• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Perikanan Pelagis di Kabupaten Bangka

Penentuan strategi pengembangan perikanan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan ditentukan oleh kondisi faktor internal dan eksternalnya. Kedua faktor tersebut dianalisis melalui pendekatan analisis SWOT (Strengths,

Weakness, Opportunites dan Threats). Lingkungan internal dalam SWOT

adalah kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weakness), sedangkan lingkungan eksternalnya adalah peluang (Opportunites) dan ancaman (Threats). Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunity), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan Ancaman (Threats).

Hasil identifikasi faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) berdasarkan data dan informasi dari hasil analisis serta rujukan dari beberapa sumber literatur terkait dengan perikanan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan dapat dilihat pada Tabel 24 dan Tabel 25.

Tabel 24 Urutan kepentingan faktor-faktor strategi untuk aspek kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan perikanan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan

Faktor-Faktor Strategi Bobot Rating Nilai

Kekuatan

 Usaha penangkapan ikan pelagis (bagan tancap, bagan perahu, pancing, jaring kembung dan jaring millenium) masih

menguntungkan secara ekonomi (S1)

0,20 4 0,8

 Komitmen dan kebijakan pemerintah untuk

mengembangkan sektor

perikanan di Kabupaten Bangka Selatan (S2)

0,10 3 0,3

 Potensi sumberdaya ikan pelagis belum dimanfaatkan dengan optimal (S3)

0,22 3 0,66

Kelemahan

 Kemampuan jelajah armada penangkapan nelayan yang masih terbatas (W1)

0,12 2 0,24

 Sistem pemasaran hasil

tangkapan nelayan yang masih tergantung pada tengkulak (W2)

0,08 3 0,24

 Sarana dan prasarana pendukung perikanan masih terbatas (pabrik es, TPI, SPDN) (W3)

0,12 1 0,12

 Keterbatasan nelayan dalam penguasaan teknologi penangkapan (W4)

0,08 2 0,16

 Kapasitas pemodalan nelayan masih sangat terbatas dan belum didukung oleh kelembagaan pemerintah dan swasta (W5)

0,08 2 0,16

Tabel 25 Urutan kepentingan faktor-faktor strategi untuk aspek peluang dan ancaman dalam pengembangan perikanan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan

Faktor-Faktor Strategi Bobot Rating Nilai

Peluang

 Permintaan terhadap ikan pelagis yang terus

meningkat dan

pengembangan pasar yang masih terbuka (O1)

0,14 4 0,56

 Penyerapan tenaga kerja yang lebih tinggi melalui pengembangan perikanan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan (O2)

0,14 3 0,42

 Peningkatan kapasitas dan

ukuran armada

penangkapan nelayan (O3)

0,09 2 0,18

 Introduksi teknologi

penangkapan yang

memiliki produktivitas lebih tinggi bagi nelayan (O4)

0,14 3 0,42

Ancaman

 Penangkapan ikan tanpa izin yang semakin sering terjadi (T1)

0,15 1 0,15

 Degradasi sumberdaya ikan dan biota di kawasan pesisir akibat dari adanya penambangan timah dengan kapal hisap (T2)

0,12 2 0,24

 Ketidakmampuan nelayan lokal dalam mengadaptasi introduksi teknologi penangkapan dapat menimbulkan potensi konflik antar nelayan (T3)

0,09 3 0,27

 Adanya nelayan andon yang memiliki teknologi penangkapan lebih baik dan kapal yang lebih besar dapat (T4)

0,13 3 0,39

Total

Hasil dari analisis faktor internal dan eksternal dilakukan penyusunan strategi dengan membuat matriks sehingga dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman pengembangan perikanan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan yang disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Dengan demikian akan diperoleh empat alternatif strategi yaitu strategi menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang, strategi menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman, strategi memanfaatkan peluang untuk meminimalkan kelemahan dan strategi meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman. Strategi tersebut disajikan padaTabel 26.

Hasil matrik analisis yang didasarkan faktor internal dan eksternal kemudian diurutkan berdasarkan prioritas strategi yang akan direkomendasikan dalam upaya pengembangan perikanan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan. Urutan prioritas strategi disajikan pada Tabel 27.

Tabel 26 Strategi pengelolaan perikanan menurut kombinasi faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman

DALAM LUAR KEKUATAN  (S1)  (S2)  (S3) KELEMAHAN  (W1)  (W2)  (W3)  (W4)  (W5) PELUANG  (O1)  (O2)  (O3)  (O4) STRATEGI KEKUATAN-PELUANG  Pemanfaatan

sumberdaya ikan pelagis sesuai potensi lestari dengan pengembangan alat tangkap jaring millenium  Pengembangan jalur pemasaraan hasil perikanan  Peningkatan produktivitas perikanan tangkap melalui pengembangan armada penangkapan > 20 GT STRATEGI KELEMAHAN-PELUANG  Penyediaan sarana dan

prasarana pendukung perikanan (pabrik es, cold storage, tpi, dermaga, SPDN)

 Introduksi teknologi baru melalui penyuluhan dan pendampingan  Peningkatan akses pemodalan bagi masyarakat nelayan ANCAMAN  (T1)  (T2)  (T3)  (T4)  (T5) STRATEGI KEKUATAN-ANCAMAN  Peningkatan pengawasan

dan penegakan hukum di wilayah pesisir dan laut oleh instansi terkait (Dinas PK, Nelayan dan Keamanan)

 Perbaikan lingkungan pesisir dan laut melaui kegiatan konservasi sumberdaya ikan dan terumbu karang STRATEGI KELEMAHAN-ANCAMAN  Penyusunan peraturan daerah tentang pemanfaatan dan pengelolaan perikanan tangkap  Modernisasi teknologi perikanan tangkap nelayan lokal

Tabel 27 Urutan strategi berdasarkan nilai skoring faktor internal dan faktor eksternal

No. Strategi Skor

1. Pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis sesuai potensi lestari dengan pengembangan alat tangkap jaring millenium

(S1+S2+S3+O2+O4+O3)

2,45

2. Peningkatan produktivitas perikanan tangkap melalui pengembangan armada penangkapan > 20 GT (S1+S3+O2+O3)

2,06

3. Penyediaan sarana dan prasarana pendukung perikanan (pabrik es, cold storage, tpi, dermaga, SPDN)

(W3+W1+W4+O2+O3+O4)

1,54

4. Peningkatan akses pemodalan bagi

masyarakat nelayan (W1+W5+O1+O3+O4)

1,42

5. Penyusunan peraturan daerah tentang pemanfaatan dan pengelolaan perikanan tangkap (W3+W2+T1+T2+T4)

1,14

6. Peningkatan pengawasan dan penegakan hukum di wilayah pesisir dan laut oleh instansi terkait (Dinas PK, Nelayan dan Keamanan) (S2+T1+T2+T4)

1,08

7. Modernisasi teknologi perikanan tangkap nelayan lokal (W1+W4+T3+T4)

1,06

8. Pengembangan jalur pemasaraan hasil perikanan (S2+O1+O3)

1,04

9. Introduksi teknologi baru melalui penyuluhan dan pendampingan (W1+W4+O3+O4)

1,00

10. Perbaikan lingkungan pesisir dan laut melaui kegiatan konservasi sumberdaya ikan dan terumbu karang (S2+S3+T3+T1)

0,69

Berdasarkan Tabel 24 Jumlah skor pembobotan pada matrik IFAS menunjukkan nilai sebesar 2,68. Nilai tersebut mengandung arti bahwa reaksi masyarakat di Kabupaten Bangka Selatan terhadap faktor-faktor internal menunjukkan hasil pada tingkat rata-rata. Hal tersebut mengandung arti masih ada kesempatan memperbaiki manajemen serta kualitas sumberdaya manusia di Kabupaten Bangka Selatan untuk mengurangi kelemahan yang ada di wilayah tersebut jika dilakukan dengan tekad yang kuat serta kerjasama antar semua pihak.

Jumlah skor pembobotan matriks EFAS menunjukkan nilai sebesar 2,63 (Tabel 25). Nilai tersebut mengandung arti bahwa kondisi masyarakat Bangka Selatan mampu merespons situasi eksternal secara rata-rata. Artinya kemampuan masyarakat Bangka Selatan memanfaatkan peluang yang dimiliki untuk menghindari ancaman yang datang dari luar dalam kisaran rata-rata. Berdasarkan nilai IFAS dan EFAS secara keseluruhan dapat dilihat bahwa masyarakat nelayan Bangka Selatan mampu merespons segala kegiatan pengembangan perikanan pelagis yang nantinya akan dilaksanakan asal diimbangi dengan pendampingan yang dilakukan baik olah pemerintah maupun stakeholders lainnya.

Setelah memperhatikan segala potensi sumberdaya dan aktivitas perikanan pelagis di Bangka Selatan dan digabungkan dengan faktor internal dan eksternal dari analisis SWOT yang terdapat di Bangka Selatan, selanjutnya disusun rencana strategi dalam pengembangan perikanan pelagis di Bangka Selatan. Prioritas strategi pengembangan perikanan pelagis seperti disajikan pada Tabel 27 menunjukkan bahwa strategi yang menempati prioritas utama adalah pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis secara lestari dengan pengembangan alat tangkap jaring millenium. Jaring millenium dipilih karena memiliki keunggulan baik dari segi produktivitas maupun daya tahan. Selain itu, hasil pengalokasian armada penangkapan ikan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan menunjukkan bahwa armada penangkapan jaring millenium masih dapat ditingkatkan.

Strategi kedua adalah peningkatan produktivitas perikanan tangkap melalui pengembangan armada perikanan > 20 GT. Kondisi armada perikanan yang dimiliki nelayan lokasl masih berada pada kisaran 10 GT sehingga daya jelajahnya masih terbatas pada perairan dekat pantai yang sudah padat tangkap. Oleh karena itu dengan peningkatan ukuran armada penangkapan diharapkan mampu mencapai perairan yang lebih jauh (4-12 mil) sehingga peluang mendapatkan hasil tangkapan yang lebih banyak akan lebih tinggi.

Penyediaan sarana dan prasarana pendukung perikanan menjadi prioritas ketiga. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan dukungan bagi pengembangan perikanan pelagis kecil di Kabupaten Bangka Selatan. Stok BBM dan es yang belum mencukupi kebutuhan nelayan menjadi penyebab utama tidak optimalnya kegiatan perikanan tangkap di wilayah ini. Selain itu, kurangnya ketersediaan es

dan BBM menyebabkan nelayan harus mengeluarkan biaya lebih tinggi sehingga keuntungannya menjadi berkurang.

Ketiga strategi tersebut merupakan titik penentu dalam upaya pengembangan perikanan pelagis di Bangka Selatan. Selain itu, tentunya kebijakan pemerintah terkait dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan, introduksi teknologi baru, pelestarian sumberdaya ikan dan lingkungan, peningkatan akses permodalan serta pengembangan jalur pemasaran menjadi strategi yang tidak terpisahkan. Pengembangan sarana dan prasarana perikanan terutama tempat pemasaran hasil tangkapan sangat penting artinya bagi perkembangan pusat perikanan di wilayah pesisir. Hal ini senada dengan ungkapan Saridewi (2006) yang menyatakan bahda salah satu prioritas dalam pengembangan desa pantai yang berbasis perikanan adalah dengan pengembangan fasilitas pelelangan ikan untuk menunjang kegiatan ekonomi masyarakat.

Dalam pengembangn kawasan perikanan, pemerintah daerah Kabupaten Bangka Selatan sudah seharusnya memberikan sumbangsih dan peran aktif dalam mengoptimalkan pemanfaatan SDI baik melalui introduksi teknologi penangkapan yang lebih efektif dan selektif, pendampingan nelayan dan penguatan kelembagaan. Melalui penguatan kelembagaan dan pendampingan diharapkan dapat mengangkat derajat kesejahteraan nelayan dan sekaligus menjadikan sektor perikanan tangkap sebagai leading sector dalam perekonomian di Kabupaten Bangka Selatan. Selain itu, keberadaan sumberdaya perikanan bagi masyarakat pesisir yang sangat penting hendaknya menjadi pertimbangan bagi pemerintah dalam merancang pola pengelolaan yang rasional. Hal ini dimaksudkan agar pemanfaatan sumberdaya perikanan dapat berlanjut (sustainable) dan memberi nilai ekonomi bagi pengembangan kawasan Bangka Selatan (Gaffar et al. 2007).

Secara rinci, strategi dan program pengembangan perikanan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan adalah sebagai berikut:

Pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis sesuai potensi lestari dengan pengembangan alat tangkap jaring millenium

1) Pengembangan teknologi alat tangkap jaring millenium melalui sosialisasi dan penyuluhan kepada nelayan

2) Melakukan pendataan hasil tangkapan ikan pelagis dengan mewajibkan nelayan mempunyai log book dan melaporkan ke TPI.

3) Membuat suatu sistem pendataan hasil tangkapan nelayan yang terintegrasi.

Peningkatan produktivitas perikanan tangkap melalui pengembangan armada penangkapan > 20 GT

1) Penambahan armada penangkapan ikan berukuran > 20 GT. 2) Membangun dan mengembangkan galangan kapal rakyat.

Penyediaan sarana dan prasarana pendukung perikanan (pabrik es, cold storage, tpi, dermaga, SPDN)

1) Peningkatan jumlah infrastruktur perikanan tangkap seperti pelabuhan perikanan, Pabrik es, TPI, depot BBM, depot alat tangkap, fasilitas perbaikan kapal (dock yard) di Kabupaten Bangka Selatan.

2) Pembangunan dermaga bagi pendaratan ikan hasil tangkapan yang sesuai dengan kondisi pasang surut dan gelombang di perairan Bangka Selatan. 3) Penyediaan sumber listrik bagi pemukiman nelayan.

Peningkatan akses pemodalan bagi masyarakat nelayan

1) Fasilitasi antara lembaga keuangan (bank) dengan nelayan dalam penyusunan kelayakan usaha.

2) Menyusun strategi kemitraaan antara pengusaha dan nelayan yang dilindungi oleh pemerintah daerah.

3) Pembinaan terhadap lembaga keuangan yang telah ada ditingkat nelayan. 4) Pembentukan BPR khusus untuk melanyani masyarakat nelayan dengan

persyaratan ringan dan bunga pinjaman rendah.

5) Pembentukan koperasi perikanan dan sebagai lembaga keuangan mikro yang mandiri.

Penyusunan peraturan daerah tentang pemanfaatan dan pengelolaan perikanan tangkap

1) Melakukan penelitian dan pengkajian yang berkaitan dengan sumberdaya perikanan di wilayah perairan Kabupaten Bangka Selatan

2) Penyusunan PERDA yang disesuaikan dengan kondisi masyarakat dan wilayah pesisir dalam pengelolaan sumberdaya perikanan

3) Mensinergikan peraturan daerah Kabupaten Bangka Selatan dengan daerah lain maupun Provinsi Bangka Belitung serta peraturan pusat yang telah ada.

Peningkatan pengawasan dan penegakan hukum di wilayah pesisir dan laut oleh instansi terkait (Dinas PK, Nelayan dan Keamanan) 1) Penambahan jumlah dan peningkatan kualitas aparat penegak hukum.

2) Mengadakan sarana operasional pengawasan laut dengan menambah armada kapal pengawas perikanan.

3) Melakukan koordinasi dengan lembaga-lembaga yang terlibat dalam pengawasan.

4) Menggalang partisipasi masyarakat pesisir dalam pengawasan kegiatan di kawasan pesisir dan laut melalui SISWASMAS.

Modernisasi teknologi perikanan tangkap nelayan lokal

1) Introduksi teknologi alat dan armada penangkapan melalui penyuluhan dan pendampingan.

2) Menginventarisasi jenis teknologi penangkapan yang masih layak dikembangkan.

3) Mensosialisasikan kepada nelayan tentang jenis teknologi penangkapan yang tidak ramah lingkungan.

Pengembangan jalur pemasaran hasil perikanan 1) Pembangunan pasar ikan di Kabupaten Bangka Selatan

2) Memperluas jaringan pasar bagi produk perikanan melalui kerjasama

3) Pengembangan sistem pemasaran terpadu, utamanya untuk komoditi perikanan, yang dilakukan melalui Pusat Pasar Ikan Hiegienis.

4) Promosi hasil-hasil perikanan tangkap ke berbagai daerah

5) Kerjasama dengan Industri pengolahan ikan dan eksportir perikanan

Introduksi teknologi baru melalui penyuluhan dan pendampingan 1) Memperkenalkan kepada nelayan tentang teknologi penangkapan yang

efektif dan ramah lingkungan.

2) Menjembatani transfer teknologi antara nelayan pendatang dengan nelayan lokal.

Perbaikan lingkungan pesisir dan laut melaui kegiatan konservasi sumberdaya ikan dan terumbu karang

1) Rehabilitasi habitat terumbu karang yang rusak dan sulit untuk pulih secara alami seperti di Tukak-Sadai, Lepar-Pongok.

2) Peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya kelestarian lingkungan.

3) Pengkayaan stok perikanan melalui kegiatan sea farming dan sea reanching

VI.

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain:

1) Berdasarkan hasil analisis terhadap aspek biologi, teknik, ekonomi dan sosial maka 3 jenis unit penangkapan untuk ikan pelagis yang memiliki prospek terbaik untuk dikembangkan di perairan laut Kabupaten Bangka Selatan secara berurutan adalah jaring millenium, bagan perahu dan pancing.

2) Alokasi optimum dari 3 jenis unit penangkapan terbaik untuk ikan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan tersebut adalah jaring millenium sebanyak 574 unit, bagan perahu sebanyak 227 unit, dan pancing sebanyak 140 unit. 3) Strategi pengembangan perikanan pelagis di Bangka Selatan dapat

dilakukan dengan pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis melalui pengembangan alat tangkap jaring millenium, pengembangan armada penangkapan berukuran > 20 GT dan penyediaan sarana dan prasarana pendukung kegiatan perikanan.

6.2 Saran

Saran yang dapat disampaikan dari penelitian ini adalah :

1) Untuk memanfaatkan sumberdaya ikan pelagis secara optimal dan berkelanjutan sebaiknya dilakukan dengan menggunakan alat tangkap jaring millenium, bagan perahu dan pancing.

2) Dalam rangka mendukung pengoptimalan pemanfaatan ikan pelagis kecil di Kabupaten Bangka Selatan maka ketersediaan sarana dan prasarana pendukung perikanan tangkap harus segera dipenuhi. Jenis sarana yang menjadi kebutuhan utama antara lain pabrik es, pembangunan dermaga dan stasiun pengisian bahan bakar bagi nelayan (SPBN).

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Bogor: Yayasan Dewi Sri. 97 hlm.

Barnes, R.D. 1987. Invertebrate Zoology. 5th Edition. Philadelphia: Souders Collage Publishing. 866 p.

Buchsbaum, R., M. Buchsbanum, J. Pearse and V. Perase. 1987. Animal without

Backbones. 3rd Edition. Chicago : The University of Chicago Press. 584 p.

Choliq AR, Wirasmita, Sofwan O. 1994. Evaluasi Proyek. Bandung: Pionir Jaya. hlm 33-41.

David, FR. 2004. Manajemen Strategis (Konsep-Konsep). Edisi ke sembilan. Jakarta: Gramedia. 230 hlm.

Departemen Kelautan dan Perikanan. 2006. Statistik Kelautan dan Perikanan Indonesia.

Dinas Kelautan dan Perikanan. 2009. Statistik Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan

Djamin Z. 1984. Perencanaan dan Analisis Proyek. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. 167 hlm.

Effendi, M. I. 2002. Biologi Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama. 163 hlm.

Flores, E. E. C. 1972. Handline Fishing for Squid in The Japan Sea. Japaness Echosounding Research on Squid. FAO. Rome, p 1-6.

Gaffar AK, Fatah K, Rupawan. 2007. Karakteristik Perikanan Tangkap di Estuaria Banyuasin Sumatera Selatan. Prosiding Seminar Nasional Tahunan IV Hasil Penelitian Perikanan. Yogyakarta, 28 Juli. TP-12 1- 11. Yogyakarta. Universitas Yogyakarta. 389 hlm.

Gazperz JP. 1992. Analisis Sistem Terapan Berdasarkan Pendekatan Teknik Industri. Bandung: Tarsito. 669 hlm.

Ghaffar, M.A. 2006. Optimasi pengembangan usaha perikanan mini purse seine di Kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 115 hlm.

Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Alat Tangkap. Diktat kuliah (tidak dipublikasikan). Bogor: Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. 149 hlm.

Haluan, J. 1985. Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan. Pedoman Kuliah Metode Penangkapan Ikan II. Bagian Pertama. Sistem Pendidikan Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdiksat Intim. 55 hlm.

Hamabe, M.1992. Squinting at the Squinds’Life : Breeding Life and Migration of Three Famili of Squid in the Sea of Jepan. Farming Japan Vol. 26-3. Tokyo.

Husnan dan Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. 379 hlm.

Johnson, H. Willis, E.D. Louis, W.C. Elliot, A.C. Thomas. 1997. Principle of Zoology. New York : Holt, Rinehart and Winston Inc.

Kadariah L, Karlina, Clive G. 1978. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta: Lembaga Penerbit Ekonomi Universitas Indonesia. 181 hlm.

Kreuzer, R. 1984. Squid – Seafood Extraordinaire. Infofish 6 (86) :29-32

Laapo, A. 2004. Model ekonomi sumberdaya perikanan tangkap yang berkelanjutan di perairan Kabupaten Morowali [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 142 hlm.

Lee, S.M., L.J. Moore and B.W. Taylor III. 1990. Management Science. Allyn and Bacon, Needham Heights.

Martasuganda, S. 2002. Jaring Insang (Gillnet) : Serial Teknologi Penangkapan Ikan Berwawasan Lingkungan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Ilmu Perikanan dan Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. 68 halaman.

Martasuganda, S. 2003. Bubu (Trap) Bogor : Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 85 halaman.

Merta, I.G.S., S. Nurhakim dan J. Widodo. 1998. Sumberdaya Perikanan Pelagis Kecil diacu dalam Potensi Potensi dan Penyebaran Sumberdaya Ikan Laut di Perairan Indonesia. Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumberdaya Ikan Laut, Jakarta. hlm 89-106.

Murdiyanto B. 2002. Analisis Konflik Antara Nelayan Pancing Rawai dan Jaring Kurau di Perairan Bengkalis Riau. Buletin PSP Vol XI No.2 Hal : 56-64.

Nasendi, B.D. dan A. Anwar. 1985. Program Linier dan Variasinya. Jakarta: Gramedia. 243 hlm.

Rangkuti, F. 2005. Analisis SWOT Teknis Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. 187 hlm.

Ropre, C.F.C., M.J. Sweeney dan C.E. Nauen. 1984. Cephalopod of The World. A anoted and Illustraed Catalogue of Species of Interest to Fisheries. Food and Agricultur Organization Special Catalogue Vol. 3. Synop. Hal 277.

Sadhori, N. 1985. Teknik Penangkapan Ikan. Bandung: Angkasa. 182 hlm.

Saridewi TR. 2006. Analisis Kebijakan Pengembangan Ekonomi Desa Pantai Kabupaten Subang. Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol. 1 No.1 Hal : 77-85.

Soeharto, I. 1999. Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional). Jilid 1. Konsep, Studi Kelayakan dan Jaringan Kerja. Jakarta: Erlangga. 356 hlm.

Subani, W. dan Barus, H. R. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Edisi Khusus Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Jakarta: Balai Penelitian Perikanan Laut, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. 248 hlm.

Suharso, Bambang AN, Asriyanto. 2006. Elastisitas produksi perikanan tangkap Kota Tegal. Jurnal Pasir Laut, Vol.2, No.1, Juli 2006 : Hal : 26-36.

Sullivan, D. 1980. Biologi of Gould’s in Best Srain Studied. Australian Fisheries Vol.39. No. 12.

Supranto, J. 1988. Riset Operasi: Untuk Pengambilan Keputusan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). 407 hlm.

Suyedi, R. 2001. Sumber daya ikan pelagis. Makalah Falsafah Sains. [terhubung berkala]. Makalah Falsafah Sains (PPs 702), Program Pasca Sarjana / S3, InstitutnPertanian Bogor: 6 hlm.

http://tumoutou.net/3_sem1_012/risfan_s.htm [3 Juni 2007].

Syahailatua A. 2006. Perikanan Ikan Terbang di Indonesia : Riset Menuju Pengelolaan. Jurnal Oseana Vol XXXI No. 3. Hal : 21-31.

Taylor III, B.W. 1993. Introduction to Management Science. Allyn and Bacon, Needham Heights.

Yulistyo, Baskoro MS, Monintja DR, Iskandar BH. 2006. Analisis Kebijakan Pengembangan Armada Penangkapan Ikan Berbasis Ketentuan Perikanan yang Bertanggungjawab di Ternate, Maluku Utara. Buletin PSP Vol XV N0.1. Hal : 70-84

Lampiran 1. Analisis finansial unit penangkapan bagan perahu di Kabupaten Bangka Selatan

No Uraian Total

I Investasi

1. Kapal dan perlengkapan bangunan bagan 95.000.000

2. Mesin 15.000.000 3. Mesin Jenset 5.000.000 4. Perlengkapan lampu 2.000.000 5. Alat tangkap 5.000.000 6. Rumon 2.800.000 Jumlah 124.800.00 0 II Penerimaan (A) 1. Musim Puncak 156.000.00 0 2. Musim Sedang 50.000.000 3. Musim Paceklik 12.000.000 Jumlah A 218.000.00 0 III Biaya-biaya a. Biaya Tetap (B)

1. Penyusutan kapal dan kelengkapan bangunan

bagan 6.333.000

2. Penyusutan Mesin 3.000.000

3. Penyusutan Genset 1.000.000

4. Penyusutan Lampu 2.000.000

5. Penyusutan Alat tangkap bagan 1.666.000

6. Penyusutan Rumpon 2.800.000

7. Perawatan Kapal dan bangunan bagan 9.500.000

8. Perawatan Mesin 2.250.000

9. Perawatan Genset 500.000

10. Perawatan Lampu 100.000

11. Perawatan Alat tangkap 500.000

12. Perawatan Rumpon 420.000

Jumlah B 30.069.000

b. Perbekalan (C)

1. BBM dan Pelumas 4.320.000

2. Perbekalan 5.400.000

3. Upah bagi hasil 50 % dari hasil bersih

104.140.00 0 Jumlah C 113.860.00 0 TOTAL BIAYA 143.929.00 0 1. Keuntungan bersih 74.071.000 2. R/C 2,943 3. PP 1,685 4. ROI 0,594 5. BEP 62.944.517

Lampiran 2.Cash flow unit penangkapan bagan perahu di Pulau Pongok Kab. Bangka Selatan 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 A. 1. Penerimaan 0 218.000.000 218.000.000 218.000.000 218.000.000 218.000.000 218.000.000 218.000.000 218.000.000 218.000.000 218.000.000 2. Nilai Sisa 0 - Total Inflow 0 218.000.000 218.000.000 218.000.000 218.000.000 218.000.000 218.000.000 218.000.000 218.000.000 218.000.000 218.000.000 B. B.1.

1. Kapal dan perlengkapan bangunan bagan 95.000.000

2. Mesin 15.000.000 15.000.000 - 3. Mesin Jenset 5.000.000 5.000.000 - 5.000.000 - 5.000.000 4. Perlengkapan lampu 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 5. Alat tangkap 5.000.000 5.000.000 5.000.000 6. Rumon 2.800.000 2.800.000 2.800.000 2.800.000 2.800.000 Total Investai 124.800.000 2.800.000 7.000.000 7.800.000 - 5.000.000 7.800.000 2.000.000 5.000.000 B.2.

1. Perawatan Kapal dan bangunan bagan 9.500.000 9.975.000 10.474.000 10.998.000 11.548.000 12.125.000 12.731.000 13.368.000 14.036.000 14.738.000 2. Perawatan Mesin 2.250.000 2.362.000 2.480.000 2.604.000 2.734.000 2.250.000 2.362.000 2.480.000 2.604.000 2.734.000 3. Perawatan Genset 500.000 525.000 551.000 500.000 525.000 551.000 500.000 525.000 551.000 500.000 4. Perawatan Lampu 100.000 120.000 100.000 120.000 100.000 120.000 100.000 120.000 100.000 120.000 5. Perawatan Alat tangkap 500.000 525.000 550.000 500.000 525.000 550.000 500.000 525.000 550.000 500.000 6. Perawatan Rumpon 420.000 420.000 420.000 420.000 420.000 420.000 420.000 420.000 420.000 420.000

Tota Biaya Tetap 13.270.000 13.927.000 14.575.000 15.142.000 15.852.000 16.016.000 16.613.000 17.438.000 18.261.000 19.012.000

B.3.

1. BBM dan Pelumas 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 2. Perbekalan 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 3. Upah bagi hasil 50 % dari hasil bersih 104.140.000 104.140.000 104.140.000 104.140.000 104.140.000 104.140.000 104.140.000 104.140.000 104.140.000 104.140.000

Tota Biaya Variabel 113.860.000 113.860.000 113.860.000 113.860.000 113.860.000 113.860.000 113.860.000 113.860.000 113.860.000 113.860.000

Total Outflow 124.800.000 127.130.000 130.587.000 135.435.000 136.802.000 129.712.000 134.876.000 130.473.000 139.098.000 134.121.000 137.872.000 C. NET BENEFIT -124.800.000 90.870.000 87.413.000 82.565.000 81.198.000 88.288.000 83.124.000 87.527.000 78.902.000 83.879.000 80.128.000 D. DF (r=16%) 1 0,885 0,783 0,693 0,613 0,543 0,480 0,425 0,376 0,333 0,295 E. PRESENT VALUE -124.800.000,00 80.415.929 68.457.201 57.221.687 49.800.254 47.919.189 39.925.997 37.204.283 29.679.765 27.922.047 23.604.775 F. NPV 337.351.127,91 G. IRR 69,69 H. Net B/C 3,7031 Biaya Tetap Biaya Variabel No Uraian Periode INFLOW OUTFLOW

Lampiran 3. Analisis finansial unit penangkapan bagan tancap di Kabupaten Bangka Selatan

No Uraian Total

I Investasi

1. Bangunan bagan dan kelengkapannya 6.000.000

2. Genset dan kelengkapannya 1.000.000

Jumlah 7.000.000 II Penerimaan (A) 1. Musim Puncak 15.937.50 0 2. Musim Sedang 8.500.000 3. Musim Paceklik 2.040.000 Jumlah A 24.437.50 0 III Biaya-Biaya a. Biaya Tetap

1. Penyusutan Bagan dan kelengkapannya 3.000.000

2. Penyusutan Genset dan kelengkapannya 1.300.000

3. Perawatan bagan dan kelengkapannya 600.000

4. Perawatan Genset dan kelengkapannya 100.000

Jumlah B 5.000.000

b. Biaya Variabel

1. Bensin 9.072.000

2. Perbekalan Melaut 2.860.000

3. Ongkos Ojek kapal 4.887.500

16.819.50

0 Total Biaya D= (B+C) 21.819.50

0

1 TOTAL (KEUNTUNGAN BERSIH PER

TAHUN) 2.618.000

2 R/C 9,3

3 PP 2,674

Lampiran 4.Cash flow unit penangkapan bagan tancap di Pulau Bangka Kab. Bangka Selatan No Uraian Periode 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 A. INFLOW Penerimaan 0 24.437.500 24.437.500 24.437.500 24.437.500 24.437.500 24.437.500 24.437.500 24.437.500 24.437.500 24.437.500 Nilai Sisa 0 Total Inflow 0 24.437.500 24.437.500 24.437.500 24.437.500 24.437.500 24.437.500 24.437.500 24.437.500 24.437.500 24.437.500 B. OUTFLOW

B.1. INVESTASI & REPLACEMENT

1. Bangunan bagan dan kelengkapannya 6.000.000 6.000.000 - 6.000.000 6.000.000

2. Genset dan kelengkapannya 1.000.000 1.000.000 1.000.000

Total Investai 7.000.000 - 6.000.000 1.000.000 - - 1.000.000 6.000.000 -

B.2. Biaya Tetap

1. Perawatan bagan dan kelengkapannya 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 2. Perawatan Genset dan kelengkapannya 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000

Tota Biaya Tetap 700.000 700.000 700.000 700.000 700.000 700.000 700.000 700.000 700.000 700.000

B.3. Biaya Variabel

1. Bensin 9.072.000 9.162.000 9.072.000 9.162.000 9.072.000 9.162.000 9.072.000 9.162.000 9.072.000 9.162.000

2. Perbekalan Melaut 2.860.000 2.860.000 2.860.000 2.860.000 2.860.000 2.860.000 2.860.000 2.860.000 2.860.000 2.860.000 3. Ongkos Ojek kapal 4.887.500 5.131.875 5.388.469 5.657.892 5.940.787 6.237.826 6.549.717 6.877.203 7.221.063 7.582.117

Tota Biaya Variabel 16.819.500 17.153.875 17.320.469 17.679.892 17.872.787 18.259.826 18.481.717 18.899.203 19.153.063 19.604.117 Total Outflow 7.000.000 17.519.500 17.853.875 24.020.469 19.379.892 18.572.787 18.959.826 19.181.717 20.599.203 25.853.063 20.304.117 C. NET BENEFIT -7.000.000 6.918.000 6.583.625 417.031 5.057.608 5.864.713 5.477.674 5.255.783 3.838.297 (1.415.563) 4.133.383 D. DF (r=16%) 1 0,885 0,783 0,693 0,613 0,543 0,480 0,425 0,376 0,333 0,295 E. PRESENT VALUE -7.000.000,00 6.122.124 5.155.944 289.024 3.101.926 3.183.131 2.631.028 2.234.026 1.443.813 (471.220) 1.217.647 F. NPV 17.907.443,17 G. IRR 80,34 H. Net B/C 3,5582

Lampiran 5. Analisis jaring kembung (drift gillnet) di Kabupaten Bangka Selatan N o Uraian Total I Investasi 1. Kapal 30.000.000 2. Mesin 5.000.000

3. Genset dan kelengkapan lampu 1.500.000

4. Alat tangkap 30.000.000

Jumlah 66.500.000

II Penerimaan

Penerimaan rata-rata 84.000.000

Jumlah A 84.000.000

III Biaya – Biaya

a. Biaya Tetap (B)

1. Penyusutan kapal 3.000.000

2. Penyusutan Mesin 857.000

3. Penyusutan Genset dan kelengkapan lampu 300.000

4. Penyusutan Alat tangkap 6.000.000

5. Perawatan Kapal 3.000.000

6. Perawatan Mesin 500.000

7. Perawatan Genset dan lampu 150.000

8. Perawatan Alat tangkap 3.000.000

Jumlah B 16.807.000 b. Perbekalan (C) 1. BBM dan Pelumas 7.560.000 2. Bensin 1.890.000 3. Es 15.750.000 4. Perbekalan 16.800.000

5. Bagi Hasil 40% dari hasil besih 16.800.000 Jumlah C 58.800.000 Jumlah Biaya 75.607.000 1 Keuntungan bersih 8.393.000 2 R/C 1,111 3 PP 7,923 4 ROI 0,126 5 BEP 56.023.333

Lampiran 6. Cash flow jaring kembung (drift gillnet) di Kabupaten Bangka Selatan 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 A. Penerimaan 0 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 Nilai Sisa 0 - Total Inflow 0 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 B. 590.000 400.000 9.300.000 2.100.000 1.230.000 B.1. Kapal 30.000.000 Mesin 5.000.000 5.000.000

Genset dan kelengkapan lampu 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000

Alat tangkap 30.000.000 30.000.000

Total Investai 66.500.000 - 1.500.000 - - - 5.000.000 1.500.000 -

B.2.

Peraw atan Kapal 3.000.000 3.150.000 3.307.000 3.473.000 3.647.000 3.829.000 4.021.000 4.222.000 4.433.000 4.654.000

Dokumen terkait