• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV NILAI-NILAI MORAL DALAM CERITA RAKYAT KUBAH

4.1 Unsur-Unsur Intrinsik Cerita Rakyat Kubah Terbang

4.1.3 Alur/Plot

Alur merupakan rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita (Aminuddin, 2000:83).

Menurut Tarigan (1984:126) suatu fiksi haruslah bergerak dari suatu permulaan (beginning) melalui suatu pertengahan (middle) menuju suatu akhir (ending), yang dalam dunia sastra lebih dikenal sebagai eksposisi, komplikasi, dan resolusi.

Brooks dan Warren (dalam Tarigan, 1984:127) mengatakan bahwa eksposisi adalah proses penggarapan serta memerkenalkan informasi penting kepada pembaca. Komplikasi adalah antar lakon antara tokoh dan kejadian yang membangun atau menumbuhkan suatu ketegangan serta mengembangkan suatu masalah yang muncul dari situasi orisinil yang disajikan dalam cerita itu. Resolusi adalah bagian akhir dari suatu fiksi. Resolusi akhir dari komplikasi-komplikasi

alur; sesuatu yang memberi pemecahan terhadap alur. Kadang-kadang, tetapi tidak selalu, resolusi ini bersamaan posisinya dengan klimaks.

4.1.3.1 Pengenalan

Cerita rakyat Kubah Terbang diawali dengan pengenalan tokoh sang murid atau Kubah Terbang atau Tunu-tunu Keladi atau Pais Udang dan Sang Guru. Kedua tokoh tersebut dalam kegiatan belajar mengaji di pondok pesantren.

Berikut ini adalah kutipannya.

”Suatu hari di pondok pesantren, tinggalah seorang murid yang dikenal sangat bodoh atau bisa dikatakan IQ-nya jauh di bawah rata-rata. Ia tidak dapat menerima pelajaran dengan baik yang diberikan oleh gurunya. Ia tidak dapat mengulang apa yang telah dipelajarinya meskipun baru saja semalam. Namun ia tetap terus belajar dan mengikuti arahan dari gurunya.”

4.1.3.2 Konflik

Tahap konflik merupakan tahap peristiwa yang menunjukkan ketegangan dan pertentangan. Konflik yang terdapat dalam cerita rakyat Kubah Terbang yaitu ketika teman-temannya Sang Murid telah khatam Alquran dan diperbolehkan berangkat ke Makkah untuk melaksanakan ibadah haji. Berikut adalah kutipan yang menunjukkan konflik dalam cerita tersebut.

”Beberapa tahun kemudian, teman-teman satu pesantrennya sudah pintar mengaji dan banyak dari mereka yang sudah khatam membaca Alquran, sedangkan sang murid masih saja belajar aksara arab. Oleh karena itu, bagi mereka yang sudah khatam, diperbolehkan untuk berangkat haji dan didampingi oleh guru-guru, termasuk sang guru.

Sang murid merasa iri dan ingin sekali ikut naik haji bersama teman-temannya. Namun sang guru mengatakan bahwa dia belum boleh berangkat, sebab dia belum pintar mengaji dan khatam membaca Alquran.

Sang murid bersikeras ingin ikut sang guru. Dengan sabar, sang guru mencari cara supaya dia tidak bisa ikut, yakni menyuruh sang murid memanjat pohon kelapa yang terdapat di pinggir sungai.”

4.1.3.3 Komplikasi

Tahap ini merupakan tahap di mana konflik yang terjadi semakin tajam karena berbagai sebab dan kepentingan yang berbeda. Komplikasi dalam cerita rakyat Kubah Terbang terjadi ketika Sang Guru menyuruh Sang Murid memanjat pohon kelapa dan membacakan syair setelah sampai di atas agar Sang Murid tidak ikut. Hal tersebut terdapat dalam kutipan di bawah ini.

”Di hari keberangkatan teman-temannya ke Makkah, sang murid mendatangi gurunya untuk ikut. Sang guru menyuruh sang murid memanjat pohon kelapa, seperti yang telah dikatakan sebelumnya, dan apabila sudah sampai di atas, membacakan syair yang dibuat oleh gurunya berjudul Tunu-tunu Keladi. Tunu dalam bahasa Melayu artinya bakar, sedangkan keladi adalah salah satu umbi-umbian yang dapat dimakan. Sang guru tahu bahwa muridnya itu sangat suka makan keladi bakar.”

4.1.3.4 Klimaks

Klimaks dari sebuah cerita terlihat dari puncak ketegangan yang diikuti oleh krisis. Tahap klimaks dalam cerita rakyat Kubah Terbang terjadi ketika Sang Murid mematuhi perintah gurunya dengan ikhlas dan bersungguh-sungguh. Sang Murid berjalan mendekati pohon kelapa yang telah ditunjukkan oleh gurunya dan membaca syair dengan ikhlas dan bersungguh-sungguh.

”Kemudian berangkatlah rombongan teman-teman dan gurunya menuju pelabuhan, sementara sang murid berjalan ke dekat pohon kelapa yang telah ditunjukkan gurunya. Dengan ikhlas dan bersungguh-sungguh, ia mulai memanjat pohon kelapa yang tinggi itu. Setelah sampai di puncaknya, ia lalu membaca syair yang diberikan oleh gurunya.

4.1.3.5 Krisis

Krisis merupakan bagian alur yang mengawali penyelesaian yang ditandai oleh perubahan alur menuju selesainya cerita. Tahap krisis dalam cerita rakyat

Kubah Terbang terjadi saat Sang Guru terkejut melihat Sang Murid sudah sampai lebih dulu di Makkah. Sang Guru juga menyuruh Sang Murid agar tidak kembali ke tanah air selama kurang lebih tiga bulan untuk memastikan apakah benar yang dilihat Sang Guru di Makkah adalah benar muridnya. Berikut ini adalah kutipan yang menunjukkan tahap krisis cerita tersebut.

”Kurang lebih tiga bulan kemudian, rombongan teman-teman beserta gurunya tiba di Makkah. Alangkah terkejutnya mereka ketika melihat sang murid sudah berada di Makkah mendahului mereka. Padahal ia tidak ikut dalam rombongan. Tidak terkecuali sang guru yang telah menyuruhnya memanjat pohon kelapa dan membaca syair.

Setelah rombongan teman-teman dan gurunya menunaikan ibadah haji, mereka bertemu lagi dengan sang murid. Sang guru masih tidak percaya kalau dia adalah muridnya. Oleh karena itu, sang guru meminta sang murid jangan kembali dulu lebih dari tiga bulan.”

4.1.3.6 Tahap Peleraian

Tahap peleraian merupakan tahap peristiwa yang menunjukkan perkembangan ke arah tahap akhir atau penyelesaian suatu cerita. Peleraian dalam cerita rakyat Kubah Terbang menceritakan perjalanan Sang Murid kembali ke tanah air dan memutuskan untuk tinggal di rumahnya (di daerah Pancur Batu).

Berikut adalah kutipan yang menunjukkan tahap peleraian dalam cerita tersebut.

”Tiga bulan kemudian, sang murid pulang ke rumahnya di daerah Pancur Batu. Dia tidak lagi tinggal di perpondokan, tetapi di rumah keluarganya.

Dia menikah di sana dan dikaruniai anak.”

4.1.3.7 Tahap Penyelesaian

Penyelesaian cerita rakyat Kubah Terbang menceritakan Sang Guru yang telah meninggal dunia dan membuat Sang Murid jatuh sakit karena kesedihannya, kemudian meninggal dunia.

”Beberapa tahun berlalu, tersiar kabar bahwa sang guru meninggal dunia dan dikuburkan di dekat perpondokan. Sang murid yang mendengar kabar tersebut sangat merasa sedih. Kesedihannya yang berlarut-larut itu membuatnya jatuh sakit. Sebelum meninggal, dia berpesan kepada keluarga ingin dikuburkan di sebelah kuburan gurunya itu. Namun keluarganya tidak ada yang tahu dimana kuburan gurunya tersebut.

Akhirnya dia dikuburkan di dekat rumahnya.

Dokumen terkait