• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Metode Pembayaran Selain Uang

3. Alat Pembayaran Khusus

Alat pembayaran saat ini sudah dapat dikatakan telah jauh berkembang pesat jika dibandingkan dengan masa awal ditemukannya alat pembayaran.

Dahulu, manusia hanya mengenal alat pembayaran dengan sistem barter.

Dalam kegiatan jual beli, sistem pembayaran dengan cara barter dianggap hal yang biasa dan dapat diterima oleh semua orang. Seiring dengan perjalanan waktu, manusia mulai memikirkan sesuatu yang lebih ringkas yang dapat dijadikan acuan dan satuan sebagai alat pembayaran. Maka pada saat itu, manusia mulai mengenal logam, baik emas, perak, maupun tembaga sebagai

72 Ibid

satuan alat tukar. Selanjutnya sistem dan alat pembayaran mulai terus berkembang, mulai dengan tunai ( cash ), non – tunai ( non-cash ) maupun kepada sistem pembayaran elektronik.

Alat membayar yang termasuk kedalam kelompok instrumen pembayaran khusus adalah alat pembayaran yang menggunakan media khusus, antara lain :

1) Cek

Cek adalah surat yang berisi perintah tidak bersyarat oleh penerbit kepada bank yang memelihara rekening giro penerbit untuk membayarkan suatu jumlah uang tertentu kepada pemegang atau pembawa. Cek adalah mekanisme sebagaimana yang diatur didalam Kitab Undang – undang Hukum Dagang mulai dari Pasal 178 sampai 229d Wetboek van Koophandel/Kitab Undang – Undang Hukum Dagang. Dalam mekanisme cek, ada beberapa pihak yang terlibat, antara lain :

a) Penerbit ( drawer), yakni orang yang mengeluarkan surat cek.

b) Tersangkut, yakni bank yang diberi perintah tanpa syarat untuk membayar sejumlah uang tertentu c) Pemegang ( holder ), yakni orang yang diberi hak

untuk memperoleh pembayaran yang namanya tercantum dalam surat cek.

d) Pembawa (bearer), yakni orang yang ditunjuk untuk menerima pembayaran, tanpa menyebutkan namanya didalam surat cek. ( adanya pembawa ini sebagai akibat dari klausula atas unjuk yang berlaku bagi surat cek )

e) Pengganti : orang yang menggantikan kedudukan pemegang surat cek dengan jalan endosemen.

Dalam hal ini surat cek diterbitkan dengan klausula atas pengganti dengan mencantumkan nama pengganti dalam surat cek.

Selain itu, surat cek juga harus memenuhi syarat formal yang telah disyaratkan didalam Pasal 178 Kitab Undang – undang Hukum Dagang, antara lain :

a) Nama “cek”, yang dimuat dalam teks sendiri dan dinyatakan dalam mana cek itu disebutkan.

b) Perintah tak bersyarat untuk membayar suatu jumlah tertentu.

c) Nama orang yang harus membayar ( tersangkut ) d) Penunjukan tempat dimana pembayaran harus

terjadi.

e) Penyebutan hari penanggalan beserta tempat dimana cek diterbitkan.

f) Tanda tangan orang yang menerbitkan cek ( penerbit )

Selanjutnya, berdasarkan Pasal 182 Kitab Undang – Undang Hukum Dagang dan dikaitkan dengan mekanisme pengalihannya cek dapat dibagi menjadi:

1. Cek Atas Nama;

Cek yang nama pemiliknya dituliskan pada cek tersebut dan bank hanya akan membayar kepada orang atau badang tersebut. Contoh: jika di dalam cek tertulis perintah bayarlah kepada Tn. Fulan sejumlah Rp 1.000.000 atau bayarlah kepada PT APB Indonesia uang sejumlah Rp 1.000.000, cek inilah yang disebut cek atas nama, namun dengan catatan kata "atau pembawa" di belakang nama yang diperintahkan dicoret.

2. Cek Atas Unjuk.

Kebalikan dari cek atas nama. Di dalam cek atas unjuk tidak tertulis nama seseorang atau badan hukum tertentu, jadi siapa saja dapat mencairkan cek atau, dengan kata lain, cek dapat diuangkan oleh si pembawa cek. Contoh:Di dalam cek tersebut tertulis bayarlah tunai, atau cash, atau tidak ditulis kata-kata apa pun.

3. Cek Tunai atau Cash Cheque.

Cek yang dapat dicairkan secara tunai kepada bank, baik cek atas nama maupun atas unjuk.

4. Cek Silang atau Cross Cheque.

Cek yang disilang dengan dua garis pada pojok kiri atas penariknya (drawer) dengan tujuan sehingga fungsi cek yang semula tunai berubah menjadi non tunai atau sebagai pemindahbukuan.

5. Cek Mundur atau Postdated Cheque.

Cek yang tanggal jatuh temponya mundur atau diberi tanggal kemudian.

6. Cek Kosong.

Cek yang dananya kurang atau tidak ada dana yang tersedia pada saat dicairkan atau dipindahbukukan. Contoh: Tn. Sigit Pramono menarik cek senilai Rp 10.000.000 yang tertulis di dalam cek tersebut, tetapi dana yang tersedia di rekening giro tersebut hanya Rp 5.000.000. Ini berarti ada kekurangan dana sebesar Rp 5.000.000 apabila nasabah menariknya. Jadi, jelas cek tersebut kurang jumlahnya dibandingkan dengan jumlah dana yang ada.

7. Cek atas bawa.

8. adalah cek kepada pembawa atau kepada orang yang disebut namanya dengan tambahan klausula “atau kepada pembawa” atau

cek tanpa penyebutan nama penerimanya, maka pengalihannya cukup dengan penyerahan fisik cek saja.

2) Bilyet Giro

Bilyet Giro adalah surat perintah dari nasabah kepada bank yang memelihara rekening giro nasabah ( bank tertarik ) untuk memindahbukukan sejumlah uang dari rekening yang bersangkutan kepada pihak penerima yang disebutkan namanya pada bank yang sama atau bank lain.

Penggunaan bilyet giro tidak diatur dalam KUHD melainkan dalam SK No.28/32/KEP/DIR dan SE No.28/32/UPG tanggal 4 Juli 1995 tentang Bilyet Giro. Adapun syarat formal bilyet giro menurut SK tersebut adalah sebagai berikut :

a) Nama ‘bilyet giro’ dan nomor bilyet giro yang bersangkutan.

b) Nama tertarik.

c) Perintah yang jelas tanpa syarat untuk memindahbukukan dana atasbeban rekening penarik.

d) Nama dan nomor rekening pemegang.

e) Nama bank penerima.

f) Jumlah dana yang dipindahbukukan baik dalam angka maupun dalamhuruf selengkap-lengkapnya.

g) Tempat dan tanggal penarikan.

h) Tanda tangan, nama jelas dan atau dilengkapi dengan cap, stempelsesuai dengan persyaratan pembukuan rekening.

3) Kartu Kredit (credit card)

Adalah alat pembayaran yang pembayarannya dilakukan kemudian. Dalam hal ini bank penerbit kartu memberikan kredit kepada nasabah pemegang kartu kredit dengan batas waktu dan tambahan bunga yang telah disepakati antara bank dan nasabah.

Kartu kredit diatur didalam beberapa peraturang perundang – undangan, antara lain Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan Nasional;

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan; dan Peraturan Bank Indonesia No.14/2/PBI/2012 tanggal 6 Januari 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu. Dalam penyelenggaraan kartu kredit ini terdapat beberapa pihak yang terlibat yaitu :

a) Penerbit (Issuer), yaitu pihak yang menerbitkan kartu kredit. Dalam halini, issuer merupakan pihak yang mengadakan perjanjian dengan danyang memberikan fasilitas kredit kepada pemegang kartu.

b) Pengelola (Acquirer), yaitu pihak yang mengadakan hubungan atau kerjasama dengan pedagang.

c) Prinsipal adalah pihak pemilik hak tunggal atas merk dalam penyelenggaraan kartu kredit seperti Visa, MasterCard, Dinners dan lain-lain.

Setiap transaksi pembayaran dengan menggunakan kartu kredit memerlukanproses otorisasi terlebih dahulu oleh penerbit mengenai keabsahan dari kartu yang digunakan serta batas limit nominal transaksi yang dilakukan. Otorisasi ini biasanya dilakukan secara on-line dengan meng-insert kartu melalui terminal EDC/POS (Electronic Data Capture/Point of Sales) yang ada di pedagang.

4) Kartu Debet (debet card)

Transaksi pembayaran dengan menggunakan kartu debet akan mengurangilangsung saldo rekening pemegang kartu yang ada di bank penerbit. Jadi dalam hal ini tidak ada fasilitas kredit yang diberikan oleh penerbit kepada pemagang kartu. Sebagaimana halnya kartu kredit, mekanisme pembayaran dengan kartu debit

juga memerlukan proses otorisasi serta ditambah dengan penggunaan PIN (Personal Identification Number) oleh pemegang kartu.

5) Electronic Money (e-money)

6) Perkembangan teknologi di bidang informasi dan komunikasi telah memberi dampak terhadap munculnya inovasi-inovasi baru dalam pembayaran elektronis (electronic payment). Dalam hal Uang Elektronik/ Electronic Money (e-money) di Indonesia diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 20/6/PBI/2018 Tahun 2018 tentang Uang Elektronik Beberapa contoh pembayaran electronis yang sudah dikenal di Indonesia saat ini antara lain phone banking, internet banking, pembayaran dengan kartu kredit serta kartu debit/kartu ATM. Meskipun teknologi yang digunakan berbeda-beda, namun kesemua cara pembayaran elektronis yang disebutkan di atas selalu terkait langsung dengan rekening nasabah bank yang menggunakannya. Dalam hal ini setiap instruksi pembayaran yang dilakukan nasabah dengan menggunakan salah satu cara pembayaran tersebut selalu memerlukan proses otorisasi untuk kemudianakan dibebankanlangsung ke rekening nasabah yang bersangkutan.

Saat ini, di beberapa negara telah mulai dikenal instrumen pembayaran elektronis yang dikenal sebagai electronic money atau

sering disebut dengan e-money, yang karakteristiknya sedikit berbeda dengan pembayaran elektronis yang telah disebutkan sebelumnya karena pembayaran dengan menggunakan e-money tidak selalu memerlukan proses otorisasi untuk pembebanan ke rekening nasabah yang menggunakannya. Hal ini dikarenakan pada e-money tersebut telah terekam sejumlah nilai uang. Dengan karakteristik tersebut, pada prinsipnya seseorang yang memiliki e-moneysama dengan memiliki uang tunai. Hanya saja nilai uang tersebut dikonversikan dalam bentuk elektronis. Dalam salah satu laporan yang diterbitkan oleh BIS pada bulan Oktober 1996, e- money didefinisikan sebagai produk-produk stored-value atau prepaid dimana sejumlah dana disimpan secara elektronis dalam suatu peralatan elektronis yang dimiliki oleh seseorang. ‘Nilai elektronis’ ini dapat dibeli oleh seseorang dan tersimpan dalam peralatan elektronis miliknya, dimana nilainya akan berkurang pada saat digunakan untuk melakukan pembayaran. Berbeda dengan kebanyakan single-prepaid card yang ada saat ini (seperti kartu telepon), e-money dimaksudkan untuk berbagai keperluan pembayaran.Dilihat dari media yang digunakan, secara umum ada dua tipe produk e-moneyyaitu :

a. Prepaid Card (disebut juga electronic purses), dengan karakteristiksebagai berikut :

1) ‘Nilai elektronis’ disimpan dalam suatu hard disk komputer.

2) Mekanisme pemindahan dana dilakukan melalui suatu jaringankomunikasi seperti Internet, pada saat melakukan pembayaran.

b. Prepaid software (sering disebut juga digital cash), dengankarakteristik sebagai berikut :

1) Nilai elektronis’ disimpan dalam suatu hard disk komputer.

2) Mekanisme pemindahan dana dilakukan melalui suatu jaringankomunikasi seperti Internet, pada saat melakukan pembayaran.

Saat ini, di beberapa negara telah mulai dikenal instrumen pembayaran elektronis yang dikenal sebagai electronic money atau sering disebut dengan e-money, yang karakteristiknya sedikit berbeda dengan pembayaran elektronis yang telah disebutkan sebelumnya karena pembayaran dengan menggunakan e-money tidak selalu memerlukan proses otorisasi untuk pembebanan ke rekening nasabah yang menggunakannya. Hal inidikarenakan pada e-money tersebut telah terekam sejumlah nilai uang. Dengan karakteristik tersebut, pada prinsipnya seseorang yang memiliki e-money sama dengan memiliki uang tunai. Hanya saja nilai uang

tersebut dikonversikan dalam bentuk elektronis. Dalam salah satu laporan yang diterbitkan oleh BIS pada bulan Oktober 1996, e-money didefinisikan sebagai produk-produk stored-value atau prepaid dimana sejumlah dana disimpan secara elektronis dalam suatu peralatan elektronis yang dimiliki oleh seseorang. ‘Nilai elektronis’ ini dapat dibeli oleh seseorang dan tersimpan dalam peralatan elektronis miliknya dimana nilainya akan berkurang pada saat digunakan untuk melakukan pembayaran. Berbeda dengan kebanyakan single-prepaid card yang ada saat ini (seperti kartu telepon), e-money dimaksudkan untuk berbagai keperluan pembayaran. Dilihat dari media yang digunakan, secara umum ada dua tipe produk e- moneyyaitu :

a) Prepaid Card (disebut juga electronic purses), dengan karakteristiksebagai berikut :

1) ‘Nilai elektronis’ disimpan dalam suatu chip (integrated circuit)yang tertanam pada kartu.

2) Mekanisme pemindahan dana dilakukan dengan meng-insertkartu ke suatu card reader.

Perkembangan e-money di berbagai negara telah menimbulkan issue seputarimplikasinya terhadap kebijakan bank sentral, antara lain implikasi terhadap kebijakan moneter, pendapatan seigniorage bank sentral, kelembagaan yang dapat menerbitkan e-money,

security, dan money laundering. Berbagai studi mengenai implikasi pengembangan e-money tersebut telah dilakukan, diantaranya oleh BIS. Pada bulan Oktober 1996 BIS menerbitkan laporan hasil kajiannya yang berjudul “Implications for Central Banks of The Development Electronic Money”.73

Dokumen terkait