• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pendapatan Pengerajin Sapu Ijuk Dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pendapatan Pengerajin Sapu Ijuk Dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENDAPATAN PENGERAJIN SAPU IJUK DAN

KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN

KELUARGA

(Studi kasus: Desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

OLEH:

ERWINSYAH 090304141 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS PENDAPATAN PENGERAJIN SAPU IJUK DAN

KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN

KELUARGA

(Studi kasus: Desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

ERWINSYAH 090304141 AGRIBISNIS

Penelitian Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melakukan Penelitian Pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara Medan

Disetujui oleh,

Komisi Pembimbing,

Ketua Anggota

( Dr. Ir. Salmiah, MS ) (

NIP 1957 02171 9860 32 001 NIP 1960 11101 9880 31 003

Ir. M. Jufri M.Si )

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

RINGKASAN

ERWINSYAH (090304141), dengan judul “ANALISIS PENDAPATAN PENGERAJIN SAPU IJUK DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA”. Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. M. Jufri, M.Si selaku anggota komisi pembimbing.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan pengerajin sapu ijuk, menganalisis penyediaan input dan produksi, menganalisis pengolahan dan pemasaran, persentase kontribusi pendapatan industri sapu ijuk terhadap total pendapatan keluarga, masalah dan upaya yang ditemukan dalam industri rumah tangga sapu ijuk. Sampel diambil dengan metode “Simple Random Sampling” dengan jumlah populasi 36 pengerajin sapu ijuk, sampel penelitian adalah sebanyak 30 pengerajin sapu ijuk. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode analisis pendapatan dan secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukan komponen biaya produksi sapu ijuk terbesar di daerah penelitian ialah biaya bahan dengan persentase sebesar 88,95. Total pendapatan rata-rata pengerajin sebesar Rp 14.489.794,-/Bulan. Kontribusi pendapatan industri rumah tangga sapu ijuk dikatagorikan besar dikarenakan memiliki persentase rata-rata diatas 50 %. Pemasaran sapu ijuk tersebar di dalam kota maupun di luar kota seperti ke Kisaran, Siantar dan Aceh, dilakukan dalam waktu 1 kali dalam 2 minggu. Banyaknya ketersediaan tenaga kerja wanita membuat industri rumah tangga sapu ijuk berkembang di daerah penelitian. Masalah yang ditemukan dalam industri sapu ijuk yaitu tidak ada lembaga yang menjamin Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk komoditas sapu ijuk sehingga harga sapu dibeli murah oleh pengumpul dan persaingan terhadap sapu plastik. Upaya yang dilakukan ialah membuat suatu organisasi perkumpulan para pengerajin sapu ijuk untuk menetapkan (HET), sehingga pengerajin yang tidak terjun langsung ke pemasaran tidak terlalu dirugikan kemudian meningkatkan penampilan dan kualitas untuk lebih menarik para konsumen.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Erwinsyah, lahir di Medan pada tangga 09 Oktober 1991. Anak ke empat dari empat bersaudara dari Ayahanda Paino dan Ibunda Poniyem.

Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 1995 masuk Taman Kanak-kanak (TK) Yayasan Pesantren Modern Adnan, Medan. Tamat tahun 1996.

2. Tahun 1996 masuk Sekolah Dasar (SD) Yayasan Pesantren Modern Adnan, Medan. Tamat tahun 2003.

3. Tahun 2003 masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) Panca Budi, Medan. Tamat tahun 2006.

4. Tahun 2006 masuk Sekolah Menengah Atas (SMA) Panca Budi, Medan. Tamat tahun 2009.

5. Tahun 2009 masuk Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

6. Bulan Juli-Agustus 2013 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Tanjung Buluh, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunian-Nya sehingga penulis dapat memulai, menjalani dan mengakhiri masa perkuliahan hingga menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “Analisis Pendapatan Pengerajin Sapu Ijuk Dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga” (Studi Kasus: Desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang) dibuat sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing.

2. Bapak Ir. M. Jufri M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing.

3. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Jurusan Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Sekretaris Jurusan Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

5. Para Dosen dan Staf Pegawai Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

(6)

7. Teman-teman seperjuangan yaitu Agribisnis stambuk 2009 yang telah memberikan banyak pelajaran, pengalaman hidup baik secara akademik, moral, maupun spiritual.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Akhir kata semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 06 September 2013

(7)

DAFTAR ISI

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka………. 6

Landasan Teori……… 7

Kerangka Pemikiran……… 11

Hipotesis Penelitian………. 14

MOTODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian……….. 15

Metode Penentuan Sampel……… 18

Metode Pengumpulan Data……….. 18

Metode Analisi Data……… 19

Definisi……… 20

Batasan Operasional……… 22

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PENGERAJIN SAMPEL Deskrisi Daerah Penelitian………. 23

Luas dan Letak Geografis……….. 23

(8)

Pemerintahan Desa……… 24

Keadaan Penduduk………. 25

Sarana Pendidikan……… 31

Karakteristik Pengerajin Sampel……….. 31

Umur……… 31

Pendidikan……… 32

Jumlah Tanggungan……….. 33

HASIL DAN PEMBAHASAN Proses Pembuatan Sapu Ijuk………. 34

Pengumpulan Bahan... 34

Pemilihan dan Penguraian Serat Ijuk... 35

Pengikatan Serat Ijuk Pada Kepala Sapu... 35

Merapikan Kepala Ijuk... 35

Pemasangan Gagang Sapu... 36

Analisis Industri Rumah Tangga Sapu Ijuk Lahan... 37

Tenaga Kerja... 37

Sarana Produksi... 38

Alat-alat Pendukung... 40

Produksi dan Penerimaan Industri Rumah Tangga Sapu Ijuk... 42

Pendapatan Bersih Industri Rumah Tangga Sapu Ijuk... 43

Analisis Kelayakan Industri Rumah Tangga Sapu Ijuk... 43

Pendapatan Pengerajin Sapu Ijuk... 45

Total Pendapatan Keluarga... 46

Pola Pemasaran Sapu Ijuk... 52

Penyerapan Tenaga Kerja Lokal... 53

Faktor Yang Menyebabkan Industri Rumah Tangga Sapu Ijuk Berkembang di Daerah Penilitian... 53

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 54

(9)

Saran Kepada Pengerajin Sapu Ijuk... 54 Saran Kepada Pemerintah... 55 Saran Untuk Peneliti Selanjutnya... 55

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

1. Komoditi Andalan Produk Industri Kecil Menengah di Kabupaten

Deli Serdang, 2012………..…. 3

2. Beberapa Industri Kecil dan Menengah Wilayah Desa Medan Sinembah, 2012………....…. 4

3. Banyaknya Perusahaan Industri di Kecamatan Tanjung Morawa, 2012……...……… 16

4. Banyaknya Tenaga Kerja Yang Bekerja Pada Perusahaan Industri Di Kecamatan Tanjung Morawa Menurut Kelompok Industri, 2012.……… 17

5. Penggunaan Lahan Di Desa Medan Sinembah, 2012…...…... 24

6. Komposisi Penduduk Desa Medan Sinembah Menurut Umur, 2012………...……….………..….. 27

7. Komposisi Penduduk Desa Medan Sinembah Menurut Tingkat Pendidikan, 2012...………. 29

8. Komposisi Penduduk Desa Medan Sinembah Menurut Mata Pencaharian, 2012……...………... 30

9. Sarana Pendidikan Di Desa Medan Sinembah, 2012...………. 31

10.Distribusi Responden Menurut Umur di Desa Medan Sinembah... 32

(11)

12.Produksi dan Penerimaan Rata-rata Industri Sapu Ijuk Per Musim

Produksi...….……… 42 13.Pendapatan Bersih Rata-rata Industri Sapu Ijuk Per Musim Produksi

...………. 43 14.Analisis Kelayakan Industri Sapu Ijuk Per Musim Produksi...… 44 15.Pendapatan Rata-rata Industri Sapu Ijuk Per Musim Produksi..…… 46 16.Biaya Produksi Rata-rata Usahatani Pembibitan Sapi Per Musim

Produksi ...…...………. 47 17.Pendapatan Rata-rata Usahatani Pembibitan Sapi Simental Per Musim

Produksi...………. 48 18.Biaya Produksi Rata-rata Usahatani Budidaya Ikan Lele Per Musim

Produksi ...…….……… 49 19.Pendapatan Rata-rata Usahatani Budidaya Ikan Lele Per Musim

Produksi...………. 50 20.Pendapatan Rata-rata Pengerajin Sapu Ijuk Dari Non Usahatani

Per Bulan...…….……… 50 21.Pendapatan Rata-rata Pengerajin Sapu Ijuk Dari Non Industri Sapu

Ijuk...…...……… 51 22.Pendapatan Keluarga Pengerajin Sapu Ijuk... 51 23.Kontribusi Pendapatan Rata-rata Pengerajin Sapu Ijuk Terhadap

(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

1. Skema Kerangka Pemikiran………. 13

2. Pohon Aren……… 34

3. Serat Ijuk Yang Telah Dipilih……… 35

4. Pembuatan Kepala Sapu……… 35

5. Kepala Sapu Ijuk……… 36

6. Sapu Ijuk Yang Telah Jadi………. 36

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan

1. Karakteristik Petani Sampel di Daerah Penelitian

2. Uraian Upah Tenaga Kerja Industri Sapu Ijuk Per Bulan Di Daerah Penelitian 3. Jumlah Bahan Dalam Industri Sapu Ijuk Per Bulan di Daerah Penelitian 4. Harga Bahan Industri Sapu Ijuk Per Bulan di Daerah Penelitian

5. Penggunaan dan Penyusutan Alat-Alat Pada Industri Sapu Ijuk

6. Total Biaya Produksi Per Bulan Industri Sapu Ijuk di Daerah Penelitian 7. Pendapatan Pengerajin Sapu Ijuk di Daerah Penelitian

8. Perhitungan Jumlah Dan Harga Input Pada Usaha Pembibitan Sapi Potong di Daerah Penelitian

9. Jumlah Dan Harga Output Pada Usaha Pembibitan Sapi Potong di Daerah Penelitian

10.Total Biaya Produksi Rata-rata Pembibitan Sapi Potong Per Musim Produksi di Daerah Penelitian

11.Jumlah Pendapatan Usaha Pembibitan Sapi Potong Per Musim Produsi di Daerah Penelitian

12.Distribusi Biaya Produksi Budidaya Ikan Lele Per Musim Produksi di Daerah Penelitian

13. Produksi, Penerimaan dan Pendapatan Budidaya Ikan Lele Per Musim Produksi Di Daerah Penelitian

(14)

15.Kontribusi Pendapatan Industri Sapu Ijuk Terhadap Pendapatan Keluarga Per Musim Produksi Di Daerah Penelitian.

(15)

RINGKASAN

ERWINSYAH (090304141), dengan judul “ANALISIS PENDAPATAN PENGERAJIN SAPU IJUK DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA”. Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. M. Jufri, M.Si selaku anggota komisi pembimbing.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan pengerajin sapu ijuk, menganalisis penyediaan input dan produksi, menganalisis pengolahan dan pemasaran, persentase kontribusi pendapatan industri sapu ijuk terhadap total pendapatan keluarga, masalah dan upaya yang ditemukan dalam industri rumah tangga sapu ijuk. Sampel diambil dengan metode “Simple Random Sampling” dengan jumlah populasi 36 pengerajin sapu ijuk, sampel penelitian adalah sebanyak 30 pengerajin sapu ijuk. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode analisis pendapatan dan secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukan komponen biaya produksi sapu ijuk terbesar di daerah penelitian ialah biaya bahan dengan persentase sebesar 88,95. Total pendapatan rata-rata pengerajin sebesar Rp 14.489.794,-/Bulan. Kontribusi pendapatan industri rumah tangga sapu ijuk dikatagorikan besar dikarenakan memiliki persentase rata-rata diatas 50 %. Pemasaran sapu ijuk tersebar di dalam kota maupun di luar kota seperti ke Kisaran, Siantar dan Aceh, dilakukan dalam waktu 1 kali dalam 2 minggu. Banyaknya ketersediaan tenaga kerja wanita membuat industri rumah tangga sapu ijuk berkembang di daerah penelitian. Masalah yang ditemukan dalam industri sapu ijuk yaitu tidak ada lembaga yang menjamin Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk komoditas sapu ijuk sehingga harga sapu dibeli murah oleh pengumpul dan persaingan terhadap sapu plastik. Upaya yang dilakukan ialah membuat suatu organisasi perkumpulan para pengerajin sapu ijuk untuk menetapkan (HET), sehingga pengerajin yang tidak terjun langsung ke pemasaran tidak terlalu dirugikan kemudian meningkatkan penampilan dan kualitas untuk lebih menarik para konsumen.

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sampai saat ini, pembangunan pertanian di Indonesia tampaknya mengikuti pola pembangunan pertanian pada negara-negara berkembang pada umumnya. Pembangunan yang dilakukan sekarang ini pada dasarnya adalah usaha-usaha yang dijalankan untuk meningkatkan kesejahteraan baik materil maupun spiritual. Salah satu pembentukan pembangunan itu ialah pembangunan industri. Pembangunan industri selain dilakukan dalam segala tingkatan juga dilaksanakan di berbagai daerah di Indonesia. Hal ini menyebabkan daerah yang dulunya tidak mengenal industri sebagai lapangan pekerjaan atau kehidupan, sekarang mempunyai kemungkinan tumbuh menjadi daerah industri dengan segala akibat positif dan negatifnya, yang kemudian akan membawa perubahan-perubahan dalam masyarakat (Mudrajad, 2003).

Lahan pertanian merupakan faktor produksi utama dalam menyerap tenaga kerja dan sumber pendapatan petani. Pentingnya lahan pertanian bagi penyerapan tenaga kerja dan pendapatan petani serta kondisi menurunya lahan pertanian, mengakibatkan sempitnya penguasaan lahan pertanian oleh rumah tangga petani dan semakin terbatasnya kesempatan kerja dan pendapatan rumah tangga petani di pedesaan. Langkah yang tepat untuk mengatasinya adalah dengan pengembangan industri kecil atau industri rumah tangga yang ada di pedesaan

(Mubyarto, 2001).

(17)

perubahan ekonomi. Fokus perhatian pembangunan sektor ekonomi dirasa perlu diberikan pada subsektor industri kecil dan kerajinan yang memiliki potensi dan peranan penting. Keberadaanya yang sebagian besar terletak di pedesaan tentunya menjadikan industri kecil dan kerajinan ini memberikan sumbangan bagi daerah dan masyarakat (Tambunan, 1999).

Industri kecil mencakup semua perusahaan atau usaha yang melakukan kegiatan mengubah barang dasar atau barang setengah jadi atau dari barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya. Peran industri kecil akan semakin penting apabila di sektor pertanian terjadi pergeseran dan mekanisme di bidang usahatani, keadaan ini akan menjadi suatu alternative untuk memilih industri kecil atau industri rumah tangga. Pilihan tersebut sesuai dengan kenyataan yang ada bahwa industri kecil tidak membutuhkan pendidikan dan keterampilan tinggi serta modal yang dibutuhkan relatif kecil (Basril, 2002).

Industri kecil dan kerajinan rakyat yang sebagian besar di daerah pedesaan dapat memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi karena memberikan lapangan pekerjaan bagi penduduk desa, memberikan tambahan pendapatan, dan dalam beberapa hal mampu memproduksi barang-barang keperluan penduduk setempat dan daerah sekitarnya secara lebih efesien dan lebih murah dibandingkan dengan industri besar (Mubyarto, 2001).

(18)

dan memberikan pendapatan kepada masyarakat, dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Komoditi Andalan Produk Industri Kecil Menengah di Kabupaten Deli Serdang, 2012

Jenis Unit Jumlah Nilai Kapasitas Nilai No Komoditi Usaha Tenaga Investasi Produksi Produksi

(Unit) (Orang) (Rp) (Rp)

1 Kerupuk Opak 41 398 320.400 2.625 Ton 6.635.000 2 Sapu Ijuk 73 410 236.000 1.215.000 5.467.000

Batang

3 Meubel Kayu 16 340 172.000 10.100 Unit 2.020.000 4 Emping 204 391 49.050 156 Ton 2.808.000 5 Keramik 12 89 374.500 600 Unit 985.000

Gerabah

6 Sabut Kelapa 3 76 489.000 240 Ton 1.440.000 Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Deli Serdang 2013

Industri kecil dan kerajinan rakyat yang sebagian besar di daerah pedesaan dapat memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi di pedesaan dan usaha pemerataan karena memberikan lapangan pekerjaan bagi penduduk desa, memberikan tambahan pendapatan, dan dalam beberapa hal mampu memproduksi barang-barang keperluan penduduk setempat dan daerah sekitarnya secara lebih murah dibandingkan dengan industri besar (Syamsiah, 1991).

(19)

Tabel 2. Beberapa Industri Kecil dan Menengah Wilayah Desa Medan Sumber: Kantor Kepala Desa 2013

Dari tabel 2 di atas terlihat bahwa mata pencaharian masyarakat yang tinggal di desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang berada dalam sektor industri kecil dan menengah. Dari tabel 2 diatas juga dapat dilihat bahwa sektor industri rumah tangga pembuatan sapu ijuk menjadi industri rumah tangga utama di Desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Berapa besar pendapatan pengerajin sapu ijuk di daerah penelitian?

2. Berapa besar kontribusi industri sapu ijuk terhadap total pendapatan keluarga pengerajin sapu ijuk di daerah penelitian?

3. Bagaimana pola pemasaran sapu ijuk di daerah penelitian?

(20)

5. Apa faktor-faktor yang menyebabkan usaha sapu ijuk lebih berkembang di daerah penelitian?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah:

1. Untuk mengetahui berapa besar pendapatan pengerajin sapu ijuk di daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui berapa besar kontribusi industri sapu ijuk terhadap total pendapatan keluarga pengerajin sapu ijuk di daerah penelitian.

3. Untuk mengetahui pola pemasaran sapu ijuk di daerah penelitian.

4. Untuk mengetahui kontribusi industri sapu ijuk terhadap penyerapan tenaga kerja lokal.

5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan usaha sapu ijuk lebih berkembang di daerah penelitian.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi instansi terkait dalam membuat kebijakan yang berhubungan dengan usaha sapu ijuk untuk meningkatkan pendapatan pengerajin sapu ijuk.

2. Sebagai bahan informasi atau referensi dalam pengembangan ilmu pengetahuan bagi yang memerlukan.

(21)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA

PEMIKIRAN

Tinjauan Pustaka

Serat ijuk adalah serat alam yang mungkin hanya sebagian orang yang mengetahuinya kalau serat ini sangatlah istimewa dibanding dengan serat lainnya. Serat berwarna hitam yang dihasilkan dari pohon aren (Arenga pinnata Merr) memiliki banyak keistimewaan, diantaranya, tahan lama hingga ratusan bahkan ribuan tahun, tahan terhadap asam dan garam air laut dan mencegah penembusan rayap tanah (Arengabroom, 2009).

Serat-serat ijuk yang dihasilkan oleh pohon aren (Arenga pinnata Merr) dapat dipanen setelah pohon tersebut berusia 5 tahun dan secara tradisional sering digunakan sebagai bahan pembungkus kayu-kayu bangunan yang ditanam dalam tanah untuk mencegah serangan rayap. Kegunaan tersebut didukung oleh sifat ijuk yang elastis, keras, tahan air dan sulit dicerna oleh organisme perusak. Ijuk tumbuh berlapis-lapis di bagian atas pohon aren, selapis ijuk tumbuh dalam kurun waktu empat bulan. Idealnya panen ijuk dilakukan dilakukan sekali dalam setahun, yakini pada saat lapisannya berjumlah tiga (Arengabroom, 2009).

(22)

menjadikannya sebagai kepala sapu, kemudian di rapikan dengan cara di sisir dengan sisir khusus yang terbuat dari kawat yang tebal, hal ini diakukan agar serat ijuk menjadi lurus dan rapi sebelum dipotong ujung-ujungnya untuk meratakan permukaan sapunya sehingga dapat membersihkan lantai secara maksimal. Setelah kepala sapu selesai, langkah berikutnya adalah dengan pemasangan gagang sapu yang terbuat dari kayu yang telah disiapkan lalu kepala sapu pun di kemas dengan bungkus pelastik dengan merk tertentu yang tertera pada plastiknya. Jadilah sebuah sapu yang siap dipasarkan dan dipakai.

Landasan Teori

Sektor pertanian mempunyai kaitan erat dengan sektor industri. Karena sektor pertanian menghasilkan bahan mentah yang pada gilirannya harus diolah oleh industri menjadi barang setengah jadi atau barang jadi dan sebaliknya sektor industri diharapkan mampu menghasilkan sendiri berbagai macam sarana produksi yang sangat diperlukan oleh industri pengolah pertanian meliputi usaha yang mengolah bahan baku menjadi komoditi yang secara ekonomi menambah tinggi nilainya. (Soekartawi, 2000).

Biaya Produksi

(23)

Biaya dapat dibedakan menjadi beberapa macam yaitu:

a) Biaya tetap, biaya yang harus dikeluarkan oleh para petani yang penggunaannya tidak habis dalam masa satu kali produksi, seperti membajak tanah pertanian, retribusi air, gajih karyawan tetap, premi asuransi, penyusutan alat dan bangunan pertanian.

b) Biaya variabel, yaitu biaya yang besar dan kecilnya tergantung pada jumlah produksi.

c) Biaya semi variable, ialah biaya yang sifatnya bisa di anggap tetap, namun bisa juga di anggap variable. (Soekartawi, 1995).

Penerimaan

Menurut Sudarsono (1995), penerimaan merupakan suatu hasil penjualan dari barang tertentu yang diterima atas penyerahan sejumlah barang pada pihak lain. Jumlah penerimaan (total revenue) di definisikan sebagai penerimaan dari penjualan dari barang tertentu yang peroleh dari sejumlah satuan barang yang terjual di kalikan harga penjualan setiap satuan barang.

(24)

TR = P.Q Keterangan :

TR : Total Penerimaan (Total Revenue)

Q : Kualitas barang yang di hasilkan (Quantity) P : Harga (Price)

Pendapatan

Menurut Adiwilanga, (1992) pendapatan diperlukan oleh keluarga petani untuk memenuhi kebutuhan hidup ini tidak tetap melainkan terus menerus. Oleh karena itu, pendapatan yang dimaksimal itulah yang selalu diharapkan petani dari usaha tani. Di tambahkan oleh Mosher (1991), pendapatan merupakan produksi yang dinyatakan dalam bentuk uang setelah dikurang biaya yang dikeluarkan selama kegiatan usaha tani.

Menurut Aukley (1983), pendapatan seseorang individu di definisikan sebagai jumlah penghasilan yang diperoleh dari jasa – jasa produksi yang diserahkan pada suatu atau diperolehnya dari harta kekayaannya, sedangkan pendapatan tidak lebih dari pada penjumlahan dari semua pendapatan individu.

Menurut Soekarwati (1995), pendapatan dibedakan atas dua pengertian yaitu: a) Pendapatan kotor usahatani. Sebagai nilai produksi usahatani dikalikan harga

dalam jangka waktu tertentu baik yang jual maupun yang dikonsumsi sendiri, digunakan untuk pembayaran dan simpanan atau ada digudang pada akhir tahun.

(25)

Hubungan biaya dengan pendapatan dapat diperitungkan untuk seluruh usaha tani sebagai satu unit selama periode tertentu, misalnya pada musim tanam.Dalam hal ini semua biaya semua produksi dijumlahkan kemudian di bandingkan dengan pendapatan diperoleh.

Pemasaran

Pengertian sehari-hari arti pemasaran adalah aktfitas jual beli dalam bidang ekonomi pemasaran tidak terbatas pada kegiatan jual beli saja akan tetapi semua aktifitas ekonomi uang memungkinkan barang dan jasa bergerak dari produsen sampai ke konsumen.

Menurut Soekartawi (1993) pemasaran atau marketing pada prinsipnya adalah aliran barang dari produsen ke konsumen, aliran barang ini dapat terjadi karena adanya lembaga pemasaran. Sedangkan menurut Mubyarto (1994) tataniaga atau pemasaran diartikan sebagai suatu kegiatan ekonomi yang mengakibatkan terjadinya pemindahan milik barang dan jasa untuk menyalurkan distiribusi dari produsen ke konsumen. Fungsi dan peranan tataniaga atau pemasaran yaitu mengusahakan agar pembeli memperoleh barang yang diinginkan pada tempat, waktu, bentuk dan harga yang tepat. Fungsi utama dari tataniaga atau pemasaran adalah menyangkut penyimpanan, pengolahan dan pembiayaan.

(26)

yang dilalui oleh arus barang-barang dari produsen ke perantara dan sampai akhirnya ke tangan konsumen.

Menurut Sihombing (2011) istilah tata niaga sering juga disebut pemasaran yang bersumber dari kata marketing. Kegiatan tataniaga adalah sebagian dari kegiatan distribusi. Distribusi menimbulkan suatu kesan seolah-olah orang-orang yang bergerak di dalam bagian ini bersifat statis, menunggu saja dari apa yang dihasilkan produsen untuk dibagi-bagikan lagi kepada konsumen.

Tataniaga atau pemasaran memerlukan biaya, dan biaya ini makin besar dengan perkembangan pertanian maupun peternakan dan makin kompleksnya tataniaga atau pemasaran tersebut. Menurut Danil (2004) setiap kegiatan pemasaran memerlukan biaya mulai dari pengumpulan, pengangkutan, pengolahan pembayaran retribusi, bongkar muat dan lain-lain. Jadi bisa disimpulkan biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran (pedagang) dalam menyalurkan hasil pertanian dari produksen ke konsumen.

Kerangka Pemikiran

(27)

dihasilkan oleh pohon aren (Arenga pinnata Merr). Dimana industri sapu ijuk tersebut dapat menciptakan produk-produk unggulan dari desa tempat penelitian.

Industri pengolahan ijuk dapat menciptakan kesempatan kerja bagi angkatan kerja yang ada disekitar tempat pembuatan sapu ijuk. Ketersediaan tenaga kerja khususnya tenaga kerja lokal yang hidup di sekitar area lokasi industri sapu ijuk dapat memperoleh mata pencaharian baru yang lebih menjamin kelangsungan hidupnya.

Industri sapu ijuk ini sangat memotivasi warga sekitar khususnya kaum ibu-ibu yang kebanyakan dari mereka tidak memiliki pekerjaan dan memilih untuk mengisi waktu luangnya dengan bekerja sebagai pengerajin sapu ijuk. Motivasi mereka adalah uang atau pendapatan yang bisa mereka terima yang sangat berpengaruh kontribusinya terhadap pendapatan dalam keluarga.

(28)

Secara singkat dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut:

Keterangan:

: Menyatakan hubungan Pendapatan di luar sapu ijuk - Usahatani

- Non usahatani Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Industri Sapu Ijuk

Input Pengerajin

sapu ijuk

Penerimaan

Total Pendapatan Keluarga

Harga Jual

Pendapatan Industri Rumah Tangga Sapu

Ijuk Produksi

Biaya Produksi Pendapatan Non Industri

Sapu Ijuk

(29)

Hipotesis Penelitian

(30)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

(31)

Tabel 3. Banyaknya Perusahaan Industri di Kecamatan Tanjung Morawa, 2012

(32)

Tabel 4. Banyaknya Tenaga Kerja Yang Bekerja Pada Perusahaan Industri di Kecamatan Tanjung Morawa Menurut Kelompok Industri, 2012

No Desa/Kelurahan Besar Sedang Kecil Kerajinan Jumlah

(33)

Metode Pengambilan Sampel

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

Simple Random Sampling. Pengambilan sampel secara random atau acak dengan

memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk

dipilih menjadi anggota sampel. Sampel ditetapkan sebesar 30 orang dari 73

populasi.

Menurut Bailey dalam Hasan (2002) untuk penelitian yang akan menggunakan

analisis statistik, ukuran sampel yang paling minimum adalah 30. Selanjutnya

diperkuat oleh pendapat Gay dalam Hasan (2002) bahwa ukuran minimal sampel

yang dapat diterima berdasarkan pada metode penelitian yang digunakan dimana

metode deskriptif korelasoinal, minimal sebanyak 30 subjek.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder.

Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara dengan responden

dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang dibuat terlebih dahulu.

Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang diperoleh dari instansi

atau lembaga terkait seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan Deli Serdang,

Badan Pusat Penelitian Statistik Provinsi Sumatera Utara, Kantor Kepala Desa

(34)

Metode Analisis Data

Untuk menganalisis masalah (1) mengenai pendapatan industri pengerajin sapu

ijuk digunakan analisis pendapatan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Total biaya adalah penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variable.

Dengan menggunakan rumus:

TC = FC + VC

Keterangan:

TC = Total Cost/Total biaya (Rp)

FC = Fixed Cost/Biaya tetap (Rp)

VC = Variable Cost/Biaya variable (Rp)

Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual.

Pernyataan ini dapat ditulis sebagai berikut:

TR = Py.Y

Keterangan:

TR = Total Revenue/ Total penerimaan (Rp)

Py = Harga jual (Rp) Y = Jumlah produksi (Batang)

Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan total biaya. Pernyataan ini dapat

ditulis sebagai berikut:

Pd = TR – TC

Keterangan:

Pd = Pendapatan industri pengerajin/keuntungan (Rp)

TR = Total Revenue/Total penerimaan (Rp)

(35)

Untuk menganalisis masalah (2) yaitu secara deskriptif. Dengan mengetahui

kontribusi pendapatan industri sapu ijuk terhadap total pendapatan keluarga di daerah penelitian dengan rumus:

Pendapatan pengerajin sapu ijuk

Kontribusi pendapatan = x 100 %

Industri sapu ijuk Total pendapatan keluarga

Keterangan, dengan ketentuan apabila:

Kontribusi pendapatan ≥ 50 % Kontribusi dikatagorikan besar Kontribusi pendapatan ≤ 50 % Kontribusi dikatagorikan rendah

Untuk menganalisis masalah (3), (4) dan (5) mengenai pola pemasaran sapu ijuk,

kontribusi industri sapu ijuk terhadap penyerapan tenaga kerja lokal dan faktor -

faktor yang menyebabkan usaha sapu ijuk lebih berkembang di daerah penelitian

dianalisis secara deskriptif yaitu dengan melihat fakta-fakta yang terjadi di

lapangan.

Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk memperjelas dan menghindari kesalah pahaman mengenai pengertian

tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat defenisi dan batasan

operasional sebagai berikut:

Defenisi

1. Ijuk adalah serat alam yang diperoleh dari batang pohon aren (Arenga pinnata

Merr) yang digunakan sebagai bahan dasar sapu ijuk.

(36)

3. Industri sapu ijuk adalah suatu proses pengolahan ijuk sebagai bahan dasarnya

yang berasal dari pohon aren untuk kemudian menjadi sapu.

4. Produksi sapu ijuk adalah hasil produksi yang diperoleh dalam sekali proses

produksi yang dihitung dalam satuan batang.

5. Harga jual adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh konsumen kepada

produsen untuk memperoleh sapu ijuk yang dihitung dalam rupiah.

6. Biaya produksi adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh pengerajin untuk

memperoleh faktor-faktor produksi sapu ijuk yang dihitung dalam rupiah.

7. Kontribusi adalah segala bentuk sumbangan tindakan atau pemikiran yang

bertujuan untuk mewujudkan keinginan bersama.

8. Kesempatan kerja adalah penduduk dalam usia kerja (15-64 tahun) atau

seluruh penduduk dalam suatu Negara yang dapat memproduksi barang atau

jasa jika ada permintaan tenaga kerja mereka dan jika mereka berpartisipasi

dalam aktifitas tersebut.

9. Tenaga kerja adalah orang-orang yang bekerja untuk mengelola usahatani.

10.Pendapatan industri sapu ijuk adalah hasil yang diperoleh dari penjualan

produksi sapu ijuk yang diukur dalam rupiah

11.Pendapatan adalah total penerimaan yang diperoleh pengusaha setelah

dikurangi total biaya dalam satuan Rp/ton per tahun.

12.Penerimaan adalah jumlah produksi dikali dengan harga yang dihitung dalam

(37)

Batasan Operasional

1. Sampel adalah industri pengolahan ijuk di Desa Medan Sinembah, Kecamatan

Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang.

2. Waktu penelitian dilaksanakan pada tahun 2013.

3. Daerah penelitian adalah Desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung

Morawa, Kabupaten Deli Serdang.

(38)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

PENGERAJIN SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian

a. Luas dan Letak Geografis

Daerah penelitian memiliki luas wilayah sebesar 356 Ha. Jarak Desa Medan Sinembah ke Ibu Kota Kecamatan 7,5 Km, jarak ke Ibu Kota Kabupaten/ Kota 19 Km, jarak ke Ibu Kota Provinsi 19 Km.

Adapun batas-batas wilayah daerah penelitian adalah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tadukan Raga Kecamatan STM Hilir.

- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bandar Labuhan Kecamatan Tanjung Morawa.

- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Ujung Serdang Kecamatan Tanjung Morawa.

b. Jenis Penggunaan Lahan

(39)

Tabel 5. Penggunaan Lahan Di Desa Medan Sinembah, 2012

No. Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)

1. Permukiman 327,26 91,93

2. Persawahan 4,50 1,26

3. Perkebunan 12 3,37

4. Kuburan 2,20 0,62

5. Perkantoran 0,04 0,01

6. Luas Prasarana Umum Lainnya 10 2,81

Sumber: Kantor Kepala Desa, 2013

Dari tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa penggunaan lahan yang terbesar di daerah penelitian adalah untuk permukiman yang memiliki persentase sebesar 91,93 %. Sedangkan lahan untuk perkantoran memiliki persentase yang terendah yaitu 0,01 %.

c. Pemerintahan Desa

(40)

d. Keadaan Penduduk

Penduduk merupakan modal dasar pembangunan suatu daerah, karena penduduk mempunyai peran penting sebagai tenaga kerja dan penggerak pembangunan desa. Bila jumlah penduduk sedikit maka sumber daya alam yang tersedia tidak akan berfungsi dengan baik sesuai keberadaannya.

Berdasarkan data dari Kantor Kepala Desa Medan Sinembah tahun 2012 dapat diketahui bahwa penduduk di Desa Medan Sinembah berjumlah 7.320 jiwa terdiri dari 1.653 kepala keluarga dengan rincian laki-laki 3.672 jiwa dan perempuan 3.648 jiwa. Data jumlah penduduk tersebut dikomposisikan menurut jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, mata pencaharian, suku dan agama.

i. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Berdasarkan data statistik Desa Medan Sinembah tahun 2012 dapat diketahui bahwa penduduk di Desa Medan Sinembah berjumlah 7.320 jiwa dengan jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki sebanyak 3.672 jiwa (50,16 %) dan jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan sebanyak 3.648 jiwa (49,84 %). Dengan demikian sex rasionya adalah jumlah penduduk laki-laki dibagi dengan jumlah penduduk perempuan dan dikalikan 100 % sehingga diperoleh hasilnya sebesar 101. Hal ini berarti setiap 100 jiwa penduduk berjenis kelamin perempuan maka terdapat 101 jiwa penduduk berjenis kelamin laki-laki.

ii. Komposisi Penduduk Menurut Umur

(41)

-produktif yaitu penduduk yang berusia antara 0-14 tahun yang merupakan usia rendah atau belum bekerja dan 65 tahun yang merupakan usia lanjut.

Dengan mengetahui jumlah golongan umur ini, dapat diketahui besarnya angka ketergantungan yaitu jumlah rata-rata tanggungan bagi setiap orang usia kerja (15-64 tahun). Dengan demikian dapat dilihat gambaran suatu daerah dengan tersedianya jumlah usia produktif atau usia kerja dan ketersediaan lapangan pekerjaan.

(42)

Tabel 6. Komposisi Penduduk Desa Medan Sinembah Menurut Umur, 2012

Sumber: Kantor Kepala Desa, 2013

Tabel 6 menunjukan bahwa penduduk usia produktif adalah penduduk yang terlibat secara aktif dalam kegiatan ekonomi yaitu usia 15-64 tahun sebanyak 4,903 jiwa (66,97 %) dari seluruh jumlah penduduk di daerah penelitian. Sedangkan penduduk usia non-produktif yaitu usia 0-14 tahun dan di atas 64 tahun sebanyak 2.417 jiwa (33,03 %) dari seluruh jumlah penduduk di daerah penelitian. Penduduk non-produktif adalah penduduk yang tidak terlibat secara aktif dalan kegiatan ekonomi.

(43)

usia produktif. Depedency ratio dihitung dengan cara menjumlahkan usia non -produktif (0-14 tahun ditambah 65 tahun ke atas) dibagi dengan usia -produktif (15-64 tahun) dikali dengan 100 %, maka hasil yang diperoleh adalah 49 yang artinya setiap 100 orang usia produktif menanggung 49 orang usia non-produktif. iii. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya da dalam bidang peningkatan kesejahteraan dan beban mental yang tradisional menjadi mental yang seutuhnya yaitu mental pembangunan yang bersifat aktif dan kreatif.

(44)

Tabel 7. Komposisi Penduduk Desa Medan Sinembah Menurut Tingkat Pendidikan, 2012

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. TK 292 4,00

2. SD 1377 18,81 3. SMP/Sederajat 1705 23,29 4. SMA/Sederajat 3448 47,10 5. Perguruan Tinggi 192 2,62 6. Belum/Tidak Menempuh Pendidikan 306 4,18

Sumber: Kantor Kepala Desa, 2013

Tabel 7 menunjukkan bahwa persentase tingkat pendidikan yang tertinggi di Desa Medan Sinembah ialah 47,10 % yaitu pada tingkat pendidikan SMA, dan yang terendah ada pada perguruan tinggi dengan persentase 2,62 %.

iv. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

(45)
(46)

e. Sarana Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu hal yang mutlak pada zaman modern seperti saat ini. Tumbuh dan berkembangnya suatu daerah erat hubungannya dengan tingkat pendidikan yang terdapat di saerah tersebut. Untuk mencapai daerah yang maju dan berkembang dibutuhkan sarana dan prasarana belajar mengajar guna meningkatkan kualitas dan mutu sumber daya manusia. Ditinjau dari sarana pendidikan yang ada di daerah penelitian dapat diketahui pada table 9 berikut:

Tabel 9. Sarana Pendidikan Di Desa Medan Sinembah No. Sarana Pendidikan Unit

1. Play Group 3

2. TK 4

3. SD 3

4. SMP 2

5. SMA 1

Jumlah 13

Sumber: Kantor Kepala Desa, 2013

Karakteristik Pengerajin Sampel

Karakteristik petani adalah cirri-ciri yang sangat memperngaruhi aktifitasnya sehari-hari. Karakteristik petani sampel meliputi umur, lama pendidikan dan jumlah tanggungan.

a. Umur

(47)

penelitian ini berjumlah 30 orang berstatus sebagai pengusaha atau pengerajin sapu ijuk. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, maka diketahui usia responden yang dapat dilihat pada table 10 berikut:

Tabel 10. Distribusi Responden Menurut Umur di Desa Medan Sinembah No. Kelompok Umur (Tahun) Frekuensi Persentase (%)

1. 20 - 29 1 3,33

2. 30 – 39 6 20,00

3. 40 – 49 16 53,33

4. 50 – 59 7 23,33

5. > 60 0 0 Jumlah 30 99,99 % Sumber: Data diolah dari lampiran 1

Tabel 10 menunjukan distribusi responden menurut kelompok umur pada umumnya berada pada usia produktif. Dari kelompok umur tersebut dapat dilihat persentase paling besar berada pada usia 40-49 tahun dengan persentase sebesar 53 %, sedangkan yang terendah ada pada usia 20-29 tahun yaitu dengan persentase sebesar 3 %.

b. Pendidikan

(48)

Tabel 11. Distribusi Responden Di Desa Medan Sinembah

No. Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

1. SD 7 23,33

2. SMP 15 50,00

3. SMA 6 20,00

4. STM/SMK 2 6,66 Jumlah 30 99,99 % Sumber: Data diolah dari lampiran 1

Dari table 11 dapat diketahui bahwa rata-rata pendidikan yang ditempuh oleh petani sampel di daerah penelitian adalah SMP/Sederajat dengan persentase sebesar 50 % sedangkan di tingkat SMA/STM/SMK mempunyai persentase sebesar 26,66 %.

c. Jumlah tanggungan

(49)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses Pembuatan Sapu Ijuk

Dalam pembuatan sapu ijuk ini dibutuhkan tingkat kesabaran dan ketelitian dari pengerajin sapu ijuk agar menghasilkan kualitas yang baik dan bermutu dengan tahapan pekerjaan yang teratur dan berlanjut. Adapun teknik pembuatan sapu ijuk di daerah penelitian meliputi:

1. Pengumpulan Bahan

Bahan baku sapu ijuk berasal dari serat ijuk yang dipanen secara ekstraktif dari pohon aren (Arenga pinnata Merr). Selain air niranya yang bisa diambil untuk dijadikan gila merah, lapisan luar dari pohon ini juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan sapu ijuk. Serat ijuk yang dikenal kuat dan tahan terhadap serangan raya menjadikan serat ijuk sebagai bahan baku utama untuk membuat sapu ijuk. Bahan baku ini di dapat dari daerah sekitar dan juga dari luar desa.

(50)

2. Pemilihan dan Penguraian Serat Ijuk

Setelah serat ijuk terkumpul, lalu akan ada pemilihaan atau penguraian serat ijuk (sortasi). Hal ini dilakukan untuk memisahkan serat ijuk yang kurang bermutu dan memilih serat ijuk yang berkualitas baik yang akan dijadikan sebagai bahan baku sapu ijuk.

3. Pengikatan Serat Ijuk Pada Kepala Sapu

Ijuk yang sudah dibersihkan kemudian dibentuk dan dipasang secara horizontal di plastik yang telah dirancang sedemikian rupa sehingga menjadikannya sebagai kepala sapu.

4. Merapikan Kepala Ijuk

Setelah ijuk terpasang pada kepala sapu, ijuk disisir dengan penyisir khusus yang bentuknya sama dengan penyisir rambut tetapi jarum-jarumnya menggunakan kawat tebal sehingga dapat menyisir serat ijuk yang tebal, lalu dilakukan pemotongan pada ujung-ujung ijuk hal ini guna mendapatkan ujung ijuk yang rata agar dapat membersihkan permukaan

Gambar 3: Serat ijuk yang telah

(51)

lantai dan digunakan dapat dengan baik. Setelah kepala sapu sudah selesai, terlihat seperti gambar 4 di samping.

5. Pemasangan Gagang Sapu

Setelah kepala sapu ijuk telah selesai lalu langkah berikutnya ialah pemasangan gagang sapu yang terbuat dari kayu yang telah disiapkan, kayu-kayu tersebut pun

dilapisi dengan pelastik berbagai warna agar menambah kesan atau daya tarik pembeli, lalu kepala sapu pun di kemas dengan bungkus pelastik dengan merk tertentu yang tertera pada plastiknya. Jadilah sebuah sapu yang siap dipasarkan dan dipakai. Gambar 5: Kepala sapu ijuk.

(52)

Analisis Industri Rumah Tangga Sapu Ijuk

1. Lahan

Ketersediaan lahan adalah faktor yang sangat penting dalam suatu usaha. Demikian juga dalam industri pengerajin sapu ijuk. Status kepemilikan lahan untuk menjalankan usaha sapu ijuk pada 30 sampel di daerah semuanya milik sendiri. Adapun iuran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang harus dibayar sampel di daerah penelitian memiliki rata-rata sebesar Rp 150.000/Tahun.

2. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting dalam suatu usaha, kerena tenaga kerja merupakan penunjang terhadap keberlangsungan usaha tersebut. Dalam industri sapu ijuk di daerah penelitian, tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dan tenaga kerja luar keluarga (TKLK) yang berasal dari penduduk yang tinggal di daerah penelitian dibayar dengan hitungan per gagang sapu yang telah diselesaikannya, 1 gagang sapu diberikan upah Rp 800,/orang. Untuk tenaga kerja laki-laki biasanya mampu menghasilkan 75 batang sapu ijuk/hari, dengan upah rata-ratanya sebesar Rp 60.000,-/hari, untuk tenaga kerja perempuan mampu menyelesaikan 65 batang sapu ijuk/hari dengan upah rata-rata perharinya Rp 52.000,-, sedangkan untuk anak-anak hanya mampu menghasilkan 40 batang sapu ijuk/hari dengan upah rata-rata Rp 32.000,-/hari. Tenaga Kerja bekerja 30 hari sebulan, sedangkan anak-anak biasanya melakukan pembuatan sapu ijuk hanya pada saat setelah pulang sekolah atau mengisi waktu liburan sekolah. Rata-rata produksi yaitu 60 batang sapu per orang.

3. Sarana Produksi

(53)

Ijuk digunakan sebagai bahan dasar dari pembuatan sapu ijuk yang berasal dari pohon aren (Arenga pinnata Merr) dan biaya yang harus dikeluarkan sampel untuk mendapatkan ijuk Rp 6000/Kg. Penggunaan ijuk terbanyak pada sampel di daerah penelitian yaitu mencapai 16.200 Kg/bulan dengan total biaya Rp 97.200.000/Bulan, sedangkan yang terendah adalah 2.700 Kg/bulan dengan total biaya Rp 16.200.000/Bulan.

b. Pelastik Tapak Sapu/Pelastik Kepala Sapu

Tapak sapu plastik digunakan sebagai tempat pengikat ijuk-ijuk yang pada akhirnya dibentuk sedemikian rupa sehingga menjadi kepala sapu. Sampel di daerah penelitian membeli pelastik tapak sapu ini dengan harga Rp 1.500/Buah. Penggunaan pelastik tapak sapu oleh pengerajin sapu ijuk di daerah penelitian terbanyak yaitu dengan jumlah 32.400 Buah/Bulan dengan total biaya yang harus dikeluarkan sebesar Rp 48.600.000/Bulan, sedangkan yang terendah adalah 5.400 tapak sapu/Bulan dengan total biaya Rp 8.100.000/Bulan.

c. Rotan Gagang Sapu

(54)

d. Tali Nilon

Tali nilon digunakan sebagai alat untuk mengikat serat ijuk ke tapak sapu/pelastik kepala sapu agar lebih kuat dan tahan lama. Pengerajin sapu ijuk membelinya dala hitungan kilogram dengan harga Rp 40.000/Kg. Penggunaan terbanyak tali nilon sebagai pengikat ijuk ke kepala sapu pada sampel di daerah penelitian yang paling tinggi adalah sebanyak 19 Kg nilon/Bulan dengan biaya sebesar Rp 760.000/Bulan dan yang terendah adalah sebesar 3,2 Kg nilon/Bulan dengan biaya sebesar Rp 128.000/Bulan.

e. Pelastik Merk

Pelastik digunakan untuk membalut kepala sapu agar terlihat rapih dan cantik dan juga agak kepala sapu tidak rusak saat dipasarkan. Untuk harga yang harus dikeluarkan oleh sampel di daerah penelitian yaitu Rp 400/Buah. Penggunaan terbanyak oleh sampel yaitu sebesar 32.400 buah/Bulan dengan total biaya Rp 12.960.000/Bulan dan yang terendah adalah 12.600 buah/Bulan dengan total biaya Rp 5.040.000/Bulan.

f. Paku

(55)

g. Tali Plastik

Tali pelastik digunakan untuk mengikat sapu-sapu yang telah selesai dan siap dipasarkan agar mudah dibawa-bawa dan membuat ikatan pada ujung gagang sapu agar sapu dapat digantungkan atau dipajang di kedai-kedai. Harga tali pelastik ialah Rp 3.500/Gulung. Penggunaan tali pelastik pada sampel di daerah penelitian terbanyak ialah 129 gulung dengan total biaya Rp 451.500,-/Bulan, sedangkan yang terendah ialah sebanyak 22 gulung dengan biaya Rp 176.500,-/Bulan.

h. Topi Sapu

Topi sapu merupakan bahan untuk penutup ujung gagang sapu agar terlihat lebih rapi. Topi sapu juga memiliki kegunaan untuk menyangkutkan sapu pada paku di dinding. Harga yang dikeluarkan sampel untuk mendapat topi sapu ialah Rp 800,-/Buah. Penggunaan terbanyak oleh sampel yaitu sebesar 32.400 buah dengan biaya sebesarRp 25.920.000,-, sedangkan yang terendah berjumlah 5.400 buah dengan biaya sebesar Rp 4.320.000,-.

4. Alat-Alat Pendukung

Alat-alat pendukung adalah sarana yang sangat penting dalam usaha industri sapu ijuk. Alat-alat yang digunakan pada industri sapu ijuk adalah penyisir ijuk yang dapat dibeli di toko alat dan bahan bangunan.

4.1Biaya Penyusutan

(56)

penyusutan dapat dihitung dari pembagian nilai pembelian alat dengan umur tahan pakai.

Adapun alat yang digunakan dalam industri sapu ijuk ialah penyisir ijuk dan parang pemotong ijuk. Harga sisir ijuk Rp 15.000/Buah dan harga parang pemotong ijuk ialah Rp 45.000/Buah. Umur ekonomis dari penyisir ijuk adalah 2 tahun dan parang pemotong ijuk ialah 2,5 tahun dengan periode musim produksi 1 bulan. Adapun biaya penyusustan dari alat yang digunakan pada sampel pengerajin sapu ijuk di daerah penelitian ialah yang terbesar adalah Rp 38.250,-/Bulan dengan jumlah sisir ijuk sebanyak 19 buah dan parang pemotong ijuk 19 buah, sedangkan yang terendah mempunyai biaya penyusutan alat sebesar Rp 6.375,-/Bulan dengan jumlah sisir ijuk sebanyak 3 buah dan parang pemotong ijuk sebanyak 3 buah.

4.2 Biaya Pengangkutan/Pemasaran

(57)

memasarkan ke sekitar daerah pembuatan dan pasar-pasar tradisional di kota Medan dengan biaya Rp 100.000,-/Minggu atau Rp 400.000,-/Bulan.

Produksi dan Penerimaan Industri Rumah Tangga Sapu Ijuk

Produksi ialah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Adapun produksi sapu ijuk di daerah penelitian terbagi menjadi produksi besar, sedang dan kecil.

Tabel 12. Produksi dan Penerimaan Rata-rata Industri Sapu Ijuk Per Musim Produksi

No. Jenis Jumlah

Produksi Produksi Penerimaan (Rp) Perentase (%) (Batang)

1. Besar 32.400 298.080.000 63,71 2. Sedang 10.140 91.044.000 22,76 3. Kecil 5.400 48.600.000 13,52

Total 47.880 437.724.000 99,99 Sumber: Data diolah dari lampiran 7

(58)

Pendapatan Bersih Industri Rumah Tangga Sapu Ijuk

Pendapatan bersih industri sapu ijuk adalah total penerimaan industri sapu ijuk dikurang dengan total biaya produksi industri sapu ijuk. Besarnya pendapatan bersih rata-rata industri sapu ijuk di daerah penelitian dapat dilihat pada table berikut.

Tabel 13. Pendapatan Bersih Rata-rata Industri Sapu Ijuk Per Musim Produksi No. Uraian Nilai Per Pengerajin (Rupiah)

1. Total Penerimaan 91.004.000

2. Total Biaya Produksi 78.426.206

Pendapatan Bersih Industri Sapu Ijuk 12.617.794 Sumber: Data diolah dari lampiran 7

Dari tabel 13 dapat dikemukakan bahwa pendapatan bersih rata-rata industri sapu ijuk di Desa Medan Sinembah adalah sebesar Rp 12.617.794,-/Pengerajin.

Analisis Kelayakan Industri Rumah Tangga Sapu Ijuk

(59)

Tabel 14. Analisis Kelayakan Industri Sapu Ijuk Per Musim Produksi

No. Uraian Satuan Per Pengerajin

1. Total Biaya Rupiah 78.426.206

2. Total Produksi Batang 10.140

3. Harga Jual Rp/Batang 9.013

4. Total Penerimaan Rupiah 91.004.000

R/C Ratio - 1,16

BEP Volume Produksi Batang 8.701 BEP Harga Produksi Rp/Kg 7.734 Sumber: Data diolah dari lampiran 7

(60)

Harga (Rupiah)

Untung 9.013

BEP 7.734

Rugi

Produksi (Batang)

8.701 10.140

Gambar 7: Kurva Break Event Point (BEP) Industri Sapu Ijuk

Dari kurva BEP industri sapu ijuk di daerah penelitian dapat dikemukakakn bahwa industri sapu ijuk mengalami keuntungan yaitu pada saat volume produksi di atas 8.701 batang dan harga di atas Rp 7.734/Batang. Untuk perhitungan R/C ratio diperoleh yaitu sebesar 1,16 yang artinya setiap biaya Rp 1,- yang dikeluarkan pengerajin akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,16,- atau dengan kata lain R/C ratio industri sapu ijuk > 1. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa industri sapu ijuk adalah layak untuk diusahakan.

Pendapatan Pengerajin Industri Sapu Ijuk

(61)

Tabel 15. Pendapatan Rata-rata Industri Sapu Ijuk Per Musim Produksi

No. Uraian Nilai Per Pengerajin (Rupiah)

1. Pendapatan Bersih Industri Sapu ijuk 12.617.794

2. Nilai TKDK 1.872.000

Pendapatan Pengerajin 14.489.794

Sumber: Data diolah dari lampiran 2 dan 7

Dari tabel 15 dapat diketahui bahwa pendapatan industri sapu ijuk di Desa Medan Sinembah selama 1 musim produksi adalah sebesar Rp 14.489.794,-/Pengerajin.

Total Pendapatan Keluarga

Sumber pendapatan keluarga pengerajin sapu ijuk di daerah penelitian selain dari usaha sapu ijuk adalah dari usahatani (berternak lembu dan ikan) dan non usahatani (penjaga keamanan, wiraswasta, becak motor dan pekerja bangunan). 1. Usahatani Pembibitan Sapi

(62)

Tabel 16. Biaya Produksi Rata-rata Usahatani Pembibitan Sapi Per Musim Produksi

No. Komponen Biaya Biaya (Rupiah) Persentase (%) A. Biaya Variabel

1. Suntik Pembibitan 292.500 1,53

2. Biaya Obat-obatan 63.000 0,33

3. Tenaga Kerja 18.000.000 94,07

Total Biaya Variabel 18.355.500 95,93 B. Biaya Tetap

4. Penyusutan Alat dan kandang 590.219 3,08

5. Sewa Lahan/PBB 187.500 0,98

Total Biaya Tetap 777.719 4,06

Total Biaya Produksi 19.133.219 99,99 Sumber: Data diolah dari lampiran 10

Dari tabel 16 dapat dikemukakan bahwa komponen biaya produksi terbesar pada usahatani pembibitan sapi jenis simental di daerah penelitian adalah biaya tenaga kerja yaitu 94,07 %, lalu biaya penyusutan alat dan kandang memiliki persentase sebesar 3,08 %, suntik pembibitan dengan persentase sebesar 1,53 %, kemudian biaya sewa lahan atau pembayaran PBB dengan persentase sebesar 0,98 %. Sedangkan komponen biaya produksi yang memiliki persentase paling rendah ialah biaya obat-obatan dengan persentase sebesar 0,33 %. Adapun total biaya produksi yang dikeluarkan pada usahatani pembibitan sapi berjenis simental selama 1 musim produksi (15 bulan) adalah sebesar Rp 19.133.219,-/Petani.

(63)

Tabel 17. Pendapatan Rata-rata Usahatani Pembibitan Sapi Simental Per Musim Produksi

No. Uraian Nilai Per Pengerajin (Rupiah)

1. Pendapatan Bersih Pembibitan Sapi 1.991,663

2. Penjualan Kotoran Sapi 594.000

3. Nilai TKDK 18.000.000

Pendapatan Petani 20.585.663 Sumber: Data diolah dari lampiran 11

Dari tabel 17 dapat diketahui bahwa pendapatan usahatani pembibitan sapi jenis simental di Desa Medan Sinembah selama 1 musim produksi (15 Bulan) adalah sebesar Rp 20.585.663,-/Petani, sehingga jika Rp 20.585.663 dibagi 15 bulan maka pendapatan petani dari usaha pembibitan sapi simental di daerah penelitian per bulannya ialah sebesar Rp 1.372.377,-/Petani. Nilai TKDK sebesar Rp 18.000.000,- di dapat dari upah bekerja sebesar Rp 1.200.000,-/Bulan, sehingga jika dikalikan per satu musim produksi (15 Bulan) maka total upah TKDK adalah Rp 18.000.000,-/Musim Produksi.

2. Usahatani Budidaya Ikan Lele

(64)

Tabel 18. Biaya Produksi Rata-rata Usahatani Budidaya Ikan Lele Per Musim Sumber: Data diolah dari lampiran 12

(65)

Tabel 19. Pendapatan Rata-rata Usahatani Budidaya Ikan Lele Per Musim Produksi

No. Uraian Nilai Per Pengerajin (Rupiah)

1. Pendapatan Bersih Budidaya Lele 3.479.424

2. Nilai TKDK 3.200.000

Pendapatan Petani 6.679.424

Sumber: Data diolah dari lampiran 13

Dari tabel 19 dapat diketahui bahwa pendapatan usahatani budidaya ikan lele di Desa Medan Sinembah selama 1 musim produksi (4 Bulan) adalah sebesar Rp 6.679.424,-/Petani, sehingga jika Rp 6.679.424,- dibagi 4 bulan maka pendapatan petani dari usaha budidaya ikan lele di daerah penelitian per bulannya ialah sebesar Rp 1.669.856,-/Petani.

3. Non usahatani

Pendapatan non usahatani adalah pendapatan yang diperoleh pengerajin sapu ijuk dari usaha lain yang bukan termasuk ke dalam pertanian. Pendapatan pengerajin sapu ijuk dari non usaha tani dapat dilihat pada tabel 20 berikut.

Tabel 20. Pendapatan Rata-rata Pengerajin Sapu Ijuk Dari Non Usahatani Per Bulan

No. Uraian Nilai Per Pengerajin (Rupiah)

1. Wiraswasta 1.500.000 – 10.000.000

2. Jasa Angkutan Umum/Transportasi 2.000.000

3. Penjaga Keamanan 1.500.000

4. Pekerja Bangunan 1.800.000

(66)

Adapun pendapatan rata-rata pengerajin dari non usahatani selama 1 bulan adalah Rp 1.410.000,-/Pengerajin.

Besarnya pendapatan pengerajin dari non usahatani selama 1 musim produksi (1 bulan) dapat dilihat pada tabel 21 berikut.

Tabel 21. Pendapatan Rata-rata Pengerajin Sapu Ijuk Dari Non Industri Sapu Ijuk No. Uraian Per Pengerajin Persentase

(Rupiah) (%) 1. Usahatani Pembibitan Sapi dan Budidaya Lele 581.664 29,20 2. Non Usahatani 1.410.000 70,79 Pendapatan Rata-rata 1.991.893 99,99 Sumber: Data diolah dari lampiran 15

Dari tabel 21 dapat dikemukakan bahwa sumber pendapatan petani terbesar dari non industri sapu ijuk di Desa Medan Sinembah adalah dari pendapatan non usahatani dengan memiliki persentase sebesar 72,48 %, sedangkan pendapatan dari usahatani memiliki persentase sebesar 27,50 %. Dengan demikian pendapatan pengerajin sapu ijuk dari non industri sapu ijuk selama sebulan adalah Rp

1.944.893,-/Pengerajin.

Tabel 22. Total Pendapatan Keluarga Pengerajin Sapu Ijuk

No. Uraian Per Pengerajin

(Rupiah)

1. Industri Sapu Ijuk 14.489.794

(67)

Untuk mengetahui sumber pendapatan mana yang memiliki kontribusi paling besar terhadap total pendapatan keluarga maka dianalisis secara deskriptif. Kontribusi pendapatan pengerajin sapu ijuk terhadap total pendapatan keluarga adalah pendapatan pengerajin sapu ijuk dibagi dengan total pendapatan keluarga dan dikalikan dengan 100 %. Kontribusi pendapatan pengerajin sapu ijuk terhadap total pendapatan keluarga di Desa Medan Sinembah dapat dilihat pada tabel 23 berikut.

Tabel 23. Kontribusi Pendapatan Rata-rata Pengerajin Sapu Ijuk Terhadap Total Pendapatan Keluarga

No. Uraian Per Pengerajin Persentase (Rupiah) (%) 1. Industri Sapu Ijuk 14.489.794 87,91 2. Usahatani Pembibitan Sapi dan Budidaya Lele 581.664 3,52 3. Non Usahatani 1.410.000 8,56 Total Pendapatan Keluarga Rata-rata 16.481.458 99,99 Sumber: Data diolah dari lampiran 15

(68)

Pola Pemsaran Sapu Ijuk

Semakin berkembangnya industri modern pada saat ini mengakibatkan sapu ijuk mengalami persaingan yang ketat dengan sapu-sapu yang terbuat dari plastik. Tetapi bagi sebahagian orang menggunakan sapu ijuk masih menjadi kebiasaan dibandingkan dengan menggunakan sapu-sapu modern khususnya di daerah pedesaan. Pola pemasaran sapu ijuk yaitu tersebar baik dalam kota hingga ke luar kota. Pemasaran ke luar kota ialah seperti ke Kisaran, Siantar dan Aceh yang dilakukan dalam waktu seminggu sekali untuk pemasaran ke luar kota.

Penyerapan Tenaga Kerja Lokal

Besar Kontribusi sapu ijuk terhadap penyerapan tenaga kerja bagi warga sekitar, khususnya kaum wanita atau ibu rumah tangga, hal ini diakibatkan banyaknya waktu luang yang dimiliki ibu rumah tangga sehingga mereka memanfaatkannya untuk mengisi waktu luangnya bekerja sebagai pengerajin sapu ijuk, dengan demikian besar peran wanita dalam menambah total pendapatan keluarga dari bekerja sebagai pebgerajin sapu ijuk. Tidak hanya ibu rumah tangga, banyak anak-anak juga ikut mengerajin sapu ijuk tersebut, hal ini dikarenakan untuk mengisi waktu-waktu di saat anak-anak tersebut libur sekolah atau setelah berpulangnya dari sekolah.

Faktor Yang Menyebabkan Industri Rumah Tangga Sapu Ijuk Berkembang

Di Daerah Penelitian

(69)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Industri sapu ijuk adalah suatu industri rumah tangga yang diusahakan oleh masyarakat Desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa yang mengubah serat ijuk menjadi sapu sehingga dapat menambah total pendapatan keluarga. Pendapatan rata-rata pengerajin sapu ijuk di daerah penelitian selama 1 musim produksi adalah sebesar Rp 14.489.794,-/Pengerajin.

2. Kontribusi industri sapu ijuk terhadap total pendapatan keluarga pengerajin sapu ijuk lebih dari 50%.

3. Pemasaran sapu ijuk yaitu tersebar baik dalam kota hingga ke luar kota. Pemasaran ke luar kota ialah seperti ke Kisaran, Siantar dan Aceh yang dilakukan dalam waktu seminggu sekali untuk pemasaran ke luar kota.

4. Kontribusi sapu ijuk terhadap penyerapan tenaga kerja bagi warga sekitar, khususnya kaum wanita atau ibu rumah tangga dan anak-anak cukup besar. 5. Ketersediaan bahan baku dan banyaknya tenaga kerja wanita yang berperan

aktif dalam pekerjaan industri rumah tangga sapu ijuk merupakan faktor yang membuat industri sapu ijuk ini berkembang di daerah penelitian.

Saran

Kepada Pengerajin Ijuk

(70)

langsung ke pemasaran harga produknya tidak dibeli terlalu murah oleh pedagang pengumpul.

Kepada Pemerintah

Diharapkan pemerintah mampu memperhatikan industri rumah tangga ini dengan memberikan kemudahan kredit/pinjaman uang untuk permodalan rakyat sekitar yang ingin mengusahakan industri sapu ijuk.

Untuk Peneliti Selanjutnya

(71)

DAFTAR PUSTAKA

Adiwilaga, A. 1992. Ilmu usahatani. Alumni, Bandung

Arengabroom. 2009. Serat Ijuk

Aukley, G. 1983. Teori makro ekonomi. Terjemahan Paul Sihothan. Unuversitas Indonesia, Jakarta

Badan Pusat Statistik. 2012. Banyaknya Perusahaan Industri di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2013. Medan: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.

___________________. Banyaknya Perusahaan Tenaga Kerja yang Bekerja Pada Perusahaan Industri Menurut Kelompok Industri Tahun 2011. Medan: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.

Basril, Faisal. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakrta: Erlangga. Daniel, M. 2004. Pengantar ekonomi pertanian. Jakarta . PT. Bumi Aksara.

Departemen Pertanian CV Yusa Guna, Jakarta.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan. 2012. Komoditi Andalan Produk Industri Kecil Menengah di Kabupaten Deli Serdang 2013. Deli Serdang: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Deli Serdang.

Hasan, M.I. 2002. Pokop-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasi. Ghalia Indonesia. Bogor

(72)

Mosher, A.T. 1991. Mengerakkan dan membangun pertanian. Dinas Pendidikan Departemen Pertanian CV Yusa Guna. Jakarta.

Mubyarto. 2001. Pengantar Ekonomi Petani, Jakarta: LP3ES. ________. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta . LP3ES.

Mudrajad, Kuncoro. 2003. Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan, Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Sihombing, Luhut. 2011. Tata Niaga Hasil Pertanian. Medan: USUpress. Soedarsono, H. 1995. Pengantar ekonomi mikro. LP3ES, Jakarta.

Soekartawi. 2000. Pengantar Agroindustri. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. __________. 1995. Analisis usaha. UI, Jakarta.

__________. A. 1993. Prinsip dasar ekonomi pertanian. Jakarta . PT. Raja Grafindo Persada.

__________. 1991. Wanita, Pembangunan, Masa Depan. Kantor Menteri Negara Urusan Peranan Wanita: Jakarta. Skripsi Pertanian - Analisis Pendapatan Petani

(73)
(74)

Lampiran 2. Uraian Upah Tenaga Kerja Industri Sapu Ijuk Per Bulan Di Daerah

(75)
(76)
(77)

Lampiran 5. Penggunaan dan Penyusutan Alat-Alat Pada Industri Sapu ijuk Dan Contoh Perhitungan Biaya Penyusutan

No. Sampel

Penggunaan dan Biaya Penyusutan Alat-Alat Industri Sapu Ijuk

Penyisir Ijuk Rp 15.000/Buah Parang Pemotong Ijuk Rp 45.000/Buah

(78)

Sambungan Lampiran 5

Dik: Harga Parang = Rp 45.000,- Umur Pakai/Ekonomis = 2,5 Tahun 1 Musim Produksi = 1 Bulan

Dit: Biaya penyusutan parang selama 1 musim produksi ? Jawab:

Harga awal parang – Harga akhir Biaya Penyusutan Parang =

Umur Ekonomis

Rp 45.000,- – Rp 0,- =

2,5 Tahun

= Rp 18.000,-/Tahun

Biaya penyusutan parang selama 1 musim produksi adalah: Rp 18.000,- =

12 Musim Produksi

(79)

Lampiran 6. Total Biaya Produksi Per Bulan Industri Sapu Ijuk di Daerah Penelitian 4. 29.200 2.800.000 235.531.500 38.250 25.920.000 264.318.950 5. 12.500 400.000 61.834.000 10.625 7.200.000 69.457.125 6. 12.500 400.000 61.834.000 10.625 7.200.000 69.457.125 7. 12.500 - 61.834.000 10.625 7.200.000 69.057.125 8. 12.500 400.000 61.834.000 10.625 7.200.000 69.457.125 9. 16.600 400.000 74.186.500 12.750 8.640.000 83.255.850 10. 12.500 400.000 49.461.500 8.500 5.760.000 55.642.500 11. 12.500 - 61.834.000 10.625 7.200.000 69.057.125 12. 12.500 400.000 61.834.000 10.625 7.200.000 69.457.125 13. 16.600 400.000 86.551.000 14.875 10.080.000 97.062.475 14. 16.600 - 74.186.500 12.750 8.640.000 82.855850 15. 12.500 400.000 61.834.000 10.625 7.200.000 69.457.125 16. 12.500 400.000 49.461.500 8.500 5.760.000 55.642.500 17. 16.600 400.000 74.186.500 12.750 8.640.000 83.255.850 18. 12.500 - 61.834.000 10.625 7.200.000 69.057.125 19. 12.500 400.000 61.834.000 10.625 7.200.000 69.457.125 20. 12.500 400.000 61.834.000 10.625 7.200.000 69.457.125 21. 12.500 400.000 61.834.000 10.625 7.200.000 69.457.125 22. 12.500 400.000 49.461.500 8.500 5.760.000 55.642.500 23. 20.800 2.000.000 117.764.000 19.125 12.960.000 132.763.925 24. 12.500 400.000 49.461.500 8.500 5.760.000 55.642.500 25. 12.500 - 37.097.500 6.375 4.320.000 41.436.375 26. 12.500 - 61.834.000 10.625 7.200.000 69.057.125 27. 12.500 400.000 49.461.500 8.500 5.760.000 55.642.500 28. 16.600 400.000 74.186.500 12.750 8.640.000 83.255.850 29. 12.500 400.000 61.834.000 10.625 7.200.000 69.457.125 30. 12.500 400.000 61.834.000 10.625 7.200.000 69.457.125

Total 428.700 13.200.000 2.096.870.940 347.440 241.920.000 2.352.786.200

(80)

Lampiran 7. Pendapatan Pengerajin Sapu Ijuk di Daerah Penelitian

4. 4 32.400 9.200 298.080.000 264.318.950 33.761.050 7.200.000 40.961.050

5. 5 9.000 9.000 81.000.000 69.457.125 11.542.875 1.440.000 12.982.875

13. 2 12.600 9.000 113.400.000 97.062.475 16.337.525 2.880.000 19.217.525

14. 5 10.800 9.000 97.200.000 82.855.850 13.944.150 1.440.000 15.384.150

15. 3 9.000 9.000 81.000.000 69.457.125 11.542.875 1.440.000 12.982.875

16. 4 7.200 9.000 64.800.000 55.642.500 9.157.500 1.440.000 10.597.500

17. 4 10.800 9.000 97.200.000 83.255.850 13.944.150 1.440.000 15.584.150

18. 1 9.000 9.000 81.000.000 69.057.125 11.942.875 1.440.000 13.382.875

19. 3 9.000 9.000 81.000.000 69.457.125 11.542.875 1.440.000 12.982.875

20. 4 9.000 9.000 81.000.000 69.457.125 11.542.875 1.440.000 12.982.875

21. 3 9.000 9.000 81.000.000 69.457.125 11.542.875 1.440.000 12.982.875

22. 2 7.200 9.000 64.800.000 55.642.500 9.157.500 1.440.000 10.597.500

23. 2 16.200 9.200 149.040.000 132.763.925 16.276.075 2.880.000 17.716.075

24. 5 7.200 9.000 64.800.000 55.642.500 9.157.500 1.440.000 10.597.500

25. 3 5.400 9.000 48.600.000 41.436.375 7.163.625 1.440.000 8.603.625

26. 5 9.000 9.000 81.000.000 69.057.125 11.942.875 1.440.000 13.382.875

27. 2 7.200 9.000 64.800.000 55.642.500 9.157.500 1.440.000 10.597.500

28. 3 10.800 9.000 97.200.000 83.255.850 13.944.150 2.880.000 16.824.150

29. 5 9.000 9.000 81.000.000 69.457.125 11.542.875 1.440.000 12.982.875

(81)

No. Sampel

Jumlah Induk Sapi

Harga

(82)

Sambungan Lampiran 8

No. Sampel

Penggunaan dan Biaya Penyusutan Alat-Alat Per Musim Produksi

Cangkul Arit/Sabit Ember Timba Kandang

(83)

Lampiran 9. Jumlah Dan Harga Output Pada Usaha Pembibitan Sapi Potong di Daerah Penelitian

No. Sampel

1 Musim Produksi = 15 Bulan

(84)

Gambar

Tabel 1. Komoditi Andalan Produk Industri Kecil Menengah di Kabupaten  Deli Serdang, 2012
Tabel 2. Beberapa Industri Kecil dan Menengah Wilayah Desa Medan
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Tabel 3. Banyaknya Perusahaan Industri di Kecamatan Tanjung Morawa, 2012
+7

Referensi

Dokumen terkait

Akibatnya akan memunculkan perubahan fasilitas pendidikan yang dibutuhkan, hal ini sejalan dengan pendapat Dash dan Dash ( 2008, hlm 22) ³D SUHVVLQJ GHPDQG

The subjects were fifth grade students of MIS Kesuma LKMD, with the total number of students were 27, and its object is the use of teaching PQ4R strategy in

Arus jenuh dasar ditentukan sebagai fungsi dari lebar efektif pendekat (We) dan arus lalu lintas belok kanan pada pendekat tersebut dan juga pada pendekat yang berlawanan,

Klik grafik prosentase kehadiran mahasiswa pada bagian yang diinginkan, contoh: “Kehadiran Kurang” Informasi kehadiran mahasiswa dapat ditampilkan beserta dengan jumlah

Dari hasil relasi antara tabel fakta dan tabel dimensi maka akan dimodelkan sebuah skema data warehouse yang akan menjadi wadah atau area data yang dibutuhkan oleh

Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada Penelitian Tindakan Kelas ini adalah: (1) Persiapan yaitu; melakukan observasi di SMP Negeri 2 Mempawah, mengurus surat

Dari hasil penelitian dapat disarankan bahwa: (a) bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk mengkombinasikan antara Mind Mapping dengan variabel lain seperti model

Penelitian juga dilakukan dengan deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab