• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V STRUKTUR NAFKAH DAN KERAGAMAN PENDAPATAN

5.3 Alokasi Waktu Pekerja Batik Tulis

Pekerja batik tulis baik pada industri kecil maupun industri besar memiliki tanggungjawab besar dalam pekerjaan domestik maupun publik. Kaum perempuan tidak terlepas pada peranannya sebagai ibu rumahtangga dan pekerja

86

industri batik. Mereka dihadapkan pada dua pilihan antara harus bekerja mengerjakan pekerjaan rumah atau pekerjaan di industri batik, maka mereka lebih mengutamakan penyelesaian pekerjaan di rumah sebelum berangkat untuk bekerja di industri batik. Pekerjaan di industri batik di sini merupakan pekerjaan produktif (kegiatan produktif), sedangkan pekerjaan rumahtangga dan di luar pekerjaan industri disebut pekerjaan reproduktif (kegiatan reproduktif). Pembagian waktu ini berdasarkan alokasi waktu dalam satu hari. Responden akan melakukan aktivitas mencari nafkahnya setelah mereka sudah mampu menyelesaikan semua pekerjaan rumah, seperti: mengurus anak dan suami. Akan tetapi, tidak semua responden dalam penelitian ini adalah berstatus sebagai isteri/sudah menikah, terdapat pula yang masih berstatus sebagai anak (rata-rata usia di atas 20 tahun), sehingga seorang anak sebelum berangkat bekerja ke kota, mereka bertugas membantu ibu dalam pekerjaan rumahtangga, seperti memasak, mencuci atau mengurus adik- adik mereka. Proses ini berulang terus-menerus dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Hal ini dikarenakan jam kerja responden yang lebih besar dalam aktivitas mencari nafkah. Lama waktu yang dicurahkan dalam bekerja merupakan faktor untuk dapat meningkatkan pendapatan pekerja batik tulis yang bekerja di industri kecil maupun industri besar. Dengan catatan apabila pekerja batik tulis memiliki waktu di luar pekerjaan utamanya, seperti lembur membatik di malam hari dan memiliki pekerjaan sampingan di luar industri batik. Hal ini dikarenakan semakin banyak alokasi waktu yang digunakan dalam suatu pekerjaan maka dari segi pendapatan yang akan diperoleh juga akan semakin banyak. Alokasi waktu kerja pada industri kecil maupun industri besar dihitung secara rata-rata per hari baik pada kegiatan produktif maupun kegiatan reproduktif. Pada Gambar 22, ditunjukkan rata-rata alokasi waktu kerja responden pada industri kecil maupun industri besar dalam jam/hari yang bervariasi.

Keterangan:

npekerja batik industri kecil : 35

npekerja batik industri besar : 35

*) responden yang memiliki kerja sampingan: membuat bordir taplak meja dan dagang sarapan

Gambar 21. Rata-Rata Alokasi Waktu Kerja Responden pada Industri Kecil (Jam/Hari)

Keterangan:

npekerja batik industri kecil : 35

npekerja batik industri besar : 35

*) responden yang memiliki kerja sampingan: membuat bordir taplak meja dan dagang sarapan

Uji Statistik Chi-Square, P-value = 0,9215 (Tidak Berbeda Nyata)

Gambar 22. Rata-Rata Alokasi Waktu Kerja Responden pada Industri Besar (Jam/Hari) 7,00 2,88 1,50 0,93 0,86 0,63 0,26 6,83 2,03 0,50 0,59 12,62 Industri Kecil Membatik Lembur batik Kerja sampingan*) Mencuci Memasak Mengurus anak Bermain Tidur Kegiatan Produktif KegiatanReproduktif 7,00 3,00 2,00 1,11 1,06 0,57 0,29 6,91 1,06 0,75 0,37 12,12

Industri Besar

Membatik Lembur batik Kerja sampingan*) Mencuci Memasak Mengurus anak Bermain Tidur Mengobrol Belanja Lainnya Kegiatan Produktif Kegiatan Reproduktif

88

Berdasarkan data pada Gambar 22 dan 23 di atas, menunjukkan bahwa rata- rata alokasi waktu kerja responden tidak terdapat perbedaan baik di industri kecil maupun industri besar. Alokasi waktu yang digunakan hampir sama untuk kegiatan dalam satu harinya. Melalui uji statistik chi-square sebesar P-value = 0,9215 (> 10%), yang artinya bahwa tidak berbeda nyata dan sesuai dengan hipotesis penelitian yaitu menolak H1. Hal tersebut dikarenakan dalam sehari

selama 24 jam, responden pada industri kecil maupun industri besar sama-sama mengalokasikan waktu kerjanya untuk kegiatan produktif dan reproduktif. Tidak terdapat perbedaan alokasi waktu pekerja batik tulis antara industri kecil dan industri. Maksud dari kegiatan produktif ini adalah kegaitan publik atau aktivitas dalam mencari nafkah yang terdiri dari: aktivitas membatik, lembur membatik dan aktivitas pekerjaan sampingan yang dimiliki responden. Sedangkan kegiatan reproduktif adalah kegiatan domestik atau pekerjaan rumahtangga (di luar dari pekerjaan di industri) yang terdiri dari: aktivitas memasak, mencuci, mengurus anak, bermain, tidur, mengobrol dan belanja. Aktivitas-aktivitas tersebut yang diperoleh dari 70 responden penelitian. Untuk aktivitas lainnya, misalnya: menonton televisi, mengikuti pengajian di masjid dan bersih-bersih rumah.

Responden yang bekerja di industri kecil maupun industri besar, alokasi waktu dalam sehari untuk aktivitas mencari nafkah paling besar adalah aktivitas membatik yaitu selama 7.00 jam/hari. Sedangkan pada industri kecil aktivitas lembur dan pekerjaan sampingan dilakukan selama 2.88 jam/hari dan 1.50 jam/hari. Tidak berbeda jauh pada industri besar, aktivitas lembur dan pekerjaan sampingan rata-rata alokasi waktunya juga hampir sama. Sementara itu, kegiatan reproduktif responden paling besar dialokasikan untuk tidur dan untuk kegiatan lainnya dilakukan pada aktivitas yang belum disebutkan pada gambar di atas. Denga demikian, bagi responden pada industri kecil maupun industri besar waktu dalam sehari selama hampir 24 jam digunakan untuk segala macam aktivitas yang sudah menjadi rutinitas mereka. Khusus untuk kegiatan reproduktif, aktivitas dan alokasi waktu yang digunakan bisa berubah-ubah sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi oleh responden. Pemberian pekerjaan pada pekerja batik tulis tetap mengacu pada struktur sosial yang berlaku. Hal ini tercermin pada penerimaan buruh/pekerja yang mempertimbangkan bakat keterampilan dan

kemampuan fisik yang akan berpengaruh pada pemberian upah. Pada Gambar 24, ditunjukkan rata-rata tingkat produktivitas pekerja batik tulis (Rp/Jam) pada industri kecil dan industri besar.

Keterangan:

npekerja batik industri kecil : 35

npekerja batik industri besar : 35

Gambar 23. Rata-Rata Tingkat Produktivitas Responden pada Industri Kecil dan Industri Besar

Berdasarkan data pada Gambar 24 di atas, dapat dilihat perbandingan rata- rata tingkat produktivitas responden pada industri kecil dan industri besar. Hasil dari tingkat produktivitas ini diperoleh dari pendapatan responden per hari dibagi dengan alokasi waktu responden selama sehari. Hasil pada industri kecil, rata-rata tingkat produktivitasnya adalah Rp 1.533,00/jam. Sedangkan pada industri besar diperoleh rata-rata tingkat produktivitasnya adalah Rp 1.963,00/jam. Data tersebut menunjukkan bahwa pada industri besar lebih tinggi dibanding pada industri kecil. Dengan demikian, responden yang bekerja pada industri besar dapat dikatakan lebih produktif dalam pekerjaannya. Untuk meningkatkan produktivitas pekerja maka diperlukan etos kerja yang tinggi. Pada industri besar, responden lebih besar mengalokasikan waktunya pada kegiatan produktif. Hal ni dikarenakan responden pada industri besar lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja lembur membatik dan untuk pekerjaan sampingan. Selian itu, upah yang diberikan oleh pengusaha industri besar berpengaruh untuk meningkatkan produktivitas kerja responden. Semakin besar upah yang diberikan, semakin

1.533 1.963 0 500 1.000 1.500 2.000 2.500

Industri Kecil Industri Besar

Ra ta -Ra ta P ro du k tiv it a s (Rp)

90

tinggi pula kinerja membatik dan motivasi membatik yang berpengaruh pada alokasi kerja responden dalam sehari.

5.4 Ikhtisar

Industri batik di Kota Pekalongan membawa perubahan bagi kehidupan ekonomi rumahtangga pekerja batik tulis, baik yang bekerja pada industri kecil maupun industri besar. Hal ini dapat dilihat dari struktur nafkah rumahtangga pekerja batik tulis yang terdiri dari: besarnya pendapatan yang diperoleh dalam membatik, ragam sumber pendapatan rumahtangga, pola nafkah ganda pekerja batik, persepsi kontribusi pendapatan rumahtangga, pengaruh keterampilan dalam membatik, persepsi kesempatan kerja, struktur pengeluaran rumahtangga dan alokasi waktu yang digunakan pekerja batik tulis. Data pada tabel 7 merangkum kondisi ekonomi pada struktur nafkah yang diterima oleh rumahtangga pekerja batik tulis selama kurun waktu lima tahun (2006-2011).

Tabel 7. Struktur Nafkah Rumahtangga Pekerja Batik Tulis pada Industri Kecil dan Industri Besar Kota Pekalongan, Tahun 2011

No. Kondisi Ekonomi Industri Kecil Industri Besar

1. Tingkat pendapatan rumahtangga

Sedang Tinggi

2. Persepsi Pendapatan membatik

Sama saja (belum bisa memenuhi kebutuhan)

Sama saja (bisa memenuhi kebutuhan) 3. Pola nafkah ganda

rumahtangga

Besar Besar

4. Upah harian membatik Kecil Sedang 5. Kontribusi pendapatan

membatik

Besar Besar

6. Persepsi kesempatan kerja di luar industri batik

Kecil Kecil

7. Pengaruh keterampilan terhadap jam lembur

Kecil Besar 8. Struktur pengeluaran rumahtangga Sedang Sedang 9. Kemampuan saving rumahtangga Sedang Sedang

10. Alokasi waktu kerja responden

Besar Besar

Berdasarkan tabel 7 di atas, terlihat bahwa struktur pendapatan rumahtangga pekerja batik pada industri kecil berada pada kategori sedang, karena rata-rata rumahtangga pekerja batik tulis selama satu tahun terakhir memperoleh pendapatan antara Rp 10.612.686,00 sampai Rp 18.299.770,00. Sedangkan rata- rata pendapatan rumahtangga pekerja batik tulis pada industri besar adalah lebih dari Rp 18.299.770,00 atau berada pada kategori tinggi. Berdasarkan hipotesis penelitian membuktikan bahwa menolak H1, yang artinya tidak terdapat

berbedaan struktur nafkah rumahtangga pekerja batik tulis pada industri kecil maupun industri besar. Rumahtangga pekerja batik tulis pada kedua tipe industri tersebut yang memiliki peran penting dalam nafkah rumahtangga adalah suami (kontribusi besar). Walaupun upah membatik dikatakan kecil sehingga peran suami dan anak terlibat dalam aktivitas nafkah. Rata-rata tingkat upah yang diperoleh responden adalah sebesar Rp 15.000,00 pada industri kecil dan sebesar Rp 19.000,00 pada indsutri besar. Persepsi pendapatan membatik dibandingkan lima tahun yang lalu pada industri kecil dan industri besar tidak berbeda nyata antara keduanya. Responden yang bekerja pada industri kecil menyatakan, pada saat ini belum bisa memenuhi kebutuhan keluarga dengan pendapatan yang sedikit, dikarenakan kebutuhan untuk rumahtangga sekarang serba mahal. Sedangkan pada industri besar sama saja, tetapi sudah dapat mencukupi kebutuhan rumahtangganya. Pendapatan suami jauh lebih besar dari pendapatan isteri (pekerja batik). Hanya terdapat empat responden saja dari total 70 responden yang memiliki pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilan rumahtangga. Hal ini dikarenakan, membatik merupakan pekerjaan utama bagi para pekerja batik dan minimnya tingkat keterampilan yang dimiliki, sehingga kesempatan kerja di luar industri batik dikatakan kecil.

Aktivitas lembur yang dilakukan pekerja batik berbeda nyata pada industri besar dibandingkan industri kecil. Hal ini dikarenakan pada industri besar banyak mendapatkan pesanan sehingga pekerjanya dituntut untuk bekerja lembur. Dari pekerjaan lembur tersebut, para pekerja batik mendapatkan upah dari lembur untuk menambah pendapatan mereka. Akan tetapi, alokasi waktu yang dibutuhkan menjadi lebih banyak. Tidak terdapat perbedaan alokasi waktu kerja pekerja batik pada industri kecil maupun industri besar, dimana alokasi waktu untukkegiatan

92

produktif dan reproduktif yang dilakukan sama. Selain itu, struktur pengeluaran rumahtangga pekerja batik juga tidak terdapat perbedaan antara pekerja di industri kecil maupun industri besar, pengeluaran kebutuhan yang paling besar adalah pada kebutuhan primer. Terdapat tingkat saving rumahtangga, akan tetapi pendapatan tersebut digunakan untuk pengeluaran-pengeluaran yang tidak terduga dan responden mencoba menutup-nutupi kebutuhan mereka.