• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENGAWASAN BANK INDONESIA DALAM KEGIATAN TRANSAKSI MATA UANG VIRTUAL ( VIRTUAL CURRENCY ) DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENGAWASAN BANK INDONESIA DALAM KEGIATAN TRANSAKSI MATA UANG VIRTUAL ( VIRTUAL CURRENCY ) DI INDONESIA"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENGAWASAN BANK INDONESIA DALAM KEGIATAN TRANSAKSI MATA UANG VIRTUAL ( VIRTUAL

CURRENCY ) DI INDONESIA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum Dalam Program Studi magister Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara

Oleh :

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

MUHAMMAD HENDRA RAZAK 157005099 / Ilmu Hukum

(2)

ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENGAWASAN BANK INDONESIA DALAM KEGIATAN TRANSAKSI MATA UANG VIRTUAL ( VIRTUAL

CURRENCY ) DI INDONESIA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum Dalam Program Studi magister Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara

Oleh :

2018

MUHAMMAD HENDRA RAZAK 157005099/Ilmu Hukum

PROGRAM STUDI PASCA SARJANA ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)
(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 23 Agustus 2018

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H.

Anggota : 1. Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum.

2. Prof. Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum.

3. Prof. Dr. Muhammad Yamin, S.H., M.S., C.N.

4. Dr. T. Keizerina Devi Azwar, S.H., C.N., M.Hum.

(5)

ABSTRAK Bismar Nasution * Mahmul Siregar **

Sunarmi ***

Perkembangan mata uang virtual ini menimbulkan permasalahan hukum di Indonesia, khususnya yang mengenai perundang-undangan dan serta kebijakan yang terkait dengan mata uang. Penggunaan mata uang virtual sebagai alat pembayaran pada dasarnya bertentangan dengan Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Mata Uang. Selain itu, oleh karena mata uang virtual adalah mata uang yang ada didalam dunia digital, maka mata uang virtual tidak memenuhi kualifkasi sebagai mata uang. Pada umumnya, lembaga dan atau otoritas moneter di suatu negara diserahkan kepada suatu Bank Sentral. Di Indonesia,lembaga dan atau otoritas yang berwenang dibidang moneter adalah Bank Indonesia sesuai dengan amanat Pasal 10 Undang – Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia. Sebagai otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, tugas utama Bank Indonesia tidak saja menjaga stabilitas moneter, namun juga stabilitas sistem keuangan (perbankan dan sistem pembayaran). Tesis ini mengangkat permasalahan tentang peran Bank Indonesia dalam mengawasi lalu lintas moneter di Indonesia, aturan hukum yang berkaitan dengan uang dan alat pembayaran lainnya dikatikan dengan legalitas mata uang virtual ( virtual currency ) di Indonesia, legalitas pembayaran dengan menggunakan mata uang virtual ( Virtual Currency ) dalam transaksi yang menggunakan media elektronik, dan peran Bank Indonesia sebagai otoritas moneter di Indonesia dalam mengawasi lalu lintas peredaran mata uang virtual ( virtual currency ) di Indonesia.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian normatif/ metode penelitian kepustakaan ( Library Research ), menggunakan analisis data kualitatif dan penelitian Lapangan (Field Research ).

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan mata uang virtual dalam kegiatan transaksi dan atau kewajiban pembayaran yang harus dipenuhi dengan uang di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah tidak sah ( ilegal ) dan merupakan perbuatan yang melanggar hukum, Mata virtual ( virtual currency ) tidak memiliki dasar hukum atau legalitas untuk dapat digunakan kegiatan transaksi secara elektronik di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, hal ini juga sejalan dengan Undang – undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang, Undang – undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia, Pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia maupun Otoritas Jasa Keuangan, maupun lembaga atau badan lainnya yang berkepentingan dibidang moneter di Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat mendeteksi kegiatan transaksi yang dilakukan oleh pihak – pihak pengguna mata uang virtual ( virtual currency ) diakibatkan tertutupnya akses pengguna mata uang virtual ( virtual currency ) kepada Bank Indonesia selaku otoritas yang berwenang dibidang moneter di Indonesia. Oleh karena itu, Sebaiknya pemerintah, melalui badan atau lembaga yang berwenang dibidang moneter dan jasa keuangan merivisi aturan tentang mata uang dengan menambahkan atuan mengenai larangan penggunaan mata uang virtual pada Undang – undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang. Selain itu, melalui badan atau lembaga yang berwenang dalam mengambil dan membuat keputusan membuat aturan tersendiri tentang kewenangan untuk memblokir situs – situs penyedia layanan jual – beli dan atau penukaran mata uang virtual jika penggunaannya terlarang di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kata Kunci : Bank Indonesia, Mata Uang Virtual

(6)
(7)
(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah swt atas segala kasih dan sayangnya, penulis masih diberi kesehatan, keselamatan dan kemampuan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini sebagai persyaratan unutk memperoleh gelar Magister Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Adapun judul tesis Penulis adalah “ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENGAWASAN BANK INDONESIA DALAM KEGIATAN TRANSAKSI MATA UANG VIRTUAL ( VIRTUAL CURRENCY ) DI INDONESIA”.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan untuk penyempurnaan tesis ini.

Pada kesempatan ini, dengan segala hormat penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam – dalamnya serta mempersembehakan tesis ini setinggi – tingginya kepada kedua orang tua penulis, yakni : Salmi Saleh, S.H dan Hj.

Asniwati yang telah sangat berjasa yang tiada batasnya dan memberikan kasih sayang yang tiada akhir, mendukung tanpa henti, membantu tanpa mengharap imbalan, berjuang dalam mendidik, membimbing, dan menyemangati penulis sehingga terselesaikannya tesis ini.

Dalam menyelesaikan penulisan tesis ini juga tiada kesempurnaan tanpa adanya bimbingan, masukan, kritikan, dan arahan – arahan para pembimbing dan para penguji, dan oleh karena itu penulis ucapkan terima kasih sebanyak – banyaknya kepada para pembimbing, yakni Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H.

(9)

selaku ketua komisi pembimbing, Ibu Prof. Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum., selaku anggota komisi pembimbing dan Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum, selaku anggota komisi pembimbing, dan serta para penguji yaitu Bapak Prof. Dr. M.

Yamin, S.H., M.S., C.N., dan Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, S.H., C.N., M.Hum, selaku dosen penguji tesis yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Selanjutnya penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. OK. Saidin, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan – I, Puspa Melati Hasibuan, S.H., M.Hum selaku Wakil Dekan – II dan Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum. selaku Wakil Dekan – III di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Prof. Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum., selaku Ketua Program Studi Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum. selaku Sekretaris Program Studi Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu pengetahuan,

(10)

bimbingan serta arahan yang sangat bermanfaat selama penulis mengikuti proses kegiatan perkuliahan.

7. Seluruh staff/Pegawai di Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

8. Kepada yang terhormat Bapak Kepala Bank Indonesia Cabang Sumatera Utara beserta staff, yang telah membantu dan meluangkan waktu dalam penyelesaian tesis ini.

9. Kepada Bapak Dr. Abdul Hakim Siagian, S.H., M.Hum. dan Bapak Dr.

OK. Saidin, S.H., M.Hum. yang telah memberi rekomendasi dan kepercayaan kepada penulis untuk menimba ilmu di Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

10. Kepada Abangda Subhan Zein Siagian, S.H., M.H., yang selalu terus mendorong penulis untuk terus maju menyelesaikan pendidikan dan penyelesaian tesis ini.

11. Kepada Sdr.i Dian Hidayanti, S.H. yang telah banyak membantu memberi dukungan dan meluangkan waktu serta pikiran untuk penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

12. Kepada seluruh rekan – rekan mahasiswa dan mahasiswi pada Program Studi Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara angkatan 2015 yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu.

Penulis sangat sadar karena do’a dan dukungan dari orang – orang yang terkasih, tesis ini dapat terselesaikan.

(11)

Akhir kata penulis mengucapkan segala syukur, semoga Allah swt memberi petunjuknya kepada kita semua dan dengan segala kerendahan hati Penulis berharap tesis ini dapat membantu dan bermanfaat bagi masyarakat banyak.

Medan, 23 Agustus 2018

( Muhammad Hendra Razak )

(12)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Muhammad Hendra Razak

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan, 25 Februari 1991

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

II. IDENTITAS KELUARGA

Ayah : Salmi Saleh, S.H.

Ibu : Hj. Asniwati

III. PENDIDIKAN FORMAL

Sekolah Dasar : SD. Muhammadiyah 034 Perumnas

Simalingkar Medan Sekolah Menengah Pertama : SMP Negeri 30 Medan Sekolah Menengah Atas : SMA Negeri 17 Medan

Perguruan Tinggi ( S1 ) : Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Jakarta

Perguruan Tinggi ( S2 ) : Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara

(13)

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK

ABSTRACT

LEMBAR PENGESAHAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………... 1

B. Perumusan Masalah……… 11

C. Tujuan Penelitian...……… 11

D. Manfaat Penelitian..………. 12

E. Keaslian Penelitian... 13

F. Kerangka Teori dan Landasan Konseptual... 14

1. Kerangka Teori... 14

a. Teori Kewenangan... 17

b. Teori Pengawasan... 20

2. Kerangka Konseptual... 24

G. Metode Penelitian...………... 26

1. Jenis dan Sifat Penelitian………... 27

2. Data dan Sumber Data……….…... 28

3. Teknik dan Alat Pengumpul Data... 29

4. Analisa Data... 30

(14)

BAB II : ATURAN HUKUM YANG BERKAITAN DENGAN UANG DAN ALAT PEMBAYARAN LAINNYA DIKAITKAN DENGAN LEGALITAS MATA UANG VIRTUAL ( VIRTUAL CURRENCY ) DI INDONESIA

A. Uang...……… 33

1. Pengertian Uang... 33

2. Fungsi, Syarat dan Jenis Mata Uang... 36

a. Fungsi Mata Uang... 36

b. Syarat Mata Uang... 36

c. Jenis Mata Uang... 38

B. Metode Pembayaran Selain Uang………... 41

1. UangKartal (Chartal)... 42

2. Uang Giral... 46

3. Alat Pembayaran Khusus... 48

C. Aturan Hukum Mengenai Mata Uang Dan Alat Pembayaran Di Indonesia... 60

BAB III : LEGALITAS PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN MATA UANG VIRTUAL ( VIRTUAL CURRENCY ) DALAM TRANSAKSI YANG MENGGUNAKAN MEDIA ELETRONIK A. Perkembangan Penggunaan Financial Technology ( FinTech) Di Indonesia... 69

B. Mata Uang Virtual………... 74

C. Legalitas Mata Uang Virtual Dalam Transaksi…………... 84

(15)

BAB IV : PERAN BANK INDONESIA SEBAGAI PENGAWAS SISTEM MONETER DALAM MENGAWASI LALU LINTAS PEREDARAN MATA UANG VIRTUAL ( VIRTUAL CURRENCY ) DI INDONESIA

A. Tugas Dan Wewenang Bank Indonesia……. ...96 1. Tugas Bank Indonesia...96 2. Wewenang Bank Indonesia...98 B. Dasar Bank Indonesia Mengawasi Lalu Lintas Peredaran Mata

Uang Virtual (Virtual Currency ) Di Indonesia... 101 C. Peran Bank Indonesia Dalam Pengawasan Moneter Di

Indonesia... 103 BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan………...119 B. Saran………... 121 DAFTAR PUSTAKA

(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dalam perkembangan kehidupannya, manusia tidak terlepas dari kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi tidak dapat dipisahkan dari sejarah hidup manusia itu sendiri. Perkembangan kegiatan ekonomi itu sendiri sudah ada sejak peradaban manusia telah dapat menciptakan, memasok, serta mendistribusikan barang maupun jasa. Sejak saat itu pula manusia juga mengenal dan menggunakan alat tukar untuk memenuhi kebutuhan pokok. Pada masa ekonomi masih sederhana, manusia masih mengenal konsep barter sebagai alat tukar, pada masa itu, yang menjadi objek alat tukar masih berupa barang hasil bumi atau pertanian dan juga peternakan. Seiring dengan perkembangan zaman dan ditambah dengan kebutuhan yang semakin bertambah, maka manusia mengembangkan alat tukar yang efesien dan mendukung dengan kebutuhan hidup manusia itu sendiri.

Dalam perkembangannya dan didorong oleh tuntutan kebutuhan yang semakin banyak, maka manusia mengembangkan alat tukar yang dinamakan uang. Pada awalnya, manusia menciptakan uang dalam bentuk koin yang terbuat dari emas dan perak. Uang koin diciptakan oleh Croesus di Yunani sekitar 560–546 SM. Dalam sejarah pemakaian uang kertas sebagai bahan uang, Cina dianggap sebagai bangsa yang pertama menemukannya, yaitu sekitar abad pertama Masehi pada masa Dinasti T’ang. Sedangkan di abad modern, Benjamin Franklin ditetapkan sebagai Bapak Uang Kertas karena ia yang pertama kali mencetak dolar dari bahan kertas yang semula digunakan untuk membiayai perang kemerdekaan Amerika Serikat.1

Semakin maju dan berkembangnya teknologi manusia, maka dalam transaksi uang koin dan kertas mulai ditinggalkan. Dalam perkembangannya sekarang ini,

1http://fitria-sumawardani.blogspot.co.id/2013/06/uang-lembaga-keuangan-dan- kebijakan.html. Diakses pada 24/01/2018 pukul 14.24 Wib.

(17)

manusia sudah mulai memanfaatkan perkembangan dan kemajuan teknologi elektronik yang berbentuk non tunai dengan cara transfer antar rekening, menggunakan sarana uang elektronik ( electronic money / e-money ), dan yang paling terbaru serta yang dianggap paling praktis dan paling menguntungkan adalah dengan menggunakan mata uang virtual ( virtual currency), serta meninggalkan kebiasaan transaksi dengan cara tunai yang dianggap sebagai cara pembayaran konvensional.

Kemajuan transaksi elektronik yang semakin pesat, melahirkan inovasi – inovasi baru dalam sistem pembayaran. Transaksi yang semula dilakukan secara konvensional, kini sudah mulai ditinggalkan dan dilakukan dengan cara online atau elektronik. Dan bahkan sekarang, fenomena ini sudah meluas sampai kepada penggunaan mata uang. Dahulu, mata uang yang digunakan masih kovensional, yang dikeluarkan oleh badan atau lembaga pemerintah yang diakui keabsahannya, serta dikontrol peredarannya. Akibat dengan kemajuan teknologi yang semakin maju dan pesat, maka sekarang mata uang elektronik, digital dan / atau mata uang virtual telah tercipta tanpa adanya pengakuan dari badan atau lembaga pemerintah, seperti Bitcoin, Litecoin, dan lain sebagainya.

Bitcoin adalah sebuah uang elektronik atau mata uang virtual yang dibuat pada tahun 2009 oleh seseorang yang mengaku bernama Satoshi Nakamoto ( nama samaran ). Nama tersebut juga dikaitkan dengan perangkat lunak sumber terbuka yang dia rancang, dan juga menggunakan jaringan peer-to-peer tanpa penyimpanan terpusat atau administrator tunggal dimana Departemen Keuangan Amerika Serikat menyebut bitcoin sebuah mata uang yang terdesentralisasi . Tidak seperti mata uang pada umumnya, bitcoin tidak tergantung dengan mempercayai penerbit utama. Bitcoin menggunakan sebuah database yang didistribusikan dan menyebar ke node-node dari sebuah jaringan P2P ke jurnal transaksi, dan menggunakan kriptografi untuk menyediakan fungsi-fungsi keamanan dasar, seperti memastikan bahwa bitcoin hanya dapat dihabiskan oleh orang memilikinya, dan tidak pernah boleh dilakukan lebih dari satu kali. Desain dari bitcoin memperbolehkan

(18)

untuk kepemilikan tanpa identitas (anonymous) dan pemindahan kekayaan. Bitcoin - bitcoin dapat disimpan di komputer pribadi dalam sebuah format file wallet atau di simpan oleh sebuah servis wallet pihak ketiga, dan terlepas dari semua itu Bitcoin - bitcoin dapat di kirim lewat internet kepada siapapun yang mempunyai sebuah alamat Bitcoin. Topologi peer-to-peer bitcoin dan kurangnya administrasi tunggal membuatnya tidak mungkin untuk otoritas, pemerintahan apapun, untuk memanipulasi nilai dari bitcoin - bitcoin atau menyebabkan inflasi dengan memproduksi lebih banyak bitcoin.Bitcoin adalah salah satu dari implementasi pertama dari yang disebut cryptocurrency, pertama kali di deskripsikan oleh Wei Dai pada tahun 1998 dalam milis cypherpunks.2

Sedangkan menurut sumber yang lain, bitcoin adalah implementasi pertama tentang konsep yang bernama “cryptocurrency”, yang pertama kali dijelaskan pada tahun 1998 oleh Wei Dai. Beliau menyarankan adanya bentuk uang baru yang menggunakan kriptografi untuk mengontrol pembuatan dan transaksi, alih-alih menggunakan otoritas terpusat. Konsep Bitcoin pertama kali dipublikasikan oleh Satoshi Nakamoto pada tahun 2009. Satoshi kemudian meninggalkan proyek ini pada akhir tahun 2010 tanpa memberitahukan identitas aslinya. Protokol dan perangkat lunak Bitcoin dipublikasikan secara terbuka dan para pengguna dan pengembang teknologi Bitcoin dari seluruh dunia dapat meninjau kode atau membuat sendiri perangkat lunak Bitcoin yang telah dimodifikasi versi mereka. Sama halnya dengan tim developer yang ada saat ini, pengaruh Satoshi Nakomoto hanya terbatas pada beberapa perubahan yang ia ciptakan dan diadopsi oleh pengembang lain, dan dia tidak mengontrol Bitcoin. Dengan demikian, meskipun identitas Satoshi Nakamoto tidak diketahui, Bitcoin dapat berjalan tanpa masalah.3

2https://id.wikipedia.org/wiki/Bitcoin . Diakses pada tanggal 25/10/2018 pukul 00.42 wib

Secara umum, Bitcoin dapat diperoleh melalui tiga cara berikut:

3https://help.bitcoin.co.id/id_ID/siapa-yang-menciptakan-bitcoin/ . diakses pada tanggal 25/01/2018 pukul 15.52 Wib.

(19)

1). Mining

Dengan komputer yang canggih, Anda dapat menambang Bitcoin. Setiap kali Anda berhasil menyelesaikan soal matematika untuk memproses transaksi Bitcoin, Anda akan secara otomatis dihadiahi Bitcoin oleh sistem.

2). Pasar Bitcoin (Trade Exchange)

Ada ratusan pasar Bitcoin online dimana Anda dapat membeli Bitcoin dengan USD, EUR atau berbagai mata uang lainnya termasuk untuk membeli Bitcoin dengan Rupiah.

3). Faucet

Ada beberapa situs yang membagikan Bitcoin secara gratis dengan persyaratan tertentu misalnya dengan menonton iklan, memainkan game, dan lain – lain.4

Perkembangan perdagangan jual beli mata uang virtual di dunia sudah banyak dilakukan orang. Mata uang virtual ini sudah mulai digunakan sebagai alat tukar untuk jual beli barang maupun jasa. Jika ditanyakan bagaimana nilai serta penyebaran mata uang bitcoin. Mengenai penyebarannya saat ini bitcoin sudah tersebar hampir di seluruh penjuru dunia. Namun ada beberapa negara yang dengan tegas telah menolak penggunaan mata uang bitcoin sebagai alat transaksi online. Negara-negara tersebut diantaranya adalah China dan Singapura, negara tersebut memang menolak penggunaan bitcoin sebagai alat jual beli yang sah karena sifatnya yang tidak aman.

Selain itu bitcoin juga dikawatirkan akan memberikan dampak buruk terhadap kestabilan transaksi online di negara tersebut. Mengenai nilai bitcoin, jika di-kurs-kan dengan nilai dolas AS, beberapa pihak menyatakan bahwa saat ini nilai 1 bitcoinatau 1B (symbol bitcoin) senilai dengan $195 United State dollar. Namun nilai tersebut

4https://help.bitcoin.co.id/id_ID/bagaimana-cara-mendapatkan-bitcoin/ . Diakses pada tanggal 25/01/2018 pukul 16.00 wib.

(20)

akan terus berubah sesuai dengan keberadaan jumlah bitcoin yang ada saat ini.

Hingga saat ini diperkirakan sudah terdapat 21 juta bitcoin yang bertambah 25 bitcoin permenitnya diseluruh dunia.5

Mata uang virtual kini sudah diterima untuk dua hal, yakni untuk pelayanan dunia maya maupun barang di dunia nyata.6 Electronic Frontier Foundation dan Singularity Institute menerima donasi melalui bitcoin.7 Para penukar mata uang menukarkan mata uang yang biasa dipakai sehari-hari (termasuk dollar Amerika, rubble Russia, dan yen Jepang) ke bitcoin melalui situs penukaran bitcoin.8

Berbeda dengan

Siapapun dapat melihat rantai-blok dan mengamati transaksi secara real time. Berbagai macam fasilitas servis untuk mengamati telah tersedia.

mata uang fiat konvensional, bitcoin berbeda dalam hal tidak ada kepengawasan yang dapat mengontrol nilai dikarenakan sifatnya yang desentralisasi,pengurangan sirkulasi dapat menyebabkan ketidakstabilan yang biasanya disebabkan oleh bank - bank sentral. Terdapat pula pengontrolan inflasi secara terbatas yang diimplementasikan dalam perangkat lunak Bitcoin, tetapi itu dapat diprediksi dan diketahui oleh semua pihak. Karena itu inflasi tidak dapat dimanipulasi dari sentral untuk memengaruhi redistribusi nilai dari khalayak ramai.Transfer - transfer difasilitasi secara langsung tanpa menggunakan sebuah pemeroses keuangan di antara node - node. Jenis transaksi ini membuat chargeback mustahil. Klien Bitcoin akan menyiarkan transaksi ke node sekitar yang akan menyebarkan pembayaran ke semua jaringan. Transaksi - transaksi yang gagal atau salah akan ditolak oleh klien - klien yang jujur. Transaksi - transaksi kebanyakan bebas pungutan biaya, tetapi sebuah biaya biasanya dapat dibayarkan ke node lainnya untuk mempriotiskan pemerosesan transaksi.Seiringnya waktu, jumlah total dari bitcoin akan meningkat mengarah ke 21 juta. Peredaran uang meningkat sebagai sebuah serial geometris yang berlangsung setiap 4 tahun sekali; diperkirakan pada tahun 2013 setengah dari total

5https://www.maxmanroe.com/apa-itu-bitcoin.html . Diakses pada tanggal 25/01/2018 pukul 13.05 wib

6 "Bitcoin Trade". Bitcoin.org. Diakses pada tanggal 25/01/2018 pukul 14.00 wib

7 EFF Bitcoin donation page dan ^ SIAI donation page. Diakses pada tanggal 25/01/2018 pukul 14.15wib

8 Bitcoin Charts .Bitcoin.org. Diakses pada tanggal 25/01/2018 pukul 14.27 wib

(21)

peredaran akan berhasil dihasilkan, dan pada tahun 2017, 3/4 dari itu akan selesai dihasilkan. Seiring dengan perarahan menuju nilai tersebut, bitcoin sepertinya akan mulai mengalami deflasi (pertambahan nilai nyata) nilai dikarenakan kekurangan perkenalan baru. Walaupun Bitcoin dapat dibagi dengan delapan angka di belakang koma (memberikan 2.1 x 1015 unit total), menghilangkan ketebatasan praktis dapat menyebabkan penyesuaian nilai ke arah linkungan deflasi.Daripada mengandalkan dari insentif bitcoin yang baru dibuat untuk mencatat transaksi - transaksi ke dalam blok - blok, node - node dalam perioda ini diharapkan untuk menggantungkan kemampuannya untuk secara kompetitif mengumpulkan biaya pemerosesan transaksi - transaksi .9

Kebijakan moneter adalah proses mengatur

Namun, perkembangan mata uang virtual ini menimbulkan permasalahan hukum di Indonesia, khususnya yang mengenai perundang-undangan dan serta kebijakan yang terkait dengan mata uang. Penggunaan mata uang virtual sebagai alat pembayaran di Indonesia sendiri telah bertentangan dengan Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Mata Uang, yang mana didalam Undang – Undang ini diatur bahwa satu – satunya alat pembayaran yang sah dan diakui di Indonesia hanya Rupiah. Selain itu, oleh karena mata uang virtual adalah mata uang yang ada didalam dunia digital, maka mata uang virtual tidak memenuhi kualifkasi sebagai mata uang.

Setiap negara pada umumnya mempunyai lembaga dan atau otoritas penguasa moneter yang membuat, mengatur dan memutuskan kebijakan dibidang keuangan atau moneter.

persediaan uang sebuah negara untuk mencapai tujuan tertentu; seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera. Kebijakan moneter dapat melibatkan mengeset standar bunga pinjaman, "margin requirement", kapitalisasi untuk bank atau bahkan bertindak sebagai peminjam usaha terakhir atau melalui persetujuan melalui negosiasi dengan pemerintah lain.Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi,

9https://id.wikipedia.org/wiki/Bitcoin . Diakses pada 26/01/2018 pukul 11.18

(22)

stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil.10

Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang.Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.

11

1. Kebijakan moneter ekspansif (Monetary expansive policy)

Kebijakan moneter ekspansif (Monetary expansive policy)Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat (permintaan masyarakat) pada saat perekonomian mengalami resesi atau depresi. Kebijakan ini disebut juga kebijakan moneter longgar (easy money policy)

2. Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary contractive policy)

Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary contractive policy)Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini

10 http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/06/kebijakan-moneter-derfinisi-dan.html . diakses pada 24/01/2018 pukul 15.18

11http://organisasi.org/definisi-pengertian-kebijakan-moneter-dan-kebijakan-fiskal-instrumen-serta- penjelasannya. Diakses pada tanggal 24/10/2018 pukul 22.13 Wib

(23)

dilakukan pada saat perekonomian mengalami inflasi. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy)

Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter, yaitu antara lain :

1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)

Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government securities).

Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.

2. Fasilitas Diskonto (Discount Rate)

Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah uang yang beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum kadang-kadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang beredar berkurang.

3. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)

Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio.

4. Imbauan Moral (Moral Persuasion)

Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.

Pada umumnya, lembaga dan atau otoritas moneter di suatu negara diserahkan kepada suatu Bank Sentral yang penunjukannya bisa langsung ditunjuk oleh pemerintah maupun perintah dari konstitusi negara tersebut. Di Indonesia,lembaga dan atau otoritas yang berwenang dibidang moneter adalah Bank Indonesia sesuai dengan amanat Pasal 10 Undang – Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank

(24)

Indonesia.Sebagai otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, tugas utama Bank Indonesia tidak saja menjaga stabilitas moneter, namun juga stabilitas sistem keuangan (perbankan dan sistem pembayaran).

Keberhasilan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas moneter tanpa diikuti oleh stabilitas sistem keuangan, tidak akan banyak artinya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Stabilitas moneter dan stabilitas keuangan ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Kebijakan moneter memiliki dampak yang signifikan terhadap stabilitas keuangan begitu pula sebaliknya, stabilitas keuangan merupakan pilar yang mendasari efektivitas kebijakan moneter. Sistem keuangan merupakan salah satu alur transmisi kebijakan moneter, sehingga bila terjadi ketidakstabilan sistem keuangan maka transmisi kebijakan moneter tidak dapat berjalan secara normal. Sebaliknya, ketidakstabilan moneter secara fundamental akan mempengaruhi stabilitas sistem keuangan akibat tidak efektifnya fungsi sistem keuangan. Inilah yang menjadi latar belakang mengapa stabilitas sistem keuangan juga masih merupakan tugas dan tanggung jawab Bank Indonesia.12

Dalam menjaga serta memelihara stabilitas sistem keuangan, Bank Indonesia mempunyai 5 (lima) peran utama yang mencakup kebijakan dan instrumen dalam menjaga sistem keuangan itu antara lainPertama, Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter antara lain melalui instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka. Bank Indonesia dituntut untuk mampu menetapkan kebijakan moneter secara tepat dan berimbang. Hal ini mengingat gangguan stabilitas moneter memiliki dampak langsung terhadap berbagai aspek ekonomi. Kebijakan moneter melalui penerapan suku bunga yang terlalu ketat, akan cenderung bersifat mematikan kegiatan ekonomi. Begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, untuk menciptakan stabilitas moneter, Bank Indonesia telah menerapkan suatu kebijakan yang disebut inflation targeting framework.Kedua, Bank Indonesia memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja lembaga keuangan yang sehat, khususnya perbankan.

Penciptaan kinerja lembaga perbankan seperti itu dilakukan melalui mekanisme pengawasan dan regulasi. Seperti halnya di negara-negara lain, sektor perbankan memiliki pangsa yang dominan dalam sistem keuangan. Oleh sebab itu, kegagalan di sektor ini dapat menimbulkan ketidakstabilan keuangan dan mengganggu perekonomian. Untuk mencegah terjadinya kegagalan tersebut, sistem pengawasan dan kebijakan perbankan yang efektif haruslah ditegakkan. Selain itu, disiplin pasar melalui kewenangan dalam pengawasan dan pembuat kebijakan serta penegakan hukum (law enforcement) harus dijalankan. Bukti yang ada menunjukkan bahwa negara-negara yang menerapkan disiplin pasar, memiliki stabilitas sistem keuangan yang kokoh. Sementara itu, upaya penegakan hukum (law enforcement) dimaksudkan

12http://www.bi.go.id/id/perbankan/ssk/peran-bi/peran/Contents/Default.aspx. Diakses pada tanggal 25/01/2018 pukul 00.20 wib

(25)

untuk melindungi perbankan dan pemangku kebijakan (stakeholder) serta sekaligus mendorong kepercayaan terhadap sistem keuangan. Untuk menciptakan stabilitas di sektor perbankan secara berkelanjutan, Bank Indonesia telah menyusun Arsitektur Perbankan Indonesia dan rencana implementasi Basel II.Ketiga, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran.

Bila terjadi gagal bayar (failure to settle) pada salah satu peserta dalam sistem sistem pembayaran, maka akan timbul risiko potensial yang cukup serius dan mengganggu kelancaran sistem pembayaran. Kegagalan tersebut dapat menimbulkan risiko yang bersifat menular (contagion risk) sehingga menimbulkan gangguan yang bersifat sistemik. Bank Indonesia mengembangkan mekanisme dan pengaturan untuk mengurangi risiko dalam sistem pembayaran yang cenderung semakin meningkat.

Antara lain dengan menerapkan sistem pembayaran yang bersifat real timeatau dikenal dengan nama sistem RTGS (Real Time Gross Settlement) yang dapat lebih meningkatkan keamanan dan kecepatan sistem pembayaran. Sebagai otoritas dalam sistem pembayaran, Bank Indonesia memiliki informasi dan keahlian untuk mengidentifikasi risiko potensial dalam sistem pembayaran.

Keempat, melalui fungsinya dalam riset dan pemantauan, Bank Indonesia dapat mengakses informasi-informasi yang dinilai mengancam stabilitas keuangan. Melalui pemantauan secara macroprudential, Bank Indonesia dapat memonitor kerentanan sektor keuangan dan mendeteksi potensi kejutan (potential shock) yang berdampak pada stabilitas sistem keuangan. Melalui riset, Bank Indonesia dapat mengembangkan instrumen dan indikator macroprudential untuk mendeteksi kerentanan sektor keuangan. Hasil riset dan pemantauan tersebut, selanjutnya akan menjadi rekomendasi bagi otoritas terkait dalam mengambil langkah-langkah yang tepat untuk meredam gangguan dalam sektor keuangan.Kelima, Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai jaring pengaman sistim keuangan melalui fungsi bank sentral sebagai lender of the last resort (LoLR). Fungsi LoLR merupakan peran tradisional Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam mengelola krisis guna menghindari terjadinya ketidakstabilan sistem keuangan. Fungsi sebagai LoLR mencakup penyediaan likuiditas pada kondisi normal maupun krisis. Fungsi ini hanya diberikan kepada bank yang menghadapi masalah likuiditas dan berpotensi memicu terjadinya krisis yang bersifat sistemik. Pada kondisi normal, fungsi LoLR dapat diterapkan pada bank yang mengalami kesulitan likuiditas temporer namun masih memiliki kemampuan untuk membayar kembali. Dalam menjalankan fungsinya sebagai LoLR, Bank Indonesia harus menghindari terjadinya moral hazard. Oleh karena itu, pertimbangan risiko sistemik dan persyaratan yang ketat harus diterapkan dalam penyediaan likuiditas tersebut.13

Berdasarkan uraian diatas untuk mengetahui sejauh mana peran Bank Indonesia dalam mengawasi lalu lintas moneter di Indonesia, maka dibuat tesis

13 Ibid

(26)

dengan judul “Analisis Yuridis Terhadap Pengawasan Bank Indonesia Dalam Kegiatan Transaksi Mata Uang Virtual ( Virtual Currency ) Di Indonesia “.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang diajukan sesuai dengan latar belakang diatas dan sekaligus memberikan batasan penelitian, sebagai berikut :

1. Bagaimana aturan hukum yang berkaitan dengan uang dan alat pembayaran lainnya dikatikan dengan legalitas mata uang virtual ( virtual currency ) di Indonesia?

2. Bagaimana legalitas pembayaran dengan menggunakan mata uang virtual ( Virtual Currency ) dalam transaksi yang menggunakan media elektronik ?

3. Bagaimana peran Bank Indonesia sebagai otoritas moneter di Indonesia dalam mengawasi lalu lintas peredaran mata uang virtual ( virtual currency ) di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa yang menjadi tujuan penulisan tesis ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis aturan hukum yang berkaitan dengan uang dan alat pembayaran lainnya dikatikan dengan legalitas mata uang virtual ( virtual currency ) di Indonesia.

(27)

2. Untuk mengetahui dan menganalisis legalitas pembayaran dengan menggunakan mata uang virtual ( Virtual Currency ) dalam transaksi yang menggunakan media elektronik

3. Untuk mengetahui dan menganalisis peran Bank Indonesia sebagai otoritas moneter di Indonesia dalam mengawasi lalu lintas peredaran mata uang virtual ( virtual currency ) di Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan sejumlah manfaat, baik secara teoritis maupun praktis, manfaat tersebut adalah :

1. Secara teoritis :

Penelitian ini dapat berguna sebagai media pendalaman teori hukum, khususnya mengenai fungsi pengawasan Bank Indonesia sebagai lembaga pengawasan moneter di Indonesia.

2. Secara praktis :

Dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang Fungsi Bank Indonesia Sebagai Lembaga Pengawasan Moneter Terhadap Kegiatan Transaksi Mata Uang Virtual ( Virtual Currency ) Di Indonesia.

a. Kepada Pelaku Usaha

Memberikan sumbangan pemikiran kepada Pelaku usaha tentang bahaya dan resiko menggunakan mata uang virtual sebagai alat tukar dan investasi di Indonesia.

b. Pembuat Kebijakan

(28)

Sebagai masukan dan manfaat bagi para pembuat kebijakan guna melengkapi Peraturan Perundang-Undangan yang masih diperlukan atau yang akan diterbitkan terkait dengan pengaturan pengawasan peredaran mata uang virtual ( virtual currency ).

c. Masyarakat Umum

Memberikan sumbangan pemikiran kepada masyarakat tentang akibat menggunakan mata uang virtual yang ilegal atau dikeluarkan tanpa otoritasi lembaga moneter yang berwenang.

d. Mahasiswa dan Akademis

Memberikan sumbangan pemikiran kepada Mahasiswa dan Akademis tentang Fungsi Bank Indonesia Sebagai Lembaga Pengawasan Moneter Terhadap Kegiatan Transaksi Mata Uang Virtual (Virtual Currency ) Di Indonesia.

E. Keaslian Penelitian

Guna menghindari terjadinya duplikat penelitian terhadap masalah yang sama, peneliti terlebih dahulu melakukan penelusuran di Perpustakaan USU dan di PerpustakannMagister Ilmu Hukum USU. Berdasarkan penelusuran yang dilakukan tesis atas nama,

1. Ronald FC. Sipayung, NIM 107005143, judul tesis “ Analisis Yuridis Peran Polri Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Pemalsuan Mata Uang Terkait Dengan Undang – Undang No. 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang”.

Setelah dibedakan hal-hal yang prinsipil antara pembahasan pada judul penelitian diatas dengan permasalahan pada penelitian ini, jelasa terdapat perbedaan.

(29)

Pembahasan terhadap permasalahan dalam penelitian ini memfokuskan pembahasan Fungsi Bank Indonesia Sebagai Lembaga Pengawasan Moneter Terhadap Kegiatan Transaksi Mata Uang Virtual (Virtual Currency ) Di Indonesia. Sehingga dalam adanya pernbedaan ini, dapat dikatakan bahwa judul dan permasalahan di dalam penelitian ini, dinyatakan asli dan jauh dari unsur plagiat terhadap karya ilmiah orang lain

F. Kerangka Teori dan Landasan Konseptual

Pencapaian tujuan penelitian dan dalam rangka menjawab permasalah, diperlukan teori dan konsep untuk menganalisis penelitian ini.

1. Kerangka Teori

Ada berbagai istilah yang sering digunakan dalam penulisan suatu karya ilmiah seperti “Tinjauan Pustaka”, “Kerangka Teoritik(s)”, “Kerangka Pemikiran” dan sebagainya. Berbagai istilah tersebut pada dasarnya sama maksud dan maknanya, hanya mungkin ada yang lebih luas dan yang lain lebih sempit kajiannya14, akan tetapi isi dari kerangka teoritik adalah konsepsi-konsepsi, teori-teori, pandangan- pandangan, penemuan-penemuan yang relevan dengan pokok permasalahan.. 15

14Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad,Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. 1, 2010), hal. 92.

15 Ronny Hanitijo, Meteologipenelitianhukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990), hal.39

I Gede Artha menjelaskan bahwa landasan teoritis berisi uraian-uraian tentang asas-

(30)

asas hukum, konsep-konsep hukum, doktrin, yurisprudensi dan hasil-hasil penelitian hukum terdahulu termasuk teori-teori hukum.16

Kata teoritik atau teoritis atau eoricalth berarti berdasarkan pada teori, mengenai atau menurut teori.17 Kata teori berasal dari kata theoria dalam bahasa Latin yang berarti perenungan. Kata theoria itu sendiri berasal dari kata thea yang dalam bahasa Yunani berarti cara atau hasil pandang.18

1. Untuk mempertajam atau mengkhususkan fakta yang hendak diselidiki atau diuji kebenarannya.

Dalam suatu penelitian ilmiah, adanya kerangka teoritis adalah merupakan suatu kerangka dari mana suatu masalah dan hipotesis diambil atau dihubungkan. Oleh karena itu suatu teori atau kerangka teoritis mempunyai pelbagai kegunaan antara lain sebagai berikut :

2. Mengembangkan system klasifikasi, fakta, membina struktur konsep-konsep serta memperkembangkan defenisi-defenisi.

3. Teori biasanya merupakan ikhtisar dari pada hal-hal yang telah diketahui dan diuji kebenarannya yang menyangkut obyek yang diteliti.

4. Memberikan kemungkinan mengadakan proyeksi terhadap fakta mendatang oleh karena diketahui sebab-sebab terjadinya fakta tersebut dan mungkin fakta tersebut akan muncul lagi pada masa-masa mendatang.

16 I Gede Artha, 2013. Bahan Kuliah Metodologi Penelitian Hukum, Program Doktor Ilmu Hukum, Program Pascasarjana Universitas Udayana, Denpasar, (Selanjutnya disebut I Gede Artha 2)

17 Sudikno Mertokusumo,Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, ( Yogyakarta: Liberty,2001), hal. 156.

18 Soetandyo Wigjosoebroto,Hukum, Paradigma, Metode dan Dinamika Masalahnya, (Jakarta:

Elsam HuMa, 2002), hal. 184

(31)

5. Teori memberikan petunjuk-petunjuk pada kekurangan-kekurangan yang ada pada pengetahuan si penelitin.19

Satjipto Rahardjo berpendapat bahwa dalam dunia ilmu, teori menempati kedudukan yang penting karena memberikan sarana kepada kita untuk merangkum serta memahami masalah yang kita bicarakan secara lebih baik. Hal-hal yang semula tampak tersebar dan berdiri sendiri bias disatukan dan ditunjukknan kaitannya satu sama lain secara bermakna. Teori dengan demikian memberikan penjelasan dengan cara mengorganisasikan dan mensistematisasikan masalah yang dibicarakan.20

Permasalahan ketiga yakni akibat hukum penggunaan mata uang virtual sebagai alat tukar di indonesia akan dikaji dan dianalisis menggunakan teori kewenangan dan teori pengawasan.

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian tesis ini ada beberapa teori yang digunakan sebagai alat analisis permasalahan yang telah dirumuskan. Teori-teori dimaksud adalah tentang teori kewenangan dan teori tanggungjawab.

Penerapan teori-teori tersebut di atas dikelompokkan sebagai berikut : permasalahan pertama yaitu legalitas peredaran mata uang virtual ( virtual currency ) di Indonesia.

Permasalahan kedua yakni fungsi pengawasan bank indonesia sebagai penguasa moneter di indonesia terhadap pengawasan peredaran mata uang virtual di indonesia.

Hal ini akan dibahas dengan menggunakan teori kewenangan dan teori pengawasan.

19Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum,(Depok: Universitas Indonesia), 198, hlm.

142.

20 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,1991), hal. 253

(32)

a. Teori kewenangan

Teori Kewenangan atau wewenang memiliki kedudukan penting dalam kajian hukum tata negara dan hukum administrasi. Begitu pentingnya kedudukan wewenang ini sehingga F.A.M. Stroink dan J.G. Steenbeek, menyatakan Het begrip bevoegdheid is da nook een kembegrip in het staats en administratief recht.21

Secara etimologi kewenangan berasal dari kata wenang, dengan variasi imbuhan yang menjadi wewenang, kewenangan, berwenang dan sebagainya.

Wewenang berarti hak dan kekuasaan untuk bertindak. Kewenangan berarti hak dan kekuasaan yang dipunyai untuk melakukan sesuatu, berwenang artinya mempunyai/mendapat hak dan kekuasaan untuk melakukan sesuatu.22

Istilah wewenang atau kewenangan sering disejajarkan dengan istilah authority dalam bahasa Inggris dan bevoegdheid dalam istilah hukum Belanda.23 Authority dalam Black’s Law Dictionary diartikan sebagai Legal power; a right to command or to act; the right and power of public officers to require obedience to their orders lawfully issued in scope of their public duties.24

Istilah Belanda bevoegdheid digunakan baik dalam konsep hukum publik maupun dalam konsep hukum privat, sedangkan dalam hukum Indonesia, istilah kewenangan atau wewenang seharusnya digunakan selalu dalam konsep hukum

21 Umar Solehuddin,Hukum dan Keadilan Masyarakat Perspektif Kajian Sosiologi Hukum, (Malang: Setara Press, 2011) hal. 148.

22 Nur Basuki Minarno,Penyalahgunaan Wewenang dan Tindak Pidana Korupsi Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah, (Yogyakarta: Laksbang Mediatama,Edisi I, Cet. 2, 2009), hal. 65.

23 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta:

Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama,Edisi keempat, Cet. Keempat,2012) hal. 1560. (Selanjutnya disingkat KBBI)

24 Nur Basuki Minarno, Loc.Cit.

(33)

publik.25Dalam konsep hukum publik, wewenang merupakan suatu konsep inti dalam hukum tata negara dan hukum administrasi. Dalam hukum tata negara, wewenang (bevoegdheid) dideskripsikan sebagai kekuasaan hukum (rechtsmacht) sedangkan dalam hukum administrasi yang merupakan obyek kajiannya adalah wewenang pemerintahan (bestuur bevoegdheid).26

Indroharto berpendapat wewenang sebagai suatu kemampuan yang diberikan oleh suatu peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk menimbulkan akibat- akibat hukum yang sah.

Sebagai suatu konsep hukum publik, wewenang terdiri atas sekurang- kurangnya tiga komponen yaitu pengaruh, dasar hukum dan komformitas hukum.

Komponen pengaruh ialah bahwa penggunaan wewenang dimaksudkan untuk mengendalikan perilaku subyek hukum. Komponen dasar hukum bahwa wewenang itu selalu harus dapat ditunjuk dasar hukumnya dan konformitas hukum mengandung makna adanya standar wewenang yaitu standard umum (semua jenis wewenang) dan standard khusus (untuk jenis wewenang tertentu).

27Sedangkan menurut S.F. Marbun, wewenang mengandung arti kemampuan untuk melakukan suatu tindakan hukum publik, atau secara yuridis adalah kemampuan bertindak yang diberikan oleh undang-undang yang berlaku untuk melakukan hubungan-hubungan hukum.28

25. Henry Campbell Black, 1990. Black’s Law Dictionary, West Publishing, hal. 133.

26 Philipus M. Hadjon, dkk, Hukum Administrasi dan Tindak Pidana Korupsi,(Yogyakarta:Gadjah Mada University Press,Cet. 1 , 2011) hal. 10. 61 Ibid. 62 Ibid. hlm. 11

27 Indroharto,Usaha Memahami Undang-Undang Tentang Peraditan Tata Usaha Negara, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan,2004) , hal. 94

28 SF. Marbun,pokok-pokok administrasi negara, (Jakarta: Liberty, 1987) hal. 154-155.

(34)

Dalam kepustakaan hukum administrasi terdapat dua cara utama untuk memperoleh wewenang pemerintahan yaitu atribusi dan delegasi. Kadang-kadang mandat ditempatkan sebagai cara tersendiri, namun mandat bukan pelimpahan wewenang seperti delegasi. Atribusi merupakan cara normal untuk memperoleh wewenang pemerintahan, bahkan atribusi juga merupakan wewenang untuk membuat keputusan (besluit) yang langsung bersumber kepada undang-undang dalam artian materiil.29Delegasi diartikan sebagai penyerahan wewenang (untuk membuat besluit) oleh pejabat pemerintahan kepada pihak lain dan wewenang tersebut menjadi tanggung jawab pihak lain tersebut. Mandat merupakan suatu penugasan kepada bawahan. Misalnya untuk membuat keputusan atas nama pejabat yang memberi mandat. Keputusan ini merupakan keputusan pejabat yang memberi mandat, dengan demikian tanggung jawab jabatan tetap pada pemberi mandat.30

Dalam hal kewenangan di bidang moneter di Indonesia, Bank Indonesia mempunyai kewenangan terhadap kegiatan moneter di Indonesia. Menurut Undang – Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia, Bank Indonesia merupakan lembaga Negara yang independen dan bebas dari campur tangan pemerintah Negara, kecuali dalam hal perintah undang-undang. Bank Indonesia sebagai lembaga independen ini memiliki kewenangan untuk melaksanakan kebijakan moneter dan mengawasi bank-bank lainnya di Indonesia.Sebagai pemegang kekuasaan moneter, Bank Indonesia memiliki berbagai kewenangan seperti memperhatikan laju inflasi untuk menetapkan sasaran moneter. Artinya, bahwa Bank Indonesia mampu

29 Ibid.

30Philipus M. Hadjon, dkk, op.cit., hlm. 11-13

(35)

meningkatkan atau mengurangi peredaran uang di Indonesia, mengendalikan moneter dengan operasi pasar terbuka, melakukan diskonto, menetapkan giro wajib bagi setiap warga negara, menerapkan prinsip kehati-hatian dengan cara mengawasi dan mengenakan sanksi bagi siapapun sesuai dengan ketentuan undang-undang. Oleh penjelasan tesebut dan terkait dengan permasalahan tesis , maka teori kewenangan cukup relevan dan akan digunakan untuk mengkaji kewenangan Bank Indonesia membuat dan memantau kebijakan mengenai kegiatan moneter di indonesia.

b. Teori Pengawasan

Pengawasan adalah suatu penilaian yang merupakan suatu proses pengukuran dan verifikasi dari serangkaian proses yang telah diselenggarakan secara berkelanjutan.31Menurut Sujamto pengawasan adalah segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas atau kegiatan , apakah sesuai dengan semestinya atau tidak.32Kemudian menurut Mc. Ferland pengawasan ialah suatu proses dimana pimpinan ingin mengetahui apakah hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya sesuai dengan rencana, perintah, tujuan atau kebijaksanaan yang telah ditentukan.33

31 Suriansyah Murhaini, Manajemen Pengawasan Pemerintahan Daerah,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2014), hlm.4

32 Jum Anggriani, Hukum Administrasi Negara, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012),hal. 78

33 Soewarno Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Managemen, (Jakarta:

1990), hlm. 113

Selanjutnya, menurut Menurut Siagian : pengawasan adalah proses pengamatan dari pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana

(36)

yang telah ditetapkan sebelumnya.34 Soekarno.K, mendefinisikan : pengawasan adalah suatu proses yang menentukan tentang apa yang harus dikerjakan, agar apa yang diselenggarakan sejalan dengan rencana.35

Pengawasan dari segi hukum merupakan penilaian tentang sah atau tidaknya suatu perbuatan pemerintah yang menimbulkan akibat hukum.36Secara konsepsional pengawasan terdiri dari pengawasan fungsional, pengawasan internal, pengawasan masyarakat, yang ditandai system pengadilan dan pengawasan yang tertib, sidalmen/waskat, wasnal, wasmas, koordinasi, integrasi dan sinkronasi aparat pengawasan, terbentuknya system informasi pengawasan yang mendukung pelaksanaan tindak lanjut, serta jumlah dan kualitas auditor professional yang memadai, intensitas tindak lanjut pengawasan dan penegakan hukum secara adil dan konsisten.37

Menurut M. Manullang mengatakan bahwa : “Pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan suatu pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan mengoreksi bila perlu dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula”.

38

34 Viktor M. Situmorang, Jusuf Juhir, Aspek Hukum Pengawasan Melekat Dalam Lingkungan Aparatur Pemerintah,(Jakarta: Rineka Cipta, (cetakan II), 1998), hlm. 14

35 Ibid, hlm. 20.

36 Diana Halim Koencoro, Hukum Administrasi Negara,(Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), hlm.

74

37M. Haddin Muhjad, Hukum Lingkungan,( Yogyakarta: Genta Publishing, 2015), hal. 201. 4

38 M.Manullang, Dasar-dasar Manajemen, ( Jakarta : Ghalia Indonesia, 1995), hlm 18

Dilain pihak Menurut Harold Koonz,dkk, yang dikutip oleh John Salinderho mengatakan bahwa pengawasan adalah : Pengukuran dan pembetulan terhadap kegiatan para bawahan untuk menjamin bahwa apa yang terlaksana itu cocok dengan rencana. Jadi pngawasan itu mengukur pelaksanaan dibandingkan

(37)

dengan cita-cita dan rencana, memperlihatkan dimana ada penyimpangan yang negatif dan dengan menggerakkan tindakan-tindakan untuk memperbaiki penyimpangan-penyimpangan, membantu menjamin tercapainya rencana – rencana.39

M. Manullang mengatakan bahwa tujuan utama diadakannya pengawasan adalah “mengusahakan agar apa yang direncanakan menjadi kenyataan”

Begitu pentingnya pengawasan dalam suatu organisasi sehingga keberhasilan atau kinerja suatu organisasi menjadi ukuran, sampai dimana pelaksanaan pengawasan terhadap organisasi tersebut. Bahkan dalam praktek manajemen modern pengawasan tidak dapat lagi dipisahkan dengan fungsi-fungsi manajemen lainnya.

40. Sedangkan tujuan pengawasan menurut Sukarno. K adalah sebagai berikut :41

1. Untuk mengetahui apakah sesuatu berjalan sesuai dengan rencana yang digariskan.

2. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu dilaksanakan sesuai dengan instruksi serta asas-asas yang telah diinstruksikan.

3. Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan, kelemahan-kelemahan dalam bekerja.

4. Untuk mengetahui segala sesuatu apakah berjalan dengan efisien.

5. Untuk mencari jalan keluar, bila ternyata dijumpai kesulitan-kesulitan, kelemahan-kelemahan atau kegagalan-kegagalan ke arah perbaikan.

39 Jhon Salindeho, Tata Laksana Dalam Manajemen, (, Jakarta : Sinar Grafika, 1998), hlm 39.

40 M.Manullang, Op-Cit, hlm.173

41 Sukarno K., Dasar-Dasar Managemen¸ (Jakarta : Miswar, 1992 ), hlm. 105

(38)

Menurut Simbolon, ada beberapa prinsip pengawasan yang dapat diuraikan sebagai berikut :42

1. Pengawasan berorientasi kepada tujuan organisasi

2. Pengawasan harus objektif, jujur dan mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi

3. Pengawasan harus berorientasi kepada kebenaran menurut peraturan perundang – undangan yang berlaku ( wetmategheid ), berorientasi terhadap kebenaran atas prosedur yang telah ditetapkan ( rechmategheid ) dan berorientasi terhadap tujuan ( manfaat ) dalam pelaksanaan pekerjaan ( doelmategheid )

4. Pengawasan harus menjamin daya dan hasil guna pekerjaan

5. Pengawasan harus berdasarkan standar yang objektif, teliti ( accurate ), dan tepat

6. Pengawasan harus bersifat terus menerus ( continue )

7. Hasil pengawasan harus dapat memberikan umpan balik ( feed back ) terhadap perbaikan dan penyempurnaan dan kebijaksanaan waktu yang akan datang.

Bank Indonesia memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja lembaga keuangan yang sehat, khususnya perbankan. Penciptaan kinerja lembaga perbankan seperti itu dilakukan melaluimekanisme pengawasan dan regulasi. Seperti halnya di negara-negara lain, sektor perbankan memiliki pangsa yang dominan dalam sistem

42 Maringan Masry Simbolon, Dasar – dasar Administrasi dan Manajemen, ( Jakarta : Penerbit Ghalia Indonesia, 2004 ), hlm. 76

(39)

keuangan. Oleh sebab itu, kegagalan di sektor ini dapat menimbulkan ketidakstabilan keuangan dan mengganggu perekonomian. Untuk mencegah terjadinya kegagalan tersebut, sistem pengawasan dan kebijakan perbankan yang efektif haruslah ditegakkan. Selain itu, disiplin pasar melalui kewenangan dalam pengawasan dan pembuat kebijakan serta penegakan hukum (law enforcement) harus dijalankan. Bukti yang ada menunjukkan bahwa negara-negara yang menerapkan disiplin pasar, memiliki stabilitas sistem keuangan yang kokoh. Sementara itu, upaya penegakan hukum (law enforcement) dimaksudkan untuk melindungi perbankan dan stakeholder serta sekaligus mendorong kepercayaan terhadap sistem keuangan.43 Di Indonesia masalah yang terkait dengan bank diatur dalam Undangundang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998.44

2. Kerangka Konseptual

Berdasarkan uraian tersebut terkait permasalahan tesis ini, maka teori pengawasan dinilai cukup relevan dan akan digunakan dalammengkaji kewenangan bank indonesia membuat dan memantau kebijakan mengenai kegiatan moneter di indonesia.

Kerangka Konseptual atau konstruksi secara internal yang berguna untuk mendapat simulasi atau dorongan konseptual dari bacaan tinjauan kepustakaan.

Kerangka konseptual dibuat untuk menghindari pemahaman dan penafsiran yang

43http://www.bi.go.id/id/perbankan/ssk/peran-bi/peran/Contents/Default.aspx. Diakses pada tanggal 21/02/2018 pukul 15.24

44 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2008,) hlm. 163.

(40)

keliru dan memberikan beberapa konsep yang berhubungan dengan judul dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bank Indonesia adalah adalah lembaga keuangan yang mandiri dan pihak lain dilarang untuk campur tangan dalam penentuan kebijakan-kebijakan yang merupakan wewenang dari Bank Indonesia. Bank Indonesia pada dasarnya mengemban tugas yang pokok dalam membantu pemerintah dalam mengatur kebijakan ekonomi. Sifat kemandirian diberikan kepada Bank Indonesia dengan tujuan agar pelaksanaan tugas Bank Indonesia dapat berjalan dengan baik tanpa campur tangan pihak-pihak lain.45

2. Otoritas Moneter adalah suatu entitas yang memiliki wewenang untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar pada suatu negara dan memiliki hak untuk menetapkan suku bunga dan parameter lainnya yang menentukan biaya dan persediaan uang. Umumnya otoritas moneter adalah bank sentral, meskipun kadang kala lembaga eksekutifpemerintah mempunyai hak tertinggi untuk menetapkan kebijakan moneter dengan cara mengendalikan bank sentral. Ada berbagai jenis otoritas moneter lainnya, seperti dibentuknya satu bank sentral untuk beberapa negara, terdapatnya suatu dewan yang mengontrol jumlah uang yang beredar terhadap mata uang lain, dan juga diperbolehkannya beberapa entitas untuk mencetak uang kertas ataupun uang logam.46

45http://www.bi.go.id/web/id/Tentang+BI/Fungsi+Bank+Indonesia/Status+dan+Kedudukan/, Diakses pada tanggal 05/02/2018 pukul 11.24

46 https://id.wikipedia.org/wiki/Otoritas_moneter

(41)

3. Mata Uang adalah uang yang dikeluarkan oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Rupiah.47 Sementara itu pengertian lain mata uang adalah suatu benda yang wujudnya sedemikian rupa yang digunakan sebagai alat pembayaran yang sah dan berlaku pada saat peredarannya. Sah dalam arti yang menurut peraturan yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang.

Lembaga yang berwenang ini adalah negara atau badan yang ditunjuk oleh negara seperti bank.48

4. Mata Uang Virtual atau Cryptocurrency adalah mata uang digital yang menggantungkan keamanannya dengan kriptografi ( ilmu yang mempelajari teknik-teknik matematika yang berhubungan dengan aspek keamanan informasi seperti kerahasiaan, integritas data, serta otentifikasi49 ).50

G. Metode Penelitian

Dalam penulisan karya ilmiah, metode penelitian merupakan suatu unsur penting dan mutlak dilakukan guna menjawab permasalahan yang telah dikemukan dalam tesis ini. 51

47 Pasal 1 Undang – undang Nomor 7 tahun 2011 Tentang Mata Uang

. Adapun beberapa langkah yang digunakan dalam metode penelitian ini adalah :

48Alif’ka S Astryd Cindy, Tinjauan Yuridis Terhadap Pengedaran Mata Uang Palsu, Skripsi, Makassar, 2011,

hlm.16.http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/9959/SKRIPSI%20LENGKAP- PIDANA-CINDY%20ASTRYID%20ALIF%E2%80%99KA%20S.pdf?sequence=1 . Diakses pada tanggal 05/02/2018 pukul 14.00 wib.

49 Menezes, Oorcshot, and Vanstone, Handbook of Applied Cryptography, ( Florida : CRC Press, . 1996 ), hlm. 4

50http://informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.munir/Kriptografi/2012-2013/Makalah2- 2013/Makalah2Kripto2013-002.pdf .

51 Sulistyowati Irianto dan shidra, Metode Penelitian Hukum Konstelasi dan Refleksi, (Jakarta:

Yayasan Obor, 2011), halm. 308

(42)

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif atau penelitian kepustakaan serta didukung oleh data primer, sehingga penelitian memfokuskan untuk menelaah dan menganalisis norma-norma hukum, asas-asas hukum yang terdapat di dalam undang-undang yang berkaitan dengan fungsi pengawasan Bank Indonesia terhadap transaksi mata uang virtual beserta peraturan-peraturan lainnya yang berkaitan dengan objek penelitian,52oleh karenanya penelitian ini terdiri atas penelitian terhadap asas-asas hukum. Artinya penelitian ini bertititk tolak dari aturan- aturan hukum yang mengatur tentang fungsi pengawasan Bank Indonesia terhadap transaksi mata uang virtual dengan cara mengadakan identifikasi terhadap kaidah kaidah hukum yang telah dirumuskan,misalnya tanggung jawab pengawasan moneter oleh Bank Indonesia dalam peraturan Perundang-Undangan. Setelah itu ditarik asas- asas hukum yang melandasinya, asas-asas ini diartikan sebagai asas materil yang berlaku di dalam undang-undang.53

Penelitian hukum normatif sendiri mengacu pada berbagai bahan hukum sekunder, yaitu inventarisasi berbagai peraturan hukum nasional dan internasional

52Soerjono, Soekantodan Sri mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu tinjauan singkat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), hal.12, bahwa penelitian normatif atau kepustakaan mencakup:

a. Penelitian terhadap asas-asas hukum b. Penelitian terhadap sistematika hukum.

c. Penelitian terhadap taraf sinkronisasi vertikal dan horizontal.

d. Perbandingan Hukum.

e. Sejarah hukum

53Ibid, hal 62. Bahwa di dalam penelitian hukum normatif, maka penelitian terhadap asas-asas hukum dilakukan terhadap kaidah-kaidah hukum yang merupakan berprilaku tidak pantas. Penelitian tersebut dapat dilakukan (terutama) terhadap bahan hukum primer dan sekunder, sepanjang bahan- bahan tadi mengandung kaedah-kaedah hukum. Sebab, tidak setiap Pasal dalam suatu perundang- undangan misalnya, mengandung kaidah hukum, ada Pasal-Pasal yang hanya merupakan batasan saja sebagaimana lazimnya ditemukan pada bab-bab ketentuan umum dari perundang-undangan tersebut.

Penelitian terhadap asas-asas hukum merupakan suatu penelitian filosofis.

(43)

dalam bidang jurnal-jurnal karya tulis lainnya.54

2. Data dan Sumber Data

Penelitian ini dilakukan bersifat Deskriptif yaitu menggambarkan bagaimana peran pengawasan kegiatan moneter di Indonesia yang dilakukan oleh Bank Indonesia.

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier yaitu sebagai berikut :

a. Data primer

Data primer adalah data utama yang diperoleh secara langsung dari lapangan penelitian dengan cara akan melakukan wawancara dengan narasumber, yaitu melakukan wawancara dengan divisi hubungan masyarakat Bank Indonesia sebagai pemegang kekuasaan dibidang moneter di Indonesia.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data tambahan yang diperoleh dari berbagai bahan hukum yang berhubungan dengan penelitian. Data sekunder terdiri dari :

1) Bahan hukum primer yaitu hukum yang terdiri dari peraturan perundang- undangan antara lain:

a. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

b. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia c. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang

d. Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/40/PBI/2016 tentang Penyelenggaraan Pemrosesan Transaksi Pembayaran.

54 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Ed Pertama,Cet kedua (Jakarta : Sinar Grafika, 1996), hal 14

(44)

e. Peraturan Bank Indonesia Nomor 19/12/PBI/2017 Penyelenggaraan Teknologi Finansial.

2) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang erat kaitanya dengan bahan hukum primer yang berfungsi untuk menganalisa, memahami dan menjelaskan bahan hukum primer, yaitu teori para sarjana, buku, penelusuran internet, artikel ilmiah, jurnal, surat kabar dan makalah.

3) Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan atas bahan hukum primer dan sekunder, yaitu salah satunya kamus.

3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui penelitian kepustakaan (library research) untuk mendapatkan konsepsi, teori atau doktrin, pendapat dan pemikiran konseptual dari penelti pendahulu yang berhubungan dengan objek telaahan penelitian ini yang berupa peraturan perundang-undangan maupun sumber lainnya. Data yang diperoleh melalui studi kepustakaan selanjutnya ditafsirkan dan diinterpretasikan untuk memperoleh kesesuain penerapan peraturan dihubungkan dengan permasalahan yang sedang diteliti dan disistematiskan sehingga menghasillkan klasifikasi yang selaras dengan permasalahan dalam penelitian ini.55

a. Penelitian Kepustakaan (Library Research). Dalam hal metode pengumpulan data melalui library research ini maka penulis melakukannya dari berbagai Adapun Alat pengumpulan data yang dilakukan adalah:

55 Bambang Suggono, Metode Penelitian Hukum (suatu Pengatar),( Jakarta, PT. Raja 2010)

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pengetahuan dan Pemahaman Tentang Peraturan Perpajakan, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Rumusan Masalah dari penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh pemberian air rebusan kunyit terhadap kejadian keputihan pada remaja putri di dusun Cebongan Kidul Tlogoadi

Data Jadwal Meeting Kepala Puncak Tahun 2017 Di Bagian SDM dan Umum PT.Swabina Gatra Gresik. Data Jadwal Meeting Kepala Puncak Dan

IV PEKERJAAN PASANGAN DINDING BATA, PLESTERAN & SALURAN V PEKERJAAN KUSEN PINTU DAN JENDELA + ASOSERIES VI PEKERJAAN RANGKA, PENUTUP ATAP DAN PLAFOND VII PEKERJAAN LANTAI.

penyelesaian sengketa tanah waris yang telah terjadi peralihan hak atas dasar jual beli yang didasarkan pada putusan perkara Nomor 129/Pdt.G/2015/PN Skh bahwa penggugat tidak

Semakin besar peluang individu baru untuk masuk ke dalam kelas bukan perokok, maka populasi tersebut akan semakin bisa bebas dari terjadinya endemik kanker paru-paru akibat

Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri, sama seperti Dia adalah suci.” Jika sasaran dari penebusan Allah ialah untuk mentransformasi kita

Oleh karena itu, digunakanlah pewarnaan Ber-EP4 yang bersifat spesifik dan sangat sensitif untuk KSB dini yang tumbuh sebagai tunas di lapisan basal epidermis dan folikel.. Temuan