• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

2.1 Kajian Pustaka

2.1.2 Alat kontrasepsi implant

Implant adalah alat kontrasepsi yang digunakan oleh pasangan usia subur,

dipasang dibawah kulit lengan atas bagian dalam kira-kira 6-10 cm dari lipatan siku. Mekanisme kerja KB implant yaitu: mengentalkan lendir serviks, mengganggu proses pembekuan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi, mengurangi transportasi sperma, serta menekan ovulasi (Saifuddin, 2003).

2.1.2.1 Keuntungan penggunaan alat kontrasepsi implant

Keuntungan dari penggunaan alat kontrasepsi implant yaitu: efektivitas tinggi, perlindungan jangka panjang, pengembalian kesuburan yang cepat setelah pencabutan, tidak memerlukan pemeriksaan dalam, tidak mengganggu kegiatan seggama, tidak berpengaruh pada air susu ibu, akseptor perlu kembali ke klinik bila ada keluhan, bisa mempengaruhi haid, dapat di cabut setiap saat sesuai kebutuhan, serta tidak memberikan perlindungan diri dari IMS/HIV seperti kontrasepsi kondom (Saifuddin, 2003).

2.1.2.2 Kerugian penggunaan alat kontasepsi implant

Kerugian penggunaan alat kontrasepsi implant adalah: pemasangan

(ineertic) dan pencabutan (expulsi/extractic) harus di lakukan oleh tenaga terlatih,

lebih mahal, sering timbul perubahan pada pola haid, akseptor tidak dapat membuka sendiri, sebagian perempuan tidak menggunakan karena kurang mengenal implant, kadang dapat terlihat orang lain karena di pasang di lengan,

petugas perlu skill kerja untuk pemasangan dan pencabutan implant (Saifuddin, 2003).

2.1.2.3 Jenis-jenis alat kontrasepsi implant

Jenis-jenis alat kontrasepsi implant yaitu: norplant (enam batang silastik lembut berongga yang berisi 36 mg trinorgestrol untuk lima tahun), implanon (satu batang putih lentur yang berisi 68 mg tiga ketodesogestrel untuk tiga tahun),

jadena dan indoplant (dua batang yang berisi 75 mg levonorgestrel untuk tiga

tahun) (Saifuddin, 2003).

2.1.2.4 Waktu penggunaan alat kontrasepsi implant

Alat kontrasepsi implant digunakan setiap saat selama siklus haid hari kedua sampai hari ke tujuh, ibu menyusui antara enam minggu sampai enam bulan pasca persalinan, penggantian dari alkon non hormonal, serta pasca keguguran dan pasca persalinan (Saifuddin, 2003).

2.1.2.5 Efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi implant

Efek samping yang dapat terjadi akibat dari penggunaan alat kontrasepsi

implant adalah: terjadi amenorea, spotting, ekspulsi, infeksi pada daerah insersie

serta berat badan naik turun (Saifuddin, 2003). 2.1.2.6 Cara pemasangan implant

Peralatan dan instrumen untuk pemasangan implant yaitu sebagai berikut: meja periksa (tempat tidur), batang implant, doek lobang steril, mangkok tempat kapsul norplant, sarung tangan DTT, larutan anti septik, obat anasthesi (konsentrasi satu persen), spuit 5-10 ml, trokar 10 dan mandrin, skapel 11 atau 15,

instrumen, cairan chlorin 0,5%, cairan DTT, waslap, tempat sampah (basah, kering, benda tajam), tempat cuci tangan, sabun untuk cuci tangan, template, dan sarung tangan rumah tangga (Saifuddin, 2003).

Persiapan pelaksanaan pemasangan implant yaitu: bersihkan lengan dengan sabun dan sudah dibilas sampai bersih, persiapkan tempat tidur klien, baringkan akseptor dengan lengan yang jarang digunakan. Kemudian letakkan pada meja samping (penyangga lengan), tentukan lokasi pemasangan (delapan cm di atas lipat siku dan gunakan template), siapkan alat-alat (buka dan letakkan dalam bak steril), dan masukkan kapsul implant dalam mangkok steril (Saifuddin, 2003).

Tindakan sebelum pemasangan adalah cuci tangan dengan enam langkah, pakai sarung tangan DTT, hitung alat-alat pemasangan (jumlah kapsul), lakukan pembersihan lokasi insersi dengan larutan anti septik dari arah dalam keluar secara melingkar 8-13 cm dan biarkan dua menit sampai kering. Pergunakan doek steril berlubang pada lengan yang akan di insersi, lakukan anastesi dengan dosis tiga ml, suntikkan perlahan-lahan sehingga membentuk jalur antara 1-2, 3-4, 5-6, masing-masing satu ml (Saifuddin, 2003).

Proses pemasangan kapsul implant dimulai dari melakukan insisi dangkal dengan sudut 45º. Perhatikan dua tanda (garis) pada trokar yang masuk dibawah kulit kemudian berikan tanda dua pada batas trokar yang berada dibawah kulit setelah memasang kapsul. Langkah selanjutnya masukkan trokar dengan sudut yang kecil dan angkat trokar keatas sehingga kulit terangkat dan masukkan kapsul kemudian dorong perlahan. Saat trokar masuk sampai batas tanda satu, cabut

pendorong trokar, masukkan kapsul dalam trokar dengan menggunakan pinset atau ibu jari-jari telunjuk dengan membentuk kipas (sesuai template), melakukan pendorongan kapsul secara perlahan-lahan, tarik tabung trokar dengan ibu jari serta telunjuk kearah luka. Setelah ada tanda-tanda yang muncul dari tepi luka insisi, keluarkan kapsul dari trokar dan pastikan kapsul telah masuk dibawah kulit, tanpa mengeluarkan trokar putar ujung trokar kearah lateral kanan, kembali seperti semula, geser 15º mengikuti pola kipas. Untuk mengurangi resiko ekspulsi pastikan ujung kapsul yang terdekat lima mm dari luka insisi, jangan mengeluarkan trokar sebelum seluruh kapsul terpasang, memastikan seluruh kapsul telah terpasang, pastikan seluruh ujung kapsul tidak berada pada sisi luka insisi (lima mm), keluarkan trokar perlahan-lahan, tekan tepat insisi dengan jari yang memegang kasa selama satu menit kemudian bersihkan dan tutup luka dengan kasa steril, bereskan alat dan cuci tangan (Saifuddin, 2003).

Metode pencabutan untuk semua jenis implant sama, hanya berbeda dalam jumlahnya. Ada tiga metode dalam pencabutan yaitu metode biasa dengan memakai penjepit yang dipakai mulai tahun 1980, metode atau teknik “U” sejak tahun 1993, metode pop-out tahun 1992, serta melakukan pengawasan pasca pencabutan (Saifuddin, 2003).

Yang boleh menggunakan implant yaitu perempuan usia subur, sudah atau tidak mempunyai keturunan, ingin memakai KB jangka panjang, menyusui dan membutuhkan kontrasepsi, ibu setelah melahirkan serta tidak meneteki, riwayat abortus, tidak mengharapkan keturunan tapi mempunyai keinginan memakai KB permanen, riwayat hamil di luar kandungan, mempunyai tensi <180/110 mmHg

dengan anemia, belum memakai KB hormonal dengan kandungan estrogen, dan tidak ingat memakai KB pil (Saifuddin, 2003).

Perempuan dilarang menggunkan implant jika sedang hamil atau diduga hamil, perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya, benjolan atau kanker payudara atau riwayat kanker payudara, tidak dapat menerima perubahan pola menstruasi yang terjadi, mioma uterus dan kanker payudara, serta gangguan toleransi glukosa (Saifuddin, 2003).

Dokumen terkait