BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
C. Unsur-unsur intrinsik
7. Amanat
Amanat merupakan nilai-nilai yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya. Nilai yang disampaikan amanat secara eksplisit merupakan seruan, saran, peringatan, nasihat, anjuran, larangan, dan sebagainya yang disampaikan pengarang di tengah atau akhir cerita terutama mengenai hal-hal yang berkenaan dengan gagasan yang mendasari cerita tersebut. Amanat secara implisit merupakan solusi (jalan keluar) atau ajaran moral yang disiratkan melalui tingkah laku tokoh dalam cerita.
C. Hasil Penelitian yang Relevan
Suatu penelitian maupun hasil penelitian adalah bagian yang tidak terpisahkan dari unsur lainnya, baik yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan permasalahan yang sedang dibahas oleh seorang peneliti atau penulis. Sebuah karya ilmiah mutlak membutuhkan referensi atau acuan yang menopang penelitian yang sedang dikerjakannya. Tinjauan pustaka dapat bersumber dari makalah, skripsi, jurnal, internet, atau yang lainnya. Sejauh yang peneliti ketahui, belum ada yang meneliti “Nilai Moral dan Cara
Membina Hubungan dalam Novel Surga Cinta Vanesa karya Miftahul Asror Malik dan Relevansinya dengan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di
Sekolah” di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Jakarta.
Dalam hal ini penulis memaparkan bagaimana nilai moral yang dimiliki tokoh-tokoh dalam novel Surga Cinta Vanesa dan cara tokoh-tokoh dalam membina hubungan sesama, meskipun memiliki keyakinan yang berbeda, baik dalam hubungan pertemanan dan persahabatan yang diharapkan dapat membuka pandangan pembaca agar terpengaruh dan menerapkannya ke dalam kehidupan sehari-hari.
Berkaitan dengan masalah nilai moral yang diteliti dalam novel Surga Cinta Vanesa ini, dapat dibandingkan dengan skripsi Khaerunisa, mahasiswi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang membahas Nilai Moral dalam Novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy.
Peneliti menemukan nilai moral kebaikan yang terdapat pada tokoh dalam peristiwa sepertisikap optimis, toleransi, santun, memelihara lisan, sabar, tanggung jawab, kuasai emosi, dan tolong-menolong.
Selain itu ada juga skripsi lain dari Meyta Sartika, mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang membahas tentang
Nilai Moral Tokoh Hanafi dalam Novel Salah Asuhan yang memaparkan bagaimana nilai moral tokoh Hanafi yang merupakan kaum pribumi, namun merendahkan harkat dan martabat negerinya. Meyta memaparkan sifat-sifat buruk yang dimiliki oleh Hanafi
Selanjutnya skripsi dari Nurul Ismah, mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang membahas Nilai Moral dalam Novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer dan Implikasinya dalam Pembelajaran Sastra di Sma. Penelitian yang dlakukan Nurul Ismah lebih melebar karena mencakup hubungan suami dengan istri dan hubungan antara atasan dan bawahan.
Dari pernyataan-pernyataan tersebut memiliki perbedaan tersendiri dalam memfokuskan penelitian tentang nilai moral. penulis tidak hanya memaparkan nilai moral saja, namun penulis lebih memfokuskan penelitiannya terhadap nilai moral yang dimiliki tokoh-tokoh dalam novel
Surga Cinta Vanesa sebagai dasar bagi siswa dalam membina hubungan dengan teman-temannya di lingkungan sekolah yang begitu memiliki banyak perbedaan di dalamnya.
D. Pengajaran Sastra di Sekolah
Pengajaran sastra dalam pembelajaran bahasa Indonesia sangat bermanfaat, karena sastra sebagai karya seni yang memiliki kaidah-kaidah unik yang seringkali sulit untuk didefinisikan. Selain itu, pengajaran sastra dapat dikatakan sebagai suatu proses interaksi antara guru dan siswa dalam
mengakrabkan diri dengan sastra. Di dalam interaksi terjadi proses yang memungkinkan terjadinya pengenalan, pemahaman, penghayatan, penikmatan terhadap karya sastra, hingga akhirnya siswa mampu menerapkan temuannya dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, siswa akan memperoleh nilai-nilai kehidupan yang sifatnya positif dan mampu membangun cara pandangnya menjadi lebih baik lagi.
Rendahnya apresiasi sastra para siswa, tentu saja kesalahannya tidak dapat ditimpakan kepada para guru bahasa dan sastra indonesia di sekolah.
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya “kesemrawutan” pola pengajaran
sastra di sekolah. Salah satunya adalah pola pengajaran yang cenderung bersifat hafalan, dan bukan apresiatif. Para siswa disodorkan begitu banyak nama pengarang, dan judul buku. Tetapi hanya sesekali siswa diwajibkan membaca langsung karya sastranya. Akibatnya, pelajaran sastra nyaris sama dengan pelajaran ilmu sosial lainnya.
Pengajaran sastra di sekolah tingkatan SMA, SMK, Madrasah Aliyah, sudah menunjukan tingkatan cukup tinggi. Siswa sudah dihadapkan dengan unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam sebuah novel maupun cerpen. Padahal untuk mengetahui unsur-unsur tersebut seorang siswa harus banyak membaca buku yang bersangkutan dengan novel maupun mengulang novel tersebut. Hal ini menjadi kendala bagi siswa, sehingga siswa tingkatan SMA, SMK, dan Madrasah Aliyah, terkadang malas untuk membaca sebuah karya sastra.
Pada dasarnya pembelajaran sastra adalah pembelajaran yang mencoba untuk mengembangkan kompetensi apresiasi sastra, kritik sastra, dan proses kreatif sastra. dengan pembelajaran semacam ini, peserta didik diajak untuk langsung membaca, memahami, menganalisis, dan menikmati karya sastra secara langsung.31 Dari hal-hal tersebut, siswa-siswi dapat berhadapan langsung tanpa melalui hafalan nama-nama judul karya sastra ataupun
31
sinopsisnya saja. Dengan begitu, Mereka dapat memahami dan menikmati unsur-unsur yang ada dalam sebuah karya sastra.
Pembelajaran sastra yang mengapresiasi prosa fiksi seperti novel akan mengembangkan kompetensi anak untuk memahami dan menghargai keindahan karya sastra yang tercermin pada setiap unsur prosa rekaan dengan secara langsung membaca karya sastranya. Pembelajaran kritik sastra dapat mengembangkan kompetensi peserta didik untuk memahami dan menilai karya sastra. pembelajaran seperti ini akan membiasakan diri peserta didik untuk berpikir kritis, terbuka, dan bersikap jujur. Pembelajaran kreatif sastra mencoba mengajarkan peserta didik untuk mau dan mampu menulis karya sastra.
Selanjutnya guru dapat memberikan motivasi belajar dengan menggunakan metode yang menarik saat pelaksanaan pembelajaran sastra yang sudah diterapkan di RPP. Dari pembelajaran sastra pada novel Surga Cinta Vanesa karya Miftahul Asror Malik ini, siswa akan belajar tentang nilai moral sehingga siswa dapat mengaplikasikannya dalam tindakan dan perilaku di kehidupan sehari-hari. Unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel terdapat dalam silabus pengajaran di SMA, berikut ini adalah contoh silabus:
SILABUS PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SMA/MA ...
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : XI
Semester : 2
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran Indikator Penilaian
Sumber/ Bahan/ Alat Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Novel Indonesia dan novel terjemahan - Unsur-unsur intrinsik (alur, tema, penokohan, sudut pandang, latar, dan amanat) - Unsur-unsur ekstrinsik dalam novel (nilai budaya, sosial, moral, sejarah, dan sebagainya) - Membaca novel Indonesia dan novel terjemahan. - Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik. - Membandingka n unsur intrinsic dan ekstrinsik novel Indonesia dengan novel terjemahan - Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel - Membandingka n unsur-unsur ekstrinsik dan intrinsik (alur, tema penokohan, sudut pandang, latar, bahasa, dan amanat) novel erjemahan dengan novel Indonesia - Tugas individu - Tugas kelompok - Ulangan bentuk instrument - Uraian bebas - Pilihan ganda - Jawaban singkat - Novel Indonesia -novel terjemahan
31
A. Biografi Miftahul Asror Malik
Munculnya sebuah karya sastra tidak lepas dari ide dan ekspresi sastrawannya. Dengan sendirinya hanya orang yang jiwanya berisi saja yang mampu mengeluarkan sesuatu dari dalam dirinya. Karya sastra yang bermutu merupakan sebuah karya sastra yang tidak mudah. Kepadatan isi, bahasa, dan ekspresi adalah hasil kreativitas sastrawan dalam menghayati kehidupannya. Untuk menghasilkan karya sastra yang bermutu, diperlukan pengalaman, penghayatan, serta kemampuan dalam teknik menulis, sehingga pengalaman-pengalaman yang dimiliki mampu diekspresikan dengan penuh penghayatan, hingga terlahir sebuah karya sastra yang bermutu dan berkualitas. Miftahul Asror Malik menurut peneliti termasuk ke dalam kriteria di atas. Beliau adalah seorang penulis yang dilahirkan di Demak pada tanggal 11 Jumadil akhir 1404H. Putra kedua dari pasangan K. Abdul Malik dan Nyai Musnah ini tidak hanya menjadi seorang penulis, namun beliau juga penggagas dan Ketua Lembaga Pendidikan
Islam Buq‟atul Mubarokah, Demak (Ponpes Majlis Ta‟lim Madin TPQ
PAUD). Beliau menikah dengan Dian Ningrum Asror dan dikaruniakan seorang putrid yang diberi nama Zahrana Al-Maghvira Asror.
Di dalam menimba ilmu, beliau belajar di MA Negeri Demak (Setingkat SMA), dan ketika lulus beliau melanjutkan pendidikan di IAIN Walisongo Semarang, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Beliau juga sempat menimba ilmu agama di Pesantren Al-Ishlah Sempal Wadak, Bintoro, Demak, dan Pesantren Darun Najah, Jrakah, Tugu, Semarang.
Selain menulis, yang telah melahirkan dua buah karya Surga Cinta Vanesa dan Reinkarnasi Cinta, beliau juga menerjemahkan kitab-kitab Arab ke dalam bahasa Indonesia, di antaranya adalah Adabu Al-Shuhbah Wa Al-Mu’asyarah, Shiyathu Al-Qulub, I’jaaz Ilmi Fi Al-Qur’an li Al
-Ashghar, Mujtama’u Al-Mutsul, Muhammad: Ka’annaka Tarahu, Kifayatu Al-Akhyar, Tarikh Tasyri’ Al-Islami dan Al-Qiyamah Al-Shughra.1
B. Sinopsis Surga Cinta Vanesa karya Miftahul Asror Malik
Miftahul Asror Malik, pada tahun 2010 berhasil merampungkan novel pertamanya yang ia beri judul Surga Cinta Vanesa. Novel ini diterbitkan oleh Pustaka Rama dan dicetak pertama kali pada Maret 2010. Pada pembuatan desain dan isi sampul dari novel Surga Cinta Vanesa, Miftahul Asror Malik mendapatkan bantuan dari Muhammad Reza. Pemilihan warna dasar ungu pada desain novel, menegaskan bahwa seorang tokoh wanita sangat berperan pada peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam novel Surga Cinta Vanesa yang ditulis oleh Miftahul Asror Malik ini.
Vanesa gadis cantik yang juga dipanggil „Nesa‟ ini baru mendarat di kota kelahirannya di semarang, setelah menyelesaikan pendidikannya di kota Milan, Italia. Sesampainya di rumah dan bertemu kedua orangtuanya, ia mendapati dirinya mendapatkan pesan singkat dari sahabatnya semasa SMA dulu. Dita adalah nama sahabat Vanesa yang sangat dekat dengannya ketika mengenyam pendidikan di bangku SMA.
Dita selalu ingin mengajak Vanesa bermain bahkan menginap di rumahnya, hingga akhirnya ajakan dita tersebut dipenuhi Vanesa ketika ia terkejut mengetahui bahwa orangtuanya memiliki rencana untuk menjodohkan ia dengan David anak dari kolega bisnisnya hanya untuk menyelamatkan perusahaan orangtuanya dari kebangkrutan.
Sedih, marah, kesal, bercampur ketika vanesa tersadar bahwa ia akan dijodohkan kedua orangtuanya. Namun, kekesalan itu seakan dapat dilupakan sewaktu ia berada di rumah sahabatnya yaitu Dita. Meskipun berbeda agama, namun dita dan Vanesa mampu menghargai perbedaan
1
Pts Media Group Sdn Bhd, Biodata Miftahul Asror Malik, pts.com.my/penulis/miftahul-asror-malik/, 20 Januari 2015.
tersebut, sehingga persahabatannya dapat mereka pertahankan sampa saat ini.
Perasaan yang aneh terasa di hati Vanesa ketika ia bertemu seorang pemuda yang bernama Rahman. Pakaiannya biasa saja, dia pun tak tampak sebagai orang yang berharta, namun wawasannya cukup luas mengingat dia memang seorang penjual buku di pasar yang letaknya tidak jauh dari rumah Dita. Tutur kata dan budi baik dari Rahman, mampu membuat rasa aneh yang ada di dalam hatinya semakin tumbuh subur. Gayung bersambut, ternyata apa yang dirasakan Vanesa juga dirasakan oleh rahman. Setiap sepertiga malam rahman selalu memberikan puisi yang berisi perasaannya terhadap Vanesa.
Namun, ada hal yang sedikit mengganggu perasaan Vanesa, yaitu Damian (David), seorang yang memiliki wajah tampan nan rupawan dan terlihat seperti orang yang berharta. Nesa sudah memiliki kecurigaan terhadap Damian, karena mereka sering bertemu di tempat yang mungkin hanya orang terdekatnya saja yang mengetahui keberadaannya.
Kecurigaannya tersebut tidak lebih besar dari rasa cemas yang dirasakan nesa karena perjodohan itu. Namun, dengan adanya kang Rahman (panggilan sayang Nesa kepada Rahman) Nesa mampu melupakan sejenak cemas dan sesak yang dirasakannya. Nesa pun memberitahukan tentang Rahman kepada kedua orangtuanya, bak gayung bersambut kedua orangtuanya meminta Rahman untuk datang ke rumah mereka. Nesa merasakan bahagia sekaligus cemas, Nesa takut kedua orangtuanya akan melakukan hal-hal yang akan menyakiti Rahman, namun juga bahagia karena ia merasa kedua orangtuanya menyetujui hubungannya dengan Rahman.
Hari pun tiba, ketika Rahman datang ke rumah Vanesa. awalnya kedua orangtua Vanesa menanyakan asal-usul Rahman, hingga akhirnya mereka meminta satu permintaan “nak Rahman harus mengimani apa yang
menjadi kepercayaan kami.”2
tanpa banyak jawaban dan berpikir panjang Rahman langsung berpamitan pulang. ia merasa tidak perlu menukarkan keyakinannya, hanya dengan perasaan yang dimilikinya terhadap Vanesa. Vanesa merasa terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan kepada Rahman. ia merasa kecewa kepada kedua orangtuanya.
Perasaan bersalah yang dimiliki Vanesa membuatnya menjadi gundah gulana, ia pun memiliki niat untuk memeluk islam agar ia bisa terus bersama kang Rahman, meskipun ia harus melepaskan keyakinannya yang sudah turun temurun dianut.
Disisi lain, perasaan yang dimiliki Dita kepada Rahman tak mampu dijawabnya. Rahman hanya bisa terdiam karena ia hanya menganggap Dita sebagai teman bahkan adiknya sendiri. Kesedihan karena merasa cintanya bertepuk sebelah tangan semakin menjadi ketika ia tau bahwa Vanesa memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Rahman. Marah, kesal, merasa dikhianati bercampur menjadi satu, hingga terjadi kecelakaan yang merenggut nyawa Dita.
Sebelum menghembuskan nafas terakhir, Dita meminta maaf kepada Vanesa atas perbuatannya yang tidak bisa menerima kebahagiaan yang dirasakan oleh sahabatnya sendiri. ia meminta nesa untuk dapat bersanding dengan Rahman.
Beberapa hari setekah meninggalnya Dita, ia merasakan telah mendapatkan restu dari sahabatnya. Namun, kakak Vanesa menelponnya dan memberitahukan bahwa ayahnya sedang dirawat di rumah sakit. Takdir akhirnya memainkan perannya, ayah Vanesa memiliki permintaan terakhir kepadanya untuk tidak meninggalkan kepercayaan yang telah ia anut sejak turun temurun. Serasa mendapatkan petir di siang bolong ia pun sangat terkejut dengan permintaan terakhir ayahnya yang tidak mungkin ia tolak.
2
Vanesa akhirnya memutuskan untuk menjadi biarawati dan mengabdikan hidupnya untuk tuhan, sedangkan Rahman dijodohkan dengan anak kyai dari pondok pesantren yang ia tempati saat itu.
Kisah cinta mereka abadi di hati masing-masing. Tidak ada penyesalan, kekecewaan dan kesedihan. Bagi mereka semua itu adalah bagian rencana Tuhan dalam takdir yang telah ditentukan.3
C. Unsur-unsur Intrinsik
Unsur intrinsik merupakan unsur-unsur pembangun dalam sebuah karya sastra. unsur intrinsik dalam novel Surga Cinta Vanesa ini akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Tema
Tema dalam novel Surga Cinta Vanesa ini adalah tentang percintaan berbeda keyakinan yang dialami tokoh Vanesa dan Rahman. Perasaan tersebut muncul pertama kali ketika pertemuan mereka. Pertemuan yang begitu memiliki kesan bagi keduanya, membuat cinta sedikit demi sediki menyelinap ke dalam hati dan pikiran mereka. Mereka tidak menyangka dapat terpaut oleh orang yang memiliki keyakinan berbeda. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut:
Dalam benaknya ada kegelisahan yang terbatas. Sulit baginya untuk mengungkapkan perasaan kecuali dalam bahasa verbal yang penuh makna. Bagaimana tidak, sedikitpun ia tidak berpikir untuk jatuh cinta dengan seseorang, terlebih kepada seorang gadis beda agama. Sungguh sebuah pilihan sulit baginya.4
Kutipan di atas merupakan gambaran ketika cinta tidak bisa memilih kepada siapa dia akan bersemi. Rahman seorang santri yang begitu kepada Tuhannya, tak mampu menahan cinta yang hadir ke dalam sela-sela hati dan pikirannya. Namun, begitu besarnya dinding penghalang di antara kedua insan ini, mengharuskan Vanesa untuk meyakini kedua orang
3
Ibid., h. 251.
4
tuanya perihal cintanya kepada pemuda pujaanya tersebut. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya pertentangan antara Vanesa dengan kedua orangtuanya. Kedua orang tua Vanesa menginginkan Rahman agar memiliki keyakinan yang sama dengan mereka. Namun dengan keteguhan hatinya dan dengan akal sehatnya, Rahman menolak meskipun harus rela melepaskan seseorang yang dikasihinya. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini:
Agama adalah sesuatu yang harus teguh dijaga sampai mati. Tidak bisa ditawar lagi. Tidak ada rasa di dunia yang mampu menandingi kepentingannya. Dengan hilangnya iman dari hati, maka jasad bagaikan mati sebelum ruh pergi.5
Di sinilah terlihat keingininan yang begitu kuat dari Rahman untuk mempertahankan keyakinannya. Rahman adalah sosok pemuda yang teguh dan taat kepada tuhannya. Dia menganggap bahwa tiada rasa yang dapat melebihi rasa kepada Allah SWT, meskipun itu berarti ia harus melepaskan orang yang ia kasihi sekalipun.
2. Penokohan
Tokoh adalah ciptaan individu oleh pengarang. Sedangkan penokohan merupakan suatu penciptaan citra tokoh dalam sebuah cerita yang mengalami peristiwa-peristiwa. Berdasarkan dari segi peranan, tokoh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan.
Tokoh utama dalam novel Surga Cinta Vanesa karya Miftahul Asror Malik adalah:
a. Vanesa
Vanesa adalah tokoh utama dalam novel ini. Vanesa adalah seorang gadis tinggi semampai, berambut lurus, berkulit putih, memiliki paras yang cantik dan style yang baik. Di bawah ini kutipan yang menggambarkan sosok Vanesa:
5
ia keluar dari bandara dengan mengenakan jaket putih, kaca mata hitam, celana jeans berwarna biru, dan sepatu high heel kegemarannya. ia memang
seorang dara yang mempunyai hamper
kesempurnaan fisik. Mungkin bagi setiap mata yang memandang akan tertegun dan terbersit di hati, alangkah sempurnanya Tuhan menciptakan gadis ini.6
Selain itu, Vanesa juga digambarkan sebagai gadis yang memiliki sifat keras, ketika dia sudah berkata tidak, akan sulit untuk orang lain mengubahnya, meskipun itu saudaranya sendiri. Hal itu Nampak pada kutipan di bawah ini:
Aku tahu, kak. Aku juga pasti akan pulang untuk menyelesaikan masalah ini. Tapi tidak sekarang. Berikan aku waktu untuk memikirkan masalah ini. Aku memerlukan ketenangan untuk memutuskan masalah ini.7
Vanesa juga digambarkan sebagai tokoh yang idealis. Vanesa selalu berkeinginan memiliki usaha sendiri meskipun ayahnya memiliki perusahaan. Sifat idealis yang dimiliki Vanesa terlihat pada kutipan di bawah ini:
Rencananya sih aku mau coba berwiraswasta dulu. Hitung-hitung cari pengalaman.
Waduh, gayamu itu loh ga hilang-hilang dari dulu, sok idealis. Mungkin karena itu, dulu banyak cowo yang enggan deketin kamu. Mereka pada takut.8 Namun di sisi lain, Vanesa adalah tokoh yang setia. Ketika hatinya telah tercuri, seketika pintu hatinya telah
6 Ibid., h. 8. 7 Ibid., h. 79. 8 Ibid., h. 29.
tertutup untuk laki-laki manapun. Kesetiaan yang dimiliki Vanesa dapat dilihat pada kutipan di bawah ini:
Namun, bagi Vanesa semua itu tidak menggerakan hatinya sedikitpun. Hatinya sudah tertutup, jiwanya sudah tercuri oleh si penjual buku dan ruhnya mengembara bersama sang santri.9
Berdasarkan pemaparan di atas, terlihat bahwa tokoh Vanesa merupakan tokoh yang memiliki keteguhan hati. Hal tersebut karena wujud dari tuntutan kedua orang tuanya yang selalu mengatur dan ikut campur dalam apa yang ada pada dirinya. Vanesa memberanikan diri untuk keluar dari belenggu kedua orang tuanya dan mencoba untuk mendapatkan apa yang dia inginkan, tanpa adanya tekanan.
Dalam novel Surga Cinta Vanesa, juga didukung oleh kehadiran tokoh-tokoh tambahan yang turut berperan dalam novel ini, di antaranya:
a. Dita
Dita adalah sahabat baik Vanesa, ia mengenal Vanesa sejak duduk di bangku SMA. Dita adalah tempat Vanesa mencurahkan segala isi hatinya. Di bawah ini adalah contoh kutipan tersebut:
Sudahlah, Nes. Yang pertama harus kamu lakukan adalah berbaik sangka, karena dengan berbaik sangka akan dapat menenangkan kegundahan hatimu dan kepenatan pikiranmu. Aku yakin bahwa semua yang dilakukan oleh kedua orangtuamu adalah demi kebaikanmu.10
Selain itu, di dalam novel ini Dita digambarkan sebagai wanita yang dewasa. Dita lebih memilih untuk bekerja agar dapat
9
Ibid., h. 137.
10
membantu biaya hidup ibu beserta adiknya yang masih sekolah. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan di bawah ini:
Oleh sebab itu, dita lebih memilih untuk bekerja terlebih dahulu untuk membantu keluarganya daripada memilih menuruti egonya untuk membina keluarga.11
b.Rahman
Rahman adalah pribadi yang mandiri, santun, mudah bergaul (humoris), dan memiliki ketaatan kepada agama yang dianutnya. Pribadi yang dimiliki Rahman dapat dilihat pada kutipan:
Mereka berjalan menuju kiosnya Rahman. Di pasar Bintoro itu, Rahman berjualan buku-buku pelajaran, wacana, kitab-kitab kuning pondok pesantren, novel, buku tulis, dan peralatan sekolah. ia memang terlihat sebagai seorang lelaki yang mandiri, disaat teman-temannya yang lain hanya meminta uang dari orangtuanya, ia berusaha sendiri untuk mencukupi kehidupannya di pesantren.12
kutipan di atas menunjukkan kemandirian seorang Rahman yang dapat menghidupi dirinya tanpa mengharapkan bantuan dari orang lain, sikap mandiri harus tertanam di diri setiap individu agar mampu menghadapi segala persoalan yang datang menanti. Selain