• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KUALITAS KEHIDUPAN SOSIAL PEKERJA BATIK TULIS

6.4 Tingkat Mobilitas Sosial

Pekerjaan di sektor industri batik sering dipandang lebih halus dan tidak kasar dibandingkan pekerjaan di luar sektor industri batik, seperti: buruh tani, tukang sapu DKP, tukang ojek dan nelayan. Hal ini dikarenakan responden bekerja membatik di dalam ruangan yang tidak terkena sinar matahari yang menyengat atau di dalam rumah bagi pekerja industri kecil dan di dalam pabrik bagi pekerja industri besar. Pekerjaan responden hanya dilakukan dengan diam di tempat duduk sambil memegang canting dengan memberi lilin di atas kain mori, sehingga pekerjaan tersebut dianggap bukan pekerjaan yang kasar. Selain itu, sektor industri batik menjadi sektor yang paling dominan di Kota Pekalongan dibanding sektor-sektor lainnya. Pada tahun 2011, sektor pertanian sudah mulai mengalami penurunan dikarenakan lahan pertanian beralih fungsi untuk pembangun perumahan-perumahan, faktor cuaca yang ekstrim dan tidak menentu mengakibatkan kenaikan harga pupuk dan terjadi penggenangan lahan pertanian oleh air laut sehingga merusak tanaman padi (padi menjadi mati). Akibat terbatasnya pekerjaan di sektor pertanian, peluang terbesar dalam memperoleh pekerjaan adalah di sektor industri batik. Dapat dikatakan pekerjaan sebagai

pekerja batik merupakan pekerjaan utama responden. Walaupun demikian, pekerjaan membatik tetap menjadi perhatian mengenai kecilnya upah yang diperoleh masing-masing responden. Pada Gambar 31, ditunjukkan persentase peluang status sosial responden.

Keterangan:

npekerja batik industri kecil : 35

npekerja batik industri besar : 35

Uji Statistik Chi-Square, Chi-Sq = 18.651, DF = 1, P-Value = 0.000 (Berbeda Nyata)

Gambar 30. Persentase Responden Menurut Peluang Peningkatan Status Sosial pada Industri Kecil dan Industri Besar

Berdasarkan data pada Gambar 31 di atas, menunjukkan persentase peluang dalam meningkatkan status sosial responden berbeda nyata antara responden pada industri kecil dibandingkan dengan industri besar. Melalui uji statistik chi- square sebesar P-Value = 0.000 (< 10%) sesuai dengan hipotesis penelitian yaitu menerima H1. Responden pada industri kecil dan industri besar mengatakan tidak

memiliki peluang untuk meningkatkan status sosial mereka, yaitu sebanyak 31 responden (88,57%) pada industri kecil dan sebanyak 28 responden (80,00%) pada industri besar. Hal ini dikarenakan bekerja pada industri batik hanya mendapatkan upah yang kecil untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga. Responden pada industri kecil dan industri besar meyakini bahwa upah yang diperoleh dari tahun ke tahun belum mengalami peningkatan yang nyata. Sebenarnya, keinginan mereka adalah dapat diberikan upah yang lebih baik sesuai dengan kinerja dan kualitas mereka dalam membatik. Disesuaikan dengan jam kerja yang sangat lama dan ditambah dengan jam lembur membatik di malam hari. Sangat memprihatinkan kondisi pekerja batik tulis tersebut. Selain itu, faktor

11,43 20,00 88,57 80,00 0 20 40 60 80 100

Industri Kecil Industri Besar

P er sent a se Respo nd en (%) Ya Tidak

112

tingkat pendidikan yang sangat rendah (tidak sekolah dan tamat SD) juga sangat berpengaruh pada kehidupan sosial responden dalam memperoleh pekerjaan.

Dengan keterbatasan keterampilan dan pengetahuan menyebabkan responden terpaksa menggantungkan hidupnya pada pekerjaan membatik sesuai dengan keterampilan yang mereka miliki. Sebagian besar responden yang bekerja di industri kecil dan industri besar adalah perempuan pedesaan dengan status keluarga yang tidak berkecukupan. Kecilnya pendapatan responden menyebabkan pekerja batik tidak memiliki kekuasaan secara ekonomi, sehingga dapat dikatakan status sosial mereka rendah. Walaupun terdapat beberapa responden saja yang memiliki pekerjaan sampingan tidak menjadi jaminan untuk mereka dapat hidup lebih baik dan lebih makmur, cukup untuk tambahan kebutuhan rumahtangga. Mereka terpaksa mengkombinasikan sejumlah kegiatan ekonomi dan bekerja lebih lama dengan upah yang rendah. Pekerjaan membatik dianggap mereka merupakan “berkah” karena bermodalkan keterampilan membatik menjadikan mereka memiliki pekerjaan tetap di Kota. Pekerja batik tulis akan tetap menjadi pekerja batik tulis, posisi kelompok tersebut tidak akan pernah berpindah pada jenis pekerjaan atau bidang batik yang lain, disesuaikan dengan pembagian kerja dan keterampilan masing-masing. Pekerja batik tulis sangat identik dengan kaum perempuan. Mereka meyakini bahwa pekerjaan tersebut sangat meyenangkan dan merupakan pekerjaan yang cocok bagi mereka. Tidak memungkinkan bagi mereka untuk pindah atau keluar dari industri batik.

Berdasarkan data mengenai kondisi tempat tinggal dan status kepemlikian peralatan rumahtangga responden, menggambarkan keadaan yang sangat sederhana dan bukan termasuk seseorang yang dipandang lebih terhormat di dalam masyarakatnya. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa responden pada industri kecil dan industri besar tidak mengalami gerak sosial menuju strata yang lebih tinggi dan tidak terjadi perubahan standar hidup. Dengan demikian bentuk mobilitas yang terjadi adalah “mobilitas horisontal” yaitu gerak sosial pekerja batik tulis tidak mengalami perubahan dan pengaruh sosial terhadap status sosialnya.

Ketidakinginan responden untuk berpindah ke pekerjaan lain di luar sektor industri batik dikarenakan kepuasan dan kesetian mereka dalam pekerjaan

membatik. Pekerjaan membatik bagi mereka diibaratkan seperti “nafas” yang artinya responden mampu bertahan hidup pada pekerjaan tersebut dan memberikan kepuasan secara lahir dan batin. Pekerjaan membatik memanglah tidak mudah, membutuhan ketelatenan dan kesabaran yang tinggi. Kesulitan tersebut hanya dialami saat awal belajar membatik, selanjutnya membatik bagi pekerja yang sudah berpengalaman (profesional) merupakan pekerjaan yang mudah dan menyenangkan. Pekerjaan membatikpun dijadikan hobbi baru bagi responden. Bagaimana tidak, belajar membatik sudah diajarkan pada waktu masih kecil sampai sekarang sudah menikah dan sudah nenek-nenek. Terdapat beberapa pengalaman yang dialami responden selama bekerja di industri batik.

Saya puas bekerja di industri batik, dari kecil saya sudah belajar membatik sampai sekarang ibu sudah lama bekerja di batik. Pengalaman saya sudah cukup banyak sehingga saya betah bekerja membatik karena saya bisanya hanya membatik. Saya tidak ingin pindah-pindah ke luar industri batik

(Ibu Mzm; pekerja batik industri besar, 45 tahun).

Saya sudah tua tidak ingin berpindah-pindah pekerjaan lagi, walaupun upah membatik kecil sehari hanya dapat Rp 10.000,00. Tetapi saya sudah betah dan hobbi membatik. Selain itu, saya berangkat ke tempat kerja jalan kaki karena dekat dari rumah saya (Ibu Rbd; pekerja batik industri kecil, 50 tahun).

Berdasarkan kasus Ibu Mzm dan Ibu Rbd di atas, mengatakan bahwa beliau merasakan kepuasan bekerja di sektor industri batik karena sudah dari kecil bekerja membatik sampai sekarang. Faktor umur menjadi alasan untuk tidak berpindah ke pekerjaan yang lain dan keterbatasan keterampilan. Semakin tua atau semakin lama waktu responden bekerja, maka semakin terpuaskan untuk menetap pada industri batik. Walaupun upah yang diberikan kecil, asalkan dapat bekerja untuk mencukupi kebutuhan rumahtangga dan tidak menggantungkan pendapatan suami saja. Kaum perempuan memiliki kemampuan untuk mandiri mencari nafkah dan terlepas dari kontrol para suami.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa responden yang bekerja pada industri kecil maupun industri besar tidak mampu untuk ke luar dari sektor industri batik. Hal ini dikarenakan kepuasan untuk menetap di industri batik dan keterbatasan akses untuk berpindah ke sektor yang modern. Sikap “pasrah” dan “nrimo” yang terdapat pada masing-masing responden mampu menjadikan kekuatan besar untuk bertahan hidup dan sebagai penopang kehidupan mereka.

114

Meskipun faktor kemiskinan menjadi belenggu dan belum dapat terlepas dari kehidupan pekerja batik tulis.

6.5Ikhtisar

Industri batik di Kota Pekalongan memberikan peluang besar masyarakat Kota Pekalongan baik yang tinggal di pedesaan maupun perkotaan. Kehidupan sosial para pekerja batik yang bekerja pada industri kecil maupun industri besar ditentukan dari tingkat kepuasan kerja dalam membatik, keadaan tempat tinggal, status kepemilikan peralatan rumahtangga dan mobilitas sosial pekerja batik tulis tradisional. Penjelasan pada Bab V1 di atas, terangkum dalam tabel 8 di bawah ini.

Tabel 8. Kualitas Kehidupan Sosial Pekerja Batik Tulis Tradisional pada Industri Kecil dan Industri Besar Kota Pekalongan, Tahun 2011

Aspek Penelitian Industri Kecil Industri Besar

Kepuasan pekerja batik terhadap upah

Kurang puas Puas Kepuasan pekerja batik

terhadap jaminan sosial dan kesehatan

Tidak puas Puas

Kepuasaan pekerja batik terhadap fasilitas kerja

Puas Puas

Kepuasan pekerja batik terhadap kedisiplinan kerja

Puas Puas

Kepuasan pekerja batik terhadap aturan/sanksi

Cukup puas Puas Kepuasan pekerja batik pada

pekerjaan di sektor industri batik

Puas Puas

Tingkat stres pekerja batik dalam pekerjaan membatik

Netral Netral

Kondisi fisik tempat tinggal Sama saja (tidak ada perubahan), cukup layak

Sama saja (tidak ada perubahan), cukup layak Status tempat tinggal Pribadi Pribadi

Jumlah kepemilikan peralatan elektronik dan kendaraan rumahtangga

Sedikit Banyak

Peluang peningkatan status sosial pekerja batik

Rendah Rendah

Keinginan untuk menetap di sektor industri batik

Berdasarkan tabel 8 di atas, terlihat bahwa tingkat kepuasan pekerja batik terhadap upah pada industri kecil berbeda dengan industri besar. Dengan kata lain, sesuai hipotesis penelitian membuktikan bahwa tingkat kepuasan pekerja batik menerima H1, yang artinya terdapat beda nyata tingkat kepuasan kerja

responden pada industri kecil maupun industri besar. Tingkat kepuasan ini diantaranya adalah kepuasan terhadap upah, kepuasan terhadap jaminan sosial dan kesehatan, kepuasan terhadap fasilitas kerja, kepuasan terhadap kedisiplinan kerja dan kepuasan terhadap aturan/sanksi pada industri kecil dan industri besar. Pada industri kecil, responden yang menyatakan kepuasan terhadap upah rendah dikarenakan jumlah upah harian membatik yang diperoleh sangat sedikit dan tidak sesuai dengan harapan dan hasil dari membatik yang membutuhkan waktu yang lama. Selain itu, kepuasan terhadap jaminan sosial dan kesehatan juga rendah dikarenakan pekerja batik menyatakan kurang adanya perhatian terhadap bantuan sosial dan kesehatan yang diberikan pengusaha pada industri kecil. Mereka sangat berharap adanya bantuan untuk mengurangi beban mereka. Sementara itu, kepuasan terhadap fasilitas kerja yang diberikan hampir seluruh responden baik industri kecil maupun industri besar menyatakan puas, akan tetapi responden pada industri besar lebih banyak yang menyatakan puas, sehingga pada industri besar kepuasan terhadap fasilitas kerja tergolong tinggi. Pada industri besar, terdapat peraturan-peraturan pada perusahaan yang harus ditaati oleh seluruh responden, seperti: peraturan jadwal masuk dan peraturan selama bekerja membatik. pada industri besar tergolong lebih tinggi, yang artinya banyak yang menyatakan puas terhadap aturan/sanksi yang berlaku.

Berdasarkan hipotesis penelitian pada tingkat stres kerja membuktikan bahwa hipotesis tersebut menerima H0, yang artinya bahwa tidak terdapat beda

nyata tingkat stres kerja pekerja batik yang bekerja di industri kecil maupun industri besar. Responden pada kedua industri tersebut, menyatakan stres kerja yang netral (sedang), karena faktor dari durasi jam kerja, rasa capek dalam membatik dan usia yang sudah tua. Sedangkan pada ragam pekerjaan responden bagi (pekerjaan sampingan) dikatakan memiliki tingkat stres yang tinggi. Kondisi fisik tempat tinggal responden pada industri kecil dan industri besar menyatakan tidak ada perubahan dibandingkan lima tahun yang lalu, baik belum atau sudah

116

bekerja di industri batik. keadannya masih masa, tidak lebih baik atau tidak lebih buruk. Kondisi dinding dan alas tempat tinggal pekerja batik cukup layak untuk menampung seruluh anggota rumahtangga. Status tempat tinggal tersebut merupakan milik pribadi. Pada responden yang bekerja di industri besar, jumlah peralatan elektronik dan kendaraan lebih banyak dibanding responden di industri kecil. Hal ini tidak terlepas dari peran suami, dimana pendapatan yang diperoleh juga berkontribusi dalam kepemilikan peralatan rumahtangga.

Peluang peningkatan status sosial menunjukkan perbedaan antara responden pada industri kecil maupun industri besar. Sesuai dengan hipotesis penelitian membuktikan bahwa menerima H1. Responden yang bekerja pada industri kecil

maupun industri besar mengatakan tidak memiliki peluang untuk meningkatkan status sosial mereka. Kecilnya pendapatan responden menyebabkan pekerja batik tidak memiliki kekuasaan secara ekonomi, sehingga dapat dikatakan status sosial mereka rendah. Walaupun terdapat beberapa responden saja yang memiliki pekerjaan sampingan tidak menjadi jaminan untuk mereka dapat hidup lebih baik dan lebih makmur, cukup untuk tambahan kebutuhan rumahtangga. Bentuk mobilitas yang terjadi adalah “mobilitas horisontal”. Dengan demikan, adanya industri batik di Kota Pekalongan menentukan sistem penghidupan mereka dalam kehidupan sosial pekerja batik, sehingga besar keinginan mereka untuk menetap di sektor industri batik dan memilih bertahan hidup dari nafkah membatik.