• Tidak ada hasil yang ditemukan

F. Kerangka Teori dan Landasan Konseptual

1. Kerangka Teori

Ada berbagai istilah yang sering digunakan dalam penulisan suatu karya ilmiah seperti “Tinjauan Pustaka”, “Kerangka Teoritik(s)”, “Kerangka Pemikiran” dan sebagainya. Berbagai istilah tersebut pada dasarnya sama maksud dan maknanya, hanya mungkin ada yang lebih luas dan yang lain lebih sempit kajiannya14, akan tetapi isi dari kerangka teoritik adalah konsepsi-konsepsi, teori-teori, pandangan-pandangan, penemuan-penemuan yang relevan dengan pokok permasalahan.. 15

14Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad,Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. 1, 2010), hal. 92.

15 Ronny Hanitijo, Meteologipenelitianhukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990), hal.39

I Gede Artha menjelaskan bahwa landasan teoritis berisi uraian-uraian tentang

asas-asas hukum, konsep-konsep hukum, doktrin, yurisprudensi dan hasil-hasil penelitian hukum terdahulu termasuk teori-teori hukum.16

Kata teoritik atau teoritis atau eoricalth berarti berdasarkan pada teori, mengenai atau menurut teori.17 Kata teori berasal dari kata theoria dalam bahasa Latin yang berarti perenungan. Kata theoria itu sendiri berasal dari kata thea yang dalam bahasa Yunani berarti cara atau hasil pandang.18

1. Untuk mempertajam atau mengkhususkan fakta yang hendak diselidiki atau diuji kebenarannya.

Dalam suatu penelitian ilmiah, adanya kerangka teoritis adalah merupakan suatu kerangka dari mana suatu masalah dan hipotesis diambil atau dihubungkan. Oleh karena itu suatu teori atau kerangka teoritis mempunyai pelbagai kegunaan antara lain sebagai berikut :

2. Mengembangkan system klasifikasi, fakta, membina struktur konsep-konsep serta memperkembangkan defenisi-defenisi.

3. Teori biasanya merupakan ikhtisar dari pada hal-hal yang telah diketahui dan diuji kebenarannya yang menyangkut obyek yang diteliti.

4. Memberikan kemungkinan mengadakan proyeksi terhadap fakta mendatang oleh karena diketahui sebab-sebab terjadinya fakta tersebut dan mungkin fakta tersebut akan muncul lagi pada masa-masa mendatang.

16 I Gede Artha, 2013. Bahan Kuliah Metodologi Penelitian Hukum, Program Doktor Ilmu Hukum, Program Pascasarjana Universitas Udayana, Denpasar, (Selanjutnya disebut I Gede Artha 2)

17 Sudikno Mertokusumo,Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, ( Yogyakarta: Liberty,2001), hal. 156.

18 Soetandyo Wigjosoebroto,Hukum, Paradigma, Metode dan Dinamika Masalahnya, (Jakarta:

Elsam HuMa, 2002), hal. 184

5. Teori memberikan petunjuk-petunjuk pada kekurangan-kekurangan yang ada pada pengetahuan si penelitin.19

Satjipto Rahardjo berpendapat bahwa dalam dunia ilmu, teori menempati kedudukan yang penting karena memberikan sarana kepada kita untuk merangkum serta memahami masalah yang kita bicarakan secara lebih baik. Hal-hal yang semula tampak tersebar dan berdiri sendiri bias disatukan dan ditunjukknan kaitannya satu sama lain secara bermakna. Teori dengan demikian memberikan penjelasan dengan cara mengorganisasikan dan mensistematisasikan masalah yang dibicarakan.20

Permasalahan ketiga yakni akibat hukum penggunaan mata uang virtual sebagai alat tukar di indonesia akan dikaji dan dianalisis menggunakan teori kewenangan dan teori pengawasan.

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian tesis ini ada beberapa teori yang digunakan sebagai alat analisis permasalahan yang telah dirumuskan. Teori-teori dimaksud adalah tentang teori kewenangan dan teori tanggungjawab.

Penerapan teori-teori tersebut di atas dikelompokkan sebagai berikut : permasalahan pertama yaitu legalitas peredaran mata uang virtual ( virtual currency ) di Indonesia.

Permasalahan kedua yakni fungsi pengawasan bank indonesia sebagai penguasa moneter di indonesia terhadap pengawasan peredaran mata uang virtual di indonesia.

Hal ini akan dibahas dengan menggunakan teori kewenangan dan teori pengawasan.

19Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum,(Depok: Universitas Indonesia), 198, hlm.

142.

20 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,1991), hal. 253

a. Teori kewenangan

Teori Kewenangan atau wewenang memiliki kedudukan penting dalam kajian hukum tata negara dan hukum administrasi. Begitu pentingnya kedudukan wewenang ini sehingga F.A.M. Stroink dan J.G. Steenbeek, menyatakan Het begrip bevoegdheid is da nook een kembegrip in het staats en administratief recht.21

Secara etimologi kewenangan berasal dari kata wenang, dengan variasi imbuhan yang menjadi wewenang, kewenangan, berwenang dan sebagainya.

Wewenang berarti hak dan kekuasaan untuk bertindak. Kewenangan berarti hak dan kekuasaan yang dipunyai untuk melakukan sesuatu, berwenang artinya mempunyai/mendapat hak dan kekuasaan untuk melakukan sesuatu.22

Istilah wewenang atau kewenangan sering disejajarkan dengan istilah authority dalam bahasa Inggris dan bevoegdheid dalam istilah hukum Belanda.23 Authority dalam Black’s Law Dictionary diartikan sebagai Legal power; a right to command or to act; the right and power of public officers to require obedience to their orders lawfully issued in scope of their public duties.24

Istilah Belanda bevoegdheid digunakan baik dalam konsep hukum publik maupun dalam konsep hukum privat, sedangkan dalam hukum Indonesia, istilah kewenangan atau wewenang seharusnya digunakan selalu dalam konsep hukum

21 Umar Solehuddin,Hukum dan Keadilan Masyarakat Perspektif Kajian Sosiologi Hukum, (Malang: Setara Press, 2011) hal. 148.

22 Nur Basuki Minarno,Penyalahgunaan Wewenang dan Tindak Pidana Korupsi Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah, (Yogyakarta: Laksbang Mediatama,Edisi I, Cet. 2, 2009), hal. 65.

23 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta:

Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama,Edisi keempat, Cet. Keempat,2012) hal. 1560. (Selanjutnya disingkat KBBI)

24 Nur Basuki Minarno, Loc.Cit.

publik.25Dalam konsep hukum publik, wewenang merupakan suatu konsep inti dalam hukum tata negara dan hukum administrasi. Dalam hukum tata negara, wewenang (bevoegdheid) dideskripsikan sebagai kekuasaan hukum (rechtsmacht) sedangkan dalam hukum administrasi yang merupakan obyek kajiannya adalah wewenang pemerintahan (bestuur bevoegdheid).26

Indroharto berpendapat wewenang sebagai suatu kemampuan yang diberikan oleh suatu peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk menimbulkan akibat- akibat hukum yang sah.

Sebagai suatu konsep hukum publik, wewenang terdiri atas sekurang-kurangnya tiga komponen yaitu pengaruh, dasar hukum dan komformitas hukum.

Komponen pengaruh ialah bahwa penggunaan wewenang dimaksudkan untuk mengendalikan perilaku subyek hukum. Komponen dasar hukum bahwa wewenang itu selalu harus dapat ditunjuk dasar hukumnya dan konformitas hukum mengandung makna adanya standar wewenang yaitu standard umum (semua jenis wewenang) dan standard khusus (untuk jenis wewenang tertentu).

27Sedangkan menurut S.F. Marbun, wewenang mengandung arti kemampuan untuk melakukan suatu tindakan hukum publik, atau secara yuridis adalah kemampuan bertindak yang diberikan oleh undang-undang yang berlaku untuk melakukan hubungan-hubungan hukum.28

25. Henry Campbell Black, 1990. Black’s Law Dictionary, West Publishing, hal. 133.

26 Philipus M. Hadjon, dkk, Hukum Administrasi dan Tindak Pidana Korupsi,(Yogyakarta:Gadjah Mada University Press,Cet. 1 , 2011) hal. 10. 61 Ibid. 62 Ibid. hlm. 11

27 Indroharto,Usaha Memahami Undang-Undang Tentang Peraditan Tata Usaha Negara, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan,2004) , hal. 94

28 SF. Marbun,pokok-pokok administrasi negara, (Jakarta: Liberty, 1987) hal. 154-155.

Dalam kepustakaan hukum administrasi terdapat dua cara utama untuk memperoleh wewenang pemerintahan yaitu atribusi dan delegasi. Kadang-kadang mandat ditempatkan sebagai cara tersendiri, namun mandat bukan pelimpahan wewenang seperti delegasi. Atribusi merupakan cara normal untuk memperoleh wewenang pemerintahan, bahkan atribusi juga merupakan wewenang untuk membuat keputusan (besluit) yang langsung bersumber kepada undang-undang dalam artian materiil.29Delegasi diartikan sebagai penyerahan wewenang (untuk membuat besluit) oleh pejabat pemerintahan kepada pihak lain dan wewenang tersebut menjadi tanggung jawab pihak lain tersebut. Mandat merupakan suatu penugasan kepada bawahan. Misalnya untuk membuat keputusan atas nama pejabat yang memberi mandat. Keputusan ini merupakan keputusan pejabat yang memberi mandat, dengan demikian tanggung jawab jabatan tetap pada pemberi mandat.30

Dalam hal kewenangan di bidang moneter di Indonesia, Bank Indonesia mempunyai kewenangan terhadap kegiatan moneter di Indonesia. Menurut Undang – Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia, Bank Indonesia merupakan lembaga Negara yang independen dan bebas dari campur tangan pemerintah Negara, kecuali dalam hal perintah undang-undang. Bank Indonesia sebagai lembaga independen ini memiliki kewenangan untuk melaksanakan kebijakan moneter dan mengawasi bank-bank lainnya di Indonesia.Sebagai pemegang kekuasaan moneter, Bank Indonesia memiliki berbagai kewenangan seperti memperhatikan laju inflasi untuk menetapkan sasaran moneter. Artinya, bahwa Bank Indonesia mampu

29 Ibid.

30Philipus M. Hadjon, dkk, op.cit., hlm. 11-13

meningkatkan atau mengurangi peredaran uang di Indonesia, mengendalikan moneter dengan operasi pasar terbuka, melakukan diskonto, menetapkan giro wajib bagi setiap warga negara, menerapkan prinsip kehati-hatian dengan cara mengawasi dan mengenakan sanksi bagi siapapun sesuai dengan ketentuan undang-undang. Oleh penjelasan tesebut dan terkait dengan permasalahan tesis , maka teori kewenangan cukup relevan dan akan digunakan untuk mengkaji kewenangan Bank Indonesia membuat dan memantau kebijakan mengenai kegiatan moneter di indonesia.

b. Teori Pengawasan

Pengawasan adalah suatu penilaian yang merupakan suatu proses pengukuran dan verifikasi dari serangkaian proses yang telah diselenggarakan secara berkelanjutan.31Menurut Sujamto pengawasan adalah segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas atau kegiatan , apakah sesuai dengan semestinya atau tidak.32Kemudian menurut Mc. Ferland pengawasan ialah suatu proses dimana pimpinan ingin mengetahui apakah hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya sesuai dengan rencana, perintah, tujuan atau kebijaksanaan yang telah ditentukan.33

31 Suriansyah Murhaini, Manajemen Pengawasan Pemerintahan Daerah,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2014), hlm.4

32 Jum Anggriani, Hukum Administrasi Negara, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012),hal. 78

33 Soewarno Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Managemen, (Jakarta:

1990), hlm. 113

Selanjutnya, menurut Menurut Siagian : pengawasan adalah proses pengamatan dari pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana

yang telah ditetapkan sebelumnya.34 Soekarno.K, mendefinisikan : pengawasan adalah suatu proses yang menentukan tentang apa yang harus dikerjakan, agar apa yang diselenggarakan sejalan dengan rencana.35

Pengawasan dari segi hukum merupakan penilaian tentang sah atau tidaknya suatu perbuatan pemerintah yang menimbulkan akibat hukum.36Secara konsepsional pengawasan terdiri dari pengawasan fungsional, pengawasan internal, pengawasan masyarakat, yang ditandai system pengadilan dan pengawasan yang tertib, sidalmen/waskat, wasnal, wasmas, koordinasi, integrasi dan sinkronasi aparat pengawasan, terbentuknya system informasi pengawasan yang mendukung pelaksanaan tindak lanjut, serta jumlah dan kualitas auditor professional yang memadai, intensitas tindak lanjut pengawasan dan penegakan hukum secara adil dan konsisten.37

Menurut M. Manullang mengatakan bahwa : “Pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan suatu pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan mengoreksi bila perlu dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula”.

38

34 Viktor M. Situmorang, Jusuf Juhir, Aspek Hukum Pengawasan Melekat Dalam Lingkungan Aparatur Pemerintah,(Jakarta: Rineka Cipta, (cetakan II), 1998), hlm. 14

35 Ibid, hlm. 20.

36 Diana Halim Koencoro, Hukum Administrasi Negara,(Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), hlm.

74

37M. Haddin Muhjad, Hukum Lingkungan,( Yogyakarta: Genta Publishing, 2015), hal. 201. 4

38 M.Manullang, Dasar-dasar Manajemen, ( Jakarta : Ghalia Indonesia, 1995), hlm 18

Dilain pihak Menurut Harold Koonz,dkk, yang dikutip oleh John Salinderho mengatakan bahwa pengawasan adalah : Pengukuran dan pembetulan terhadap kegiatan para bawahan untuk menjamin bahwa apa yang terlaksana itu cocok dengan rencana. Jadi pngawasan itu mengukur pelaksanaan dibandingkan

dengan cita-cita dan rencana, memperlihatkan dimana ada penyimpangan yang negatif dan dengan menggerakkan tindakan-tindakan untuk memperbaiki penyimpangan-penyimpangan, membantu menjamin tercapainya rencana – rencana.39

M. Manullang mengatakan bahwa tujuan utama diadakannya pengawasan adalah “mengusahakan agar apa yang direncanakan menjadi kenyataan”

Begitu pentingnya pengawasan dalam suatu organisasi sehingga keberhasilan atau kinerja suatu organisasi menjadi ukuran, sampai dimana pelaksanaan pengawasan terhadap organisasi tersebut. Bahkan dalam praktek manajemen modern pengawasan tidak dapat lagi dipisahkan dengan fungsi-fungsi manajemen lainnya.

40. Sedangkan tujuan pengawasan menurut Sukarno. K adalah sebagai berikut :41

1. Untuk mengetahui apakah sesuatu berjalan sesuai dengan rencana yang digariskan.

2. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu dilaksanakan sesuai dengan instruksi serta asas-asas yang telah diinstruksikan.

3. Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan, kelemahan-kelemahan dalam bekerja.

4. Untuk mengetahui segala sesuatu apakah berjalan dengan efisien.

5. Untuk mencari jalan keluar, bila ternyata dijumpai kesulitan-kesulitan, kelemahan-kelemahan atau kegagalan-kegagalan ke arah perbaikan.

39 Jhon Salindeho, Tata Laksana Dalam Manajemen, (, Jakarta : Sinar Grafika, 1998), hlm 39.

40 M.Manullang, Op-Cit, hlm.173

41 Sukarno K., Dasar-Dasar Managemen¸ (Jakarta : Miswar, 1992 ), hlm. 105

Menurut Simbolon, ada beberapa prinsip pengawasan yang dapat diuraikan sebagai berikut :42

1. Pengawasan berorientasi kepada tujuan organisasi

2. Pengawasan harus objektif, jujur dan mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi

3. Pengawasan harus berorientasi kepada kebenaran menurut peraturan perundang – undangan yang berlaku ( wetmategheid ), berorientasi terhadap kebenaran atas prosedur yang telah ditetapkan ( rechmategheid ) dan berorientasi terhadap tujuan ( manfaat ) dalam pelaksanaan pekerjaan ( doelmategheid )

4. Pengawasan harus menjamin daya dan hasil guna pekerjaan

5. Pengawasan harus berdasarkan standar yang objektif, teliti ( accurate ), dan tepat

6. Pengawasan harus bersifat terus menerus ( continue )

7. Hasil pengawasan harus dapat memberikan umpan balik ( feed back ) terhadap perbaikan dan penyempurnaan dan kebijaksanaan waktu yang akan datang.

Bank Indonesia memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja lembaga keuangan yang sehat, khususnya perbankan. Penciptaan kinerja lembaga perbankan seperti itu dilakukan melaluimekanisme pengawasan dan regulasi. Seperti halnya di negara-negara lain, sektor perbankan memiliki pangsa yang dominan dalam sistem

42 Maringan Masry Simbolon, Dasar – dasar Administrasi dan Manajemen, ( Jakarta : Penerbit Ghalia Indonesia, 2004 ), hlm. 76

keuangan. Oleh sebab itu, kegagalan di sektor ini dapat menimbulkan ketidakstabilan keuangan dan mengganggu perekonomian. Untuk mencegah terjadinya kegagalan tersebut, sistem pengawasan dan kebijakan perbankan yang efektif haruslah ditegakkan. Selain itu, disiplin pasar melalui kewenangan dalam pengawasan dan pembuat kebijakan serta penegakan hukum (law enforcement) harus dijalankan. Bukti yang ada menunjukkan bahwa negara-negara yang menerapkan disiplin pasar, memiliki stabilitas sistem keuangan yang kokoh. Sementara itu, upaya penegakan hukum (law enforcement) dimaksudkan untuk melindungi perbankan dan stakeholder serta sekaligus mendorong kepercayaan terhadap sistem keuangan.43 Di Indonesia masalah yang terkait dengan bank diatur dalam Undangundang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998.44

Dokumen terkait