EFEK ANTISTRES EKSTRAK ETANOL DAUN KROKOT
(Portulaca oleraceae Linn.) PADA MENCIT JANTAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Olivia Valencia
NIM : 038114088
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2008
Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku,
dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku?
Berharaplah kepada Allah! Sebab aku
bersyukur lagi kepadaNya, penolongku dan
Allahku!
Mazmur 42:12
kupersembahkan untuk papa, mama, dan adikku
tercinta
PRAKATA
Puji syukur dan terimakasih kepada TUHAN atas segala anugerah, hikmat, dan
kasih setia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul, ”EFEK
ANTISTRES EKSTRAK ETANOL DAUN KROKOT (Portulaca oleraceae Linn.)
PADA MENCIT JANTAN” dengan baik.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Farmasi (S.Farm.) program studi Farmasi Universitas Sanata Dharma.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. Mulyono, Apt., sebagai dosen pembimbing utama, yang telah bersedia
meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis.
2. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt., yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk
menguji penulis.
3. Yohanes Dwiatmaka, M.Si., yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk
menguji penulis.
4. Papa, mama, serta adikku yang telah mendukung serta memberi motivasi dan
dana dalam penelitian ini.
5. Teman-teman seperjuangan (Eveline, Indu, Nia, Siska, Eka, Ncis) atas kerjasama
dan bantuannya dalam penelitian ini.
6. Laboran Laboratorium Farmakologi-Toksikologi, Laboratorium Biofarmasetika,
dan Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia (Mas Pardjiman, Mas Heru, Mas
Wagiran) atas bantuannya dalam penelitian ini.
7. Eko Setiawan atas persahabatan dan dukungannya selama ini.
8. Teman-teman komsel (Ratih, Yohana, Aning, Nike, Tika) yang telah memberi
kekuatan dan dukungan doa selama ini.
9. Teman-teman di PMK Apostolos yang terus memberi semangat dan kekuatan
dalam penyusunan skripsi ini.
10.Pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu
dalam penyusunan skripsi ini.
skripsi ini.
Yogyakarta, Desember 2007
Penulis
INTISARI
Pada era ini sering dijumpai peningkatan tekanan mental (stres) pada masyarakat. Stres pada umumnya tidak memerlukan pengobatan, namun gejala stres yang berat dapat sangat mengganggu. Krokot (Portulaca oleraceae Linn.) mengandung asam kafeat, asam nikotinat, dan triptofan, dimana senyawa memiliki khasiat sebagai sedatif. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya efek antistres pada ekstrak etanol daun krokot.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Metode yang digunakan adalah metode depresan atau potensiasi narkose. Lima puluh empat mencit jantan (galur Swiss dengan berat badan 20-30 g dan umur 2-3 bulan), dibagi menjadi 9 kelompok secara acak yang masing-masing terdiri atas 6 ekor. Kelompok I diberi aquadest sebagai kontrol negatif dengan dosis 16,667 mg/kgBB mencit secara oral. Kelompok II, III, IV, dan V diberi diazepam sebagai kontrol positif dengan dosis 0,260; 0,445; 0,760; dan 1,300mg/kgBB mencit secara oral. Kelompok VI, VII, VIII, dan IX diberi ekstrak etanol daun krokot dengan dosis 1000,00; 1518,29; 2305,21; dan 3500,00 mg/kgBB mencit secara oral. Empat puluh lima menit kemudian mencit disuntik dengan natrium tiopental, dosis 45,5 mg/kgBB secara i.p. Dicatat waktu induksi tidur dan lama tidur mencit masing-masing untuk tiap kelompok perlakuan. Perpanjangan waktu tidur mencit dari rata-rata kontrol negatif pada masing-masing kelompok diolah dengan uji Kolmogorov-Smirnov untuk melihat distribusinya, dilanjutkan dengan Anova satu arah dan uji Scheffe taraf kepercayaan 95%.
Hasil analisis menunjukan bahwa ekstrak etanol daun krokot memiliki efek antistres. Efek ekstrak etanol daun krokot sebanding dengan efek diazepam dosis 0,260; 0,445; dan 0,760 mg/kgBB.
Kata kunci : daun krokot, efek antistres, mencit jantan
the symptom of severe stress could be so debilitated. Krokot (Portulaca oleraceae Linn.) consist of caffeic acid, nicotinic acid, and tryptophan. This substances have sedative effect. This research have purpose to prove the existence of antistres effect in krokot
leave.
This is a pure experimental research with the one-way complete randomized design. The antistres effect of krokot leave ethanol extract was tested using narcose potentiation method. Fifty four male mices (Swiss strain with body weight 20-30 g and ages 2-3 month) were randomly divided in 9 groups with 6 mices for each group. First group was given aquadest dose 16,667 mg/kgBW per oral as negative control. Second until fifth group was given diazepam dose as positive control 0,260; 0,445; 0,760; and 1,300mg/kgBW per oral. Sixth until ninth group was given krokot leave extract ethanol dose 1000; 1518,29; 2305,21; dan 3500 mg/kgBW per oral. Forty five minutes later mices was injected with sodium thiopenthal dose 45,5 mg/kgBW i.p. Sleep induction time and sleep duration of mices was noted for each group. Pro-longed of sleep time from negative control average for each group was analized with Kolmogorov-Smirnov test, then it is continued with one-way Anova and Scheffe test with confidence interval 95%.
The result showed that krokot leave extract ethanol have antistress effect. The effect of krokot leave extract ethanol is equivalent with diazepam effect dose 0,260; 0,445; and 0,760 mg/kgBW.
Key words: krokot leave, antistress effect, male mice
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii
HALAMAN PENGESAHAN...iii
HALAMAN PERSEMBAHAN...iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...v
PRAKATA...vi
INTISARI...viii
ABSTRACT...ix
DAFTAR ISI ...x
DAFTAR TABEL ...xiv
DAFTAR GAMBAR ...xv
DAFTAR LAMPIRAN...xvi
BAB I PENGANTAR...1
A. Latar Belakang ...…...1
1. Permasalahan...2
2. Keaslian Penelitian...2
3. Manfaat Penelitian...3
B. Tujuan Penelitian ...3
1. Tujuan Umum...3
2. Tujuan Khusus...3
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA...4
2. Nama Daerah...4
3. Morfologi Tanaman...4
4. Kandungan Kimia...5
a. Asam kafeat...5
b. Asam nikotinat...6
c. Triptofan...6
5. Khasiat Penggunaan...7
B. Penyarian ...7
1. Ekstrak...7
2. Pemilihan Pelarut...8
3. Perkolasi...8
C. Stres...9
1. Definisi Stres...9
2. Mekanisme Fisiologis Stres...10
D. Obat Depresan Susunan Saraf Pusat...12
1. Diazepam...14
a. Kimia...14
b. Mekanisme kerja...14
c. Farmakologi klinik...15
d. Farmakokinetika ...15
e. Metabolisme...15
f. Indikasi...16
g. Dosis...17
2. Natrium Tiopental...17
a. Kimia...17
b. Mekanisme kerja...17
c. Farmakologi klinik...18
d. Farmakokinetika...18
e. Metabolisme...18
f. Indikasi...18
g. Dosis...19
E. Landasan Teori...19
F. Hipotesis...19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...20
A. Jenis dan Rancangan Penelitian...20
B. Variabel Penelitian...20
1. Variabel utama...20
2.. Variabel pengacau terkendali...20
C. Bahan yang Digunakan...21
1. Bahan tumbuhan...21
2. Subyek uji...21
3. Bahan-bahan kimia...21
D. Alat yang Digunakan...21
2. Pemanenan...22
3. Pengeringan...22
4. Pembuatan serbuk...23
5. Pembuatan ekstrak etanol daun krokot...23
6. Penentuan dosis natrium tiopental...24
7. Penentuan dosis diazepam...24
8. Penentuan dosis ekstrak etanol...25
9. Perlakuan subjek uji...26
10. Penentuan daya antistres...27
F. Tata Cara Analisis Hasil...27
BAB IV. PEMBAHASAN...29
A. Hasil Determinasi Tanaman...29
B. Pembuatan Serbuk Daun Krokot...29
C. Penyarian Serbuk Daun Krokot...30
D. Hasil Uji Antistres...32
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...40
A. Kesimpulan...40
B. Saran...40
DAFTAR PUSTAKA ...41
LAMPIRAN ...…...43
BIOGRAFI PENGARANG...53
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel I. Hasil rata-rata perpanjangan waktu tidur mencit akibat pemberian
ekstrak etanol daun krokot...33
Tabel II. Hasil analisis ANOVA satu arah perpanjangan waktu
tidur mencit...37
Tabel III. Hasil uji Shceffe perpanjangan waktu tidur mencit...38
Hal
Gambar 1. Struktur kimia asam kafeat...5
Gambar 2. Struktur kimia asam nikotinat...6
Gambar 3. Struktur kimia triptofan...7
Gambar 4. Stres dan sistem endokrin...11
Gambar 5. Struktur kimia diazepam...14
Gambar 6. Struktur kimia natrium tiopental...17
Gambar 7. Grafik perpanjangan waktu tidur mencit...34
Gambar 8. Grafik standar eror perpanjangan waktu tidur mencit...35
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1. Data perpanjangan waktu tidur mencit...43
Lampiran 2. Uji Kolmogorov-Smirnov...45
Lampiran 3. Uji homogenitas...45
Lampiran 4. Uji ANOVA...45
Lampiran 5. Uji Scheffe...46
Lampiran 6. Foto tumbuhan krokot...48
Lampiran 7. Foto perkolator...49
Lampiran 8. Foto ekstrak etanol daun krokot...50
Lampiran 9. Foto mencit tidur akibat pemberian natrium tiopental...51
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang
Pada era ini, kehidupan dalam masyarakat begitu kompleks dan
berkembang pesat. Kebutuhan pokok manusia telah bergeser ke arah yang lebih
tinggi atau lebih baik. Hal ini berarti telah terjadi peningkatan kebutuhan hidup
pada manusia. Makin hari orang-orang makin disibukkan demi mencukupi segala
kebutuhan hidupnya. Tak dapat disangkal pula masalah-masalah kemiskinan,
kriminalitas, serta kekerasan sering muncul pada masyarakat kita. Hal-hal
demikian besar pengaruhnya dalam menimbulkan tekanan-tekanan mental (stres)
yang cukup tinggi pada masyarakat.
Stres merupakan suatu bentuk dari kecemasan atau ansietas
(Koda-Kimble, Young, Kradjan, & Guglielmu, 2005). Menurut Mycek, Harvey, dan
Champe (1997) ansietas yaitu suatu ketegangan yang tidak menyenangkan, rasa
takut, rasa gelisah yang mungkin timbul dari penyebab yang tidak diketahui.
Mereka juga menyatakan bahwa episode ansietas ringan merupakan pengalaman
hidup biasa dan tidak memerlukan pengobatan. Namun pada gejala ansietas yang
cukup berat (takikardia, berkeringat, gemetar, palpilasi) dan kronis serta
mengganggu aktivitas sehari-hari, perlu diobati dengan obat anti-ansietas dan/atau
bentuk lain terapi psikologik/tingkah laku. Obat yang digunakan untuk
pengobatan ansietas ialah sedatif, atau obat-obat yang secara umum memiliki sifat
2
Pengobatan menggunakan tanaman obat pada saat ini banyak diminati
oleh masyarakat. Selain karena harganya yang terjangkau, efek sampingnya juga
diakui masyarakat lebih sedikit dibandingkan dengan obat-obat kimia.
Masyarakat Turki telah menemukan khasiat sedatif dari tumbuhan
krokot (Portulaca oleracea Linn.) sebagai alternatif pengobatan (Anonim, 2004).
Tumbuhan ini merupakan terna semusim, sering bercabang mulai dari kaki
tumbuhan. Di Jawa tumbuh sebagai tanaman penganggu mulai dari dataran rendah
sampai 1800 m di atas permukaan laut (Heyne, 1950).
Kebenaran secara ilmiah mengenai khasiat antistres daun krokot ini
masih perlu diuji. Oleh karena itu, peneliti ingin meninjau khasiat daun krokot
dengan melihat pengaruh pemberian ekstrak etanol daun krokot terhadap efek
antistres pada mencit jantan.
1. Permasalahan
Permasalahan dalam penelitian ini hanya dibatasi untuk menjawab
pertanyaan tentang adanya efek antistres ekstrak etanol daun krokot. Dari latar
belakang yang disebutkan di atas, masalah yang timbul adalah:
a. Apakah ekstrak etanol daun krokot mempunyai efek antistres ?
b. Seberapa besar efek antistres ekstrak etanol daun krokot ?
2. Keaslian penelitian
Penelitian mengenai daun krokot yang pernah dilakukan antara lain tes
in vivo dan in vitro daya anti-inflamasi, analgesik, and aktifitas anti-jamur daun
Penelitian tentang efek antistres ekstrak etanol daun krokot pada mencit
jantan sepanjang pengetahuan peneliti belum pernah dilakukan.
3. Manfaat penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
a. Manfaat teoritis: Penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu
pengetahuan di bidang kesehatan, khususnya untuk pengobatan stres atau ansietas.
b. Manfaat praktis: Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi mengenai daun krokot sebagai obat tradisional dalam memberikan efek
antistres.
B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum
Penelitian ini untuk mendapatkan informasi ilmiah tentang manfaat daun
krokot dalam memberikan efek antistres.
2. Tujuan khusus
a. Membuktikan adanya efek antistres dalam ekstrak etanol daun krokot
4
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Tumbuhan Krokot 1. Keterangan Botani
Menurut Backer (1973) tanaman yang dipakai berjenis krokot dan
memiliki nama ilmiah yaitu Portulaca oleracea Linn. termasuk ke dalam famili
Portulacaceae. Di Jawa tumbuh sebagai tanaman penganggu mulai dari dataran
rendah sampai 1800 m di atas permukaan laut (Heyne, 1950).
2. Nama daerah
Namadaerah dari Portulaca oleracea Linn. di Indonesia di antaranya :
Sunda : Gèlang
Jawa : Krokot
Madura : Rè-sèrèyan
Ternate :Jalu-jalu kiki
(Heyne, 1950)
3. Morfologi tumbuhan
Tumbuhan ini merupakan terna semusim, sering bercabang mulai dari
kaki tumbuhan (Heyne, 1950). Berupa daun tunggal, tersebar atau berhadapan,
umumnya rontok, dalam keadaan segar berdaging warna hijau. Helaian daun
bentuk bundar telur atau bundar telur terbalik, ujung dan pangkal membundar atau
tumpul, panjang helaian sampai 10 mm, lebar sampai 4 mm. Batang bercabang
kelabu. Buah, berupa buah kotak, panjang ± 4mm, warna coklat muda pucat,
bagian-bagian kulit buah terdapat pada ujung cabang atau lepas. Biji banyak,
warna kehitaman, bentuk bundar, garis tengah ± 1mm (Anonim, 1995c).
4. Kandungan kimia
Krokot memiliki kandungan kimia yaitu saponin, steroid/triterpenoid,
karoten, vitamin C, B, B2, B1, Ca, Mg, asam organik, glikosida, glikoretin
(Anonim,1995c). Krokot juga mengandung asam lemak Omega-3 (Anonim, 2002)
serta asam oksalat bebas, alkaloid, kumarin, flavanoid, glikosida jantung, dan
glikosida antrakinon (Anonim, 2004).
Menurut Duke (2007), krokot juga mengandung asam kafeat, asam
nikotinat, dan triptofan yang berkhasiat sebagai sedatif. Senyawa-senyawa yang
berkhasiat sebagai sedatif ini memiliki informasi kimia sebagai berikut:
a. Asam kafeat.
Rumus molekul : C9H8O4
Nama kimia : asam 3-(3,4-dihidroksifenil)-2 propenoat
BM : 180,16
Kelarutan : larut dalam air panas dan alkohol dingin, hanya sedikit larut
dalam air dingin (Anonim, 2001)
Efek farmakologis : sedatif (Duke, 2007), antioksidan (Anonim, 2007a)
Gambar 1. Stuktur kimia asam kafeat
HO HO
6
b.Asam Nikotinat.
Rumus molekul : C6H5NO2
Nama kimia : asam 3-piridinkarboksilat
BM : 123,11
pKa : 4,85
Kelarutan : larut dalam air mendidih dan alkohol mendidih (Anonim, 2001)
Efek farmakologis : antihiperlipoproteinemia, vitamin (Anonim, 2001) dan sedatif
(Duke, 2007)
Gambar 2. Stuktur kimia asam nikotinat
c. Triptofan.
Rumus molekul : C11H12N2O2
Nama kimia : asam (S)-α-amino-1H-indol-3-propanoat
BM : 204,22
pKa : 2,38; 9,39
Kelarutan : dalam air yaitu 1 dalam 100 bagian, larut etanol dan alkali
hidroksida, tidak larut dalam kloroform dan dietil eter (Gokel,
2004)
Efek farmakologis : - untuk pengobatan depresi, schizophrenia, dan gangguan
neuropsikiatria lain (Anonim, 2001) dan sedatif (Duke,2007) N
Gambar 3. Stuktur kimia triptofan 5. Khasiat penggunaan
Khasiat tanaman ini yaitu sebagai obat gatal serta dapat untuk
memperbaiki pencernaan (Anonim, 1995c). Masyarakat di Turki
menggunakannya sebagai diuretik, penambah gairah, emolien, obat kudis serta
sedatif (Anonim, 2004).
H2N CH C
CH2
OH O
HN
B. Penyarian 1. Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan. Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat
secara perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan dengan cara destilasi
8
panas (Anonim, 1995b). Fungsinya untuk menyediakan sejumlah kecil dan dalam
kesesuaian bagi bentuk fisik yang mantap, aktivitas obat dan sifat dari bahan baku
tumbuh-tumbuhan yang ditunjukkan oleh ekstrak (Ansel, 1985).
2. Pemilihan pelarut
Terdapat beberapa syarat pemilihan cairan penyari yang baik, yaitu
murah dan mudah didapat, stabil secara fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak
mudah menguap atau terbakar, selektif, tidak mempengaruhi zat yang berkhasiat,
serta diperbolehkan oleh peraturan (Anonim, 1986). Sebagai dapat cairan penyari
digunakan air, eter, atau campuran etanol dan air (Anonim, 1979). Campuran
hidroalkohol mungkin merupakan pelarut yang serba guna dan paling luas
pemakaiannya. Hidroalkohol kerjanya merupakan gabungan keduanya, yaitu
pelarut air dan alkohol dan karena keduanya mudah bercampur, memungkinkan
campuran pelarut yang paling sesuai untuk mengekstraksi bahan aktif. Alkohol
digunakan tanpa campuran sebagai pelarut hanya apabila dibutuhkan, karena
harganya lebih mahal daripada campuran air alkohol (Ansel, 1985).
3. Perkolasi
Istilah perkolasi berasal dari bahasa Latin per yang artinya ”melalui” dan
colare yang artinya ”merembes”, secara umum dapat dinyatakan sebagai proses
dimana obat yang sudah halus, zat yang larutnya diekstraksi dalam pelarut yang
cocok dengan cara melewatkan perlahan-lahan melalui obat dalam suatu
perkolator, dengan ekstrak yang telah dikumpulkan disebut perkolat
Prosedur perkolasi yaitu sebagai berikut. Basahi 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok dengan 2,5 bagian sampai 5 bagian cairan
penyari, masukan ke dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya selama 3 jam.
Pindahkan massa sedikit demi sedikit ke dalam perkolator sambil tiap kali ditekan
hati-hati, tuangi dengan cairan penyari secukupnya sampai cairan mulai menetes
dan diatas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari, tutup perkolator,
biarkan selama 24 jam. Biarkan cairan menetes dengan kecepatan 1 ml per menit,
tambahkan berulang-ulang cairan penyari secukupnya sehingga selalu terdapat
selapis cairan penyari di atas simplisia, hingga diperoleh 80 bagian perkolat. Peras
massa, campurkan cairan perasan ke dalam perkolat, tambahkan cairan penyari
secukupnya hingga diperoleh 100 bagian. Pindahkan ke dalam bejana, tutup,
biarkan selama 2 hari di tempat yang sejuk, terlindung cahaya. Enap tuangkan
atau saring. Perkolat disuling atau diuapkan hingga tekanan rendah pada suhu
tidak lebih dari 50° hingga konsistensi yang dikehendaki (Anonim, 1979).
C. Stres 1. Definisi stres
Secara umum, stres didefinisikan menjadi tiga :
a. Sebagai stimulus. Stimulus ini berupa beberapa kejadian tertentu
yang menimbulkan perasaan tertekan atau sedih.
b. Sebagai respon. Stres juga didefinisikan sebagai reaksi seseorang
dalam situasi yang penuh dengan tekanan. Hans Selye (cit.,Bishop, 2004)
10
suatu pola respon fisiologis, termasuk pelepasan beberapa hormon dan perubahan
denyut jantung, tekanan darah, pernafasan, dan aktivitas gastrointestinal.
c. Sebagai timbal-balik. Stres didefinisikan suatu timbal-balik antara
seseorang dengan lingkungannya yang mencakup penilaiannya terhadap situasi
dan kemampuannya mengatasi masalah, disertai dengan respon psikologis dan
fisiologis terhadap masalah itu.
(Bishop, 1994)
Stres juga dapat diartikan sebagai penjumlahan reaksi biologis terhadap
rangsangan yang merugikan, fisik, mental, atau emosional, internal atau eksternal,
yang cenderung mengganggu homeostatis organisme (Anonim, 1995a).
Suatu penelitian yang dilakukan oleh Selye memperkenalkan General
Adaptation Syndrom (GAS) yaitu merupakan suatu respon umum tubuh terhadap
suatu ancaman yang terdiri dari tahap alarm, resistance, dan exhaution. Tahap
alarm terjadi dimana suatu organisme merespon untuk melawan ancaman. Pada
saat ini saraf simpatik teraktivasi dan aktivitas adrenal meningkat. Pada tahap
resistance, organisme masih melanjutkan perlawanannya terhadap ancaman dan
organ tubuh menjadi lebih beradaptasi dengan ancaman tersebut. Pada tahap
terakhir, organ tubuh kehilangan fungsi normalnya dan organisme jadi lebih
rentan terhadap penyakit. (Bishop, 2004)
2. Mekanisme fisiologis stres
Stres memiliki banyak dampak pada sistem tubuh, terutama pada sistem
a. Sistem saraf otonom. Sistem saraf otonom dibagi menjadi dua, yaitu
sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Sistem saraf simpatik ini
diaktivasi saat seseorang merasa terancam dan bersiap untuk melakukan
perlawanan/tindakan. Aktivasi ini akan meningkatkan irama jantung, dilatasi
pupil, sekresi epineprin dan norepineprin, serta menghambat pencernaan.
b. Sistem endokrin. Stimulasi terhadap sistem saraf simpatik memacu
adrenal medula untuk melepaskan katekolamin, epineprin, dan norepineprin
dalam jumlah yang banyak ke dalam pembuluh darah. Kehadiran hormon-hormon
ini ke dalam pembuluh darah akan menyebabkan peningkatan aktivitas
kardiovaskular, pernafasan, kekuatan otot, dan aktivitas mental. Aktivitas sinergis
Sympathoadreno-medullary Sistem Hypothalamic-pituitary- (SAM) sytem adrenocortical (HPAC) system
Gambar 4. Stres dan sistem endokrin (Bishop, 2004)
Stres
Sistem Saraf Simpatik Hipotalamus
Kelenjar Pituitari
• Memasukkan darah ke otot
• Menstimulasi aktivitas mental
• Meningkatkan metabolisme
Adrenal koteks menyekresikan kortikostreroid
• Meningkatkan pelepasan energi
• Menekan respon inflamasi
12
antara sistem saraf simpatik dan adrenal medula ini disebut
sympathoadreno-medullary (SAM) system. Respon sistem endokrin terhadap stres dapat pula
melalui hypothalamus-pituitary-adrenocortical (HPAC) system. Sistem ini
diaktivasi oleh stimulus dari susunan saraf pusat (SSP) ke hipotalamus, sehingga
corticoprin-releasing factor (CRF) disekresikan. CRF ini menstimulasi kelenjar
pituitari memproduksi adrenocorticotrophic hormone (ACH) yang kemudian akan
mengaktivasi korteks kelenjar adrenal untuk memproduksi kortikostreroid.
Hormon ini menyebabkan peningkatan pelepasan energi, penekanan respon
inflamasi, dan penekanan respon imun.
c. Sistem imun. Stres memiliki efek umum dalam memekan fungsi imun.
Pada kasus stres yang parah terjadi pengecilan ukuran kelenjar timus, tempat
diproduksinya sel T. Stres juga dapat menghambat sekresi antibodi.
(Bishop, 1994)
Dari keterangan diatas maka dapat diketahui juga bahwa stres dapat
menyebabkan berbagai gangguan seperti tukak lambung, gangguan
kardiovaskular, hingga neoplasia seperti yang disebutkan oleh Corsini (1987).
Obat yang digunakan untuk pengobatan ansietas atau stres ialah sedatif, atau
obat-obat yang secara umum memiliki sifat yang sama dengan sedatif (Wiria dan
Handoko, 1995).
D. Obat Depresan Susunan Saraf Pusat
Hipnotik sedatif merupakan golongan obat depresan susunan saraf pusat
tenang atau kantuk, menidurkan, hingga yang berat (kecuali benzodiazepin) yaitu
hilangnya kesadaran, keadaan anestesi, koma, dan mati, bergantung kepada dosis.
Pada dosis terapi obat sedatif menekan aktifitas, menurunkan respons, terhadap
perangsangan emosi dan menenangkan (Mycek et al., 1997). Hipnotik adalah
obat-obat yang digunakan untuk menimbulkan efek mengantuk dan tidur,
sedangkan sedatif digunakan untuk menenangkan kecemasan dan kegelisahan
pasien, dapat menidurkan tanpa secara langsung menyebabkannya. Tidak ada
batas yang jelas antara kedua-duanya, dosis hipnotik yang kecil sering digunakan
sebagai sedatif. Namun sebaliknya dosis sedatif yang besar selain dapat
menimbulkan rasa kantuk dan tidur, dapat juga menimbulkan efek yang tidak
diinginkan seperti waktu tidur yang terlalu panjang (Bowman & Rand, 1980).
Pada manusia tujuan menggunakan hipnotik adalah untuk tidur normal
dimana pasien dapat bangun tanpa mengakibatkan hang over. Pada hewan
percobaan istilah hipnotik digunakan untuk suatu tingkat tekanan sentral obat
yang menginduksi ketidaksadaran berkaitan dengan hilangnya kekuatan otot dan
reflek balik badan. Banyak dari tes farmakologi didasari pada potensiasi induksi
waktu tidur oleh barbiturat atau agen sedatif lainnya (Vogel, 1999).
Obat depresan dapat memperpendek waktu induksi tidur dan
memperpanjang waktu lama tidur dibandingkan dengan kelompok kontrol yang
hanya diberi vehikulum. Potensiasi narkose disebut juga kemampuan obat untuk
memperpendek waktu induksi dan memperpanjang lama waktu tidur (Anonim,
14
Adapun obat depresan susunan saraf pusat yang dipakai dalam penelitian
ini yaitu:
1. Diazepam
a. Kimia.
Rumus molekul: C16H13ClN2O
Nama kimia :7-kloro-1,3-dihidro-1-metil-5-fenil-2H-1,4-benzodiazepin-2-on
BM : 284,7
pKa : 3,7; 3,2
Kelarutan : dalam air sangat sedikit dan dalam alkohol yaitu 1 dalam 25
(Dollery, 1999)
Gambar 5. Struktur kimia diazepam
b. Mekanisme kerja. Mycek et al. (1997) menjelaskan bahwa diazepam
merupakan derivat dari benzodiazepin, yang kerjanya secara bersama-sama
dengan GABA meningkatkan afinitas terhadap sisi ikatannya tanpa perubahan
jumlah total sisi tersebut. Pengikatan GABA (asam gama aminobutirat) ke
reseptornya pada membran sel akan membuka saluran klorida, meningkatkan efek
konduksi klorida. Aliran ion klorida yang masuk menyebabkan hiperpolarisasi
N N
O
Cl
lemah menurunkan potensi postsinaptik dari ambang letup dan meniadakan
pembentukan kerja-potensial. Benzodiazepin terikat pada sisi spesifik dan
berafinitas tinggi dari membran sel, yang terpisah tetapi dekat reseptor GABA.
Reseptor benzodiazepin terdapat hanya pada SSP dan lokasinya sejajar dengan
neuron GABA. Pengikatan benzodiazepin (diazepam) memacu afinitas reseptor
GABA untuk neotransmiter yang bersangkutan, sehingga saluran klorida yang
berdekatan lebih sering terbuka. Keadaan tersebut akan memacu hiperpolarisasi
dan menghambat letupan neuron.
c. Farmakologi klinik. Diazepam dalam standar dosis klinik dapat
menyebabkan berkurangnya kecepatan respirasi dan kerja ventrikel kiri.
Diazepam untuk ansietas dan hipnotik hanya memberikan efek tidur REM.
Diazepam menyebabkan meningkatnya aktivitas β pada EEG (Dollery,1999).
d. Farmakokinetika
Absorbsi oral 100%
Metabolisme prasistemik Tidak signifikan Waktu paruh dalam plasma
Kisaran 20-100 jam
rata-rata 30 jam
Volume distribusi 1,1 l/kg
Ikatan dengan protein plasma 97%
(Dollery,1999)
e. Metabolisme. Diazepam dimetabolisme di hati kemudian sebagian
besar diekskresi lewat urin. Terdapat 3 jalur biotranformasi, yaitu N-demetilasi,
hidroksilasi, dan konjugasi asam glukuronat; menghasilkan 3 metabolit aktif.
N-desmetildiazepam merupakan metabolit diazepam yang memiliki profil
16
yang lebih lama. Metabolit ini akan diubah dengan hidroksilasi menjadi oxazepam
Metabolit ketiga adalah temazepam, hasil hidroksilasi diazepam. Temazepam dan
oxazepam juga aktif namun waktu paruhnya lebih singkat dari diazepam.
Temazepam dan oxazepam kemudian dikonjugasi oleh asam glukuronat dan
dieliminasi lewat urin.
(Dollery, 1999)
f. Indikasi. Indikasi dari obat diazepam adalah sebagai berikut :
(1). Manajemen untuk ansietas. Diazepam digunakan sangat luas untuk
penanganan simtomatik dengan waktu pendek pada ansietas ringan, eksitasi,
agitasi, ketakutan, tingkah laku yang berlebihan, dan tekanan seperti
psikoneurosis, reaksi ansietas, kondisi stres, dan ansietas dengan ekspresi somatik.
(2). Penarikan kembali penggunaan alkohol akut. Diazepam mungkin berguna
dalam simtomatik pada agitasi akut, dan tremor.
(3). Untuk kejang otot skeletal. Diazepam dapat digunakan sebagai tambahan
bantuan untuk kejang otot skeletal karena reflek kejang patologi lokal seperti
inflamasi pada otot dan sendi atau trauma; spastisiti dikarenakan kekacauan saraf
neuron paling atas, kelumpuhan otak dan paraplegia.
(4). Basal sedasi. Diazepam diberikan secara parenteral ketika respon cepat dan
mungkin berguna dalam ansietas akut atau tekanan yang berhubungan dengan
kondisi stres dan kekacauan emosi non psikotik.
(5). Penanganan untuk keadaan epilepsi dan keadaan kejang.
(6). Keadaan eksitasi. Keadaan ini meliputi kadaan ansietas akut, ketegangan otot,
(7). Pramedikasi untuk prosedur operasi.
(Dollery, 1999)
g. Dosis. Dosis diazepam untuk ansietas menurut Dollery (1999) adalah
2-10 mg.
2. Natrium Tiopental
a. Kimia.
Rumus molekul : C11H17N2SNaO2
Nama kimia : garam
(R,S)-5Etildihidro-5-(1-metilbutil)-2-tiokso-4,6(1H,5H)-pirimidindion mononatrium
BM : 264,3
pKa : 7,6
Kelarutan : dalam air yaitu 1dalam 1,5 dan dalam alkohol yaitu 1
dalam 10 hingga 1 dalam 30
N
Gambar 6. Struktur kimia natrium tiopental
b. Mekanisme kerja. Tiopental termasuk golongan barbiturat, yang
kerjanya secara tepat masih belum diketahui (Dollery, 1999). Barbiturat
barangkali mengganggu transpor natrium dan kalium melewati membran sel. Ini
18
polisinaptik SSP dihambat. Barbiturat juga meningkatkan fungsi GABA
memasukan klorida ke dalam neuron, meskipun obatnya tidak terikat pada
reseptor benzodiazepin (Mycek et al., 1997)
c. Farmakologi klinik. Pada dosis yang cocok, tiopental akan
menginduksi anestesi dan penekanan pusat terjadi dalam waktu, 1 menit setelah
pemberian. Hilangnya ketidaksadaran terjadi secara perlahan, walau
kadang-kadang disertai dengan sedikit gerakan otot yang spontan. Konsentrasi plasma
yang dibutuhkan untuk anestesi pasien yang sehat adalah 40 μg/l (Dollery,1999).
d. Farmakokinetika. Tiopental terikat dengan protein plasma dengan
derajat ikatan 50-80%. Karena sifatnya yang sangat larut lipid, molekul bebas
tiopental dapat mudah melintasi barier otak. Waktu paruh distribusi yaitu 8,5
menit dalam fase yang cepat dan 63 menit dalam fase yang lambat. Klirensnya
sebesar 3,4 ml/kg per menit. Waktu paruh eliminasi yaitu kira-kira 9 jam
(Dollery,1999).
e. Metabolisme. Metabolisme utama tiopental terdapat di hati.
Metabolisme berjalan lambat dengan oksidasi pada rantai 1-metil-butil menjadi
metabolit yang tidak aktif (Dollery,1999).
f. Indikasi. Indikasi dari obat natrium tiopental adalah sebagai berikut :
(1). Sebagai antikonvulsan.
(2). Induksi anestetika umum.
(3). Untuk pemeliharaan anestetika umum pada pemberian berkala atau infusi
(4). Dapat juga sebagai pencegah dan terapi dari iskemia otak.
(Dollery,1999)
g. Dosis. Dosis normal diberikan 4-5 mg/kgBB. Pada anak-anak dosis
diberikan 6-8 mg/kgBB, sedangkan pada manula dosis diberikan hanya 2-2,5
mg/kgBB (Dollery, 1999).
E. Landasan teori
Krokot (Portulaca oleracea Linn.) memiliki kandungan asam kafeat,
asam nikotinat, tripofan (Duke, 2007). Kandungan asam kafeat, asam nikotinat,
dan triptofan ini menurut Duke (2007) memiliki khasiat sebagai sedatif.
Obat yang digunakan untuk pengobatan ansietas ialah sedatif, atau
obat-obat yang secara umum memiliki sifat yang sama dengan sedatif (Wiria dan
Handoko, 1995). Sedatif merupakan golongan obat depresan susunan saraf pusat
(SSP) yang menekan aktifitas, menurunkan respons, terhadap perangsangan emosi
dan menenangkan (Mycek et al., 1997). Obat depresan dapat memperpendek
waktu induksi tidur dan memperpanjang waktu lama tidur dibandingkan dengan
kelompok kontrol yang hanya diberi vehikulum.
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode potensiasi
narkose yaitu kemampuan obat untuk memperpendek waktu induksi dan
memperpanjang lama waktu tidur (Anonim, 1991).
F. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori diatas maka daun krokot (Portulaca oleracea
20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental murni dimana dilakukan
perlakuan atau manipulasi terhadap sejumlah variabel penelitian. Rancangan
penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap searah.
B. Variabel Penelitian 1. Variabel utama
a. Variabel bebas : dosis ekstrak etanol daun krokot (Portulaca oleraceae
Linn.), yaitu sejumlah miligram ekstrak etanol daun krokot tiap satuan
kgBB subyek uji.
b. Variabel tergantung : perpanjangan waktu tidur subjek uji, yaitu respon
dari subyek uji akibat pemberian ekstrak etanol daun krokot (Portulaca
oleraceae Linn.).
2. Variabel pengacau terkendali
a. Galur subyek uji yang digunakan adalah galur Swiss.
b. Subyek uji berjenis kelamin jantan.
c. Berat badan subyek uji 20-30 gram.
d. Umur subyek uji 2-3 bulan.
a. Keadaan patologi subyek uji berada dalam keadaan sehat.
C. Bahan yang Digunakan 1. Bahan tanaman
Bahan yang digunakan adalah daun krokot (Portulaca oleraceae Linn.)
yang dikeringkan di bawah sinar matahari dengan ditutupi kain hitam. Daun
krokot tersebut didapat dari daerah Kaliurang, Yogyakarta.
2. Subyek uji
Subyek uji yang digunakan adalah mencit putih jantan dengan galur
Swiss dengan berat badan 20-30 gram dan umur 2-3 bulan yang diperoleh dari
Laboratorium Farmakologi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma.
3. Bahan-bahan kimia
a. Bahan untuk penyarian adalah etanol teknis 70%(Brataco).
b. Diazepam (Indofarma).
c. Sodium Pentothal (Abbott Laboratories).
d. Karboksil metil selulosa (CMC) (Brataco) untuk melarutkan ekstrak
etanol daun krokot (Portulaca oleraceae Linn.).
e. Aquades, diperoleh dari Laboratorium Farmakologi, Fakultas Farmasi,
Universitas Sanata Dharma.
D. Alat yang Digunakan
1. Neraca analitik (Mettler PM 4600, Delta Range®)
2. Perkolator
22
4. Seperangkat alat gelas seperti beaker glass, labu ukur, gelas ukur, pipet
tetes, pipet ukur, cawan petri, pengaduk, erlenmeyer, corong.
5. Vacuum rotary evaporator (Merk IKA Labor Tehnik)
6. Oven (Memmert)
7. Jarum dan alat suntik 1ml
8. Jarum suntik peroral (p.o)
9. Steroform berdiameter +/- 15 cm sebagai alas tidur subjek uji
10.Stopwatch
E. Tata Cara Penelitian 1. Determinasi tanaman
Determinasi tanaman krokot (Portulaca oleraceae Linn.) dilakukan
menurut Backer (1973). Determinasi ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa
tanaman tersebut adalah benar-benar krokot (Portulaca oleraceae Linn.).
2. Pemanenan
Daun krokot (Portulaca oleraceae Linn.) dipanen di Kaliurang,
Kabupaten Sleman, Yogyakarta, pada waktu siang hari.
3. Pengeringan
Daun krokot (Portulaca oleraceae Linn.) yang dipeoleh kemudian
dibersihkan di bawah air yang mengalir agar bersih dari debu dan kotoran yang
menempel pada daun. Setelah bersih, daun dikeringkan di bawah sinar matahari
benar-benar kering. Hal ini dapat dipastikan dengan mematahkan daun dengan tangan.
Bila daun mudah dipatahkan berarti daun sudah benar-benar kering.
4. Pembuatan serbuk
Setelah daun krokot (Portulaca oleraceae Linn.) benar-benar kering
kemudian diserbuk dengan menggunakan blender sampai halus dan diayak dengan
ayakan tepung.
5. Pembuatan ekstrak etanol daun krokot
Ekstrak dibuat dengan menyari daun krokot dengan pelarut etanol 70%
secara perkolasi. Cara pembuatan ekstrak etanol daun krokot adalah sebagai
berikut. Sebanyak 160 gram serbuk daun dimasukkan ke dalam perkolator yang
sudah diberi kertas saring dan kapas pada bagian bawah dan dinding perkolator.
Kemudian tambahkan etanol 70% sampai seluruh bagian serbuk terbasahi dengan
pelarut etanol tersebut. Biarkan serbuk terendam pelarut etanol selama 24 jam
agar zat aktif dapat larut lebih dulu. Setelah itu buka keran perkolator sehingga
perkolat dapat menetes keluar dengan kecepatan 1 ml (20-30 tetes) per menit.
Tambahkan berulang-ulang pelarut etanol sehingga selalu terdapat selapis pelarut
etanol di atas simplisia. Ekstraksi terus dilakukan sampai senyawa-senyawa yang
terlarut dalam etanol sudah terekstraksi semua. Hal ini ditandakan oleh tetesan
terakhir perkolat tidak berwarna lagi. Hasil ekstraksi yang diperoleh kembali
disaring lebih dulu sebelum diuapkan dengan tekanan rendah dengan suhu tidak
lebih dari 50°C menggunakan vakum rotaevaporator untuk mendapatkan ekstrak
yang kental. Kemudian ekstrak kental dikeringkan dalam oven dengan suhu tidak
24
6. Penetapan dosis natrium tiopental
Dosis terapi natrium tiopental adalah 4-5 mg/kgBB (Dollery,1999).
Setelah dilakukan orientasi dosis natrium tiopental untuk mendapatkan waktu
induksi tidur yang singkat, ditetapkan dosis 5 mg/kgBB sebagai dosis yang akan
dipakai pada penelitian ini. Kemudian dilakukan konversi dosis antara manusia
dengan berat badan 70 kg ke mencit 20 g yang menurut Laurence & Bacharach
(cit.,Anonim, 2007c) yaitu 0,0026, sehingga didapatkan dosis natrium tiopental
yaitu 5 mg x 70 kg x 0,0026 = 0,91 mg/20 g mencit, yaitu 45,5 mg/kgBB mencit.
7. Penetapan dosis diazepam
Dosis terapi diazepam adalah 2-10 mg (Dollery, 1999). Dosis diazepam
sebagai kontrol positif dibagi menjadi 4, yaitu dengan rumus:
1
Setelah itu dilakukan konversi dosis antara manusia dengan berat badan 70 kg ke
mencit 20 g, sehingga pembagian dosis kontrol positif, yaitu:
Dosis I : 2,00 mg x 0,0026 x 1000/20 = 0, 260 mg/kgBB mencit
Dosis II : 2,00 mg x 1,7099 x 0,0026 x 1000/20 = 0,445 mg/kgBB mencit
Dosis III : 3,42 mg x 1,7099 x 0,0026 x 1000/20 = 0,760 mg/kgBB mencit
8. Penetapan dosis ekstrak etanol daun krokot
Karena ekstrak etanol daun krokot tidak larut dalam air, maka ekstrak
dilarutkan dalam CMC 1% agar didapatkan suspensi ekstrak etanol daun krokot
dalam CMC 1%. Penetapan dosis ekstrak etanol daun krokot dilakukan dengan
orientasi terlebih dahulu. Dicari dosis terendah ekstrak etanol daun krokot yang
mampu memberikan perpanjangan waktu tidur mencit dibandingkan waktu tidur
mencit pada kontrol negatif. Kemudian dosis dinaikan sedikit demi sedikit untuk
mencari dosis tertingginya, yaitu dosis yang masih memberikan efek tanpa
menyebabkan kematian dari 1 atau lebih subjek uji.
Ekstrak etanol daun krokot diberikan dalam 4 dosis. Dosis terendah dan
tertinggi yang didapatkan adalah 1000 mg/kgBB dan 3500 mg/kgBB mencit.
Sama seperti cara pembagian dosis pada diazepam, pembagian dosis perlakuan
ekstrak etanol daun krokot yaitu:
1
Dosis III : 1518,29 mg/kgBB x 1,51829 = 2305,21 mg/kgBB
26
9. Perlakuan subyek uji
Subyek uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit jantan
galur Swiss, umur 2-3 bulan dengan berat badan 20-30 gram. Subyek uji yang
digunakan sebanyak 54 ekor dibagi dalam 9 kelompok. Sebelum digunakan
mencit dipuasakan selama satu hari dengan diberi air minum.
Sebelum diberi obat, semua mencit ditimbang. Pada waktu pemberian
obat atau pada waktu t = 0 , sediaan uji diberikan per oral kepada mencit
kelompok uji. Pembagian kelompok perlakuan hewan uji, yaitu :
Kelompok I : diberi aquadest sebagai kontrol negatif dengan dosis 16,667
mg/kg BB mencit secara oral
Kelompok II : diberi larutan diazepam sebagai kontrol positif dengan dosis
0,260 mg/kg BB mencit secara oral
Kelompok III : diberi larutan diazepam sebagai kontrol positif dengan dosis
0,445 mg/kg BB mencit secara oral
Kelompok IV : diberi larutan diazepam sebagai kontrol positif dengan dosis
0,760 mg/kg BB mencit secara oral
Kelompok V : diberi larutan diazepam sebagai kontrol positif dengan dosis
1,300 mg/kg BB mencit secara oral
Kelompok VI : diberi ekstrak etanol daun krokot dengan dosis perlakuan
1000,000 mg/kg BB mencit secara oral
Kelompok VII : diberi ekstrak etanol daun krokot dengan dosis perlakuan
Kelompok VIII: diberi ekstrak etanol daun krokot dengan dosis perlakuan
2305,210 mg/kg BB mencit secara oral
Kelompok IX : diberi ekstrak etanol daun krokot dengan dosis perlakuan
3500,000 mg/kg BB mencit secara oral
Pada t = 45 menit setelah pemberian diatas, semua mencit diberikan obat natrium
tiopental dengan dosis 45,5mg/kgBB secara i.p.
10. Penentuan daya antistres
Selesai penyuntikan, diamati saat masing-masing mencit mulai tidur,
yaitu hilangnya reflek pemulihan posisi tubuh yang dicatat sebagai waktu tidur
untuk tiap mencit (waktu induksi yaitu waktu yang berlangsung sejak penyuntikan
hipnotik hingga saat mencit mulai tidur). Pada saat ini mencit dites. Telentangkan
mencit dalam bejana pengamatan tepat ditengahnya yang telah diberi alas
steroform. Dicatat kemudian waktu dalam detik saat muncul kembali reflek
pemulihan posisi tubuh bergerak meninggalkan pusat bejana. Lama tidur mencit
adalah sejak saat terjadi induksi tidur sampai saat munculnya kembali reflek
pemulihan posisi tubuh normal
F. Tata Cara Analisis Hasil
Dihitung masing-masing waktu perpanjangan tidur mencit tiap
kelompok dibandingkan kelompok kontrol negatif dalam detik. Potensiasi narkose
atau kemampuan obat untuk memperpanjang waktu lama tidur dianalisis dengan
28
dengan Anova satu arah dan uji Scheffe dengan taraf kepercayaan 95%. Perbedaan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Determinasi Tanaman
Sebelum diteliti, tanaman krokot dideterminasi lebih dahulu untuk
memastikan kebenaran spesies tumbuhan yang akan digunakan supaya tidak
terjadi kesalahan penggunaan tanaman. Menurut Backer (1973) tanaman yang
digunakan adalah spesies Portulaca oleracea Linn. Determinasi ini dilakukan
dengan dengan cara mencocokan gambar dalam buku dengan herbarium tanaman
aslinya
B. Pembuatan Serbuk Daun Krokot
Daun krokot diperoleh di dataran tinggi dari daerah Kaliurang,
Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Setelah dipanen daun dibersihkan dari segala
kotoran yang menempel dengan cara dicuci di bawah air mengalir. Dengan berada
di bawah air mengalir diharapkan kotoran langsung terbuang bersama aliran air
yang mengalir dan tidak menempel kembali pada daun.
Untuk mengurangi kadar air agar diperoleh simplisia yang tidak mudah
rusak serta untuk menghindari pertumbuhan mikroorganisme, daun krokot
kemudian dikeringkan dan dijemur di bawah sinar matahari dengan ditutupi kain
hitam. Kain disini dimaksudkan untuk menghindari terik sinar ultraviolet matahari
30
hitam bersifat menyerap panas. Akhir dari proses pengeringan kondisi daun yang
telah benar-benar kering. Ditandai dengan mudahnya daun dipatahkan dengan
tangan.
Daun krokot kemudian diblender sehingga menghasilkan serbuk
berwarna hijau lumut dengan bau yang khas. Penyerbukan ini bertujuan untuk
memperluas area kontak simplisia dengan cairan penyari, sehingga ekstraksi
berjalan lebih efektif dan zat aktif yang tersari lebih banyak.
C. Penyarian Serbuk Daun Krokot
Metode penyarian yang digunakan adalah perkolasi. Perkolasi dipilih
karena hasil yang diperoleh dengan metode ini lebih sempurna daripada
menggunakan metode maserasi, karena dalam maserasi dapat terjadi penjenuhan
pelarut sehingga ektraksi tidak berjalan sepenuhnya.
Dalam proses perkolasi mengalirnya pelarut melalui kolom dari atas ke
bawah ditarik oleh gaya berat seberat cairan dalam kolom perkolator. Pengisian serbuk dalam perkolator harus merata agar aliran cairan penyari juga merata
sehingga ekstraksi akan berjalan efektif.
Ketiga senyawa aktif yaitu asam kafeat, asam nikotinat, dan triptofan
memiliki sifat kelarutan yang berbeda satu sama lain. Asam kafeat dan triptofan
memiliki sifat larut dalam etanol. Triptofan sendiri telah banyak dikenal sebagai
penenang. Maka dipilih etanol 70% sebagai cairan penyari yang digunakan.
Etanol juga bersifat bakteriostatik yang dapat menghambat pertumbuhan dari
pemekatan lebih sedikit., serta dapat menghambat aktivitas enzim sehingga tidak
terjadi reaksi hidrolisis.
Serbuk daun krokot kemudian direndam sampai pelarut etanol
membasahi semua bagian serbuk. Perendaman ini dilakukan selama 24 jam
(Anonim, 1979). Hal ini bertujuan memberikan kesempatan bagi zat aktif dari
daun krokot dapat berdifusi ke luar serbuk dan larut pada pelarut etanol. Setelah
perendaman, keran dibuka dan diatur agar kecepatan aliran perkolat 1 ml (20-30
tetes) per menit dan perkolat ditampung. Kecepatan aliran perkolasi harus
diperhatikan, tidak boleh terlalu cepat dan tidak boleh terlalu lambat. Jika terlalu
cepat, pertemuan antara serbuk dan pelarut juga terlalu cepat untuk
memungkinkan ekstraksi terjadi. Namun jika terlalu lambat, waktu ekstraksi akan
menjadi tidak efisien. Perkolat yang dihasilkan merupakan cairan berwarna coklat.
Ekstraksi terus dilakukan sampai senyawa-senyawa yang terlarut dalam
etanol sudah terekstraksi semua. Hal ini ditandakan oleh tetesan terakhir hasil
ekstrak tidak berwarna lagi. Diharapkan asam kafeat dan triptofan dapat
terekstraksi semua. Tidak menutup kemungkinan asam nikotinat dapat terekstraksi
pula namun hanya dalam jumlah yang sedikit. Hal ini dikarenakan sifatnya yang
sukar larut dalam etanol dingin.
Hasil ekstraksi yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan cara
diuapkan menggunakan vakum rotaevaporator. Pemekatan ini dilakukan dengan
suhu dan tekanan yang rendah. Tujuannya adalah untuk menarik pelarut etanol
dari perkolat. Hasil pemekatan kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 40°C
32
D. Hasil Uji Daya Antistres
Untuk menguji apakah daun krokot memiliki daya antistres, digunakan
metode potensiasi narkose yang telah dimodifikasi, yaitu pemberian pentobarbital
yang diganti dengan natrium tiopental. Hal ini dilakukan untuk efisiensi waktu
penelitian karena tiopental memiliki onset dan durasi yang lebih singkat daripada
pentobarbital. Tiopental sendiri merupakan tio-analog dari pentobarbital yang
efeknya hampir sama pentobarbital (Bowman & Rand, 1980). Tiopental termasuk
dalam golongan barbiturat dimana efek depresi susunan saraf pusat (SSP)
tergantung oleh besar kecilnya dosis.
Prinsip metode ini adalah obat depresan mempotensiasi kerja obat
natrium tiopental yang dimanifestasikan dengan perpanjangan waktu tidur mencit
dibandingkan terhadap waktu tidur mencit kelompok kontrol negatif. Pada
penelitian ini ekstrak etanol daun krokot yang diduga memiliki efek antistres diuji
apakah dapat bekerja menekan SSP untuk mempotensiasi kerja dari natrium
tiopental. Dosis ekstrak etanol daun krokot yang diberikan yaitu 1000 mg/kgBB;
1518,29 mg/kgBB; 2305,21 mg/kgBB; dan 3500 mg/kgBB. Sebagai baku
pembanding (kontrol positif) digunakan diazepam dengan dosis sedatif yaitu
0,260 mg/kgBB; 0,445 mg/kgBB; 0,760 mg/kgBB; dan 1,300 mg/kgBB.
Mencit diamati dan dicatat waktu induksi tidur serta lama waktu tidurnya
dalam bejana pengamatan yang diberi alas steroform. Maksud dari pemberian alas
streroform ini adalah untuk penyeragaman kondisi tidur semua mencit. Lama tidur
(dikurangi) dengan rata-rata lama tidur mencit kontrol negatif sehingga
didapatkan data perpanjangan waktu tidur mencit.
Tabel I. Hasil rata-rata perpanjangan waktu tidur mencit akibat pemberian ekstrak etanol daun krokot
Kelompok Dosis mg/kgBB N Rata-rata
perpanjangan Kelompok II-V : kontrol positif (diazepam) Kelompok VI-IX : ekstrak etanol daun krokot N : jumlah subjek uji
X : rata-rata perpanjangan waktu tidur mencit SE : standar eror
Seperti yang terlihat dalam tabel I, baik kelompok kontrol positif
(kelompok II-V) maupun kelompok ekstrak etanol daun krokot (kelompok VI-IX)
memiliki perpanjangan waktu tidur dibandingkan kelompok kontrol negatif
(kelompok I). Hal ini menunjukkan bahwa baik diazepam maupun ekstrak etanol
daun krokot memiliki efek antistres karena mampu mempotensiasi kerja natrium
tiopental dengan menekan SSP. Pada kontrol positif perpanjangan waktu yang
didapatkan semakin besar seiring semakin besarnya dosis diazepam yang
diberikan (gambar 7), karena diazepam termasuk obat yang efeknya tergantung
34
perpanjangan waktu tidur yang didapatkan tidak semakin dengan besar dengan
meningkatnya dosis (gambar 7). Pada dosis 1000 mg/kgBB hanya berbeda 73
detik lebih lama dibandingkan dengan dosis 1518,29 mg/kgBB. Pada dosis
2305,21 mg/kgBB perpanjangan waktu tidur diperoleh lebih rendah daripada
perpanjangan waktu tidur dosis 1000 dan 1518,29 mg/kgBB. Pada dosis 3500
mg/kgBB perpanjangan waktu tidur yang diperoleh terlihat paling besar di antara
dosis ekstrak etanol lainnya.
0
Gambar 7. Grafik perpanjangan waktu tidur mencit
Keterangan gambar :
Standar eror digunakan untuk memperkirakan besar rata-rata populasi
berdasarkan data sampel. Tidak semua mencit memiliki respon yang sama.
Walaupun telah diusahakan penyeragaman dengan variabel pengacau terkendali,
namun faktor-faktor lain seperti faktor kelahiran ketiga atau lebih dan faktor
kekompleksitasan senyawa dalam tubuh mencit dapat berpengaruh karena tidak
dapat dikendalikan.
Gambar 8. Grafik standar error perpanjangan waktu tidur mencit
Keterangan gambar :
MAX : nilai tertinggi perpanjangan waktu tidur populasi mencit MIN : nilai terendah perpanjangan waktu tidur populasi mencit MEAN : nilai rata-rata perpanjangan waktu tidur mencit
36
Dengan taraf kepercayaan 95%, rata-rata perpanjangan waktu tidur
mencit pada seluruh populasi dapat diperkirakan seperti pada gambar di bawah
ini. Distribusi perpanjangan waktu tidur populasi mencit diperkirakan antara nilai
tertinggi (MAX) sampai nilai terendah (MIN) di setiap tingkat dosis.
Data kemudian dianalisis lebih lanjut, untuk mengetahui apakah
perbedaan perpanjangan waktu tidur yang ditunjukkan bermakna. Untuk
mengetahui apakah data memenuhi persyaratan distribusi normal data diuji
dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Uji normalitas ini sebagai syarat dari analisis
statistik parametrik. Nilai probabilitas (Asymp. Sig. (2-tailed)) yang diperoleh
adalah 0,195. Persyaratan data disebut normal jika nilai probabilitas lebih tinggi
dari 0,05. Oleh karena nilai probabilitas yang diperoleh, yaitu 0,195 lebih besar
dari 0,05 maka diketahui bahwa data terdistribusi normal.
Sebelum masuk kepada uji ANOVA satu arah, data diuji
kehomogenitasannya lebih dulu. Pada tes homogenitas diperoleh nilai probabilitas
sebesar 0,125. Data dianggap memiliki varian yang sama (homogen) jika nilai
probabilitas lebih besar daripada 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa data
memiliki varian yang sama (homogen). Karena data homogen dan terdistribusi
normal, maka analisis dapat dilanjutkan kepada uji ANOVA satu arah.
Uji ANOVA satu arah dilakukan untuk menguji adakah perbedaan yang
bermakna (signifikan) di antara rata-rata perpanjangan waktu tidur mencit antar
kelompok. Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka terdapat perbedaan
yang bermakna di antara rata-rata perpanjangan waktu tidur mencit antar
Tabel II. Hasil analisis ANOVA satu arah perpanjangan waktu tidur mencit Perpanjangan waktu tidur
Jumlah kuadrat
Derajat bebas
Rata-rata
kuadrat F Probabilitas
Antar kelompok 171755604.638 7 24536514.948 8.905 .000
Dalam kelompok 110215754.823 40 2755393.871
Total 281971359.461 47
Hasil nilai probabilitas yang diperoleh adalah 0,000. Maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara rata-rata
perpanjangan waktu tidur mencit pada kelompok kontrol positif diazepam maupun
pada kelompok ekstrak etanol daun krokot.
Namun belum diketahui dosis mana yang memberikan perbedaan yang
bermakna (signifikan). Untuk itu analisis dilanjutkan dengan uji Shceffe (tabel III)
dengan taraf kepercayaan 95%. Pada kelompok kontrol positif diazepam dosis 1,3
mg/kgBB merupakan satu-satunya kelompok yang menunjukkan perbedaan yang
bermakna terhadap kelompok kontrol positif lainnya maupun terhadap kelompok
ekstrak etanol daun krokot. Sedangkan kelompok kontrol positif diazepam dosis
0,260 mg/kgBB; 0,445 mg/kgBB; dan 0,760 mg/kgBB saling menunjukkan
perbedaan yang tidak bermakna. Hal ini berarti untuk diazepam dosis rendah
meningkatnya dosis belum begitu berpengaruh efeknya dibandingkan pada dosis
tinggi.
Begitu pula di antara kelompok dosis ekstrak etanol daun krokot saling
menunjukan perbedaan yang tidak bermakna. Hal ini berarti dari dosis terkecil
hingga dosis tertinggi sama-sama dapat memberikan efek antistres, namun efek
38
termasuk golongan obat yang efeknya tidak dipengaruhi oleh besarnya dosis atau
golongan all or non respon. Kelompok ekstrak etanol daun krokot dengan
diazepam dosis 0,260 mg/kgBB; 0,445 mg/kgBB; dan 0,760 mg/kgBB
menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna. Hal ini berarti efek ekstrak etanol
daun krokot sebanding dengan efek diazepam dosis 0,260-0,760 mg/kgBB.
Tabel III. Hasil uji Shceffe perpanjangan waktu tidur mencit
Kelompok II III IV V VI VII VIII IX Kelompok III : kontrol positif (diazepam) dosis 0,445 mg/kgBB Kelompok IV : kontrol positif (diazepam) dosis 0,760 mg/kgBB Kelompok V : kontrol positif (diazepam) dosis 1,300 mg/kgBB Kelompok VI : ekstrak etanol daun krokot dosis 1000 mg/kgBB Kelompok VII : ekstrak etanol daun krokot dosis 1518,29 mg/kgBB Kelompok VIII : ekstrak etanol daun krokot dosis 2305,21 mg/kgBB Kelompok IX : ekstrak etanol daun krokot dosis 3500 mg/kgBB
Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun
sebagaimana obat sedatif lainnya. Berarti hipotesis telah terbukti, ekstrak etanol
daun krokot memiliki efek antistres.
40
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol
daun krokot memiliki daya antistres. Efek ekstrak etanol daun krokot sebanding
dengan efek diazepam dosis 0,260 mg/kgBB; 0,445 mg/kgBB; dan 0,760
mg/kgBB.
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang daya antistres daun krokot
dengan metode penyarian lainnya, seperti infusa.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang daya antistres pada herba
krokot atau bagian lain dari tanaman krokot.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang besarnya daya antistres pada
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, edisi III, 9, 33, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1986, Sediaan Galenik, 1-7, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1991, Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik, 63-65, Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam, Jakarta.
Anonim, 1995a, Dorland’s Pocket Medical Dictionary, diterjemahkan oleh Kumala, P.,Komala, S., Santoso, A.H, Sulaiman, J.R., Rienita, Y.,edisi 25, 1025, EGC, Jakarta.
Anonim, 1995b, Farmakope Indonesia, edisi IV, 7, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1995c, Materia Medika Indonesia, jilid VI, 210-215, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 2001, The Merck Index, 13th ed., 1866, 6552, 9868, Merck & Co., Inc., New Jersey.
Anonim, 2002, Wildflowers of Southeastern United States,
http://www.2bnthewild.com/plants/H186.htm, Diakses pada tanggal 27 April 2006.
Anonim, 2004, Portulaca oleracea, www.ansci.cornell.edu/plants/medicinal/por-tula.html. Diakses pada tanggal 27 April 2006.
Anonim, 2007a, Caffeic Acid, http://en.wikipedia.org/wiki/caffeic_acid. Diakses pada tanggal 10 November 2007.
Anonim, 2007b, Panduan Skripsi Prodi S1 Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Anonim, 2007c, Petunjuk Praktikum Toksikologi, 4, Laboratorium Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Ansel, H.C., 1985, Introduction to Pharmaceutical Dosage Forms, diterjemahkan oleh Ibrahim, F., edisi IV, 616-618, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
42
Bishop, G. D., 1994, Health Psychology : Integrating Mind and Body, 125-127 & 142-147, Allyn and Bacon, Boston.
Bowman, W. C. and Rand, M. J., 1980, Textbook of Pharmacology, 2nd ed., 8.1-8.4, Blackwell Scientific Publications, Oxford.
Corsini, R.J., 1987, Concise Encyclopedia of Psychology, John Wiley & Sons, Inc., 1086, New York.
Dollery, S.C., 1999, Therapeutic Drugs, Vol. I, D80-D82,DT92-T93, Churchill Livingstone, Edinburgh.
Duke, 2007, Dr. Duke's Ethnobotanical and Phytochemical Databases, http://sun.ars-grin.gov:8080/npgspub/xsql/duke, Diakses pada tanggal 10 November 2007.
Gokel, George W., 2004, Dean’s Handbook of Organic Chemistry, 2nd ed., 1.391, McGraw-Hill, New York.
Heyne, K., 1950, De Nuttige Planten van Indonesie, diterjemahkan oleh Badan Litbang Departemen Kehutanan, edisi II, 745-746, Yayasan Sarana Warna Jaya, Jakarta.
Koda-Kimble, M.A., Young, L.Y., Kradjan, W.A., and Guglielmu, B.J., 2005,
Applied Therapeutics: The Clinical Use of Drugs, 8th ed., 76-2, Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia.
Mycek, M. J., Harvey, R. A., and Champe, P. C., 1997, Lippincott’s illustrated Review: Pharmacology, diterjemahkan oleh Agoes, A., edisi 2, 89-92, Widya Medika, Jakarta.
Vogel, H. G., 2002, Drug Discovery and Evaluation: Pharmacology Assays, 495, Springer-Verlag, Berlin.
Lampiran 1.
Data Perpanjangan Waktu Tidur Mencit
I. Kontrol Negatif: Aquadest
Mencit Onset (detik) Durasi (detik)
1 162 251
Rata2 durasi 359.1667
II. Kontrol Positif: Diazepam
K.P 1 K.P 2 K.P 3 K.P 4
Perpanjangan waktu tidur = durasi kontrol positif – rata2 durasi kontrol negatif
Perpanjangan waktu tidur (detik) Mencit
K.P 1 K.P 2 K.P 3 K.P 4
1 305.8333333 1913.833333 985.8333333 9188.833333
2 847.8333333 2648.833333 4419.833333 5103.833333
3 2358.833333 49.83333333 5023.833333 6634.833333
4 161.8333333 5959.833333 2577.833333 8123.833333
5 2283.833333 947.8333333 5720.833333 8246.833333
44
III. Perlakuan : Ekstrak Etanol Daun Krokot
D.E 1 D.E 2 D.E 3 D.E 4
Perpanjangan waktu tidur = durasi perlakuan – rata2 durasi kontrol negatif
Perpanjangan waktu tidur (detik) Mencit
D.E 1 D.E 2 D.E 3 D.E 4
1 1179.833333 3843.833333 1334.833333 4356.833333
2 1105.833333 802.8333333 3790.833333 3161.833333
3 1245.833333 605.8333333 475.8333333 3047.833333
4 5170.833333 1835.833333 1545.833333 1693.833333
5 346.8333333 4922.833333 481.8333333 1991.833333
Lampiran 2. Uji Kolmogarov-Smirnov
Asymp. Sig. (2-tailed) .195
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Lampiran 3. Uji homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
perpanjangan t tidur
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
1.748 7 40 .125
Lampiran 4. Uji ANOVA
ANOVA
perpanjangan t tidur
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 171755604
.638 7 24536514.948 8.905 .000
Within Groups 110215754
.823 40 2755393.871
Total 281971359
46
Lampiran 5. Uji Scheffe
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: perpanjangan t tidur Scheffe
K.P 1 K.P 2 -1718.833333 958.365600 .858 -5521.40417 2083.73750
K.P 3 -2546.833333 958.365600 .440 -6349.40417 1255.73750
K.P 4 -6594.833333(*) 958.365600 .000 -10397.40417 -2792.26250
D.E 1 -1365.833333 958.365600 .954 -5168.40417 2436.73750
D.E 2 -1292.333333 958.365600 .966 -5094.90417 2510.23750
D.E 3 -543.166667 958.365600 1.000 -4345.73750 3259.40417
D.E 4 -1653.333333 958.365600 .881 -5455.90417 2149.23750
K.P 2 K.P 1 1718.833333 958.365600 .858 -2083.73750 5521.40417
K.P 3 -828.000000 958.365600 .998 -4630.57084 2974.57084
K.P 4 -4876.000000(*) 958.365600 .004 -8678.57084 -1073.42916
D.E 1 353.000000 958.365600 1.000 -3449.57084 4155.57084
D.E 2 426.500000 958.365600 1.000 -3376.07084 4229.07084
D.E 3 1175.666667 958.365600 .980 -2626.90417 4978.23750
D.E 4 65.500000 958.365600 1.000 -3737.07084 3868.07084
K.P 3 K.P 1 2546.833333 958.365600 .440 -1255.73750 6349.40417
K.P 2 828.000000 958.365600 .998 -2974.57084 4630.57084
K.P 4 -4048.000000(*) 958.365600 .029 -7850.57084 -245.42916
D.E 1 1181.000000 958.365600 .979 -2621.57084 4983.57084
D.E 2 1254.500000 958.365600 .971 -2548.07084 5057.07084
D.E 3 2003.666667 958.365600 .733 -1798.90417 5806.23750
D.E 4 893.500000 958.365600 .996 -2909.07084 4696.07084
K.P 4 K.P 1 6594.833333(*) 958.365600 .000 2792.26250 10397.40417
K.P 2 4876.000000(*) 958.365600 .004 1073.42916 8678.57084
K.P 3 4048.000000(*) 958.365600 .029 245.42916 7850.57084
D.E 1 5229.000000(*) 958.365600 .001 1426.42916 9031.57084
D.E 2 5302.500000(*) 958.365600 .001 1499.92916 9105.07084
D.E 3 6051.666667(*) 958.365600 .000 2249.09583 9854.23750
D.E 4 4941.500000(*) 958.365600 .003 1138.92916 8744.07084
D.E 1 K.P 1 1365.833333 958.365600 .954 -2436.73750 5168.40417
K.P 2 -353.000000 958.365600 1.000 -4155.57084 3449.57084
K.P 3 -1181.000000 958.365600 .979 -4983.57084 2621.57084
K.P 4 -5229.000000(*) 958.365600 .001 -9031.57084 -1426.42916
D.E 2 73.500000 958.365600 1.000 -3729.07084 3876.07084
D.E 3 822.666667 958.365600 .998 -2979.90417 4625.23750
D.E 4 -287.500000 958.365600 1.000 -4090.07084 3515.07084
D.E 2 K.P 1 1292.333333 958.365600 .966 -2510.23750 5094.90417
K.P 3 -1254.500000 958.365600 .971 -5057.07084 2548.07084
K.P 4 -5302.500000(*) 958.365600 .001 -9105.07084 -1499.92916
D.E 1 -73.500000 958.365600 1.000 -3876.07084 3729.07084
D.E 3 749.166667 958.365600 .999 -3053.40417 4551.73750
D.E 4 -361.000000 958.365600 1.000 -4163.57084 3441.57084
D.E 3 K.P 1 543.166667 958.365600 1.000 -3259.40417 4345.73750
K.P 2 -1175.666667 958.365600 .980 -4978.23750 2626.90417
K.P 3 -2003.666667 958.365600 .733 -5806.23750 1798.90417
K.P 4 -6051.666667(*) 958.365600 .000 -9854.23750 -2249.09583
D.E 1 -822.666667 958.365600 .998 -4625.23750 2979.90417
D.E 2 -749.166667 958.365600 .999 -4551.73750 3053.40417
D.E 4 -1110.166667 958.365600 .986 -4912.73750 2692.40417
D.E 4 K.P 1 1653.333333 958.365600 .881 -2149.23750 5455.90417
K.P 2 -65.500000 958.365600 1.000 -3868.07084 3737.07084
K.P 3 -893.500000 958.365600 .996 -4696.07084 2909.07084
K.P 4 -4941.500000(*) 958.365600 .003 -8744.07084 -1138.92916
D.E 1 287.500000 958.365600 1.000 -3515.07084 4090.07084
D.E 2 361.000000 958.365600 1.000 -3441.57084 4163.57084
D.E 3 1110.166667 958.365600 .986 -2692.40417 4912.73750
* The mean difference is significant at the .05 level.