• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alokasi Unit Penangkapan Ikan Pelagis

Pengembangan perikanan tangkap dengan menggunakan unit penangkapan unggulan sebaiknya tidak melebihi daya dukung ketersediaan sumberdaya perikanan yang ada, sehingga jumlah alokasi yang optimum dari unit penangkapan unggulan tersebut perlu diestimasi dengan baik. Untuk menduga jumlah unit penangkapan ikan optimum di Kabupaten Bangka Selatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan Linear Goal Programming (LGP).

Ada 4 (empat) tujuan utama yang hendak dicapai dalam pengalokasian ini, yaitu: (1) mengoptimumkan pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis, (2) penghematan kebutuhan bahan bakar/BBM, (3) mengefisienkan penggunaan es dan (4) memaksimalkan penyerapan tenaga kerja. Untuk variabel keputusannya adalah semua jenis unit penangkapan ikan eksisting yang terpilih, yaitu: unit penangkapan bagan perahu (X1), bagan tancap (X2), pancing (X3), jaring kembung (X4) dan jaring millenium (X5).

Secara matematis, tujuan-tujuan utama yang hendak dicapai dan sekaligus juga merupakan batasan yang harus dipenuhi dalam mengoptimumkan alokasi unit penangkapan utama untuk ikan pelagis di perairan Kabupaten Bangka Selatan dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Mengoptimumkan pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis

Nilai pembatas persamaan alokasi unit penangkapan ikan di Bangka Selatan berdasarkan ketersediaan potensi sumberdaya ikan pelagis sebagai batas kanan persamaan dan nilai produktivitas dari setiap unit penangkapan ikan untuk nilai-nilai koefisiennya. Persamaannya adalah sebagai berikut : 21,8 BGNP + 2,5 BGNT + 8 PCG + 8,4 JK + 48 JM + DB1 - DA1 = 38400 Keterangan : BGNP = Bagan perahu BGNT = Bagan tancap PCG = Pancing JK = Jaring kembung JM = Jaring millenium

b. Meminimumkan penggunaan bahan bakar minyak solar (BBM)

Bentuk persamaan untuk alokasi unit penangkapan ikan di Bangka Selatan disusun berdasarkan ketersediaan solar dan kebutuhan solar dari masing- masing unit penangkapan ikan dengan persamaan sebagai berikut :

25 BGNP + 15 BGNT + 50 PCG + 20 JK + 65 JM – DA2 <= 50000 Keterangan : BGNP = Bagan perahu BGNT = Bagan tancap PCG = Pancing JK = Jaring kembung JM = Jaring millenium

c. Mengefisienkan penggunaan es (ton)

Selain BBM, es juga menjadi pembatas dalam menyusun alokasi unit penangkapan di Kabupaten Bangka Selatan. Persamaan pembatas bedasarkan kebutuhan es disusun keperluan masing-masing unit penangkapan terhadap es dalam melakukan operasi penangkapan, kemudian batas kanan persamaan ini adalah jumlah es yang tersedia di Kabupaten Bangka Selatan. Persamaanya adalah sebagai berikut :

0,4 PCG + 0,5 JK + 3 JM – DA3 <= 500 Keterangan : BGNP = Bagan perahu PCG = Pancing JK = Jaring kembung JM = Jaring millenium

d. Memaksimumkan penyerapan tenaga kerja

Parameter keempat yang dijadikan persamaan pembatas adalah jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh sektor perikanan tangkap di Kabupaten Bangka Selatan. Persamaan pembatas berdasarkan jumlah tenaga kerja ditentukan berdasarkan jumlah nelayan yang mengoperasikan masing-masing unit penangkapan. Bentuk persamaannya adalah sebagai berikut:

2 BGNP + 1 BGNT + 2 PCG + 3 JK + 6 JM + DB4 >= 6525 Keterangan : BGNP = Bagan perahu BGNT = Bagan tancap PCG = Pancing JK = Jaring kembung JM = Jaring millenium

e. Fungsi pembatas non negatif

BGNP >= 0 , BGNT >= 0, PCG >= 0, JK >= 0, JM >= 0 Keterangan : BGNP = Bagan perahu BGNT = Bagan tancap PCG = Pancing JK = Jaring kembung JM = Jaring millenium

Proses penyelesaian untuk model linear goal programming ini menggunakan bantuan program paket komputer LINDO (Linear Interactive

Descrete Optimizer). Hasil olahan program komputer LINDO ditunjukkan pada

Lampiran 12. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa alokasi unit penangkapan ikan yang eksisting terpilih di perairan laut Kabupaten Bangka Selatan adalah sebagai berikut: untuk jaring millenium (JM) dialokasikan sebanyak 574 unit, bagan perahu (BGNP) sebanyak 227 unit, dan pancing (PCG) sebanyak 140 unit. Sementara itu, untuk unit penangkapan jaring kembung (JK) dan bagan tancap (BGNT) disarankan untuk tidak dialokasikan. Alokasi jumlah armada penangkapan ikan yang optimum di perairan Kabupaten Bangka Selatan dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23 Alokasi jumlah armada penangkapan yang optimum di perairan Kabupaten Bangka Selatan

No. Unit penangkapan ikan Ukuran Jumlah

(unit) 1. Jaring millennium (JM) 20 GT 574 2. Bagan perahu (BGNP) 10 GT 227 3. Pancing (PCG) 5 GT 140 4. Jaring kembung (JK) 5 GT 0 5. Bagan tancap (BGNT) - 0 Jumlah 941

Hasil analisis LGP ini juga menunjukkan bahwa tidak semua sasaran dan tujuan yang dikehendaki tercapai yang ditunjukkan dengan nilai variabel deviasionalnya (baik DA maupun DB) tidak sama dengan nol. Sasaran atau target yang tidak tercapai tersebut adalah sasaran mengoptimumkan pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis, mengoptimumkan kebutuhan es, dan mengoptimumkan penyerapan tenaga kerja. Sementara, sasaran-sasaran yang dapat tercapai adalah mengoptimumkan penggunaan bahan bakar minyak solar (BBM).

Bila membandingkan hasil analisis alokasi ini dengan jumlah unit penangkapan yang ada pada tahun 2009, maka perlu ada penyesuaian komposisi jumlah dari kelima unit penangkapan tersebut. Ada jenis unit penangkapan yang disarankan untuk dikembangkan, yaitu: unit penangkapan jaring millennium, bagan perahu dan pancing, sedangkan yang disarankan untuk dikurangi atau diganti, adalah: unit penangkapan jaring kembung dan bagan tancap. Perbedaan kemampuan tangkap masing-masing jenis alat tangkap menyebabkan alokasi optimum masing-masing alat tangkap berbeda. Penambahan dan pengurangan ini sangat tergantung dari nilai parameter yang digunakan untuk analisis pengalokasian unit penangkapan, utamanya yaitu: nilai produkivitas unit penangkapan dan jumlah tangkapan maksimum lestari yang diperbolehkan (JTB) nya. Padahal jumlah unit penangkapan eksisting yang telah melebihi alokasi optimum sebaiknya dikurangi agar sumberdaya yang ada dapat dipertahankan (Syahailatua 2006).

Menurut Suharso et. al (2006), sumberdaya perikanan dapat dieksploitasi pada tingkat tertentu tanpa dampak negatif terhadap stok sumberdaya ikan. Oleh karena itu, prinsip yang perlu dipahami adalah bagaimana menggali sumberdaya yang ada di Kabupaten Bangka Selatan untuk kehidupan masyarakat secara lestari dan berkelanjutan. Walaupun sumberdaya perikanan termasuk sumberdaya yang dapat diperbaharui, tetapi jika pengelolaannya salah, maka sumberdaya tersebut akan mengalami kepunahan dan tidak dapat dimanfaatkan lagi oleh manusia. Menurut Yulistyo et al. (2006), salah satu upaya pengembangan usaha penangkapan di perairan pantai yang masih potensial adalah melalui motorisasi dan modernisasi unit penangkapan. Motorisasi tersebut diarahkan untuk kapal penangkap ikan berukuran antara 5-10 GT, 10-30 GT dan > 30 GT untuk menjangkau wilayah perairan diatas 12 mil yang sebagian besar belum dieksploitasi (under exploited). Selain itu, adanya konsep pengelolaan sumberdaya perikanan berbasis komunitas yang partisipatif dapat dijadikan solusi maupun masukan yang berharga dalam bidang pemanfaatan perikanan pantai (Murdiyanto 2002).

5.6 Strategi Pengembangan Perikanan Pelagis di Kabupaten Bangka

Dokumen terkait