• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seperti halnya jalan di kota, jalan di tambang pun harus dilengkapi deengan penyaliran (Drainage) yang ukurannya memadai, system penyaliran yang mampu menampung daya hujan yang tinggi dan mampu pula mengatasi luncuran partikel-partikel kerkil atau tanah pelapis permukaan jalan yang terseret arus air hujan menuju penyaliran apabila jalan tambang melalui sungai atau parit (Awang Suwandi, 2004).

a. Lebar jalan angkut pada jalan lurus

Lebar jalan angkut minimum yang dipakai untuk jalur ganda atau lebih menurut “AASHO (American Association of State Highway Officials) manual Rural High-Way Design” harus ditambah dengan setengah lebar jalan angkut pada bagian tepi kiri dan kanan jalan. Dari ketentuan tersebut dapat digunakan cara

sederhana untuk menentukan lebar jalan angkut minimum, yaitu menggunakan rule of thumb atau angka perkiraan seperti terlihat pada tabel 2.3 dengan pengertian bahwa lebar alat angkut sama dengan lebar jalur.

Table 2.3

Lebar Jalan Angkut Minimum Jumlah

Lajur Truck

Perhitungan Lebar Jalan Angkut Minimum

1 1 + (2 x ½) 2.00

2 2 + (3 x ½) 3.50

3 3 + (4 x ½) 5.00

4 4 + (5 x ½) 6.50

Dari kolom perhitungan tabel di atas dapat ditetapkan rumus lebar jalan angkut minimum pada jalan lurus. Seandainya lebar jalan kendaraan dan jumlah lajur yang direncanakan masing-masing adalah Wt dan n, maka lebar jalan angkut pada jalan lurus dapat dirumuskan sebagai berikut:

Lmin = n . Wt + ( n + 1 ) ( ½ . Wt ) ...(2.1) Keterangan:

Lmin = Lebar jalan angkut minimum, meter (m) Wt = Lebar alat angkut, meter (m)

n = Jumlah jalur

Sumber: Ir. Awang Suwandi, 2004

Gambar 2.18 Lebar Jalan Angkut Dua Jalur Pada Jalan Lurus b. Lebar jalan angkut pada tikungan

Lebar jalan angkut tambang pada belokan atau tikungan selalu lebih besar dari lebar jalan lurus. Untuk jalur ganda, maka lebar jalan minimum pada belokan didasarkan atas: lebar jejak ban, lebar juntai atau tonjolan (overhang) alat angkut bagian depan dan belakang pada saat membelok, jarak antar alat angkut atau kendaraan pada saat bersimpangan, jarak dari kedua tepi jalan.

Dengan menggunakan ilustrasi pada (gambar 2.4) dapat dihutung lebar jalan minimum pada belokan, yaitu seperti terlihat pada rumus dibawah ini:

Wmin¿n(U + Fa+ Fb+ Z)+C ...(2.2) C=Z=1/2(U + Fa+Fb) ...(2.3) Fa= Ad x sin α ...(2.4)

Fb= Ab x sin α ...(2.5) Keterangan:

Wmin = Lebar jalan angkut minimum pada tikungan, meter Fa = Lebar juntai depan, meter (dikoreksi dengan Sudut

penyimpangan (α) x Julur depan) (Ad)

Fb = Lebar juntai belakang, meter (dikoreksi dengan Sudut penyimpangan (α) x Julur belakang (Ab)

U = Jarak jejak ban alat angkut, meter N = Jumlah jalur

C = Jarak antara dua alat angkut yang bersimpangan, meter Z = Jarak alat angkut dengan tepi jalan, meter

Α = Sudut penyimpangan, belok roda depan

Ad = Jarak as roda depan dengan bagian depan truck, meter Ab = Jarak as roda belakang dengan bagian belakang truck,

meter

Sumber : Ir. Awang Suwandi, 2004

Gambar 2.19 Lebar Jalan Angkut Dua Jalur Pada Tikungan 2.2.16. Faktor Pengembangan Material (Swell Factor)

Pemberaian merupakan presentase pemberaian volume material dari volume asli yang dapat mengakibatkan bertambahnya jumlah material yang harus dipindahkan dari kedudukan aslinya atau perbandingan antara material dalam keadaan insitu (belum digali= Bcm) dengan material dalam keadaan loose (Setelah digali= Lcm).

Ketika digali, material akan lepas dan terberai sedemikian rupa dan tidak akan kembali ke bentuk semula. Pemberaian terjadi karena terbentuk rongga-rongga udara di antara partikel-partikel material lepas tersebut. Misalnya, satu kubik material Batubara pada kondisi asli (bank) setelah digali volumenya mengembang atau bertambah 30%, artinya volume bertambah 1.3 kali volume aslinya, namun beratnya tetap sama sebelum dan sesudah digali. untuk mendapatkan angka-angka yang tepat, maka dapat melakukan percobaan langsung pada tanah yang akan diteliti dengan menggunakan rumus, Partanto Prodjosumarto, (1996, hal 184 ).

Swell factor =

(

Volume Insitu

Volume Loose

)

x 100% ...(2.6) Tapi untuk perhitungan perkiraan (Estimation) cukup dipakai angka rata–rata saja .

2.2.17. Waktu Edar (Cycle Time)

Waktu Edar (Cycle time) adalah waktu yang dibutuhkan alat untuk melakukan satu siklus kerja, waktu edar dipengaruhi oleh kecepatan gerakan alat, jarak kerja alat dan waktu tetap (fixed time) yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pergantian gigi atau waktu ketika menurunkan dan menaikkan blade atau ripper, serta perubahan gerakan maju dan mundur pada alat.

Untuk mengetahui waktu edar alat muat dan alat angkut diperoleh dengan cara pengamatan dilapangan, yaitu:

1. Waktu edar alat muat, terdiri dari:

a. Waktu untuk mengisi mangkuk(digging) b. Waktu untuk berputar isi (swing load)

c. Waktu untuk menumpahkan muatan (dumping) d. Waktu kembali berputar kosong (swing empty)

Total waktu edar yang didapat adalah merupakan penjumlahan beberapa komponen diatas yaitu:

CT = a + b + c + d (Detik) ...(2.7) 2. Waktu edar alat angkut, terdiri dari:

a. Waktu pemuatan (Loading Time)

b. Waktu pengangkutan bermuatan (Hauling Time) c. Waktu (manuver)

d. Waktu penumpahan (Dumping Time) e. Waktu kembali kosong (Returning Time)

f. Waktu mengambil posisi pemuatan (Spotting Time) Sehingga akan diperoleh waktu edar alat angkut yaitu:

CT = a + b + c + d + e + f (menit) ...(2.8)

Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu edar alat mekanis adalah:

1. Berat alat

Adalah berat muatan ditambah berat alat dalam keadaan tanpa muatan yang akan berpengaruh terhadap kelincahan gerak alat.

2. Kondisi tempat kerja

Tempat kerja yang luas dan kering akan meningkatkan kelancaran dan keleluasaan gerak alat sehingga akan memperkecil waktu edar.

3. Pola pemuatan

Untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan sasaran produksi maka pola pemuatan juga merupakan faktor yang mempengaruhi waktu edar alat muat dan alat angkut.

4. Kondisi jalan angkut

Meliputi kekerasan dan kehalusan permukaan jalan, jalan tambang dengan kekerasan permukaan yang tinggi maka akan memberi pengaruh yang besar terhadap kelancaran proses pengangkutan, jalan yang licin dan berdebu juga akan mempengaruhi kecepatan alat angkut untuk membawa batubara maupun tanah penutup.

5. Keterampilan dan pengalaman operator

Semakin baik kerja operator maka akan semakin memperkecil waktu edar dalam kegiatan pemuatan dan pengangkutan, waktu produktif yang digunakan kendaraan angkut kadang-kadang berada di bawah kondisi ideal dari waktu yang tersedia, hal ini karena adanya faktor-faktor yang menjadi penghambat dan tidak

dapat dihindari sehingga mempengaruhi kondisi kerja, persiapan alat kerja, keterampilan kerja operator, pengisian bahan bakar, pengaturan dan keserasian kerja antara alat, pemeliharaan alat, metoda kerja dan hal-hal lainnya.

6. Iklim dan Cuaca

Iklim dan cuaca adalah hal yang sangat mempunyai pengaruh besar terhadap aktifitas pengangkutan dalam kegiatan penambangan. Pada musim hujan front penambangan akan licin dan becek sehingga menghambat proses produksi, sebaliknya pada musim kemarau front penambangan dan jalan tambang akan berdebu sehingga menghalangi kerja operator alat muat dan alat angkut, terutama operator alat angkut. Debu ini akan menghalangi pandangan mata operator terhadap keadaan jalan di depannya dan dapat mengurangi kecepatan pengangkutan overburden dan batubara, dengan kondisi demikian kecepatan kerja alat angkut akan berkurang.

2.2.18. Produktivitas Alat Gali Muat Dan Alat Angkut 1. Produktivitas alat gali muat

Menurut nurhakim (2004), Produktifitas aktual suatu alat akan sulit didapat apabila alat tersebut belum dioperasikan di lapangan, sehingga perlu dimasukkan faktor koreksi yang mempengaruhi produktivitas alat tersebut.

Q=q x 3600 x E

CTm ...(2.9) Keterangan:

Q = Produksi per Jam(bcm/jam) q = Kapasitas bucket (m3) E = Effesiensi kerja Ct = Waktu edar (menit)

Sementara q (produksi per-siklus) di dapatkan dengan menggunakan persamaan:

q = q1x K ...(2.10) Dimana:

q = produksi per siklus (m³)

q1 = kapasitas munjung bucket (m³) K = faktor pengisian bucket

2. Produktivitas alat angkut

Terkait dengan alat angkut, dimana produktivitas sangat dipengaruhi oleh jarak, maka proses penganalisaan terhadap produktivitas dump truck akan terfokus terhadap pengaruh jarak pengangkutan terhadap produktivitas dump truck. Kita akan menentukan jarak yang tepat pada suatu pit bekerja dengan produktivitas yang optimal. Jarak juga digunakan sebagai parameter untuk menentukan front kerja alat.

Dengan diketahui jarak tersebut, kita dapat mengestimasi kebutuhan dump truck. Dimana perhitungan jumlah dump truck juga akan mempengaruhi produktivitas. Jumlah dump truck yang tepat maka akan dapat meminimalisir waktu saat travel dan antrian. Dalam perhitungan produktivitas alat angkut, perlu dihitung kapasitas vessel dump truck dengan persamaan (Rochmanhadi, 1992, hal.

65)

C=n x q 1 x K ...(2.11)

Produktivitas alat angkut dihitung dengan rumus sebagai berikut:

(Rochmanhadi, 1992, hal 65) P=C x 3600 x Et

Cta ...(2.12)

Keterangan:

P = Produksi perjam (Bcm/Jam) C = Produksi persiklus (Bcm) N = Jumlah pengisian alat muat q1= Kapasitas bucket (Bcm) K = Faktor Pengisian/Bucket Ctm= Cycle Time (Menit) Et = Efesiensi kerja DT (%) 2.2.19. Match factor (MF)

Macth Factor adalah keserasian kerja antara alat muat dengan alat angkut, ini dapat ditentukan dengan cara menghitung faktor keserasian (Match Factor) dari alat-alat tersebut yaitu dengan persamaan, Partanto Prodjosumarto, (1996, hal 206).

Faktor keserasian (Match Factor) = Na xnx Ctm

Mn x Cta ...(2.13)

1. MF < 1 kapasitas alat angkut lebih kecil dari kapasitas alat muat artinya alat muat akan sering menganggur atau berhenti.

2. MF= 1 kedua alat tersebut sudah serasi artinya kedua duanya sama sibuknya atau tidak ada yang mengantri.

3. MF > 1 Kapasitas alat angkut lebih besar dari kapasitas alat muat artinya alat angkut yang sering menganggur.

2.2.20. Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini terdapat kerangka konseptual yang akan membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, yang terdiri atas:

BAB III

Dokumen terkait