penelitian

Ketersediaan bahan baku dan banyaknya tenaga kerja wanita yang berperan aktif dalam pekerjaan industri rumah tangga sapu ijuk ini membuat industri sapu ijuk ini berkembang di daerah penelitian.

Dokumen terkait