• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

D. Alat yang Digunakan

1. Neraca analitik (Mettler PM 4600, Delta Range®)

2. Perkolator

22

4. Seperangkat alat gelas seperti beaker glass, labu ukur, gelas ukur, pipet

tetes, pipet ukur, cawan petri, pengaduk, erlenmeyer, corong.

5. Vacuum rotary evaporator (Merk IKA Labor Tehnik)

6. Oven (Memmert)

7. Jarum dan alat suntik 1ml

8. Jarum suntik peroral (p.o)

9. Steroform berdiameter +/- 15 cm sebagai alas tidur subjek uji

10.Stopwatch

E. Tata Cara Penelitian 1. Determinasi tanaman

Determinasi tanaman krokot (Portulaca oleraceae Linn.) dilakukan

menurut Backer (1973). Determinasi ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa

tanaman tersebut adalah benar-benar krokot (Portulaca oleraceae Linn.).

2. Pemanenan

Daun krokot (Portulaca oleraceae Linn.) dipanen di Kaliurang,

Kabupaten Sleman, Yogyakarta, pada waktu siang hari.

3. Pengeringan

Daun krokot (Portulaca oleraceae Linn.) yang dipeoleh kemudian

dibersihkan di bawah air yang mengalir agar bersih dari debu dan kotoran yang

menempel pada daun. Setelah bersih, daun dikeringkan di bawah sinar matahari

benar-benar kering. Hal ini dapat dipastikan dengan mematahkan daun dengan tangan.

Bila daun mudah dipatahkan berarti daun sudah benar-benar kering.

4. Pembuatan serbuk

Setelah daun krokot (Portulaca oleraceae Linn.) benar-benar kering

kemudian diserbuk dengan menggunakan blender sampai halus dan diayak dengan

ayakan tepung.

5. Pembuatan ekstrak etanol daun krokot

Ekstrak dibuat dengan menyari daun krokot dengan pelarut etanol 70%

secara perkolasi. Cara pembuatan ekstrak etanol daun krokot adalah sebagai

berikut. Sebanyak 160 gram serbuk daun dimasukkan ke dalam perkolator yang

sudah diberi kertas saring dan kapas pada bagian bawah dan dinding perkolator.

Kemudian tambahkan etanol 70% sampai seluruh bagian serbuk terbasahi dengan

pelarut etanol tersebut. Biarkan serbuk terendam pelarut etanol selama 24 jam

agar zat aktif dapat larut lebih dulu. Setelah itu buka keran perkolator sehingga

perkolat dapat menetes keluar dengan kecepatan 1 ml (20-30 tetes) per menit.

Tambahkan berulang-ulang pelarut etanol sehingga selalu terdapat selapis pelarut

etanol di atas simplisia. Ekstraksi terus dilakukan sampai senyawa-senyawa yang

terlarut dalam etanol sudah terekstraksi semua. Hal ini ditandakan oleh tetesan

terakhir perkolat tidak berwarna lagi. Hasil ekstraksi yang diperoleh kembali

disaring lebih dulu sebelum diuapkan dengan tekanan rendah dengan suhu tidak

lebih dari 50°C menggunakan vakum rotaevaporator untuk mendapatkan ekstrak yang kental. Kemudian ekstrak kental dikeringkan dalam oven dengan suhu tidak

24

6. Penetapan dosis natrium tiopental

Dosis terapi natrium tiopental adalah 4-5 mg/kgBB (Dollery,1999).

Setelah dilakukan orientasi dosis natrium tiopental untuk mendapatkan waktu

induksi tidur yang singkat, ditetapkan dosis 5 mg/kgBB sebagai dosis yang akan

dipakai pada penelitian ini. Kemudian dilakukan konversi dosis antara manusia

dengan berat badan 70 kg ke mencit 20 g yang menurut Laurence & Bacharach

(cit.,Anonim, 2007c) yaitu 0,0026, sehingga didapatkan dosis natrium tiopental

yaitu 5 mg x 70 kg x 0,0026 = 0,91 mg/20 g mencit, yaitu 45,5 mg/kgBB mencit.

7. Penetapan dosis diazepam

Dosis terapi diazepam adalah 2-10 mg (Dollery, 1999). Dosis diazepam

sebagai kontrol positif dibagi menjadi 4, yaitu dengan rumus:

1 =n dah dosisteren nggi dosisterti I 1 4 2 10 = 3 5 = 7099 , 1 = I

Setelah itu dilakukan konversi dosis antara manusia dengan berat badan 70 kg ke

mencit 20 g, sehingga pembagian dosis kontrol positif, yaitu:

Dosis I : 2,00 mg x 0,0026 x 1000/20 = 0, 260 mg/kgBB mencit

Dosis II : 2,00 mg x 1,7099 x 0,0026 x 1000/20 = 0,445 mg/kgBB mencit

Dosis III : 3,42 mg x 1,7099 x 0,0026 x 1000/20 = 0,760 mg/kgBB mencit

8. Penetapan dosis ekstrak etanol daun krokot

Karena ekstrak etanol daun krokot tidak larut dalam air, maka ekstrak

dilarutkan dalam CMC 1% agar didapatkan suspensi ekstrak etanol daun krokot

dalam CMC 1%. Penetapan dosis ekstrak etanol daun krokot dilakukan dengan

orientasi terlebih dahulu. Dicari dosis terendah ekstrak etanol daun krokot yang

mampu memberikan perpanjangan waktu tidur mencit dibandingkan waktu tidur

mencit pada kontrol negatif. Kemudian dosis dinaikan sedikit demi sedikit untuk

mencari dosis tertingginya, yaitu dosis yang masih memberikan efek tanpa

menyebabkan kematian dari 1 atau lebih subjek uji.

Ekstrak etanol daun krokot diberikan dalam 4 dosis. Dosis terendah dan

tertinggi yang didapatkan adalah 1000 mg/kgBB dan 3500 mg/kgBB mencit.

Sama seperti cara pembagian dosis pada diazepam, pembagian dosis perlakuan

ekstrak etanol daun krokot yaitu:

1 =n dah dosisteren nggi dosisterti I 3 1 4 3,5 1000 3500 = = 51829 , 1 = I Dosis I : 1000,00 mg/kgBB Dosis II : 1000,00 mg/kgBB x 1,51829 = 1518,29 mg/kgBB Dosis III : 1518,29 mg/kgBB x 1,51829 = 2305,21 mg/kgBB Dosis IV : 2305,21 mg/kgBB x 1,51829 = 3500,00 mg/kgBB

26

9. Perlakuan subyek uji

Subyek uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit jantan

galur Swiss, umur 2-3 bulan dengan berat badan 20-30 gram. Subyek uji yang

digunakan sebanyak 54 ekor dibagi dalam 9 kelompok. Sebelum digunakan

mencit dipuasakan selama satu hari dengan diberi air minum.

Sebelum diberi obat, semua mencit ditimbang. Pada waktu pemberian

obat atau pada waktu t = 0 , sediaan uji diberikan per oral kepada mencit

kelompok uji. Pembagian kelompok perlakuan hewan uji, yaitu :

Kelompok I : diberi aquadest sebagai kontrol negatif dengan dosis 16,667

mg/kg BB mencit secara oral

Kelompok II : diberi larutan diazepam sebagai kontrol positif dengan dosis

0,260 mg/kg BB mencit secara oral

Kelompok III : diberi larutan diazepam sebagai kontrol positif dengan dosis

0,445 mg/kg BB mencit secara oral

Kelompok IV : diberi larutan diazepam sebagai kontrol positif dengan dosis

0,760 mg/kg BB mencit secara oral

Kelompok V : diberi larutan diazepam sebagai kontrol positif dengan dosis

1,300 mg/kg BB mencit secara oral

Kelompok VI : diberi ekstrak etanol daun krokot dengan dosis perlakuan

1000,000 mg/kg BB mencit secara oral

Kelompok VII : diberi ekstrak etanol daun krokot dengan dosis perlakuan

Kelompok VIII: diberi ekstrak etanol daun krokot dengan dosis perlakuan

2305,210 mg/kg BB mencit secara oral

Kelompok IX : diberi ekstrak etanol daun krokot dengan dosis perlakuan

3500,000 mg/kg BB mencit secara oral

Pada t = 45 menit setelah pemberian diatas, semua mencit diberikan obat natrium

tiopental dengan dosis 45,5mg/kgBB secara i.p.

10. Penentuan daya antistres

Selesai penyuntikan, diamati saat masing-masing mencit mulai tidur,

yaitu hilangnya reflek pemulihan posisi tubuh yang dicatat sebagai waktu tidur

untuk tiap mencit (waktu induksi yaitu waktu yang berlangsung sejak penyuntikan

hipnotik hingga saat mencit mulai tidur). Pada saat ini mencit dites. Telentangkan

mencit dalam bejana pengamatan tepat ditengahnya yang telah diberi alas

steroform. Dicatat kemudian waktu dalam detik saat muncul kembali reflek

pemulihan posisi tubuh bergerak meninggalkan pusat bejana. Lama tidur mencit

adalah sejak saat terjadi induksi tidur sampai saat munculnya kembali reflek

pemulihan posisi tubuh normal

Dokumen terkait