• Tidak ada hasil yang ditemukan

ALLAH : ADALAH NAMA BAGI ZAT YANG WAJIBAL WUJUD AKBAR : ADALAH NAMA BAGI SIFAT HAYATULLAH ZAT

Dalam dokumen Ini Kitab Barencong (Halaman 155-184)

DIKALA SAKARATAL MAUT

1. ALLAH : ADALAH NAMA BAGI ZAT YANG WAJIBAL WUJUD AKBAR : ADALAH NAMA BAGI SIFAT HAYATULLAH ZAT

2. ALLAH : NAMA BAGI BATHIN

ALLAH TA‘ALA

AKBAR : NAMA BAGI ZAHIR

JADI YANG SEBENAR-BENARNYA TAKBIR ITU ADALAH : MENUNJUKKAN KEADAAN ALLAH PADA MUHAMMAD

ARTINYA : ZAHIR TUHAN ADA PADA MUHAMMAD DAN BATHIN MUHAMMAD ADA DI TUHAN

BER-ARTI : YANG MENYEMBAH JUGA YANG DISEMBAH MAKA YANG BERLAKU DALAM KEADAAN SEMBAHYANG ITU ADALAH RAHASIA ALLAH SEMATA-MATA

DALILNYA : LAYA‘ BUDULLAH ILLALLAH

ARTINYA : TIADA YANG MENYEMBAH ALLAH, HANYA ALLAH —oo0oo—

TURUNNYA NAFAS ZAT HILANGNYA NAFAS ASMA

NAIKNYA NAFAS, BUKAN HURUF TURUNNYA NAFAS, BUKAN SUARA ATAU PUN DENGUNG

LENYAPNYA NAFAS TURUNYA NAFAS NAIKNYA NAFAS BERSATUNYA NAFAS.

A I U = AKU INI HIDUP

LA HURUFIN WALA SAUTIN.

TIADA HURUF TIADA SUARA TIADA KATA-KATA. KUDRAT ILMU IRADAT HAYAT SAMA KALAM SHIFAT 7 BASAR INSAN INSAN INSAN IMAN

RAHASIA ISLAM NYATA TAUHID HATI MA‘RIFAT ZAT TUBUH MA‘RIFAT AF‘AL SIFAT ASMA LAISA

TA‘ALA SANI TA‘AIN AWAL LA TA‘AIN ROH IDHOFI UJUD IDHOFI ALLAH RAHASIA SIR ZAT

ROH ROH NYAWA

PENGRASA PENGLIHAT PENDENGAR PENCIUM KAKI PUSAT DADA KEPALA

Maghrib Ashar Zohor Subuh

ISYA : meliputi seluruhnya ataupun dengan kata lain zahir bathin NYAWA ADAM

SAREAT : TUBUH TAREQAT : HATI HAQIQAT : RUH

MA‘RIFAT : RAHASIA NYAWA MUHAMMAD FANA MUHAMMAD

PADA ALLAH

NUR MUHAMMAD = NUR ALLAH HA DAN ALLAH

―WAL AWAL WAL ACHIR‖

NAH : INILAH ZIKIR MARIFAT ATAU RAHASIA (SEMPURNA) KENAL DAN MENGENAL

HA ALIF

TIDAK BERHURUF TIDAK BERSUARA DAN TIDAK ADA KATA-KATA. AKU ADALAH AKU DALAM SEGALA HAL

Tidak akan diucapkan kalimat AKU : melainkan oleh orang yang berkawan dengan kelengahan dan oleh setiap orang yang terhijab oleh hakikat. Tidaklah semuanya benar bagi orang yang ber-AKU-AKU. Engkau berani mengatakan AKU ; sedang engkau masih terhijab/terdidinding dari padaku. Pesona dunia ini masih mencekam dirinya (dirimu), masing-masing akan menyambar dirimu dengan seruan kepad zat dirimu, engkau saja masih didalam kegaiban yang kelam daripadaku. Maka apabila engkau telah melihat AKU; dan akupun telah bernyata dihadapanmu, maka tetapkanlah keteguhanmu, maka tiada Aku lagi, melainkan aku.

Telah kuciptakan atau kuadakan untukmu dan untuk sesuatu menjadi tujuan ; antara lain tujuan itu ialah ; CINTAMU KEPADA DIRIMU SENDIRI.

Itulah tetesan waham atau kalimat yang engkau warisi. Kata-kata Aku adalah egomu sendiri ; Aku berlepas diri dari anggapan yang demikian. Dan tidak lain ZAT itu, melainkan kepunyaanku jua. Dan tidak lain AKU itu, kecuali hanya untukmu semata. Akulah yang dia itu : dan adapun hakikatmu itu bukanlah pula persoalan. Hanya

sesungguhnya engkau berada pada pembagian yang bersifat waham atau dugaan saja (sangka-sangka).

Hal ini disebabkan karena caramu berfikir dan pencapaianmu pada pendakian jiwa dan persoalan. Engkau dalam setiap saat terbagi kepada : ―menyaksikan dan disaksikan Dua menjadi satu dalam bentuk perjodohan. Jiwa yang mencapai dan persoalan yang dicapai. Adapun hakikatnya sendiri tersembunyi jauh dibalik perjodohan itu, meninggi atasnya, jauh dari segala itu semuanya. Sekarang engkau bukan lagi ZAT dan

perjodohan; tetapi engkau hanyalah RUH dari RUHKU, tiada nisbah bagimu melainkan padaku. Engkau tidak mengungkapkan hakikat ini, kecuali dikala terangkat daripadamu tirai penutup dan engkau memandangku ketika itulah engkau telah lenyap dari pada dirimu yang berjodohan yang bersifat serba duga/waham (sangka-sangka).

Dirimu yang sebenarnya yang bukan ZAT dan bukan pula dari persoalan. Tetapi hanya engkau semurni-murni RUH yang tidak terbagi-bagi atau JAUHAR, meninggi, tidak nisbah melainkan kepadaku. Maka engkau tidak lagi mengulangi mengata AKU. Melainkan engkau mengatakan ―ENGKAU TUHANKU‖

Akumu itu adalah rahasiaku jua adanya. Sebab telah engkau ketahui, bahwa AKU adalah untukmu semata. Dan sekarang engkau adalah hambaku, Hai hambaku. Jika engkau sudah melihatku, maka tiada lagi engkau dan apabila engkau telah tiada, maka tiada lupa ada tuntutan dan apabila tiada tuntutan hilanglah sebab, dan bila sebab telah lenyap tiada lagi nisbah, sampai disini sirnalah hijab.

CINTA MUTLAK

Cinta hakiki tak mau dibelah dua, dia tetap satu, dia rahasia. Inilah akidah/pendirian seorang sumber segala akal yang mengatur alam ini, yang terbit daripadany karena se-mata-mata limpahan dan anugerah.

Puncak segala akal ialah aqlul faal atau akal pembuat dan dialah yang mengatur bumi dann segala yang ada dalam bentuknya yang tetap. Dan dialah masdar atau tempat timbul jiwa insane. Oleh karena jiwa-jiwa itu senantiasa ingin hendak kembali

kepadanya maka apabila manusia menyediakan dirinya untuk belajar dan menuntut dan merenungi dan tidak puas-puas/ tidak bosan-bosan menyediakan sedalam-dalamnya, niscaya akan beroleh dia akan kebahagiaan yang dimiliki orang lainnya yaitu dengan ma‘rifatul kamilat atau pengetahuan yang sempurna. Dan hakikat mujaradat atau hakikat semata, sampai tercapai pertemuan dengan al aqlul faal. Permulaan dan

kesedahan ujud adalah ALLAH. Diatasnya tidak ada apa-apa lagi, walaupun Adam dia jadi sendirinya dan tidak berkehendak kepada penciptanya/pencipta lainnya buat menciptakan dirinya. Karena demikian timbullah bertali-tali dan berlingkar-lingkar yang tiada putus-putusnya. Kainat atau segala yang ada, yang lainnya adalah mashor atau kenyataan daripada adanya, daripada ilmunya dan iradatnya. Dan daripadanyalah terambil hayat seluruhnya. Memang alam itu adalah mendatang atau ardi. Sebab itu yang ada itu hanya satu pada hakikatnya. Bahkan dialah ujud semata, kainat yang Nampak. Jadi fahamnya kembali kepada keesaan ujud jua.

Beramal bukan ingin sorga dan bukan pahala takut akan neraka Tetapi karena CINTA. Dan yang ada dalam diri sendiri.

Karena itu adalah tumpahan segala cinta. Jadi siapa-siapa yang telah sampai kepada cinta hakiki atau cinta mutlak atau cinta qudus, maka mereka berhak disebut INSAN KAMIL, atau dengan kata lain, MUHAMMAD INSAN KAMIL.

Muhammad insan kamil itu ialah: orang yang ber-akhlak dengan akhlak Allah. Orang yang bersifat dengan sifat Allah. Orang yang berakal dengan akal Allah. Orang yang berbuat dengan perbuatan Allah. Orang yang berpandangan dengan pandangan Allah. Semuanya demi Allah, bukan demi itu dan ini.

Orang yang seperti ini pandangannya hanya satu ialah : SEMUA ITU ALLAH DAN ALLAH ITU SEMUANYA.

Inilah yang hamba maksud dengan :

FANA DALAM CAHAYA DAN LEBUR DALAM API. ……….

demikianlah akidah atau pendirian seorang wali semoga kita demikian pula hendaknya. —oo0oo—

YANG DIMAKSUD MA‘SIAT BATHIN

2. Ria, minta dilihat orang waktu ibadat

3. Membesarkan diri – angkuh-sombong – menghina orang lain 4. Hasad – dengki akan anugerah Allah Ta‘ala kepada orang lain 5. Al-Haqad – dendam pada orang lain

6. Hubul Mal –kasih akan harta dunia, kikir berbuat sedekah 7. Hubul Jah – kasih akan kejahatan

8. Hubul mada – kasih untuk dipuji

9. Hubul dunnya – kasih akan dunia malas beribadat untuk akhirat 10. Ujuh – menyebut-nyebut orang lain dengan sindiran

Demikianlah yang dimaksud dengan maksiat bathin. Semoga kita sekalian sungguh-sungguh terlepas daripada yang 10 (sepuluh) pasal tersebut.

—oo0oo—

BISMILLAHIRRACHMANNIRRAKHIM

Alhamdulillahi robbil alamin washolatu wassalamu ala asrofil anbiya wal mursalin wa‘ala alihi wasahbihi ajmain amma ba‘du.

Asal suatu risalah yang kecil yang menyatakan usul bagida ALI kepada RASULULLAH S.A.W. barang siapa mengetahui jalan sempurna amalnya ini. Bermula sembah

asiyidina ALI.

Ya Tuhanku apakah Syari‘at, tharikat, hakikat, dan ma‘rifat itu. Jawab Rasulullah

Syareat itu pada TAUBAT Tharikat itu pada HATI

Hakikat itu pada RUH

Ma‘rifat itu pada ZAT ALLAH Sembah syaidina ALI

Ya tuhanku apakah syareat, tharekat, hakikat, dan ma‘rifat itu, samakah, samakah berlainankah amalnya.

Jawab Rasulullah s.a.w

Asalnya orang sareat dan tharikat ; semata-mata mengerjakan segala pesuruh. Amalnya orang hakikat ; mengesakan Zat Allah

Amalnya orang ma‘rifat : tetap pada Zat Allah Sembah Saiyidina ALI

Ya Tuanku adapun syareat, tharekat, hakikat, dan ma‘rifat, berlainankah atau samakah nafsunya.

Jawab Rasulullah s.a.w

Syariat, nafsunya, amarah, matinya hancur lebur/cerai berai Tharekat, nafsunya sawiyah, matinya kurus kering

Hakikat nafsunya lawwamah, matinya lamak gemuk putih kuning Ma‘rifat nafsunya mutmainah, matinya lenyap dalam kubur

Sembah saiyidina ALI ya tuanku adapun syareat, tharekat, hakikat, ma‘rifat, berlainankah atau samakah sembahyangnya.

Jawab Rasulullah s.a.w

Sembahyang orang sareat akan kiblat. Menghadap baitullah membara hatinya bercahaya.

Sembahyang orang tharekat membara hatinya bercahaya, kiblatnya menghadap Baitul makmur.

Sembahyang orang hakikat kiblatnya menghadapa Arsy membara hatinya bercahaya. Sembahyang orang ma‘rifat kiblatnya menghada seperti firman Allah s.w.t. didalam al-qur‘an.

FA‘ATIMALLA TUWALLU FASSAMA WAD HULLAH

Barang siapa dimana kamu menghadap akan mukamu/wajahmu, atau akalmu, rohmu maka disanalah wujud Allah bercahaya-cahaya dan imannya terang tiada sepertinya. Sembah sayisina ALI

Ya tuanku adapun syareat, tarekat, hakikat dan ma‘rifat, berlainankah atau samakah pekerjaannya.

Jawab Rasulullah s.a.w

Pekerjaan sareat itu : mengucap syahadat, sembahyang, puasa, memberi zakat dan naik haji.

Pekerjaan tarekat itu : mentasdikkan barang yang diamalkannya

Pekerjaan hakikat itu : senantiasa tetap adanya dan mengesakan zat Allah Ta‘ala menepikan

barang lainnya.

Pekerjaan ma‘rifat itu: semata-mata tetap adanya dan sendirinya zat Allah Ta‘ala Sembah sayidina Ali

Ya Tuanku adapun sareat, tarekat, hakekat dan ma‘rifat, berlainankah atau samakah alamnya

Sareat itu ialah : alamnya perjalanan tubuh

Tarekat itu ialah : alamnya malakut perjalanannya hati Hakikat itu ialah : alamnya jabarut perjalanannya RUH Ma‘rifat itu ialah : alamnya lahud perjalanannya SIR Sembah sayidina Ali

Syareat, tharekat, hakikat, ma‘rifat, samakah ilmunya. Sabda Rasulullah s.a.w

Sareat itu ialah : ilmunya yakin Tharekat itu ialah : Ainal yakin Hakikat itu ialah: Haqul yakin Ma‘rifat itu ialah : Kamallul yakin Sembah Sayidina Ali

Apakah yang empat itu sama kebangkitannya? Sabda Rasulullah s.a.w

Kebangkitan sareat ialah : taubat sekalian dosa

Kebangkitan tarekat ialah : sabar dan ridha akan qudrat Allah

Kebangkitan hakikat ialah : syukur akan barang yang dating daripada Allah swt. Kebangkitan ma‘rifat ialah : ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah Ta‘ala. Maka sembah Sayidina Ali

Sabda Rasulullah saw

Adapun sareat itu ialah : kejadiannya af‘al Adapun tharekat itu ialah : kejadiannya asma Adapun hakikat itu ialah : kejadiannya sifat Adapun ma‘rifat itu ialah : kejadiannya zat Sembah Sayidna Ali

Adapun yang empat (4) itu apakah atas zatnya Sabda Rasulullah saw

Adapun sareat itu ialah : kulit dan bulunya Adapun tharekat itu ialah : darah dan daging Adapun hakikat itu ialah : urat tulang

Adapun ma‘rifat itu ialah : otak dan sumsum Sembah Sayidna Ali

Ya tuanku adapun yang 4 itu apakah maujudnya Sabda Rasulullah saw

Sareat itu ialah : pendengarannya Tharekat itu ialah : penglihatannya Hakikat itu ialah: penciumannya Ma‘rifat itu ialah : pengrasanya Sembah Sayidna ALI

Ya tuanku adapun yang 4 (empat) itu berlainankah Rohnya Sabda Rasulullah saw

Syareat itu ialah : Rohani Tharekat itu ialah : Rahmani Hakikat itu ialah: Roh Idofi Ma‘rifat itu ialah : Robbani Sembah Sayidna ALI

Ya, tuanku : Apakah yang tinggi tiada rendah Yang hidup tiada mati.

Yang luas tiada sempit Yang benar tiada salah

Yang menghadap tiada membelakangi Yang manis tiada pahit

Yang ruh tiada dua Sabda Rasulullah s.a.w

Yang tinggi tiada rendah itu Allah Yang hidup tiada mati itu Allah Yang besar tiada kecil itu Allah Yang hampir itu tiada jauh itu Allah Yang luas tiada sempit itu Allah

Yang menghadap itu tiada membelakangi itu Allah Yang suci itu tiada nazis itu Allah

Yang manis tiada tiada pahit itu Allah Yang ESA tiada dua itu Allah

Sembah Sayidina ALI

Ya, tuanku dapatkah hamba peroleh ilmuyang dimiliki itu? Maka sabda Rasulullah s.a.w

Siapa ia sungguh-sungguh mengenal dirinya itulah yang tinggi tiada rendah Siapa yang merendahkan diri itulah yang besar tiada kecil

Siapa yang mengesakan Allah itulah yang hidup tiada mati Siapa percaya akan Allah ituah yang suci tiada Nazis

Dan barang siapa yang tiada sirik itulah yang manis tiada pahit Barang siapa yang menafikan hal lain itulah ESA tiada dua Sembah sayidina Ali

Apakah hamba dapat memiliki martabat seperti itu Sabda Rasulullah s.a.w

HAI ANAKKU ALI : tatkala akan makan minum didalam dunia, supaya engakau makan minum beserta Allah.

Tatkala akan dudukmu didalam dunia supaya engkau melihat serta Allah.

Tatkala akan pendengaranmu didalam dunia supaya engkau mendengar serta Allah. Tatkala akan perkataanmu didalam dunia, supaya engkau berkata-kata serta Allah

Matikan dirimu didalam dunia, besok aku bertemu akan Allah Sembah Sayidina Allah

Ya, Tuhanku, sejak syujud menyembah. Rasulullah s.a.w

Matinya iman itu agama, guru iman itu ikhlas, dan dahan iman itu cita-cita, dan iman itu SIR, dan cabang iman itu amal, dan daun iman itu kasar tekun dan haraf, buah iman itu jo‘ah (joah) dan nyawa iman itu kasih (kasihan), iman itu ruh dan iman itu hati, yang mu‘min dan iman itu yakin, dan pertahanan iman itu sembahyang, dan sareat iman itu fardhu. Dan tharekat iman itu jalan sempurna, dan hakikat iman itu Esa. Ma‘rifat iman itu tetap pada zat waibal wujud.

Adakah syahadat iman itu selain daripada itu.

Kepala iman itu akir (laillahaillallah) hatina menyatakan iman dan cahaya iman itu benar, dan kalam iman itu suci, dan nyawa iman itu hidup.

Jantung iman itu jama‘ah. Urat iman itu segala rukun. Tulang iman itu rukun. Lutut iman itu sabar. Dada iman itu amar. Iga iman itu ikhlas.

Ilmu iman itu sempurna dunia dan akherat. Wallahu alam bisawwab.

—oo0oo—

1. MIM-MAHMUDUN ‘ALAIYAH : maksud kepujian pada Muhammad ialah; yang menjadikan wakil dari Tuhan YME pada hari hisab.

Firman Allah Ta‘ala ; tiada aku utus engkau Muhammad melainkan menjadi rahmat sekalian alam.

2. HA-HAMIDUN ALAIHI : maksudnya MUHAMMAD lah yang terpuji yag mendirikan ; syareat, tharekat, hakikat, dan ma‘rifat, seperti kata Tuhan

YME. Dalam hadits qudsyi, maksudnya ; benarlah hambaku Muhammad, setiap apa yang disampaikannya kepadaku.

3. MIM- MUJANIUN : ialah MUHAMMAD lah yang menghimpun puji bagi Allah LAHMIJIDILLAH Ta‘ala, bagi puji zahir maupun puji bathin

Firman Allah Ta‘ala maksudnya : sesungguhnya kami menyuruh mengikuti Muhammad pada perhatiannya maupun perbuatannya.

4. DAL – TOBADILLAH ILLA HUA : maksudnya, kuganti kerjaanku kepadamu ya Muhammad, dijadikan Muhammad atas rupaku, artinya tiada wujudku melainkan wujud Muhammad ganti kerjaanku.

Syahadat bathin ada mengandung sifat 20 kadim : Syahadat jahirpun ada juga sifat 20nya nyata, yaitu : UJUD ialah : Bumbunan kepala

KIDAM ialah : Telinga kanan BAQA ialah : Telinga kiri

MUHALLAFAH ialah : Mata kanan KIAMUHU ialah : Mata kiri

WAHDANIYAT ialah : Mulut KODRAT ialah : Bahu kanan IRADAT ialah : Bahu kiri ILMU ialah : Susu kanan HAYAT ialah : Susu kiri SAMA ialah : Tangan kanan BASHAR ialah : Tangan kiri

KALAM ialah : Pangkal tangan kanan KODIRUN ialah : Pangkal lengan kiri MURIDUN ialah : Kaki kanan

ALIMUN ialah : Kaki kiri HAYUN ialah : Paha kanan SAMIUN ialah : Paha kiri BASIRUN ialah : Pusat

MUTAKALIMAN ialah : Jantung

Maka dengan adanya sifat 20 (dua puluh ) ini, bathin maupun zahir, sudah ada dalam wujud.

BISMILLAHIRRACHMANNIRRAKHIM

WASSOLATU WASSALAMU ALA ASROFIL MURSALIN SYAIYIDINA MUHAMMAD WA ALA ALLIHI WASOHBIHI WASSALAM A‘MA BA‘DU

Adapun pasal menyatakan bicara hakikat dan am‘rifat menyemabah Allah Ta‘ala dengan memelihara segala hukum syareat yang zahir yang diperintahkan oleh

Rasulullah, yaitu : yang dimaksudkan oleh Allah Ta‘ala, ilmu dan amal, dan menjalankan akan jalan segala nabi-nabi dan wali-wali Allah

Yaitu memandang Allah Ta‘ala itu dengan hati yang normal. Bahwasannya Allah Ta‘ala wujud sendirinya,yaitu memandang dan mengetahui, mengenal satu-satunya paham dan putih bersih, dan nugrahanya haq Allah Ta‘ala serta dalil aqal dan naqal. Maka tiada hasil hakikat itu, melainkan dibaiki syareat. Hasil ketiganya itu menghasilkan ma‘rifat.

Pasal pada menyatakan hal dan limpahan segala ahli tasauf yang diperbuat tiap-tiap hari siang dan malam ketika mengerjakan segala yang dipardukan Allah Ta‘ala dengan sekira-kiranya memadai kuatnya jasad pada mengerjakan dia yang disuruhnya atau disuruh oleh Allah Ta‘ala. dan menjauhkan segala yang dilarang. Dan disuruh oleh Allah ta‘ala memeliharakan segala rahasia-rahasia kehati dan melazimkan segala makam yang 11 (sebelas) ; seperti Taubat, sakit, sabar, syukur, tawwakal, ridha, wara, suci, ajam, murakabah dan lainnya.

Pertama-tama orang yang megerjakan jalan ini mulai dengan taubat karena taubat itu bersuci dari pada najis. Demikianlah ha ahli tasauf.

Bermula setengah dari rahasia ketuhanan itu IMAN DAN KAMIL. Yaitu keluarlah engkau dari pada Allah ta‘ala seperti bahwasannya, jangan engkau sekutukan Allah Ta‘ala dengan sesuatu dari segala sifatnya yang tertentu dengan DIA :

Dan ―YAKIN KAMIL‖ Yaitu keluar engkau dari diriku, artinya keluar dari pada dayamu dan kuatmu dan wujudmu. Jangan engkau sekutukan Allah Ta‘ala dengan sesuatu dari segala sifatnyayang tertentu dengan dia yang yakin kamil, yaitu ada pada mukamu, karena ujudmu dan dayamu itu majas., dan bayang-bayang jua. Karena sekalian yang dijadikan Allah Ta‘ala hanya ujud hakiki, dan kuat daya upaya yang hakikatnya hanya Allah Ta‘ala jua.

Maka hendaklah engkau nafikan ujud dirimu dan sekalian yang lan daripada ujud Allah Ta‘ala itu. supaya sempurnalah dari pada syirik hafi dan supaya engkau pandang kesempurnaan Allah Ta‘ala dan daya upayanya dan kuatnya pada temat ujud dan lemahnya/lemahmu dan daifmu itu.

Setengah dari pada rahasia, ketahuilah olehmu akan bahwasannya kita pandang, kita I‘tiqadkan, bahwa sesungguhnya akan kita ini tetap selama-lamanya dalam ilmu Allah Ta‘ala.

Pertama : Penglihat, pendengar, kelakuan dan kehendaknya.

Sekianlah pada sebenarnya I‘tiqad segala nabi-nabi dan wali-wali Allah serta Ulama-ulama yang saleh-saleh, janganlah kita berubah I‘tiqad ini supaya kita sampai kepada jalan FANA BILLAH – BAQA BILLAH. Yaitu lenyapkanlah kita ke dalam Allah Ta‘ala supaya kekal dalam keadaan Allah ta‘ala.

Bermula dikehendaki lenyap dan hapus itu, tiada lagi kita atau diri kita, hanya yang kelihatan ZAT ALLAH TA‘ALA jua semata-mata tetap dengan penglihatannya mata hati dan mata zahir harus menyatu dalam rahasianya.

Dan tilik hakikat adalah isyarat umpama besi di dalam api, maka tatkala merah besi, tidak kelihatan besi, hanyalah keadaan api jua yang kelihatah itu semata-mata. Maka ZAT ALLAH TA‘ALA – SIFAT ALLAH TA‘ALA – AF‘AL ALLAH TA‘ALA semata-mata. Maka apabila tetap dikarenakan sukuan didalam keadaan kita niscaya kita ini hilang. Maka tiada tinggal lagi baginya bekam. Maka kita sampailah kepada jalan fana billah dan baqa billah. Adapun dalil akal, apabila kita tidur lihatlah pada dirimu, adakah

kekuasaan, dan kehendak, pengetahuan, penglihatan, pendengaran dan perkataan dan gerakan. Maka dalilnya yang menunjukkan akan tiada mempunyai, hanya daripada menerima sifat jua.

Dan empunya sifat itulah Allah Ta‘ala jua semata-mata.

Maka jad dalil tahliklah kita dengan pengajaran guru yang kamil adanya. SABDA NABI MUHAMMAD SAW pada menyatakan :

Bermula Syareat itu seperti tanah Tharekat itu seperti air

Ma‘rifat itu seperti api

Maka sembahah syayidina Ali, ya, junjunganku adapun Syareat itu seperti tanah, tanah yang mana ?

Tharekat itu seperti air, air yang mana ? Hakikat itu seperti angin, angin yang mana ? Ma‘rifat itu seperti api, api yang mana ? Jawab Rasulullah s.a.w

Hai ALI dengarlah pengajaranku, yaitu : Syareat itu seperti tanah, yaitu badanku Tharekat itu seperti air, yaitu Nur Muhammad Hakikat itu seperti angin, yaitu nafasku

Ma‘rifat itu seperti api, yaitu penglihatanku

Maka sembah Syaiyidina ALI, ya junjunganku sebenar-benarnya lah Maka jikalau mati orang syareat apakah kejadiannya?

mati orang tharekat apakah kejadiannya? mati orang hakikat apakah kejadiannya? mati orang ma‘rifat apakah kejadiannya? RASULULLAH MENJAWAB :

Mati orang syareat hancur luluh Mati orang tharekat kurus kering

Mati orang ma‘rifat hilang lenyap

Sembah syaiyidina ALI, ya Rasuullah sebenar-benarnyalah

Jawab Rasulullah, barang siapa mengetahui ilmu ini maka sempurnalah serta

Dalam dokumen Ini Kitab Barencong (Halaman 155-184)