• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

G. Metode Penelitian

4. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data akan sangat menentukan hasil penelitian sehingga tujuan penelitian ini dapat tercapai dengan baik. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang objektif dapat dibuktikan kebenarannya serta dapat dipertanggung jawabkan hasilnya, maka dalam penelitian akan dipergunakan alat pengumpulan data. Dalam penelitian ini untuk memperoleh data yang diperlukan, maka dipergunakan alat pengumpulan data sebagai berikut:

a. Studi Dokumen

Penelitian pustaka adalah untuk mendapatkan konsepsi teori atau doktrin, pemikiran konseptual dan penelitian yang dilakukan secara relevan dengan menginventarisasi pendapat juga latar belakang pemikiran tentang perjanjian keagenan para pihak untuk pelaksanaan pemasaran. Pemikiran dan gagasan serta konsepsi tersebut dapat diperoleh melalui peraturan perundang- undangan yang berlaku, literatur dari para pakar yang relevan dengan objek penelitian dalam perjanjian keagenan, yang termuat dalam data ataupun dalam bentuk dokumen yang berkaitan dengan permasalahan

penelitian ini.

b. Pedoman Wawancara

Studi lapangan (field research) yaitu dengan melakukan wawancara yang menggunakan pedoman wawancara pada beberapa informan yang dijadikan sebagai sumber informasi pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu Kepala Bidang Pengembangan Kawasan Dinas Cipta Karya dan Pertambangan Kab. Deli Serdang, Staff PT. SSW berjumlah 3 (tiga) Orang 5. Analisis Data

Dalam suatu penelitian sangat diperlukan analisis data yang berguna untuk membahas rumusan permasalahan yang diteliti dalam tesis ini. Hal ini dikarenakan analisis data merupakan kegiatan dalam penelitian yang berupa melakukan kajian atau telaah terhadap hasil pengolahan data yang dibantu dengan teori-teori yang telah didapatkan sebelumnya.52

Data yang diperoleh baik melalui penelitian kepustakaan maupun penelitian lapangan akan dianalisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu suatu penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif analisis dan apa yang dinyatakan oleh informan secara tertulis atau lisan, yang dipelajari dan diteliti sebagai sesuatu yang utuh.53

Hal ini dilaksanakan untuk menjawab penelitian dengan terbentuknya faktor yang menyebabkan putusnya kontrak kerja konstruksi secara sepihak pada pekerjaan drainase di Tanjung Gusta Kabupaten Deli Serdang, mekanisme pemutusan kontrak kerja konstruksi secara sepihak pada pekerjaan drainase di

52 Mukti Fajar, dan Yulianto Achmad, Op.cit, hal. 183.

53 Soerjono Soekamto, Op. Cit, hal. 250.

Tanjung Gusta Kabupaten Deli Serdang serta konsekuensi hukum dari pemutusan kontrak kerja konstruksi secara sepihak pada pekerjaan drainase di Tanjung Gusta Kabupaten Deli Serdang.

Atas dasar pembahasan dan analisis ini diperoleh suatu kesimpulan terhadap penelitian ini. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan metode logika deduktif yaitu penarikan kesimpulan diawali dari hal-hal yang bersifat umum menuju hal-hal yang bersifat khusus pada pemutusan kontrak akibat wanprestasi pada kontrak kerja konstruksi drainase di Tanjung Gusta Kabupaten Deli Serdang (studi kasus atas kontrak nomor 600/DR.23/

SP/DCKP/DS/2015). Hal-hal yang bersifat umum tersebut adalah kaidah-kaidah hukum, asas-asas hukum atau doktrin-doktrin hukum. Hal khusus yang terbentuk adalah adanya suatu pemutusan kontrak akibat wanprestasi pada kontrak kerja konstruksi drainase di Tanjung Gusta Kabupaten Deli Serdang (studi kasus atas kontrak nomor 600/DR.23/ SP/DCKP/DS/2015).

BAB II

FAKTOR YANG MENYEBABKAN PUTUSNYA KONTRAK KERJA KONSTRUKSI SECARA SEPIHAK PADA PEKERJAAN DRAINASE DI

TANJUNG GUSTA KABUPATEN DELI SERDANG

A. Kontrak Kerja Konstruksi dalam Hukum Perjanjian

Hukum kontrak diatur dalam Buku III KUH Perdata, yang terdiri atas 18 bab dan 631 pasal. Dimulai dari Pasal 1233 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1864 KUH Perdata. Hukum kontrak secara umum mempunyai pengertian aturan hukum yang berkaitan dengan pelaksanaan perjanjian atau persetujuan.54

Istilah kontrak berasal dari kata contract dalam Bahasa Inggris. Dalam Bahasa Perancis contrat dan dalam Bahasa Belanda overeenkomst (perjanjian).

Dalam Bahasa Indonesia istilah kontrak sama pengertiannya dengan perjanjian.

Kedua istilah ini merupakan terjemahan dari contract, contrat, dan overeenkomst.

Istilah kontrak lebih menunjukkan pada nuansa bisnis atau komersil pada hubungan hukum yang dibentuk.55

Menurut Salim H.S, “Hukum kontrak adalah keseluruhan dari kaidah–

kaidah hukum yang mengatur hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum.”56 Sedangkan perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain

54 Salim H.S I, Op.cit, hal. 15.

55 Yohanes Sogar Simamora, Hukum Perjanjian, Prinsip Hukum Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa Oleh Pemerintah, Laksbang PRESSindo, Jakarta, 2009, hal. 30.

56 Salim H.S I, Op.cit, hal. 4.

atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.

Kontrak adalah perjanjian yang dibuat secara tertulis.57

Sedangkan dalam Black’s Law Dictionary memberi pengertian kontrak kerja konstruksi sebagai berikut :

“contract construction is a tipe of contract in which plans and specificasion for construction are apart if the contract itself and commonly it secured by peformance and payments bonds to protect both subcontractor and party for whom building is being contructed.”58

Artinya, kontrak kerja konstruksi adalah tipe perjanjian atau kontrak yang merencanakan dan khusus untuk konstruksi yang dibuat untuk menjadi bagian dari perjanjian itu sendiri. Kontrak kerja konstruksi itu pada umumnya melindungi kedua subkontraktor dan para pihak sebagai pemilik bangunan sebagai dasar perjanjian tersebut.

Menurut F.X. Djumialdi kontrak kerja konstruksi adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu, yaitu si pemborong mengikatkan diri untuk menyelenggarakan suatu pekerjaan, sedangkan pihak yang lain yang memborongkan, mengikatkan diri untuk membayar suatu harga yang ditentukan.

Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa:59

1) Pihak yang membuat perjanjian pemborongan atau dengan kata lain yang terkait dalam perjanjian pemborongan disebut yang

57 Budiman Sinaga, Hukum Kontrak & Penyelesaian Sengketa, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hal. 11.

58 Henry Cambell Black, Black’s Law Dictionary Centennial Sixth Edition, St. Paul, Minn: West Publishing co.1990, hal. 174.

59Djumialdji F.X, Op.cit, hal. 4.

memborongkan (buwe/aanbestender), sedangkan pihak kedua disebut pemborong/kontraktor/rekanan/pelaksana (annemer).

2) Objek perjanjian pemborongan adalah pembuatan suatu karya (het maken van werk).

Nazarkhan Yasin menyebutkan bahwa “kontrak kerja konstruksi adalah perjanjian tertulis antara pengguna jasa dengan penyedia jasa mengenai pekerjaan konstruksi suatu konstruksi.”60 Kontrak kerja konstruksi dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Perubahan Kedua atas Undang – Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi diartikan sebagai dokumen kontrak yang mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan jasa konstruksi.

Jasa konstruksi ialah layanan jasa konsultasi konstruksi dan/atau pekerjaan konstruksi. Ruang lingkup pekerjaan konstruksi sendiri didefinisikan sebagai keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain.61

Dari penjelasan di atas dalam kontrak kerja konstruksi ada dua pihak yang terlibat, yaitu yang memborongkan (pengguna jasa), dan pihak kedua adalah pemborong (penyedia jasa), dimana pihak penyedia jasa terbagi 3 (tiga) yaitu :62

1) Perencana konstruksi

60 Nazarkhan Yasin, Op.cit, hal. 197.

61 Ibid.,

62 Salim HS I, Op.cit, hal. 91.

2) Pelaksana konstruksi

3) Pengawas konstruksi.

Selain itu dari pengertian tersebut juga dapat dilihat unsur-unsur yang terkandung dalam kontrak kerja konstruksi, yaitu :63

1) Adanya subjek, yaitu pengguna jasa dan penyedia jasa;

2) Adanya objek, yaitu konstruksi;

3) Adanya persetujuan kedua belah pihak yaitu pengguna jasa dan penyedia jasa untuk melakukan pekerjaan

4) Adanya dokumen yang mengatur hak dan kewajiban serta hubungan antara pengguna jasa dan penyedia jasa.

Mengenai isi kontrak kerja konstruksi diatur sesuai dengan kesepakatan para pihak, hal ini sesuai dengan asas kebebasan berkontrak sebagaimana dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, yang disebutkan bahwa: “semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.” Sahnya suatu perjanjian diatur dalam pasal 1320 KUH Perdata tentang syarat-syarat sahnya suatu perjanjian, yaitu dengan syarat-syarat sebagai berikut:

1) Kesepakatan para pihak yang mengikatkan diri 2) Kecakapan untuk membuat perikatan

3) Suatu hal tertentu

63 Ibid,

4) Suatu sebab yang halal

Asas kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang menyatakan bahwa setiap orang pada dasarnya boleh membuat kontrak/perjanjian yang berisi dan macam apapun asal tidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum.64

Kontrak kerja konstruksi dahulu hanya terdapat satu jenis tipe tradisional dan konvensional, namun dengan perkembangan waktu banyak pihak-pihak dalam industri konstruksi mulai mencari berbagai varian dalam jenis-jenis kontrak kerja konstruksi.65 Jenis kontrak kerja konstruksi dapat dibedakan berdasarkan:

a. Kontrak kerja konstruksi menurut perhitungan biaya

Jenis kontrak kerja konstruksi ini didasarkan pada cara menghitung biaya pekejaan/harga borongan yang akan dicantumkan dalam kontrak. Ada 2 (dua) macam bentuk kontrak kerja konstruksi yang sering digunakan yaitu:

1) Fixed Lump Sum Price (kontrak harga pasti)

Secara umum, kontrak fixed lump sum price adalah suatu kontrak dimana volume pekerjaan tercantum dalam kontrak tidak boleh diukur ulang.66 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 95 Tahun 2007 Perubahan Ketujuh atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah menyatakan bahwa kontrak lump sum adalah kontrak pengadaan

64 Riduan Syahrani, Seluk-Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Alumni, Bandung, 2000, hal. 204.

65 Nazarkhan Yasin , Op.cit, hal. 19.

66 Ibid.,

barang/jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu, dengan jumlah harga yang pasti dan tetap, dan semua resiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan sepenuhnya ditanggung oleh penyedia barang/jasa.

2) Unit Price (kontrak harga satuan)

Secara umum, kontrak unit price adalah kontrak dimana volume pekerjaan yang tercantum dalam kontrak hanya merupakan perkiraan dan akan diukur ulang untuk menentukan volume pekerjaan yang benar-benar dilaksanakan.67

b. Kontrak kerja konstruksi menurut jangka waktu pelaksanaannya

Kontrak kerja konstruksi berdasarkan jangka waktunya merupakan kontrak atau perjanjian yang disepakati oleh kedua belah pihak. Dalam kontrak itu ditentukan lamanya kontrak kerja konstruksi dilaksanakan. Tipe kontrak ini dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu :68

1) Kontrak kerja konstruksi berdasarkan tahun tunggal, yaitu pekerjaan yang pendanaan dan pelaksanaannya direncanakan selesai selama 1 (satu) tahun.

2) Kontrak kerja konstruksi berdasarkan tahun jamak, yaitu pekerjaan yang pendanaan dan pelaksanaannya direncanakan selesai lebih dari 1 (satu) tahun.

c. Kontrak kerja konstruksi menurut cara pembayarannya

67 Ibid, hal. 24.

68 Salim HS I, Op.cit, hal. 94.

Kontrak kerja konstruksi ini merupakan penggolongan kontrak berdasarkan cara pembayaran yang dilakukan oleh pengguna jasa, apakah sesuai kemajuan atau secara berkala. Kontrak jenis ini dibedakan kedalam 3 (tiga) cara yaitu :69

1) Cara pembayaran bulanan (monthly payment). Kontrak ini mengatur cara pembayaran berdasarkan setiap prestasi yang telah terhasilkan yang nantinya prestasi tersebut akan diukur pada akhir bulan. Kelemahan dari kontrak ini adalah sekecil apapun prestasi tetap harus dibayar.

2) Cara pembayaran atas prestasi (stage payment). Kontrak yang pembayaran hasil pekerjaannya dilakukan dalam beberapa tahapan dan bisa juga pembayaran dilakukan sekaligus pada saat pekerjaan fisik selesai 100%

(turn key).

3) Pra pendanaan penuh dari penyedia jasa (contractor’s full prefinanced).

Cara pembayaran kontrak ini ialah ketika pekerjaan telah diselesaikan dan diterima dengan baik oleh pengguna jasa yang sebelumnya pekerjaan tersebut didanai penuh terlebih dahulu oleh penyedia jasa sampai selesai.

d. Kontrak kerja konstruksi menurut pembagian tugas. Kontrak ini dapat dibedakan menjadi :

1) Kontrak konvensional, yaitu pengguna jasa menugaskan penyedia jasa untuk melaksanakan suatu pekerjaan, pekerjaan tersebut sudah dibuat rencananya oleh pihak lain, tinggal melaksanakannya sesuai kontrak.

69 Nazarkhan Yasin , Op.cit, hal. 36-49.

Kontrak ini merupakan kontrak pertama yang dikenal dalam kontrak kerja konstruksi.70

2) Kontrak Turn Key, merupakan kontrak pengadaan barang dan jasa atas EPC (Engineering, Procurement & Construction) dimana penyelesaian pekerjaan dengan batas waktu tertentu dengan jumlah harga pasti dan tetap sampai seluruh bangunan atau konstruksi, peralatan, dan jaringan utama maupun penunjang dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan kriteria kinerja yang telah ditetapkan.71

3) Kontrak rancang bangun, merupakan sebuah kontrak perencanaan yang dimulai dari proses perencanaan sampai dengan pelaksanaan konstruksi fisik yang dilaksanakan oleh penyedia jasa dalam kontrak yang sama.72 4) Kontrak Engineering, Procurement & Construction (EPC), kontrak ini

mempunyai kemiripan den gan kontrak rancang bangun, yang berbeda kontrak ini biasanya dipakai dalam industri minyak, gas dan petro kimia.

Pembayaran dalam kontrak ini sesuai dngan tahapan pekerjaan yang telah dikerjakan.73

5) Kontrak Build Operate Transfer (BOT), kontrak ini mempunyai pola kerja sama antara pemilik lahan dengan investor yang mempunyai modal atau dana. Setelah fasilitas dibangun investor mendapat konsensi untuk mengoperasikan dan memungut hasil dalam kurun waktu tertentu.74

70 Nazarkhan Yasin , Op.cit, hal. 51.

71 Munir Fuady I, Op.cit, hal. 45-46.

72 Nazarkhan Yasin , Op.cit, hal. 70.

73Ibid, hal. 74.

74 Salim H.S, Op.cit, hal. 92-94.

B. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Konstruksi

Perjanjian pemborongan selalu ada pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian pemborongan. Adapun pihak-pihak yang terlibat adalah:75

1. Pemberi Tugas (Bouwheer)

Pemberi tugas dapat berupa perorangan, badan hukum, instansi pemerintah ataupun swasta. Sipemberi tugaslah yang mempunyai prakarsa memborongkan bangunan sesuai dengan kontrak dan apa yang tercantum dalam bestek dan syarat-syarat. Dalam pemborongan pekerjaan umum dilakukan oleh instansi pemerintah, direksi lazim ditunjuk dari instansi yang berwenang, biasanya dari instansi pekerjaan umum atas dasar penugasan ataupun perjanjian kerja.

Adapun hubungan antara pemberi tugas dengan perencana jika pemberi tugas adalah pemerintah dan perencana juga dari pemerintah maka terdapat hubungan kedinasan. Jika pemberi tugas dari pemerintah dan atau swasta, perencana adalah pihak swasta yang bertindak sebagai penasihat pemberi tugas, maka hubungannya dituangkan dalam perjanjian melakukan jasa-jasa tunggal. Sedangkan apabila pemberi tugas dari pemerintah atau swasta dengan perencana dari phak swasta yang bertindak sebagai wakil pemberi tugas (sebagai direksi) maka hubungannya dituangkan dalam perjanjian pemberian kuasa (Pasal 1792-1819 KUH Perdata).

2. Pemborong (kontraktor)

Pemborong adalah perseorangan atau badan hukum, swasta maupun pemerintah yang ditunjuk untuk melaksanakan pekerjaan pemborongan bangunan sesuai dengan bestek.

Penunjukan sebagai pelaksana bangunan oleh pemberi tugas dapat terjadi karena pemborong menang dalam pelelangan atau memang ditetapkan sebagai pelaksana oleh pemberi tugas. Dalam perjanjian pemborongan, pemborong dimungkinkan menyerahkan sebagian pekerjaan tersebut kepada pemborong lain yang merupakan subkontraktor berdasarkan perjanjian khusus.

3. Perencana (arsitek)

75 FX.Djumialdji. Perjanjian Pemborongan Rineka Cipta, Jakarta, 1995, (selanjutnya disingkat FX. Djumialdji II), hal 8.

Arsitek adalah perseorangan atau badan hukum yang berdasarkan keahliannya mengerjakan perencanaan, pengawasan, penaksiran harga bangunan, memberi nasehat, persiapan dan melaksanakan proyek dibidang teknik pembangunan untuk pemberi tugas.

4. Pengawas (Direksi)

Direksi bertugas untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan pemborong.

Disini pengawas memberi petunjuk-petunjuk memborongkan pekerjaan, memeriksa bahan-bahan, waktu pembangunan berlangsung dan akhirnya membuat penilaian opname dari pekerjaan. Selain itu, pada waktu pelelangan yaitu: mengadakan pengumuman pelelangan yaitu: Mengadakan pengumuman pelelangan yang akan dilaksanakan, memberikan penjelasan mengenai RKS (Rencana Kerja dan Syarat-syarat) untuk pemborongan-pemborongan/

pembelian dan membuat berita acara penjelasan, melaksanakan pembukuan surat penawaran,mengadakan penilaian dan menetapan calon pemenang serta membuat berita acara hasil pelelangan dan sebagainya.

Fungsi mewakili yang terbanyak dari direksi adalah pada fase pelaksana pekerjaan dimana direksi bertindak sebagai pengawas terhadap pekerjaan pemborong. Jadi kewenangan mewakili dari direksi ini ada selama tidak ditentukan sebaliknya oleh pemberi tugas secara tertulis dalam perjanjian yang bersangkutan bahwa dalam hal-hal tertentu hanya pemberi tugas yang berwenang menangani.

Mengenai hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian pemborongan.76 1. Pihak Pemberi Pekerjaan Pemborongan Bangunan

a. Hak pemberi tugas dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu :

1) Hak utama yaitu menerima hasil pekerjaan secara utuh dan sesuai ketentuan yang dibuat dalam perjanjian diterima sesuai dengan keinginan pihak pemberi tugas dan diselesaikan sesuai jadwal waktunya.

2) Hak tambahan adalah :

a) Mengetahui jalannya pekerjaan pemborongan di lapangan

76 www.inaproc.lkpp.go.id, “Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah,” diakses 12 Mei 2017, pukul 12.00 WIB.

b) Mengecek jalannya pelaksanaan pekerjaan di lapangan apakah sudah sesuai dengan perjanjian atau tidak

c) Memperoleh laporan bulanan mengenai hasil kemajuan pekerjaan

b. Kewajiban pihak pemberi kerja (owner) dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu:

1) Kewajiban utama adalah melakukan pembayaran sesuai dengan nilai kontrak dari pihak pemborong jika pemborong telah menyelesaikan pekerjaannya.

2) Kewajiban tambahan yaitu :

a) Membayar uang maka pekerjaan (down payment) kepada pihak pemborong setelah menerima jaminan pelaksanaan dari pihak pemborong.

b) Memberikan pengarahan dan bimbingan apabila dalam pelaksanaan pekerjaan lapangan terdapat hal-hal menyimpang di luar isi perjanjian.

c) Memberikan biaya tambahan atas kenaikan harga atau jasa sehubungan dengan pekerjaan tersebut.

c. Pihak Pemborong

1) Hak pihak pemborong dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu:

a) Hak utama adalah menerima pembayaran sebesar nilai kontrak dari pihak pemberi tugas

b) Hak tambahan adalah :

i. Hak mendapatkan uang muka (down payment) dari pihak pemberi borongan pekerjaan bangunan sesuai dengan yang diperjanjikan.

ii. Berhak menuntut tambahan biaya atas kenaikan harga barang atau jasa sehubungan dengan perkerjaan itu dengan syarat telah mendapat ijin dari pemberi borongan pekerjaan tentang klaim yang diajukan pihak pemborong

iii. Mendapat pengarahan dan bimbingan dari pemberi tugas dalam melaksanakan pekerjaan pemborongan bangunan iv. Mencari tambahan dana dari pihak ketiga

2. Kewajiban pihak pemborong pekerjaan dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu:

a. Kewajiban utama adalah menyelesaikan pekerjaan pemborongan pekerjaan bangunan yang diberikan pihak pemberi borongan pekerjaan.

b. Kewajiban tambahan, antara lain meliputi :

1) Menaati dan melaksanakan ketentuan umum yang berlaku di Indonesia termasuk ketentuan mengenai hubungan ketenagakerjaan dan keselamatan kerja.

2) Harus menyelesaikan pekerjaannya sendiri, tidak boleh menyerahkan atau menguasakan secara keseluruhan kepada pihak ketiga

3) Mengadakan tindakan preventif agar pelaksanaan pekerjaan dapat dilaksanakan dengan cara yang benar dan tidak membahayakan keselamatan, baik bagi para pekerja atau yang berdampak buruk bagi masyarakat sekitar.

4) Pemborong wajib mengasuransikan tenaga kerjanya dan harus melaporkan pada pemberi tugas.

5) Melakukan pekerjaan pemeliharaan pekerjaan selama waktu yang diperjanjiakan sejak penyerahan pertama dilakukan

6) Membuat laporan setengah harian, Mingguan dan setengah bulan atas kemajuan fisik yang dicapai dalam pelaksanaan pekerjaan

7) Mengadakan pemberitahuan secara tertulis apabila terjadi force majeure pada pihak pemberi tugas.

8) Jika ada kekurangan atau kekeliruan dalam gambar bestek, maka pemborong wajib memberitahukan pada pemberi tugas dan pemborong wajib bertanggung jawab atas kekurangan serta keamanan dan konstruksi hasil pekerjaan, sehingga jika pekerjaan yang tidak baik, pemborong masih berkewajiban memperbaiki atas biaya pemborong sampai baik dan diterima pihak pemberi tugas.

Hak pengguna jasa dalam pemilihan penyedia jasa pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2016 Perubahan Ketiga atas Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa konstruksi, diatur dalam Pasal 16, yaitu :

1. Memungut biaya pengadaan dokumen pelelangan umum dan pelelangan dari penyedia jasa.

2. Mencairkan jaminan penawaran dan selanjutnya memiliki uangnya dalam hal penyedia jasa tidak memenuhi ketentuan pelelangan.

3. Menolak seluruh penawaran apabila dipandang seluruh penawaran tidak menghasilkan kompetensi yang efektif atau seluruh penawaran tidak cukup tanggap terhadap dokumen pelelangan.

Kewajiban pengguna jasa dalam pemilihan penyedia jasa pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2016 Perubahan Ketiga atas Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa konstruksi diatur dalam Pasal 15, yaitu :

1. Mengumumkan pelelangan melalui media masa.

2. Menerbitkan dokumen pelelangan secara lengkap dan jelas.

3. Memberikan penjelasan tentang pekerjaan dan mengadakan peninjauan lapangan.

4. Memberikan tanggapan terhadap sanggahan dari penyedia jasa.

5. Menetapkan pemenang pelelangan.

6. Mengganti biaya yang dikeluarkan oleh penyedia jasa untuk penyiapan pelelangan apabila pengguna jasa membatalkan pelelangan tanpa alasan yang kuat.

Hak penyedia jasa dalam pemilihan penyedia jasa pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2016 Perubahan Ketiga atas Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa konstruksi diatur dalam Pasal 18, yaitu :

1. Memperoleh penjelasan pekerjaan (Aanwijzing).

2. Melakukan peninjauan lapangan apabila diperlukan.

3. Mengajukan sanggahan terhadap pengumuman hasil lelang.

4. Menarik jaminan penawaran bagi penyedia jasa yang kalah.

5. Mendapat ganti rugi apabila terjadi pembatalan penyedia jasa yang tidak sesuai dengan ketentuan dokumen lelang.

Kewajiban penyedia jasa dalam pemilihan penyedia jasa pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2016 Perubahan Ketiga atas Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa diatur dalam Pasal 17, yaitu :

1. Menyusun dokumen penawaran yang memuat rencana dan metode kerja, rencana usulan biaya tenaga terampil dan tenaga ahli, rencana dan anggaran keselamatan dan kesehatan kerja dan peralatan.

2. Menyerahkan jaminan penawaran

3. Menandatangani kontrak kerja konstruksi dalam batas waktu yang ditentukan dalam dokumen lelang.

Sejak terjadinya penandatanganan kontrak kerja konstruksi antara pengguna jasa dan penyedia jasa maka timbulllah hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak. Hak pengguna jasa, adalah:77

1. Mengubah sebagian isi kontrak kerja konstruski tanpa mengubah lingkup kerja yang telah diperjanjikan atas kesepakatan dengan penyedia jasa

2. Menghentikan pekerjaan sementara apabila penyedia jasa bekerja tidak sesuai ketentuan kontrak kerja konstruksi

3. Menghentikan secara permanen dengan cara pemutusan kontrak kerja konstruksi apabila penyedia jasa tidak mampu memenuhi ketentuan kontrak kerja konstruksi

4. Menolak usulan perubahan isi sebagian kontrak kerja konstruksi yang diusulkan penyedia jasa

5. Menolak bahan dan atau hasil pekerjaan penyedia jasa yang tidak memenuhi

5. Menolak bahan dan atau hasil pekerjaan penyedia jasa yang tidak memenuhi

Dokumen terkait