• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan penelitian, pola aliran rantai pasok yang terdapat di pasar sekitar lokasi wisata Bogor dapat dilihat pada Gambar 6.

Analisis Kuantitatif*

*

Entitas dalam border adalah batasan penelitian, sehingga analisis kuantitatif hanya dilakukan di tingkat pengumpul besar, pedagang grosir dan pedagang pengecer

Pedagang pengecer memperoleh alpukat tidak hanya dari satu aliran rantai pasok, melainkan dari berbagai pola aliran. Walaupun terdiri dari berbagai pola aliran tapi seluruh pedagang pengecer responden memperoleh pasokan alpukat melalui pedagang pengumpul besar. Seperti terlihat pada Gambar 5, terdapat 4 pola aliran rantai pasok. Penjelesan secara terperinci sebagai berikut :

1. Pola Aliran Rantai Pasok 1

Petani Pedagang Pengumpul kecil Pedagang Pengumpul besar Pedagang Grosir

Pedagang Pengecer Konsumen

Pola aliran rantai pasok satu merupakan pola aliran pedagang pengecer yang memasok alpukat dari pedagang grosir. Pola aliran rantai pasok ini terdiri dari lima entitas pemasok yaitu petani, pedagang pengumpul kecil, pedagang pengumpul besar, pedagang grosir dan pedagang pengecer. Banyaknya entitas yang terdapat dalam pola aliran ini menjadikan sebagai pola aliran rantai pasok yang terpanjang di antara empat pola aliran rantai pasok yang ada.

Pedagang pengecer responden yang menggunakan pola aliran ini yaitu tiga orang di Pasar Bogor. Ketiga pedagang pengecer di Pasar Bogor ini memliki skala usaha yang besar dengan kapasitas pembelian alpukat di atas 30 ton/tahun yang diperoleh dari berbagai pola aliran rantai pasok. Pedagang pengecer responden memperoleh alpukat dari beberapa pedagang grosir di dua pasar Induk yaitu Pasar Induk Kramat Jati dan Pasar Induk Cibitung. Pedagang pengecer tidak secara rutin memasok alpukat dari pedagang grosir. Jumlah alpukat yang dipasok disesuakan dengan situasi pasar saat itu.

Pedagang grosir yang menjadi responden adalah seorang pedagang yang berasal dari Pasar Induk Cibitung. Biaya pengiriman dari pedagang grosir ke pedagang pengecer ditanggung oleh pedagang pengecer dengan menggunakan jasa angkutan. Terdapat dua sistem pembayaran yang diberlakukan pedagang grosir ke pedagang pengecer yaitu pembayaran dilakukan setelah barang habis terjual dan sistem cash. Jika pedagang pengecer membayar dengan sistem cash pada saat barang datang maka diberikan potongan harga sebesar Rp. 500/kg.

Gambar 6. Pola aliran rantai pasok di pasar sekitar lokasi wisata 1, 2 1, 2 3 4 1 2, 3 Konsumen Pedagang Pengecer Pedagang Grosir Pengumpul besar Petani Pengumpul kecil

24 Pedagang grosir membeli alpukat dari berbagai pedagang pengumpul besar yang berada di sentra-sentra produksi alpukat. Pedagang kecamatan yang mengirim ke responden pedagang grosir berasal dari Probolinggo, Lampung dan Bali. Pedagang pengumpul besar mengirim alpukat yang sudah disortir, grading, dan dikemas dengan peti kayu. Biaya pengiriman dari daerah sentra produksi alpukat ditanggung oleh pedagang pengumpul besar. Pengiriman dilakukan dalam jumlahyang besar dengan menggunakan truk fuso dengan rata-rata muatan 5-7 ton

Grading yang dilakukan responden pedagang grosir berdasarkan berat alpukatnya. Semakin berat alpukat tersebut maka semakin mahal harga jualya. Rata-rata dalam satu partai barang untuk Grade A sebanyak 70%, Grade B 25% dan Grade C 5% dari total. Grade A memiliki berat sekitar 1kg untuk 2 sampai 3 buah, Grade B sekitar 1 kg untuk 4 sampai 5 buah dan Grade C sekitar 1 kg untuk 6 sampai 7 buah. Jenis pembelian yang dilakukan responden pedagang grosir berdasarkan kesepekatan dengan pedagang pengumpul besar, tapi pada umumnya pembelian dengan sistem all grade/satu harga. Kapasitas pembelian dan harga di responden pedagang grosir dapat dilihat di Tabel 12.

Tabel 12. Kapasitas pembelian dan harga di responden pedagang grosir

Bulan Asal

Pasokan

Kapasitas Pembelian

Satuan Harga Beli

(Rp/kg) Harga Jual (Rp/kg) Keterangan 1-3 Probolinggo 5,000 Kg/hari 2,500 5,000 Grade A 4-5 1,000 Kg/minggu 4,000 Grade B 2,000 Grade C 6-7 Lampung 3,000 Kg/2 hari 6,000 10,000 Grade A 8,500 Grade B 5,000 Grade C 8 Bali 5,000 Kg/3 hari 3,000 5,000 Grade A 4,000 Grade B 2,000 Grade C 9-10 Probolinggo 1,500 Kg/minggu 10,000 12,000 Grade A 11,000 Grade B 9,000 Grade C 11-12 3,000 Kg/minggu 6,000 10,000 Grade A 8,500 Grade B 5,000 Grade C

Musim panen raya alpukat Probolinggo berada di bulan 1-3. Responden pedagang grosir mampu melakukan pembelian setiap hari rata-rata 5 ton. Besarnya kapasitas pembelian responden pedagang grosir diikuti dengan kapasitas penjulan yang besar juga. Responden pedagang grosir tidak hanya mengirim ke pasar-pasar di Bogor, tetapi juga mengirim ke pasar kota lainnya seperti Tangerang, Bekasi, Cikarang dan Tanjung Priuk.

Alpukat yang berasal dari Probolinggo memiliki harga pembelian yang lebih murah karena terjadi pada saat panen raya. Pada saat alpukat dari Probolinggo mulai berkurang pedagang grosir memperoleh dari Lampung dan Bali. Bulan 9-10 alpukat dari Probolinggo mulai berbuah lagi tetapi belum sebanyak pada saat panen raya sehingga harga pembelian masih tinggi. Harga pembelian mulai berangsur turun pada bulan 11-12 karena sudah mulai memasuki masa panen raya. Fluktuasi harga dipengaruhi oleh banyaknya buah di pasaran, semakin berlimpah jumlah alpukat di pasaran semakin murah harga pembelian.

25

2. Pola Aliran Rantai Pasok 2

Petani Pedagang Pengumpul kecil Pedagang Pengumpul besar Pedagang Pengecer

Konsumen

3. Pola Aliran Rantai Pasok 3

Petani Pedagang Pengumpul besar Pedagang Pengecer Konsumen

Pola aliran rantai pasok dua dan tiga merupakan pola aliran pedagang pengecer yang memasok alpukat dari pedagang pengumpul besar. Seluruh responden pedagang pengecer memasok alpukat dari pedagang pengumpul besar. Masing-masing pedagang pengecer umumnya telah memiliki pemasok tetap yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Pedagang pengumpul besar yang memasok ke Pasar Bogor berasal dari Bandung, Garut dan Cianjur, sementara di Sari Barokah berasal dari Bandung dan Garut. Pedagang pengecer umumnya memasok alpukat secara rutin dari pedagang pengumpul besar tiap minggunya.

Pedagang pengumpul besar yang menjadi responden yaitu satu orang dari Pasar Bogor dan satu orang dari Sari Barokah. Kedua pedagang pengumpul besar ini masing-masing berasal dari Kabupaten Bandung. Pedagang pengumpul besar di Sari Barokah berasal dari Kecamatan Pangalengan dan mengumpulkan alpukat di sekitar Kecamatan Ciwidey, Kecamatan Arjasari, Kecamatan Banjaran, Desa Cihawuk serta dari sekitar kecamatannya sendiri. Selain memuat alpukat, pedagang pengumpul besar ini juga memuat ubi Cilembu dalam satu partai pengiriman untuk dikirim ke Sari Barokah. Pengiriman alpukat hanya ditujukan ke empat pedagang pengecer di Sari Barokah dimana dua orang merupakan responden pedagang pengecer peneliti. Pembayaran pembelian alpukat pedagang pengecer dilakukan pada hari minggu setelah pengiriman rutin pada hari rabu. Pedagang pengumpul besar kembali ke Bogor untuk mengambil uang penjualan sekaligus membicarakan kualitas barang pada pengiriman terakhir dan jumlah barang yang akan dikirim pada pengiriman berikutnya.

Pedagang pengumpul besar di Pasar Bogor berasal dari Kecamatan Kertasari dan mengumpulkan alpukatnya di sekitar Kampung Cirawa, Kecamatan Pacet, Kecamatan Arjasari, Kecamatan Banjaran, Kampung Sayuran, Desa Pasanggrahan dan sekitar kecamatannya sendiri. Pengiriman barang hanya berupa alpukat dan tujuan pasokan alpukat berada di Bogor dan Cipanas. Untuk di Bogor pedagang pengumpul besar ini mengirim ke satu orang pedagang pengecer di Pasar Anyar dan satu orang di Pasar Bogor yang merupakan responden pedagang pengecer. Selain ke pedagang pengecer, alpukat juga dikirim ke Supplier di Cipanas sebesar 70% dari total alpukat yang dikumpulkan. Sistem pembayaran di Pasar Bogor dilakukan secara cash setelah barang selesai di sortir pedagang pengecer. Peresediaan alpukat didasarkan dari pemesanan pedagang pengecer yang dilakukan tiga hari sebelum pengiriman selanjutnya.

Kedua responden pedagang pengumpul besar masing-masing memiliki kendaraan untuk melakukan pengiriman ke pedagang pengecer. Biaya pengiriman alpukat ke pedagang pengecer ditanggung pedagang pengumpul besar. Pengiriman alpukat menggunakan kendaraan mobil pick up

dengan kapasitas sekitar 2 ton atau truk colt diesel dengan kapasitas sekitar 4 ton.

Perbedaan pada pola aliran rantai pasok dua dan tiga adalah pedagang pengumpul besar memperoleh barang melalui pedagang pengumpul kecil atau langsung melalui petani. Setiap alpukat yang dikirim pedagang pengumpul besar tidak dibedakan berdasarkan dari pedagang pengumpul kecil atau petani. Alpukat yang dikirim merupakan alpukat yang telah terkumpul dari pedagang pengumpul kecil dan petani. Kedua pedagang pengumpul besar memperoleh alpukat lebih banyak dari pedagang pengumpul kecil dibanding langsung dari petani.

Pedagang pengumpul besar mengumpulkan alpukat dari pedagang pengumpul kecil dengan langsung mendatanginya. Pedagang pengumpul kecil sudah melakukan pengemasan dengan karung tetapi rata-rata pedagang pengumpul kecil belum melakukan penyortiran untuk alpukat yang akan

26 dijualnya. Pedagang pengumpul besar memanen langsung dari pohon-pohon alpukat petani. Alpukat yang dikumpulkan dari pedagang pengumpul kecil dan petani kemudian dibawa ke gudang penyimpanan untuk selanjutnya disortir dan dikemas dengan karung baru jika karung dari pedagang pengumpul kecil sudah sobek. Sistem pembayaran di pedagang pengumpul kecil dilakukan secara

cash dan di petani umumnya pembelian per pohon. Kapasitas pembelian dan harga di responden pedagang pengumpul besar dapat dilihat di Tabel 13.

Tabel 13. Kapasitas pembelian dan harga di responden pedagang pengumpul besar Pengumpul besar Bulan Asal Pasokan Kapasitas Pembelian

Satuan Harga Beli

(Rp/kg) Harga Jual (Rp/kg) Keterangan Sari Barokah 1-6 Pengumpul kecil 2,000 Kg/minggu 2,500 4,500 Grade A

Petani 200 Kg/minggu 1,500 3,500 Grade B

7-12 Pengumpul kecil 1,000 Kg/minggu 5,500 7,500 Grade A 6,500 Grade B Pasar Bogor 1-6 Pengumpul kecil 6,000 Kg/minggu 1,500 3,000 Petani 4,000 Kg/minggu 1,000 7-12 Pengumpul kecil 700 Kg/bulan 3,500 4,500 Petani 300 Kg/bulan 1,000

Pedagang pengumpul besar yang mengirim ke Sari Barokah melakukan grading berdasarkan ukuran buah. Grade A memiliki berat sekitar 1kg untuk 2 sampai 4 buah dan grade B dengan berat sekitar 1kg untuk 5 sampai 6 buah. Rata-rata dalam satu partai barang untuk Grade A sebanyak 75% dan Grade B 25% dari total. Pedagang pengumpul besar yang mengirim ke Pasar Bogor melakukan

grading berdasarkan tingkat kematangan buah. Buah yang dikirim ke pedagang pengecer adalah buah yang mulai matang dan untuk ke supplier adalah buah yang masih mengkal. Harga beli dari petani ditentukan pedagang pengumpul besar berdasarkan kedekatan lokasi penanaman yang dimiliki petani dengan lokasi pedagang pengumpul. Harga beli dari pedagang pengumpul kecil didasarkan pada hasil kesepakatan kedua bela pihak.

4. Pola aliran rantai pasok 4

Petani Pedagang Pengecer Konsumen

Pola aliran rantai pasok empat merupakan pola aliran pedagang pengecer yang mendapat pasokan alpukat secara langsung dari petani. Pola aliran ini hanya terdiri dari dua entitas pemasok alpukat yaitu petani dan pedagang pengecer. Petani pada pola aliran rantai pasok ini adalah petani dengan skala usaha kecil. Petani atau pemilik pohon tidak membudidayakan tanaman alpukat secara khusus melainkan hanya sebagai tanaman pekarangan. Pedagang pengecer perlu mengumpulkan alpukat dari beberapa pemilik pohon untuk memenuhi kebutuhan penjualan. Terdapat lima orang responden pedagang pengecer yang menggunakan pola aliran rantai pasok ini, tiga orang pedagang pengecer di Sari Barokah dan dua orang pedagang pengecer di Pasar Bogor. Responden pedagang pengecer di Sari Barokah memperoleh alpukat dari petani yang berasal di Desa Cimande, Desa Ciapus, Desa Cipayung dan Desa Gadog, sementara responden pedagang pengecer di Pasar Bogor memperoleh alpukat dari petani yang berasal di Desa Tajurhalang, Desa Ciapus dan Kampung Ciheuleut.

27 Pengambilan alpukat dari petani tidak dilakukan secara rutin, pengambilan alpukat dilakukan jika kondisi barang sudah mulai sedikit serta pengiriman dari pedagang pengumpul besar sedang menurun. Selain itu pengambilan alpukat juga dilakukan jika petani/pemilik pohon menawarkan hasil panen dari pohonnya ke pedagang pengecer. Umumnya petani menjual alpukatnya ke pedagang pengecer tanpa perlu menanggung biaya-biaya dalam pemanenan serta biaya dalam pendistribusian hasilnya ke pasar. Terdapat dua sistem pembayaran yaitu pedagang pengecer membayar secara cash setelah memanen dan menimbang alpukat langsung di lahan atau pedagang pengecer membayar secara cash dengan sistem pembelian per pohon. Harga rata-rata pembelian pedagang pengecer di Sari Barokah sebesar Rp. 4,500/kg dan untuk di Pasar Bogor sebesar Rp. 3,500/kg. Kapasitas pembelian tiap pengambilan di Pasar Bogor rata-rata sebanyak satu karung dan di Sari Barokah sebanyak dua karung, dengan jumlah alpukat sekitar 60-70kg/karung.

Kapasitas dan Harga Jual di Pedagang Pengecer

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa pedagang pengecer dalam memperoleh alpukat tidak tebatas dalam satu pola aliran rantai pasok. Dalam satu pola aliran rantai pasok pun pedagang pengecer bisa memiliki beberapa pedagang grosir, pedagang pengumpul besar atau petani. Pedagang pengecer juga membeli alpukat dari pedagang pengecer lain dalam satu pasar atau pasar yang berbeda jika barang dari tiga pemasok tidak ada. Terdapat pertimbangan masing-masing dalam memasok alpukat dari tiap pola aliran rantai pasok yang ada untuk memenuhi kebutuhan penjualannya. Bervariasinya pola aliran rantai pasok, pemasok yang berbeda serta modal yang berbeda menjadikan kapasitas pembelian serta harga beli dan jual di pedagang pengecer juga berbeda- beda.

Kapasitas dan harga di pedagang pengecer adalah kapasitas dan harga rata-rata pada dua kondisi. Informasi kapasitas dan harga diperoleh melalui wawancara. Berdasarkan keterangan dari pedagang pengecer pada tahun-tahun sebelumnya kondisi barang ramai di bulan Januari sampai April. Banyaknya barang yang masuk ke pasar menyebabkan harga jual lebih rendah jika dibandingkan pada saat kondisi barang sepi di bulan Mei sampai Desember. Kondisi barang kembali berangsur ramai dimulai pada akhir-akhir tahun. Pada saat penelitian kondisi barang mulai berkurang diakhir Maret. Kapasitas pembelian dan harga di responden pedagang pengecer dapat dilihat di Tabel 14.

Pengelompokkan pedagang pengecer dilakukan berdasarkan kapasitas pembelian pada saat kondisi ramai (bulan 1-4), yaitu kapasitas kecil (<=300 kg), kapasitas sedang (>300-900 kg) dan kapasitas besar (>=900 kg). Berdasarkan pola aliran rantai pasok yang digunakan pedagang pengecer di Sari Barokah tidak terdapat perbedaan di antara ketiga skala kapasitas pembelian. Penggunaan pola aliran rantai pasok 2,3 dan 4 digunakan oleh pedagang skala kecil , sedang ataupun besar. Penggunaan pola aliran rantai pasok 4 atau memasok alpukat dari petani dilakukan bila pengecer merasa jumlah pasokan yang berasal dari pengumpul besar belum mencukupi jumlah alpukat yang diinginkan.

Pada pemasaran alpukat di Pasar Bogor terdapat perbedaan pola aliran antar kelompok skala pembelian. Pedagang pengecer dengan modal yang lebih besar akan membeli dari pihak pedagang grosir untuk mencukupi persediaan alpukatnya, sementara pedagang pengecer dengan modal yang lebih kecil akan memasok alpukat dari petani. Pengecer dengan modal lebih kecil tidak memilih memasok dari pedagang grosir, karena pertimbangan biaya pengiriman yang harus ditanggungnya. Penggunaan pola aliran rantai pasok 1 atau memasok alpukat dari pedagang grosir tidak dilakukan pengecer skala besar di Sari Barokah. Hal ini dikarenakan pedagang pengecer lebih mudah memperoleh alpukat dari petani yang kebanyakan berasal di sekitar lokasi pejualan.

28 Tabel 14. Kapasitas pembelian dan harga di responden pedagang pengecer

Nama Bulan Kapasitas

(Kg/minggu) Harga Beli (Rp/kg) Harga Jual (Rp/kg) Pola Aliran Rantai Pasok

Pedagang Pengecer Sari Barokah

Dede 1 - 4 300 4,000 7,500 2,3,4 5 - 12 144 6,000 10,000 Pak Asep 1 - 4 300 5,000 7,500 2,3 5 - 12 204 5,500 8,000 Firman 1 - 4 338 3,000 9,000 2,3 5 - 12 203 6,000 12,000 Pak Odin 1 - 4 332 5,000 10,000 2,3,4 5 - 12 250 7,000 13,000 Pak Sayap 1 - 4 1,000 5,000 7,500 2,3,4 5 - 12 569 7,000 10,000

Pedagang Pengecer Pasar Bogor

Pak Udin 1 - 4 600 3,500 7,500 2,3,4 5 - 12 116 5,000 9,500 Pak Jufri 1 - 4 650 3,000 8,500 2,3,4 5 - 12 300 6,000 9,500 Pak Iwan 1 - 4 930 3,500 7,000 1,2,3 5 - 12 500 5,000 8,000 Pak Ibad 1 - 4 1,000 4,000 8,000 1,2,3 5 - 12 702 6,500 12,000 Iwan 1 - 4 2,000 4,000 8,000 1,2,3 5 - 12 1,621 6,500 12,000

Sumber : Data Diolah

D. KERUSAKAN MEKANIS

1. Jenis dan Penyebab Kerusakan Mekanis

Kerusakan pascapanen pada rantai pasok alpukat dapat terjadi saat pemanenan, pengemasan, pendistribusian sampai penyimpanan. Penanganan buah alpukat masih dilakukan seadanya oleh entitas rantai pasok, sehingga penanganan yang kurang hati-hati mengakibatkan kerusakan buah yang tinggi .Kerusakan yang terjadi dapat berupa kerusakan mekanis, fisiologis, kimiawi dan mikrobiologis. Kerusakan mekanis dalam rangkaian kegiatan di rantai pasok perlu diperhatikan, karena apabila dibiarkan terjadi merupakan awal bagi kerusakan-kerusakan lain seperti kimiawi dan mikrobiologi. Beberapa tipe kerusakan mekanis yang terjadi saat pengamatan dapat di lihat di Tabel 15.

Kerusakan mekanis yang terjadi dimulai pada saat pemanenan. Pemetikan buah yang kurang hati-hati dapat mengakibatkan terjatuhnya buah dari pohon dan menyebabkan kerusakan mekanis. Walaupun pada saat buah terjatuh dan tidak menunjukkan adanya bentuk keretakan atau splitting pada buah tetapi dalam jangka waktu beberapa hari akan terdapat memar pada penampakan buah. Adanya memar pada buah akan membuat barang dagangan menjadi tidak menarik. Pemanenan yang dilakukan masih sederhana, dimana pemetik langsung memanjat pohon dengan membawa alat seperti galah yang dilengkapi dengan karung sebagai wadah buah yang telah dipanen. Kerusakan seperti lecet, cutting

29 ataupun puncture sering terjadi diakibatkan buah yang terkena ranting atau ujung alat pada saat pemetikan dilakukan. Memar yang sering terjadi di pangkal buah juga disebabkan pada saat pemanenan tidak dipetik bersamaan dengan tangkai buahnya. Hal ini menyebabkan luka dan mengakibatkan memar di ujung buah.

Terjadinya getaran pada saat pendistribusian barang mengakibatkan dampak benturan antara kemasan dengan bagian bawah atau dinding pada bak kendaraan, benturan antar buah dalam kemasan serta benturan antara buah dengan dinding kemasan seperti pada peti kayu. Pada kemasan karung dampak benturan antara kemasan dengan dinding bak kendaraan berpengaruh langsung terhadap buah karena tipisnya lapisan kemasan. Hal-hal tersebut menyebabkan kerusakan mekanis seperti memar dan lecet. Kerusakan mekanis seperti retak dan splitting diakibatkan tekanan pada tumpukan yang berlebih dalam kemasan. Cutting juga dapat terjadi pada saat buah dalam kemasan karung berada di dekat ujung-ujung bak kendaraan ataupun buah yang terletak pada ujung-ujung kayu pada kemasan peti kayu.

Tabel 15. Tipe kerusakan mekanis saat pengamatan Jenis Kerusakan Mekanis Gambar Lecet (Abrasion) Memar (Bruising) Retak hancur (Shatter cracking) Cutting

30 Tabel 15. Tipe kerusakan mekanis saat pengamatan (lanjutan)

Jenis Kerusakan Mekanis Gambar Puncture Splitting

Kerusakan mekanis juga dapat terjadi akibat penyusunan buah dalam kemasan yang terlalu penuh (60-80 kg) sehingga menyulitkan pada saat kegiatan handling. Pada saat bongkar muatan penanganan secara hati-hati sulit dilakukan karena beratnya kemasan. Penyusunan buah dengan kemasan karung dalam alat angkut bisa mengakibatkan kemasan yang berada paling bawah akan mengalami tekanan yang besar dari banyanya tumpukan pada alat angkut. Susunan buah dalam kemasan serta penyusunan tumpukan dalam alat angkut dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Susunan buah dalam kemasan serta penyusunan tumpukan dalam alat angkut Terdapat beberapa cara yang dilakukan sebagian entitas dalam rantai pasok untuk mencegah terjadinya kerusakan mekanis, di antaranya adalah menggunakan alas karpet pada bak kendaraan dengan tujuan memperkecil benturan yang terjadi antara kemasan yang menggunakan karung dengan alas bak kendaraan. Menambahkan pelapis dalam kemasan peti kayu seperti koran untuk mengurangi potensi kerusakan mekanis seperti lecet atau cutting. Beberapa cara dalam mencegah kerusakan mekanis dapat dilihat pada Gambar 8.

31

(a) Penggunaan alas karpet pada bak kendaraan (b) Penggunaan lapisan koran pada kemasan Gambar 8. Beberapa cara dalam mencegah kerusakan mekanis

2. Tingkat Kerusakan Mekanis

Pengukuran tingkat kerusakan dilakukan secara manual dengan uji visual pada penampakan luar buah alpukat dan melihat jumlah buah yang rusak pada tiap contoh dalam satu pengiriman barang. Pada saat pengamatan, besar maupun kecil kerusakan pada buah dikategorikan sebagai buah yang mengalami kerusakan mekanis. Tingkat kerusakan mekanis yang diamati merupakan tingkat kerusakan mekanis yang terjadi di pedagang pengecer melalui pedagang pengumpul besar, pedagang grosir atau langsung dari petani. Susut yang terjadi merupakan jumlah buah yang rusak total pada saat pendistribusian dan tidak dapat terjual lagi di pedagang pengecer. Tingkat kerusakan mekanis di pedagang pengecer terdapat di Lampiran 4.

Dari data pengamatan yang dilakukan dari 32 pengiriman barang, rata-rata tingkat kerusakan mekanis yang terjadi sebesar 63.93%. Pada saat pengamatan terdapat 11 pengiriman barang dari petani, 20 pengiriman barang dari pedagang pengumpul besar dan 1 pengiriman barang dari pedagang grosir. Tingkat kerusakan mekanis terbesar yaitu 90% yang berasal dari pedagang pengumpul besar, sementara tingkat kerusakan mekanis terkecil yaitu 18.18% yang berasal dari petani. Susut yang terjadi dari 32 pengiriman barang rata-rata sebesar 2.12% . Susut terbanyak sebesar 17.5% (7kg dari 40kg) yang diikuti dengan kerusakan mekanis yang besar juga, yaitu sebesar 80%.

Tingkat kerusakan mekanis dan susut berdasarkan pemasok dapat dilihat pada Tabel 16. Rata- rata tingkat kerusakan pada tiap pemasok hampir sama tetapi rata-rata susut yang terjadi berbeda-beda besarnya. Hal ini disebabkan karena pengamatan tingkat kerusakan mekanis tidak dibedakan dari besar kecilnya kerusakan pada buah. Besarnya tingkat keparahan dari kerusakan mekanis dapat terlihat dari besarnya susut yang terjadi pada saat pendistribusian dari ketiga asal pemasok.

Tabel 16. Tingkat kerusakan mekanis dan susut di pengecer berdasarkan pemasok

Keterangan : Tingkat kerusakan maksimum di petani dan pengumpul disebabkan banyaknya terdapat luka lecet kecil seperti terlihat di Tabel 15.

Besarnya rata-rata tingkat kersuakan mekanis yang berasal dari petani bisa disebabkan karena kurang hati-hatinya pada saat pemanenan. Pada saat pengambilan alpukat di petani/pemilik pohon, pedagang pengecer tidak melakukan penyortiran terlebih dahulu. Alpukat yang dipanen kebanyakan masih belum cukup tua untuk dipanen, sehingga banyak alpukat yang mengalami gagal masak dan

Dokumen terkait