• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Hasil Penelitian

4.3.4 Budaya pada istri pasangan usia subur dalam

Hasil FGD pada pengguna dan bukan pengguna implant menyatakan tidak ada budaya yang mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi implant. Pernyataan dari informan pengguna implant dapat dilihat seperti di bawah ini.

”Di tempat tinggal saya tidak ada budaya yang mempengaruhi

penggunaan KB implant.”

(FGD.RFP 2. Br. T) Pernyataan dari informan bukan pengguna implant dapat dilihat sebagai berikut.

“Tidak ada budaya, tradisi atau kepercayaan di masyarakat yang

mempengaruhi saya di dalam memilih dan memakai KB.”

(FGD RFB 1.ULM)

Pernyataan Bidan Puskesmas yang menyatakan ada budaya atau tradisi di masyarakat yang mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi implant dapat diuraikan seperti di bawah ini.

”Pernah dengar sih, katanya kalau di Jawa banyak yang pakai

implantkarena budaya atau tradisi disana yang tidak memperbolehkan membuka aurat, jadi lebih memilih menggunakan implant daripada IUD.”

Hasil wawancara dengan suami tentang budaya yang mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi didapatkan bahwa ada budaya di Bali yang mempengaruhi penggunaan KB yaitu Budaya tentang jumlah anak dan nilai anak. Pernyataan suami dapat dilihat sebagai berikut.

“Bicara tentang Budaya sebenernya kan kalau di Bali KBnya itu sampai

anak yang ke4, tapi kalau program KB kan 2 anak cukup, jadi ya kasian aja kalau nantinya Komang dan Ketutnya gak ada, tapi kalau sekarang dipikir-pikir lagi, kayaknya gak sanggup kalau mesti punya anak banyak, takut gak keurus nantinya, apalagi biaya sekolahnya mahal.”

(Wawancara mendalam RS 1 P)

4.3.5 Ketersediaan fasilitas dan sarana untuk penggunaan alat kontrasepsi implant bagi istri pasangan usia subur

Hasil FGD yang dilakukan pada informan pengguna implant menyatakan bahwa fasilitas dan sarana yang mendukung dalam pemilihan alat kontrasepsi

implant yaitu dari 10 informan, yang mendapat pelayanan KB di Puskesmas

sebanyak empat orang, di Klinik swasta sebanyak tiga orang dan di Bidan Praktek Swasta sebanyak tiga orang. Alasan memilih tempat tersebut karena dekat dengan rumah, sudah kenal dengan Bidan, sudah berlangganan dan karena biayanya gratis. Informasi yang diberikan oleh informan dapat diuraikan seperti di bawah ini.

“Saya pasang KB di bidan praktek swasta karena kebetulan sudah kenal

sama bidannya dan sudah sering kesana untuk periksa, jaraknya kurang lebih satu km.”

(FGD.RFP 3. Br. T) “Saya mendapat pelayanan KB di klinik swasta karena sudah

berlangganan disitu, jarak kurang lebih tiga km dari rumah, kesana menggunakan sepeda motor dan diantar oleh suami.

(FGD.RFP 4. Br. T)

“Pasang implant di puskesmas karena dekat rumah, jaraknya kurang lebih satu km dari rumah, dianter kesana sama suami dan biayanya gratis.”

Hasil wawancara mendalam dengan Bidan Puskesmas dan Bidan Praktek Swasta didapatkan pernyataan seperti di bawah ini.

“Kalau KB implant memang akseptornya sedikit dibanding KB yang lain

padahal implantnya sendiri di gratiskan di puskesmas.

“Kalau tenaga bidan disini semua sudah dilatih pemasangan dan

pencabutan implant, kalau di puskesmas lain mungkin belum semua dilatih, jadi kadang pasien yang mau pasang implant dikirim ke Puskesmas.”

“Kadang juga ada yang dipasang implant pada saat ada Baksos, semuanya gratis.”

“Implantnya dikasi BKKBN yang 2 batang.”

(Wawancara mendalam PR 1. P. DU I)

“KB implantnya gratis di Puskesmas, disini semua Bidan sudah dilatih

implant, selain di puskesmas juga ada pelayanan pemasangan KB gratis di luar gedung”.

“Implantnya diberikan sama BKKBN.”

(Wawancara mendalam PR 2. P. DU I)

“Kalau pasang implant di praktek saya pastinya bayar karena kan swasta,

saya juga pakai implant yang 1 batang, saya gak pakai yang dari BKKBN soalnya lebih sulit pasangnya, kalau yang 1 batang lebih gampang pasangnya.”

“Kalau pelatihan implant saya sudah dapat, tapi kalau asisten saya belum.”

(Wawancara mendalam PR 3. BPS)

“Saya tidak pernah memasang implant, karena belum dapat pelatihan,

kalau ada pasien yang mau pakai implant biasanya saya rujuk ke Puskesmas.”

(Wawancara mendalam PR 4. BPS)

Pernyataan mertua tentang fasilitas dan sarana yang terkait dengan penggunaan alat kontrasepsi implant pada istri (PUS) dapat diuraikan seperti di bawah ini.

“Masang KB ring Dinas Kebersihan bu, drike mantun tiang nikaine

mepasang, nak polih gratis, ten naur napi.”

4.4 Pembahasan

4.4.1 Persepsi istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant

Hasil penelitian mengenai persepsi istri PUS dalam penggunaan alat kontrasepsi implant bagi akseptor pengguna implant tergolong baik karena rata-rata informan memiliki pandangan yang positif tentang KB implant baik dari segi pemakaiannya yang simpel dan tidak ribet karena tidak memerlukan kontrol berulang kali, dapat dipergunakan dalam jangka waktu yang panjang, tidak sakit pada saat pemasangan karena sudah dibius, tidak perlu dipasangkan alat lewat vagina seperti saat pemasangan IUD, serta adanya isu bahwa alat kontrasepsi

implant dapat membuat cantik dan tidak membuat jerawat sehingga akseptor

menjadi tertarik untuk menggunakan implant. Hal ini sejalan dengan penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Oktarina (2013) yang meneliti tentang persepsi suami dalam pemilihan alat kontrasepsi di Puskesmas Kuranji Padang, menyatakan bahwa persepsi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi tergolong baik. Studi kualitatif yang dilakukan oleh Nalwadda (2010) yang meneliti tentang persepsi dan hambatan dari pengguna kontrasepsi menemukan hasil bahwa masih adanya kendala dalam perubahan persepsi dan pergeseran perilaku terhadap penggunaan kontrasepsi.

Persepsi istri pasangan usia subur bukan pengguna implant tergolong kurang baik karena rata-rata informan tidak ingin menggunakan implant yang diakibatkan oleh adanya isu bahwa dalam proses pemasangan implant diperlukan tindakan operasi sehingga akan mengalami rasa sakit sehingga calon akseptor

takut untuk memakai alkon implant hal ini diakibatkan oleh pengetahuan yang kurang tentang implant sehingga dapat mempengaruhi persepsi mereka tentang alat kontrasepsi implant.

Penelitian yang dilakukan oleh Maryatun (2009) juga menunjukkan bahwa ada hubungan antara persepsi ibu tentang demand atau alasan menggunakan alat kontrasepsi. Persepsi merupakan proses seseorang untuk mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Persepsi istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant merupakan suatu proses yang terjadi pada istri pasangan usia subur untuk mengetahui beberapa hal yang berkaitan dengan alat kontrasepsi yang digunakannya.

Persepsi istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi

implant dilandasi dengan adanya teori dari Lawrence Green yang mencoba

menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok yakni faktor perilaku serta faktor di luar perilaku. Perilaku seseorang dapat ditimbulkan dengan adanya persepsi. Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi manusia dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya. Setiap manusia memiliki perbedaan persepsi serta sudut pandang antara yang satu dengan yang lainnya. Ada yang mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi positif dan ada juga yang mempunyai persepsi yang tidak baik atau negatif yang mempengaruhi perilaku serta tindakan seseorang.

Pada dasarnya proses terbentuknya persepsi terjadi dalam diri seseorang, namun persepsi juga dapat dipengaruhi oleh pengalaman, proses belajar serta

pengetahuan seseorang. Pengetahuan yang kurang tentang implant juga sangat mempengaruhi persepsi dari istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant. Persepsi istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant merupakan suatu proses yang terjadi pada istri pasangan usia subur untuk mengetahui beberapa hal yang berkaitan dengan alat kontrasepsi yang digunakannya.

4.4.2 Sikap istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant

Hasil penelitian mengenai sikap istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant tergolong baik yang terlihat dalam pernyataan dari informan pengguna implant bahwa penggunaan implant sangat penting karena efektif serta dapat digunakan jangka panjang untuk menunda kehamilan dan menjaga jarak kehamilan, tidak sering kontrol, tidak mudah lupa serta mempunyai tingkat kegagalan yang rendah sehingga dapat mempengaruhi sikap istri pasangan usia subur untuk menggunakan alat kontrasepsi implant.

Sikap istri pasangan usia subur bukan pengguna implant kurang baik karena pengetahuan informan tentang alat kontrasepsi implant sangat kurang hal ini disebabkan oleh keterbatasan mereka untuk memperoleh informasi tentang alat kontrasepsi implant. Peran TV, media massa serta internet dalam penggunaan

implant pada istri pasangan usia subur bagi informan pengguna implant sangat

berperan dan penting untuk memperoleh informasi selain dari bidan, sedangkan bagi bukan pengguna implant menyatakan kurang berperan karena jarang mengakses serta hanya beberapa jenis kontrasepsi saja yang pernah dilihat di iklan TV dan tidak pernah mengakses media massa serta internet. Isu-isu terkait seputar

implant yang dapat mempengaruhi sikap istri pasangan usia subur dalam

penggunaan alat kontrasepsi implant dapat dilihat dari pernyataan informan pengguna implant seperti takut apabila kontrasepsi implant dipergunakan lebih lama dari jangka waktu yang telah ditentukan maka alkonnya tertimbun jaringan lemak sehingga sulit untuk dilepaskan serta isu bahwa apabila menggunakan alat kontrasepsi implant tidak boleh sering mengangkat benda yang berat karena takut terjadi ekspulsi. Pendapat informan bukan pengguna implant dapat mempengaruhi sikap istri pasangan usia subur bukan pengguna implant di dalam memutuskan untuk tidak menggunakan alat kontrasepsi implant.

Sejalan dengan studi kualitatif yang dilakukan oleh Oktaviani (2010), yang meneliti tentang implementasi program KB di Kelurahan Lamper Tengah Kecamatan Semarang menyatakan bahwa sikap dari para penerima program KB dalam hal ini pria masih tergolong baik. Sikap merupakan suatu tindakan nyata yang dipengaruhi oleh pengalaman serta mempunyai pengaruh secara dinamik terhadap respon seseorang. Ekarini (2008), juga mendapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara variabel sikap dengan pelayanan KB. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap yaitu pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, media massa serta faktor emosional.

Sikap istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant mengacu pada teori dari Lawrence Green (1980), yang menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku dan faktor diluar perilaku. Selanjutnya perilaku itu sendiri terbentuk dari tiga faktor yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong. Sikap merupakan faktor predisposisi yang diperoleh dari pengalaman pribadi, pengaruh

orang lain yang dianggap penting, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosional. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan karena itu pula sikap dapat berubah apabila terdapat situasi atau keadaan yang mempermudah sikap pada individu tertentu.

4.4.3 Pengalaman istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant

Hasil penelitian tentang pengalaman istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant didapatkan hasil bahwa pengalaman istri pasangan usia subur sangat bervariasi seperti menstruasi tidak teratur, menstruasi lebih lama atau tidak menstruasi, takut mengangkat beban yang berat karena takut

implant patah atau rusak, gatal-gatal dan bengkak sehabis pemasangan, nyaman

dan praktis serta tidak ribet karena tidak kontrol berulang-ulang.

Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami oleh seseorang atau individu. Pengalaman dapat diartikan juga sebagai memori yang menerima serta menyimpan peristiwa yang terjadi atau dialami individu pada waktu dan tempat tertentu dan mempunyai fungsi sebagai referensi otobiografi. Pengalaman merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-harinya. Pengalaman juga sangat berharga bagi setiap manusia, dan pengalaman juga dapat diberikan kepada siapa saja untuk digunakan serta menjadi pedoman dalam pembelajaran manusia. Pengalaman istri PUS terhadap penggunakan alat kontrasepsi yang dipilihnya merupakan sesuatu yang tidak terlupakan, karena sebagian besar istri yang menggunakan alat kontrasepsi menginginkan hal yang terbaik dan tanpa adanya efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi yang mereka pakai.

Hal ini sejalan dengan studi deskriptif yang dilakukan oleh Wahyu (2013), menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan dasar sebanyak 19 orang (56%), pengetahuan kurang sebanyak 24 orang (70%) dan responden yang mengalami pengalaman buruk sebanyak 20 orang (59%).

Pengalaman istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi

implant didukung oleh teori dari Albert Bandura tentang teori Social Learning

yang menekankan pada komponen kognitif dari pikiran, pemahaman, dan evaluasi. Menurut Albert Bandura, orang belajar melalui pengalaman langsung atau melalui pengamatan. Pengalaman istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant sangat penting untuk mengetahui penyebab dari pengambilan keputusan di dalam pemilihan alat kontrasepsi yang mereka pergunakan.

4.4.4 Budaya pada istri pasangan usia subur dalam memutuskan penggunaan alat kontrasepsi implant

Hasil penelitian mengenai budaya tentang jumlah anak serta nilai anak masih mempengaruhi dalam penggunaan alat kontrasepsi implant. Proses pengambilan keputusan didalam pemilihan alat kontrasepsi yang akan digunakan diserahkan sepenuhnya kepada istri. Faktor budaya dalam penelitian ini terkait dengan budaya yang ada di lingkungan masyarakat Bali tentang penggunaan alat kontrasepsi implant pada istri pasangan usia subur.

Budaya merupakan hasil karya manusia dalam usahanya mempertahankan hidup, mengembangkan keturunan serta meningkatkan kesejahteraan mereka

dengan segala keterbatasan jasmaninya serta sumber-sumber alam yang ada disekitarnya.

Kebudayaan merupakan pengetahuan manusia yang diyakini akan kebenarannya oleh yang bersangkutan dan menyelimuti perasaan-perasaan serta emosi seseorang sehingga dapat menjadi sumber bagi sistem penilaian individu tentang hal yang baik dan yang buruk, sesuatu yang berharga atau tidak, sesuatu yang bersih atau kotor, dan sebagainya. Hal ini bisa terjadi karena kebudayaan itu diselimuti oleh nilai-nilai moral serta sumber dari nilai-nilai moral tersebut yaitu pada pandangan hidup dan pada etos atau sistem etika yang dimiliki oleh setiap manusia.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ekarini (2008), menyatakan bahwa terdapat hubungan antara variabel sosial budaya terhadap KB. Faktor budaya yang dibahas dalam penelitian ini diperkuat dengan adanya teori dari Lawrence Green yang menyatakan bahwa budaya merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam hal ini istri pasangan usia subur dalam pemilihan alat kontrasepsi yang dipakainya.

Faktor budaya diperkuat dengan adanya teori social learning atau teori belajar sosial yang dikemukakan oleh Albert Bandura yang menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui sistem kognitif orang tersebut. Albert Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata-mata refleks atas stimulus, melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif manusia itu sendiri.

4.4.5 Ketersediaan fasilitas dan sarana untuk penggunaan alat kontrasepsi implant bagi istri pasangan usia subur

Hasil penelitian mengenai fasilitas dan sarana yang mendukung dalam pemilihan alat kontrasepsi implant sangat mendukung yang dapat dilihat dari tersedianya fasilitas serta sarana kesehatan yang menunjang dalam pelayanan KB, selain itu dapat juga dilihat dari jawaban informan bahwa rata-rata informan menjawab mendapat pelayanan KB di Puskesmas, di Klinik swasta dan di Bidan Praktek Swasta yang menandakan bahwa sebagian besar sudah mengakses fasilitas serta sarana kesehatan. Alasan memilih tempat tersebut juga telah diuraikan yaitui karena dekat dengan rumah, sudah kenal dengan Bidan, sudah berlangganan dan karena biaya gratis.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ekarini (2008), menyatakan bahwa terdapat hubungan antara variabel akses layanan termasuk fasilitas serta sarana terhadap KB. Fasilitas merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan tempat yang dipakai untuk menyelenggarakan pelayanan yang diberikan. Ketersediaan fasilitas kesehatan terkait dengan tempat yang digunakan untuk memperoleh pelayanan kesehatan seperti: puskesmas, klinik swasta, bidan praktek swasta, rumah sakit dan lain-lain. Sarana merupakan penunjang didalam menyelenggarakan pelayanan.Ketersediaan sarana terkait dengan alat-alat serta obat-obatan yang mendukung penyelenggaraan pelayanan kesehatan.

Teori Lawrence Green menjadi dasar didalam menentukan faktor ketersediaan fasilitas serta sarana sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku seseorang. Teori ini menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi

perilaku seseorang untuk mengakses pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh ketersediaan fasilitas serta sarana yang mendukung dalam pelayanan kesehatan, dimana dalam hal ini dibahas tentang pelayanan KB implant pada istri pasangan usia subur.

4.4.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant

Faktor-faktor yang mempengaruhi istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari faktor persepsi istri pasangan usia subur dalam penggunaan implant, faktor sikap istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant, serta faktor pengalaman istri pasangan usia subur tentang penggunaan alat kontrasepsi. Faktor eksternal terdiri dari faktor budaya dalam penggunaan alat kontrasepsi implant serta faktor ketersediaan fasilitas dan sarana dalam penggunaan alat kontrasepsi implant.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Imroni (2009) menyatakan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan implant adalah sikap ibu mengenai implant dan peran suami mengenai implant, sedangkan variabel tingkat pendidikan, pengetahuan tentang implant, dan pelayanan konseling KB tidak berhubungan dengan penggunaan implant.

4.4.6.1 Faktor Pendukung istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant

Faktor pendukung istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant yaitu telah tersedianya alat kontrasepsi implant baik dari BKKBN yang didapatkan secara gratis maupun dari pihak swasta yang diperoleh dengan membeli kontrasepsi implant seperti produk implanon yang berjumlah satu batang. Fasilitas untuk mengakses pelayanan implant juga telah terjangkau yaitu ada yang mendapat pelayanan di Puskesmas dengan alasan jarak maupun biaya yang terjangkau, atau ada juga yang memilih di swasta seperti Bidan Praktek Swasta karena menginginkan kualitas serta kenyamanan dari pelayanan. Adanya dukungan suami di dalam penggunaan alat kontrasepsi khususnya implant juga menjadi faktor yang mendukung istri untuk memilih alat kontrasepsi implant, karena dengan adanya kerjasama serta saling percaya maka dalam keadaan ideal akan dapat memilih metode kontrasepsi yang tepat dan yang terbaik. Kerjasama disini dapat berupa kerjasama dalam pemakaian, pembiayaan serta memperhatikan tanda bahaya setelah pemakaian kontrasepsi tersebut.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2010), yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mendukung ibu dalam penggunaan alat kontrasepsi implant diperoleh bahwa faktor pengetahuan, pendidikan, dan ekonomi mendukung penggunaan implant.

4.4.6.2 Faktor Penghambat istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant

Faktor penghambat istri pasangan usia subur dalam penggunaan implant adalah masih adanya faktor budaya di Bali seperti jumlah anak serta nilai anak

yang mempengaruhi dalam penggunaan alat kontrasepsi implant, tidak semua tenaga kesehatan mendapatkan pelatihan tentang implant sehingga hanya yang sudah terlatih saja dapat memberikan pelayanan KB implant, kurangnya promosi serta sosialisasi tentang alat kontrasepsi implant di masyarakat sehingga menimbulkan pengetahuan yang kurang serta pemahaman yang salah tentang penggunaan alat kontrasepsi implant.

Sejalan dengan studi kualitatif yang dilakukan oleh Oktaviani (2010), menyatakan bahwa faktor yang menghambat penggunaan KB yaitu implementasi program KB dinyatakan kurang, jaringan komunikasi dalam mensosialisasikan program KB kurang dan partisipasi masyarakat rendah.

4.5 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini meliputi subyektifitas yang ada pada peneliti. Penelitian ini sangat tergantung pada interpretasi penelitian serta makna yang tersirat di dalam melakukan FGD dan wawancara mendalam sehingga kecenderungan untuk bias masih tetap ada. Untuk mengurangi bias maka dilakukan proses triangulasi yaitu dengan menggunakan triangulasi sumber. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara cross check data dengan fakta dari informan yang berbeda dan dari hasil penelitian lainnya.

72 5.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditarik simpulan sebagai berikut. 5.1.1 Persepsi istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi

implant

1. Persepsi istri pasangan usia subur bagi pengguna implant tergolong baik karena rata-rata informan memiliki pandangan yang positif tentang

implant.

2. Persepsi istri pasangan usia subur bukan pengguna implant tergolong kurang baik karena rata-rata informan kurang mengetahui tentang alat kontrasepsi implant yang mengakibatkan akseptor KB bukan pengguna

implant tidak ingin menggunakan alat kontrasepsi implant.

5.1.2 Sikap istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant

1. Sikap istri pasangan usia subur bagi pengguna implant tergolong baik yang terlihat dalam pernyataan bahwa penggunaan implant sangat penting untuk digunakan karena efektif serta dapat digunakan jangka panjang untuk menunda kehamilan dan menjaga jarak kehamilan, tidak sering kontrol, tidak mudah lupa serta mempunyai tingkat kegagalan yang rendah.

2. Sikap istri pasangan usia subur bukan pengguna implant kurang baik karena keterbatasan mereka untuk memperoleh informasi tentang alat kontrasepsi implant. Isu-isu terkait seputar implant juga mempengaruhi

sikap istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant sehingga diperlukan penyampaian informasi yang benar dan akurat baik dari tenaga kesehatan, TV, media massa maupun internet.

5.1.3 Pengalaman istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant

1. Pengalaman istri pasangan usia subur pengguna implant sangat bervariasi seperti menstruasi tidak teratur dan lebih lama, tidak menstruasi, flek di

Dokumen terkait