• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR/IUD) a. Pengertian AKDR

AKDR adalah suatu alat atau benda yang dimasukkan kedalam rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduktif. (Handayani, 2010 h.139) b. Penapisan metode kontrasepsi AKDR

Tabel 2.2 Penapisan Metode Kontrasepsi AKDR

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Hari pertama haid terakhir 7 hari atau lebih 2 Klien (atau pasangan) mempunyai pasangan seks

lain

3 Infeksi Menular Seksual (IMS)

4 Penyakit radang panggul atau kehamilan ektopik 5 Haid banyak (> 1-2 pembalut tiap 4 jam)

6 Haid lama (> 8 hari)

7 Dismenorhea berat yang membutuhkan analgetika dan / istirahat baring

8 Perdarahan / perdarahan bercak antara haid atau setelah senggama

9 Gejala penyakit jantung valvular atau kongenital c. Keuntungan :

1) AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan 2) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat 3) Membantu mencegah kehamilan ektopik

4) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti)

5) Tidak mempengaruhi hubungan seksual

6) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil

8) Tidak mempengaruhi kualitas ASI

9) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus

(apabila tidak terjadi infeksi)

10) Dapat digunakan sampai menopouse (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir)

11) Tidak ada interaksi dengan obat-obat. (Handayani, 2010 h.144) d. Kerugian :

1) Perubahan siklus haid (umumnya 8 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan)

2) Haid lebih lama dan banyak

3) Perdarahan (spooting) antar menstruasi 4) Saat haid lebih sakit

5) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS

6) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan

7) Penyakit radang panggul terjadi

8) Sedikit nyeri dan perdarahan (spooting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1-2 hari

9) Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri

10) Mungkin AKDR keluar lagi dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR dipasang sesudah melahirkan)

11) Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal. (Handayani, 2010 h.144-145) 4. Metode kontrasepsi mantap

a. Metode kontrasepsi mantap operatif pada pria 1) Pengertian MOP

Suatu metode kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat efektif, memakan waktu operasi yang singkat dan tidak memerlukan anestesi umum. (Handayani, 2010 h.167)

2) Penapisan metode kontrasepsi mantap

Tabel 2.3 Penapisan metode kontrasepsi vasektomi

No Keadaan klien Fasilitas rawat jalan Fasilitas rujukan 1 Keadaan umum

(anamnesi dan pemeriksaan fisik)

KU baik, tidak ada tanda penyakit jantung, paru, ginjal

DM tidak terkontrol, riwayat gangguan pembekuan darah, ada tanda penyakit jantung, paru atau ginjal 2 Keadaan emosi Tenang Cemas, takut 3 Tekanan darah < 160/100 mmHg ≥ 160/100 mmHg 4 Infeksi atau

kelainan scrotum / inguinal

Normal Tanda-tanda infeksi atau ada kelainan 5 Anemia Hb ≥ 8 gr % Hb < 8 gr %

3) Keuntungan :

a) Efektif, kemungkinan gagal tidak ada karena dapat dicheck kepastian di laboratorium

b) Aman, mordibitas rendah dan tidak ada mortalitas

c) Cepat, hanya memerlukan 5 – 10 menit dan pasien tidak perlu dirawat di RS

d) Menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan e) anestesi lokal saja

f) Tidak mengganggu hubungan seksual selanjutnya g) Biaya rendah. (Handayani, 2010 h.170)

4) Kerugian :

a) Harus dengan tindakan operatif

b) Kemungkinan ada komplikasi seperti perdarahan dan infeksi

c) Tidak seperti sterilisasi wanita yang langsung menghasilkan steril permanen, pada vasektomi masih harus menunggu beberapa hari, minggu atau bulan sampai sel mani menjadi negatif

d) Tidak dapat dilakukan pada orang yang masih ingin mempunyai anak lagi. (Handayani, 2010 h.171)

b. Metode kontrasepsi mantap pada wanita 1) Pengertian kontrasepsi mantap pada wanita

Setiap tindakan pada kedua saluran telur yang mengakibatkan orang atau pasangan yang bersangkutan tidak akan mendapat keturunan lagi. (Handayani, 2010 h.182)

2) Penapisan kontrasepsi mantap pada wanita Tabel 2.4 Penapisan metode kontrasepsi tubektomi

No Keadaan Klien Fasilitas rawat jalan

Fasilitas rujukan 1 Keadaan umum

(anamnesa dan pemeriksaan fisik)

KU baik, tidak ada tanda penyakit jantung, paru, ginjal

DM tidak terkontrol, riwayat gangguan pembekuan darah, ada tanda penyakit jantung, paru atau ginjal 2 Keadaan emosi Tenang Cemas, takut 3 Tekanan darah < 160 / 100 mmHg ≥ 160 / 100 mmHg 4 Berat badan 35-85 kg > 85 kg ; < 35 kg 5 Riwayat operasi abdomen / panggul Bekas SC (tanpa perlekatan) Op abdomen lainnya, perlekatan atau terdapat kelainan pada px panggul 6 Riwayat radang panggul, kehamilan ektopik, apendiksitis Pemeriksaan dalam normal

Pemeriksaan dalam ada kelainan

7 Anemia Hb ≥ 8 gr% Hb < 8 gr %

3) Indikasi :

(a) Wanita pada usia > 26 tahun (b) Wanita dengan paritas > 2

(c) Wanita yang yakin telah mempunyai besar keluarga yang dikehendaki

(d) Wanita yang pada kehamilannya akan menimbulkan resiko kesehatan yang serius

(e) Wanita pascapersalinan

(f) Wanita pascakeguguran (Handayani, 2010 h.183) 4) Kontraindikasi :

(a) Wanita yang hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai)

(b) Wanita dengan perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya

(c) Wanita dengan infeksi sistemik atau pelvik yang akut (d) Wanita yang tidak boleh menjalani proses pembedahan B. Teori manajemen kebidanan varney

1. Pengumpulan data dasar

Pada langkah ini, dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari klien yang berhubungan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemeriksaan penunjang. Tahap ini menentukan langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya, sehingga dalam pendekatan ini harus komprehensif meliputi data subyektif, obyektif, dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi pasien yang sebenarnya dan valid.

a) data subyektif 1) biodata

(a) nama

nama sangat penting digunakan sebagai identitas pasien untuk mempermudah komunikasi antara pasien dengan bidan.

(b) Usia

Data ini ditanyakan untuk menentukan apakah ibu dalam persalinan berisiko karena usia atau tidak.

(c) agama

sebagai dasar bidan dalam menentukan dukungan mental dan spiritual terhadap pasien dan keluarga.

(d) pendidikan terakhir

sebagai dasar bidan untuk menentukan metode yang paling tepat dalam penyampaian informasi mengenai teknik melahirkan bayi. Tingkat pendidikan ini akan sangat mempengaruhi daya tangkap dan tanggap pasien terhadap instruksi yang diberikan bidan pada proses persalinan.

(e) pekerjaan

Data ini menggambarkan tingkat sosial ekonomi, pola sosialisasi, dan data pendukung dalam menentukan pola komunikasi yang akan dipilih selama asuhan.

(f) suku/bangsa

data ini berhubungan dengan sosial budaya yang dianut oleh pasien dan keluarga yang berkaitan dengan persalinan.

(g) Alamat

Selain sebagai data mengenai distribusi lokal pasien, data ini juga memberi gambaran mengenai jarak dan waktu yang ditempuh pasien menuju lokasi persalinan.

2) riwayat pasien (a) keluhan utama

keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan.

(b) riwayat kesehatan

data ini penting untuk diketahui oleh bidan sebagai data acuan untuk memprediksi jalannya proses persalinan dan untuk mendeteksi apakah ada kemungkinan penyulit selama proses kehamilan

(c) menstruasi

untuk gambaran tentang keadaan dasar dari organ reproduksinya

3) gangguan kesehatan alat reproduksi

data ini sangat penting untuk kita gali karena akan memberikan petunjuk bagi kita tentang organ reproduksinya

4) riwayat kesehatan

data dari riwayat kesehatan ini dapat digunakan sebagai “warning”

akan adanya penyulit saat persalinan 5) status perkawinan

data ini penting untuk kita kaji karena dari data ini kita akan mendapatkan gambaran mengenai suasana rumah tangga pasangan 6) pola kebutuhan sehari-hari

untuk diketahui agar bisa mendapatkan gambaran bagaimana pasien melakukan kegiatan sehari-hari

7) keadaan lingkungan

8) respon ibu, suami dan keluarga

untuk mengetahui seberapa besar harapan terhadap kehamilan ini 9) pengetahuan pasien tentang proses kehamilan

sebagai bahan pertimbangan dalam menyimpulkan sejauh mana pasien mengetahui tentang kehamilan ini

b) data obyektif

data ini dikumpulkan guna melengkapi data untuk menegakkan diagnosis. Data fokus yang perlu dikaji dalam mengkaji data obyektif yaitu :

1) Inspeksi

Pada pemeriksaan umum pemeriksa melihat perubahan yang terjadi secara umum, sehingga dapat diperoleh kesan keadaan umum pasien. (Matondang, 2009 h.19)

2) Palpasi

Setelah inspeksi, pemeriksaan dilanjutkan dengan palpasi, yakni pemeriksaan dengan meraba, mempergunakan telapak tangan. (Matondang, 2009 h.19)

3) Perkusi

Tujuan perkusi adalah untuk mengetahui perbedaan suara ketuk. (Matondang, 2009 h. 20)

4) Auskultasi

Auskultasi adalah pemeriksaan dengan mempergunakan stetoskop. (Matondang, 2009 h.22)

5) Keadaan umum

Pengkajian dengan melihat keadaan apakah ibu sakit, dan memiliki kelainan bentuk tubuh yang dapat mengganggu jalannya persalinan. (Manuaba, 2007 h.212)

6) Tingkat kesadaran

Tingkat kesadaran dilakukan dengan mengkaji apakah ibu memiliki kesadaran dan mampu melakukan komunikasi. (Manuaba, 2007 h.212)

7) Tanda vital a) Tekanan darah

Pemeriksaan tekanan darah dilakukan untuk mengetahui apakah normal atau tidak. (Manuaba, 2007 h.213)

b) Nadi

Pemeriksaan nadi harus dilakukan untuk mengetahui keadaan yang dialami pasien. (Matondang, 2009 h.173)

c) Respirasi

Untuk mengetahui apakah pasien tersebut dalam tingkat pernafasan normal atau tidak. (Matondang, 2009 h.30)

d) Suhu

Dikaji untuk mengetahui apakah ada tanda infeksi atau tidak. (Matondang, 2009 h.31)

8) Berat badan

Berat badan adalah parameter pertumbuhan yang paling sederhana, mudah diukur dan diulang, dan merupakan indeks untuk status nutrisi sesaat. (Matondang, 2009 h.32)

9) Tinggi badan

Tinggi badan pasien harus diukur pada tiap kunjungan. Pengukuran tinggi badan adalah sederhana, mudah dan apabila hasilnya dikaitkan dengan hasil pengukuran berat badan akan memberikan informasi yang bermakna. (Matondang, 2009 h.32)

2. Interpretasi data dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnose dan masalah yang spesifik.

3. Mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial

Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah potensial atau diagnose potensial berdasarkan diagnose atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Pada langkah ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial yang

terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau

diagnose potensial tidak terjadi.

4. Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter. Situasi lainnya tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter. Bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah atau kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi diagnose pada langkah sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan segera. Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau bersifat rujukan. 5. Merencanakan asuhan yang menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnose yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi.

6. Melaksanakan perencanaan

Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah sebelumnya harus dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap mempunyai tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana. Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.

7. Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah tercapai sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosis. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut lebih efektif sedangkan sebagian belum efektif. (Muslihatun, 2009 h.115-119)

Pendokumentasian Manajemen Kebidanan dengan metode SOAP

Dokumentasi adalah catatan tentang interaksi antara tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien dan tim keeshatan tentang hasil pemeriksaan, prosedur tindakan, pengobatan pada pasien, pendidikan pasien, dan respon pasien terhadap semua asuhan yang telah diberikan. (Muslihatun, 2009 h.122)

a. S (data subyektif)

Data subyektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui anamnesis. Data subyektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien.

b. O (data obyektif)

Data obyektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dan pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium / pemeriksaan diagnostik lain.

c. A (assesment)

Assesment merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) dari data subyektif dan obyektif. Dalam pendokumentasian manajemen kebidanan, karena keadaan pasien yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan ditemukan informasi baru dalam data subyektif maupun data obyektif, maka proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis.

d. Planning

Planning / perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis

dan interpretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya. ( Muslihatun, 2009 h.122-124)

C. Landasan Kewenangan Bidan

Dokumen terkait