• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai moral dalam novel surga cinta vanesa karya miftahul asror malik dan relevansinya dengan pembelajaran sastra di SMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Nilai moral dalam novel surga cinta vanesa karya miftahul asror malik dan relevansinya dengan pembelajaran sastra di SMA"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi

Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

oleh

Ariya Sudrajat 1110013000052

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Vanesa Karya Miftahul Asror Malik dan Relevansinya dengan Pembelajaran Sastra di SMA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai moral sebagai upaya pengokohan keyakinan peserta didik agar berbuat kebenaran, kejujuran, dan kebaikan. Menanamkan nilai-nilai moral ke dalam diri memerlukan usaha yang sungguh-sungguh, mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah diharapkan memberikan manfaat agar penerus bangsa mampu memahami nilai-nilai moral sehingga menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan menggunakan pendekatan objektif yang menitikberatkan kajiannya pada karya sastra. Penelitian ini menganalisis tentang nilai-nilai moral yang terdapat pada tokoh-tokoh dalam novel Surga Cinta Vanesa, seperti sabar, memelihara lisan, santun, tanggung jawab, menguasai emosi, adil, tolong menolong.

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pentingnya menanamkan nilai-nilai moral kepada para siswa, agar perilaku-perilaku negatif yang dilakukan oleh para siswa dapat diminimalisir sehingga para siswa menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

(6)

ii at Senior High School

This research uses qualitative method and objective approach which stresses the study on literature work. It analyzes the moral values which are found in characters of Surga Cinta Vanesa novel, such as tolerance, being careful with our word, well behaved, responsibility, emotion control, just, helping others.

This research purposes is to know the moral values as an effort to strengthening students faith of students so that they to the truth honesty and goodness. To implant the moral values needs the seriously efforts start from the family, school, and societies environment. The Indonesian language learning and literature at schools are hoped to give benefits so that the young generations are able to understand the moral values so that they become the better personality. The result of this research shows about the importance of growing moral values to the students so that their negative attitudes, can be minimized and they are able to be better personality.

(7)

iii

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT sebagai penjaga rahmatnya. Zat yang maha menggenggam segala sesuatu yang ada dan tersembunyi di balik jagad semesta alam, zat yang maha meliputi segala sesuatu yang terpikir maupun yang tidak terpikir. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabatnya, dan bagi seluruh umat Islam yang terjaga atas sunnahnya.

Alhamdulillahirabbil’alamin, penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan ridhaNya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Karena tanpa rahmat dan ridhaNya tidaklah mungkin penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati, selesainya skripsi ini tidak

lepas dari bantuan, bimbingan, do’a, dan partisipasi dari berbagai pihak. Penulis

ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dra. Hindun, M. Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jamal D. Rahman, M. Hum., sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk memberikan bimbingan, nasihat, motivasi, dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Bapak Miftahul Asror Malik dan Pustaka Rama.

(8)

iv

6. Terimakasih untuk Nurul Purbasari atas semangat, kesabaran, bantuan, pengorbanan, dan kasih sayang yang selalu tercurahkan sejak awal penulisan sampai penulis menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepada seluruh teman-teman Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2010 (Aris, Boss, Hadi V-Raider Tangerang, Hedy, Rifqi, Zaky, Gojira, Salboy, mabro Agung Bahtiar teman di saat bimbingan) dan semua teman-teman di Konsentrasi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2010 yang selalu memberikan semangat, bantuan, dan motivasi yang luar biasa, semoga kita semua dapat menggapai kesuksesan bersama di suatu titik nanti.

8. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, tidak lupa Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakan Tarbiyah, Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Universitas Indonesia, dan Perpustakaan Universitas Terbuka dengan buku-buku rujukannya sehingga penulisan karya ilmiah ini bisa terselesaikan.

Jakarta, 31 Januari 2014 Penulis,

(9)

v

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah ...1

B. Identifikasi masalah ...5

C. Pembatasan masalah...5

D. Perumusan masalah ...5

E. Tujuan Penelitian ...6

F. Manfaat Penelitian ...6

G. Metode Penelitian...6

BAB II KAJIAN TEORI A. Hakekat Nilai Moral ...10

1. Pengertian Nilai ...10

2. Pengertian Moral ...12

3. Bentuk-bentuk Moral ...14

a. Bersikap Sabar...14

b. Memelihara Lisan ...15

c. Santun ...15

d. Tanggung Jawab ...16

e. Menguasai Emosi ...16

(10)

vi

1. Pengertian Novel ...18

2. Jenis Novel ...19

a. Novel Populer ...19

b. Novel Serius ...21

3. Unsur-unsur Novel ...22

a. Unsur Intrinsik ...22

C. Hasil Penelitian yang Relevan ...26

D. Pengajaran Sastra di Sekolah ...27

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biografi Miftahul Asror Malik ...32

B. Sinopsis Surga Cinta Vanesa ...33

C. Unsur-unsur intrinsik ...36

1. Tema ...36

2. Penokohan ...37

3. Alur...47

4. Sudut Pandang ...51

5. Latar ...52

6. Gaya Bahasa ...60

7. Amanat ...61

D. Analisis Nilai-nilai Moral dalam Novel Surga Cinta Vanesa ...62

1. Bersikap Sabar ...62

2. Memelihara Lisan...64

3. Santun ...65

4. Tanggung Jawab...67

5. Menguasai Emosi ...69

6. Bersikap Adil ...71

(11)

vii BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ...78 B. Saran ...79

(12)
[image:12.595.102.497.222.601.2]

viii

(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Karya sastra merupakan salah satu hasil dari cipta manusia yang berbentuk lisan maupun tulisan. Karya sastra diciptakan untuk dinikmati, dihayati, dan dimanfaatkan oleh pembacanya. Karya sastra bisa menjadi gambaran mengenai pengalaman hidup tentang dunianya, hal tersebut yang menjadikan karya sastra sebagai cerminan dalam memaknai dan memahami kehidupan.

Novel merupakan salah satu jenis dari karya sastra yang mengungkapkan suatu hasil dari cipta karya seseorang berdasarkan kreativitas dan pengalaman pengarangnya. Novel biasanya menggambarkan kehidupan pada saat karya itu ditulis. Novel juga merupakan gambaran suatu tokoh yang hidup di suatu masa dan di suatu tempat. Peristiwa-peristiwa dalam novel adalah cerminan realitas dari suatu keadaan tertentu.

“Moral menyinggung akhlak, moril, tingkah laku dalam sebuah adat.”1 Moral yang ada pada diri setiap manusia tidak terlepas dari pola pikir seseorang. Seseorang yang mempunyai pola pikir yang baik, pada akhirnya akan berperilaku baik, begitu juga sebaliknya.

“Kata moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia.”2 Jadi, bukan mengenai baik-buruknya begitu saja, misalnya sebagai dosen, tukang masak, pemain bulutangkis atau penceramah, melainkan sebagai manusia. Bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia. Norma-norma moral adalah tolok ukur untuk menentukan betul-salahnya sikap dan tindakan manusia dilihat dari segi baik-buruknya sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas.

1

J.P. Chaplin. Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT Raja Garfindo Persada, 2008), h. 308

2

(14)

Moral merupakan tingkah laku seseorang untuk menentukan betul-salahnya sikap dan tindakan dilihat dari segi baik buruknya sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas. Moral merupakan sebuah sikap yang pasti ada dan akan diajarkan di sekolah. Karena dengan memiliki moral yang baik maka seseorang akan dihargai baik dalam pergaulan formal seperti di dunia pekerjaan maupun dalam pergaulan informal seperti di kehidupan sehari-hari. Moral yang diiringi dengan tutur kata yang baik dan sopan akan membawa seseorang berada di tengah-tengah masyarakat karena sifat tersebut dapat dengan mudah membuat mereka diterima di manapun mereka berada.

Moral yang dimiliki seseorang dapat membantunya dalam membina hubungan dengan sesama, seperti hubungan dengan teman, sahabat, maupun kekasih. Dengan memiliki moral yang baik, hubungan yang dimiliki akan berkualitas dan bertahan lama.

Untuk membina hubungan yang baik, kita harus memulai dengan memahami orang lain terlebih dahulu. Mary Jo Meadow, mengutip dari Thomas

Fuller mengatakan bahwa “Lebih banyak hasil yang dapat dicapai dengan sedikit

kelembutan daripada dengan banyak kekerasan.”3

Dari kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa, kita tidak bisa memaksakan pendapat maupun keinginan kita terhadap seseorang untuk mencapai suatu tujuan, namun kita harus menerima masukan dari orang lain sehingga apa yang kita tuju dapat tercapai.

Melalui okezone.com di Jawa Barat, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung. Tiga pelajar SMA kelas X diringkus petugas kepolisian setelah melakukan pemerkosaan kepada teman sekolahnya sendiri. Kejadian berawal ketika korban diajak ke sebuah tempat di daerah Cicalengka, di sana korban dipaksa meminum minuman keras agar tidak sadarkan diri, untuk selanjutnya diperkosa oleh ketiga temannya. Selanjutnya dalam tribunnews.com di Pondok Indah, Jakarta Selatan, tujuh siswa SMA Don Bosco ditahan akibat melakukan tindakan bullying kepada teman satu sekolahnya. Kasus tersebut terungkap ketika

3

(15)

salah satu korban mengaku telah dianiaya oleh beberapa kakak kelasnya, orang tua korban tidak menerima perlakuan buruk yang diterima anaknya sehingga melaporkannya kepada pihak yang berwajib. Contoh lain dari sebuah tindakan yang tidak didasari oleh pikiran yang matang terjadi di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, melalui okezone.com. sepasang kekasih yang diketahui masih SMA, malakukan hubungan intim atas dasar terlalu cinta. Mereka pergi dari rumah masing-masing selama 33 hari, hingga akhirnya mereka tertangkap ketika si pria yang berinisial WD mengantarkan si wanita pulang ke rumahnya.

Dari penjelasan dan data-data yang ditampilkan di atas, peneliti menentukan permasalahan moral yang terkait dengan Novel Surga Cinta Vanesa

karya Miftahul Asror Malik, yang diharapkan para pembaca dapat memetik hal-hal positif agar dapat berperilaku dan memiliki budi yang baik. Sebagai contoh, ketika dalam pertemanan maupun persahabatan, seringkali perbedaan pendapat yang menyebabkan mereka berselisih paham hingga terjadi pertengkaran di antara keduanya. Contoh lain yaitu dalam masalah percintaan remaja, perilaku dan tindakan harus didasari oleh akal sehat sehingga apa yang dilakukan telah menjadi suatu pertimbangan untuk kedepannya.

“Sahabat adalah saudara yang dipilih oleh jiwa kita. Apalagi yang membuat kita menjalin pertemanan dengan orang lain kalau bukan karena orang itu memenuhi kebutuhan jiwa kita, mungkin sebagai teman berbagi tawa, kebersamaan, dan hasrat untuk diterima sebagaimana adanya diri kita.”4 Indahnya cinta dan persahabatan yang dialami tokoh-tokoh yang ada pada novel Surga Cinta Vanesa diharapkan dapat menginspirasi pembaca untuk mengambil segala hal positif yang terdapat dalam novel tersebut, untuk diterapkan dalam hubungan pertemanan maupun hubungan percintaan di kehidupan sehari-hari.

“Nilai moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembaca, merupakan makna yang terkandung dalam sebuah karya sastra,

4

(16)

atau makna yang disarankan lewat cerita.”5 Oleh karena itu, sebagai pembaca kita tidak hanya menjadikan sebuah karya sastra sebagai sarana hiburan, namun juga sebagai sarana untuk mendapatkan ilmu maupun gambaran dalam berkehidupan sehari-hari.

Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk mengangkat masalah ini agar dapat memberikan wawasan dan pandangan tentang nilai moral dari novel

Surga Cinta Vanesa, agar pembaca mampu mengambil sisi positif yang terdapat pada novel tersebut.

Inilah cara yang dapat membantu pembaca agar terhindar dari hal-hal negatif yang bisa merusak moral mereka sebagai generasi penerus bangsa. Dengan kerjasama dan dukungan dari para guru maupun pihak sekolah, diharapkan mata pelajaran Bahasa Indonesia mampu memberikan pelajaran moral lewat karya-karya sastra yang ada, sehingga karya-karya sastra tersebut dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan budi pekerti dan moral penerus bangsa.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki peran besar dalam pembangunan sumber daya manusia, baik dalam memberikan ilmu pengetahuan maupun watak. Karena yang paling utama dalam pendidikan adalah membentuk manusia yang beretika dan bermoral. Kasus-kasus yang ada menjadi sebuah pelajaran bagi dunia pendidikan di Indonesia bila sekolah sebagai lembaga pendidikan harus mengedepankan nilai-nilai etika dan moral kepada muridnya dibandingkan ilmu pengetahuan.

Budi pekerti dan moral yang baik akan memudahkan seseorang diterima di masyarakat. Dengan bekal moral yang baik itulah, dia mampu beradaptasi secara baik dengan lingkungan yang berbeda pandangan dengannya terhadap permasalahan yang terjadi.

Dengan memperhatikan hal tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih mendalam mengenai nilai moral yang terdapat dalam novel Surga Cinta Vanesa.

5

(17)

Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengkaji permasalahan tersebut untuk dijadikan sebuah penelitian dengan judul Nilai Moral dalam Novel Surga Cinta Vanesa karya Miftahul Asror Malik dan Relevansinya dengan Pembelajaran Sastra di SMA.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis buat, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1.Kurangnya kerjasama pihak sekolah dalam mengenalkan novel-novel yang memiliki nilai moral kepada siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia. 2.Relevansi antara novel Surga Cinta Vanesa dengan situasi masyarakat

pada zaman sekarang

3.Adanya keinginan dari siswa untuk menunjukan identitas di dalam sebuah lingkungan sosial.

4.Nilai moral yang harus dikedepankan dalam setiap pembelajaran.

5.Adanya kesenjangan antar individu, sehingga terjadi bullying yg dilakukan oleh siswa.

C.Pembatasan Masalah

Sehubungan dengan identifikasi masalah yang telah penulis buat, maka penulis memberikan spesifikasi mengenai pembahasan yang akan diuraikan dengan membatasi penelitian ini pada nilai moral dalam novel Surga Cinta Vanesa karya Miftahul Asror Malik.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah seperti telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1.Apa saja nilai moral yang terdapat dalam novel Surga Cinta Vanesa? 2.Bagaimana relevansi nilai moral novel Surga Cinta Vanesa dengan

(18)

E.Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengidenifikasi dan mengetahui nilai moral yang ada dalam novel Surga Cinta Vanesa karya Miftahul Asror Malik. Selain itu, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadikan nilai moral sebagai landasan utama dari setiap mata pelajaran yang diberikan.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan tercapai oleh peneliti melalui skripsi ini dijabarkan ke dalam dua kategori berikut:

1. Manfaat Teoretis

Penelitan ini diharapkan dapat menambah sumbangan pengetahuan bagi orang yang akan meneliti penelitian yang serupa selanjutnya, khususnya nilai-nilai moral dan cara membina sebuah hubungan dengan pendekatan objektif.

2. Manfaat Praktis

penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi pembaca tentang nilai-nilai moral dan cara membina hubungan baik dengan sesama yang ada dalam novel Surga Cinta Vanesa karya Miftahul Asror Malik.

G. Metode Penelitan

1. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah nilai moral yang terkandung dalam novel

Surga Cinta Vanesa karya Miftahul Asror Malik. Novel Surga Cinta Vanesa

(19)

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research) dengan mengacu pada buku-buku, artikel, dan dokumen-dokumen lain yang berhubungan dengan nilai moral. Karena objek yang dikaji berupa karya sastra yang berbentuk novel, maka penelitian ini bisa dilakukan di mana saja jika memungkinkan dan mendukung untuk dilaksanakan penelitian, misalnya di perpustakaan. Adapun waktu yang digunakan dalam penelitian ini dimulai dari

3. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Strauss dan Corbin mengatakan bahwa penelitian kualitatif bisa dimaksud sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya.6

4. Fokus Penelitian

Fokus dari penelitian ini adalah nilai moral dalam novel Surga Cinta Vanesa karya Miftahul Asror Malik dan relevansinya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra di SMA. Adapun nilai moral yang akan diteliti adalah bersikap sabar, memelihara lisan, santun, tanggung jawab, menguasai emosi, bersikap adil, tolong-menolong, dan berani. Focus penelitian ini dilakukan agar pembahasan lebih fokus dan terarah sehingga dapat dengan mudah diteliti dan dipahami oleh pembaca.

5. Data dan Sumber Data

Data kualitatif merupakan sumber dari deskripsi yang luas dan memuat penjelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup setempat. Data-data tersebut dapat dipahami baik melalui alur peristiwa, narasi, maupun dialog yang dituangkan Miftahul Asror Malik dalam novelnya Surga Cinta Vanesa.

6

(20)

Sumber data dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer yaitu sumber utama penelitian yang diproses langsung dari sumbernya tanpa perantara. Sedangkan sumber data sekunder yaitu sumber data yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui perantara, tetapi masih berdasar kepada kategori konsep yang akan dibahas.7 Sumber data primer dalam penelitian ini adalah novel Surga Cinta Vanesa karya Miftahul Asror Malik cetakan I tahun 2010. Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah jurnal, artikel, maupun pencarian secara online yang berkaitan dengan objek penelitian.

6. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan teknik inventarisasi, teknik baca simak, dan teknik pencatatan.

a. Teknik Inventarisasi

Teknik ini dilakukan dengan cara mencari dan mengumpulkan sejumlah data-data dari novel Surga Cinta Vanesa yang menjadi sumber data penelitian.

b. Teknik Baca Simak

Teknik ini dilakukan secara seksama terhadap isi novel Surga Cinta Vanesa karya Miftahul Asror Malik yang menjadi objek penelitian. Teknik ini dilakukan berulang-ulang untuk memperoleh informasi yang akurat. Informasi ini berkenaan dengan seluruh isi cerita yang berkaitan dengan nilai moral dalam novel Surga Cinta Vanesa.

c. Teknik Pencatatan

Teknik ini dilakukan setelah melakukan teknik baca simak. Hasil yang diperoleh dicatat ke dalam buku. Pencatatan dilakukan mulai dari bagian-bagian dalam tiap kalimat hingga isi keseluruhan teks novel. Fokus data

7

(21)

yang dicatat berupa unsur intrinsik novel dan nilai moral dalam novel

Surga Cinta Vanesa karya Miftahul Asror Malik.

7. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah identifikasi, klasifikasi, analisis, dan deskripsi.

a. Identifikasi

Setelah data terkumpul, peneliti membaca secara detail dengan mengidentifikasikan novel yang dijadikan data dalam penelitian, dalam hal ini novel Surga Cinta Vanesa karya Miftahul Asror Malik.

b. Klasifikasi

Setelah diidentifikasi, data novel diseleksi dan diklasifikasikan sesuai dengan hasil identifikasi, yaitu unsur-unsur intrinsik serta nilai moral dalam novel Surga Cinta Vanesa, lalu menghubungkannya dengan pembelajaran sastra.

c. Analisis

Teknik selanjutnya ialah analisis. Seluruh data dalam novel dianalisis dan ditafsirkan maknanya secara keseluruhan.

d. Deskripsi

(22)

10

A. Hakikat Nilai Moral 1. Pengertian Nilai

Sastra menggambarkan kehidupan pada saat sastra itu ditulis, sastra mengandung nilai-nilai sosial, falsafi, dan religi. Baik yang bertolak dari pengungkapan kembali maupun yang merupakan penyodoran konsep baru.Semuanya dirumuskan secara tersurat dan tesirat, hal inilah yang melahirkan sifat ambiguitas sastra. Sastra dapat bertafsir majemuk. Sastra tidak saja lahir karena fenomena-fenomena kehidupan lugas, tetapi juga dari kesadaran penulisnya bahwa sastra sebagai suatu yang imajinatif, fiktif, dan harus melayani misi-misi yang dapat dipertanggungjawabkan. Boris Pasternak mengatakan bahwa “sastrawan harus berdiri dalam kehadiran nilai-nilai yang terangkum didalam kehidupan semesta.”1 Sastrawan pada ketika menciptakan karyanya tidak saja didorong oleh hasrat untuk menciptakan keindahan, tetapi juga berkehendak untuk menyampaikan pikiran-pikirannya, pendapat-pendapatnya, kesan-kesan perasaannya terhadap sesuatu.

Sebuah karya sastra memiliki nilai yang luar biasa dalam penceritaannya. Sebuah karya sastra akan memiliki nila yang luar biasa jika sang pengarang dalam proses pembuatan karyanya mampu melibatkan semua aspek didalamnya. Sebuah karya sastra yang bernilai tinggi akan terasa ketika membaca isinya yang mampu melibatkan batin pembaca dengan nuansa imajinatif yang pengarang berikan. Maka, dari sini diperoleh kesimpulan sebuah karya yang berkualitas, yang memiliki nila tinggi dapat dilihat dari

1

(23)

kemampuan pengarang dalam menghasilkan sebuah karya dan dari sini, dapat simpulkan apakah karya tersebut yang memiliki nilai tinggi atau memiliki nilai yang rendah.

Istilah “nilai di dalam bidang filsafat dipakai untuk menunjuk kata

benda abstrak yang artinya “keberhargaan” (Worth) atau “kebaikan”

(Goodness).”2 Dengan kata lain, nilai dapat dipandang sebagai sesuatu yang berharga, memiliki kualitas tinggi ataupun rendah, dalam melakukan penilaian tentunya berkaitan erat dengan jiwa pada setiap manusia.

Nilai pada hakikatnya merupakan sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, bukan objek itu sendiri. Sesuatu itu mengandung nilai artinya ada sifat atau kualitas yang melekat pada sesuatu itu. Misalnya, bunga itu indah, perbuatan itu susila. Indah, susila adalah sifat atau kualitas yang melekat pada bunga dan perbuatan. Dengan demikian, maka nilai itu sebenarnya adalah

suatu kenyataan yang “tersembunyi” di balik kenyataan-kenyataan lainnya.

Kata “Nilai didefinisikan sebagai rangkaian dari rasa suka, tidak suka, keputusan baik rasional dan yang tidak rasional, yang menentukan pandangan seseorang tentang kehidupannya.”3 Nilai berarti timbangan atau ukuran suatu kegiatan manusia untuk menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain, kemudian untuk selanjutnya diambil keputusan. Keputusan itu merupakan nilai yang dapat menyatakan berguna atau tidak berguna, benar atau tidak, baik atau tidak baik, indah atau tidak indah. Keputusan nilai yang dilakukan oleh subjek penilai tentu berhubungan dengan unsur-unsur jasmani, akal, rasa, karsa (kehendak), dan kepercayaan. Sesuatu itu dikatakan bernilai apabila sesuatu itu berharga, berguna, benar, indah, baik, dan lain sebagainya.

2

Kaelan M.S, Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta: Paradigma, 2008), h. 87.

(24)

Di dalam nilai itu sendiri terkandung cita-cita, harapan-harapan, dambaan-dambaan dan keharusan. Maka, apabila kita berbicara tentang nilai, sebenarnya berbicara tentang hal-hal yang ideal.”4 Jadi nilai itu merupakan suatu kata yang memiliki makna di pikiran dan perasaaan orang yang menilainya, memiliki harga, mutu, dan kualitas yang setiap orang memiliki pandangan yang berbeda akan penilaian tersebut. Meskipun kata nilai hanyalah sebuah kata yang abstrak dan tidak nyata ataupun konkret, namun setiap orang menganggap nilai sebagai sebuah keberhargaan yang ada untuk menghargai atau mengapresiasi sebuah tindakan, perilaku, ataupun karya yang dibuat oleh seseorang.

2. Pengertian Moral

Menurut Zakiah Darajat, moral adalah kelakuan yang sesuai dengan ukuran-ukuran masyarakat, yang timbul dari hati sendiri (bukan paksaan dari luar), rasa tanggung jawab atas tindakan itu, dan mendahulukan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi.5 Misalnya di dalam Islam, pastinya akan mencontoh moral yang dimiliki nabi besar Muhammad SAW, seperti sifat jujur, adil, dan dipercaya. Moral sangat penting bagi setiap orang, bahkan nabi Muhammad berkata dalam pesan moral yang diberikan kepada umatnya, orang yang kuat bukanlah orang yang pandai bergulat, namun orang yang kuat adalah orang yang memiliki jiwanya ketika marah. Nilai moral dalam masyarakat menjadi sorotan belakangan ini, mulai dari siswa sd yang melakukan kekerasan terhadap temannya, sampai ada pula siswa yang melakukan kekerasan seks dan itu dilakukan dilingkungan sekolah. Jika moral sudah rusak, ketentraman dan kehormatan bangsa ini akan hilang. Maka untuk

4 Kaelan M.S, Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta: Paradigma, 2008), h. 87-88.

5

(25)

memelihara kelangsungan hidup menjadi bangsa yang terhormat, di Indonesia perlu sekali memperhatikan pendidikan moral bagi generasi yang akan datang.

Moral dalam sastra merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca.Secara umum moral mengandung pengertian (ajaran tentang) baik buruk yang diterima mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti, susila.6 Istilah bermoral, misalnya: tokoh bermoral tinggi, berarti mempunyai pertimbangan baik dan buruk. Namun, tidak jarang pengertian baik buruk itu sendiri dalam hal-hal tertentu bersifat relatif. Artinya, suatu hal yang dipandang baik oleh orang yang satu atau pada bangsa umumnya, belum tentu sama bagi orang yang lain, atau bangsa yang lain.7

Kata moral selalu mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai manusia. Jadi bukan mengenai baik-buruknya begitu saja, misalnya sebagai dosen, tukang masak, pemain bulutangkis, atau penceramah, melainkan sebagai manusia. Bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dri segi kebaikannya sebagai manusia. Norma-norma moral adalah tolak ukur untuk menentukan betul-salahnya sikap tindakan manusia dilihat dari segi baik-buruknya sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas. norma-norma moral adalah tolak ukur yang dipakai masyarakat untuk mengukur kebaikan seseorang. Maka dengan moral itu kita betul-betul dinilai sebagai manusia. Itulah sebab penilaian moral selalu berbobot.8

Pada hakikatnya tiap-tiap norma bersifat sama. Berdasarkan arti kata moral diatas dapat diambil kesimpulan bahwa moral ialah susunan atau

6

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Ed. 3, h. 755.

7

Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1994), h. 320-321.

8

(26)

peraturan yang di buat untuk mengatur tingakah dan perilaku seseorang, tentang baik atau buruknya sikap dari perilaku seseorang. Tentang perilaku baik atau buruknya seseorang itu memang tidak selalu sama karena allah sebagai pencipta memang menciptakan seseorang dengan sebuah perbedaan, agar masyarakat di dunia ini mampu dan terus berusaha untuk berkembang. Oleh sebab itu, masyarakat memberikan pedoman pokok tingkah laku, kebiasaan, dan perbuatan yang telah disusun dan dianggap baik oleh seluruh anggota masyarakat itu.

3. Bentuk-bentuk Moral

Nilai moral menjadi tolok ukur seseorang, moral dengan sendirinya akan terbentuk dari setiap lingkungan di mana seseorang tumbuh dan berkembang, dan dengan sendirinya pula moral dapat mendorong kita kepada kehidupan kesusilaan yang tinggi. Kesusilaan yang tinggi adalah moral dasar dalam pembangunan dan kehidupan bangsa. Orang yang berusaha hidup baik secara tekun dalam waktu yang lama dapat mencapai keunggulan moral yang disebut keutamaan. Keutamaan adalah kemampuan yang dicapai oleh seseorang untuk bersikap batin maupun berbuat secara benar. Misalnya: kerendahan hati, kepercayaan kepada orang lain, keterbukaan, kebijaksanaan, ketekunan kerja, kejujuran, keadilan, keberanian, penuh harap, penuh kasih, dan sebagainya.9 Moral merupakan ukuran akhlak yang sudah ditanamkan, akhlak mahmudah (terpuji) muncul dari sifat-sifat mahmudah dan akhlak mazmumah (tercela) muncul dari sifat-sifat mazmumah pula. Contoh-contoh bentuk moral dijelaskan sebagai berikut:

a. Bersikap Sabar

Kata sabar dari bahasa Arab yaitu Sabara Yashburu Shabaran yang berarti ketundukan penerimaan apa-apa yang telah allah berikan, baik

9

(27)

kesenangan maupun kesedihan. Sesuatu yang terjadi pasti aka nada hikmahnya yang Allah berikan kepada setiap hambanya yang selalu berikhtiar dan tawakal. Ada peribahasa mengatakan bahwa kesabaran itu pahit laksana jadam, namun akibatnya lebih manis dari pada madu. ungkapan tersebut menunjukan hikmah kesabaran sebagai fadilah (manfaat). Kesabaran dibagi menjadi empat kategori:

1.Sabar menanggung beratnya kewajiban. 2.Sabar menanggung musibah dan cobaan. 3.Sabar menahan penganiayaan dari orang. 4.Sabar menanggung kemiskinan dan kepapaan.10

b. Memelihara Lisan

Memelihara lisan adalah sikap seseorang dalam memelihara ucapan untuk tidak mengeluarkan kata-kata yang tidak layak atau tidak pantas untuk diucapkan. Sikap menjaga lisan tersebut dapat menjaga seseorang selalu berbuat baik dalam ucapan maupun perbuatannya.11 Kemampuan seseorang dalam berbicara dan merangkai kata baik yang disadari maupun tidak, dapat menjerumuskan seseorang dalam perbuatan dosa, seperti membicarakan orang lain (gosip) serta mencela.

c. Santun

Santun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah halus dan baik dalam budi bahasa dan tingkah lakunya.12 Santun merupakan cerminan dari hati yang bersih. Penyantun artinya orang yang budi bahasa dan tingkah lakunya baik. Hal tersebut merupakan sikap terpuji agar diri dan

10

M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2007), h.

41-42.

11

Ibid., h. 43.

12

(28)

orang lain tidak saling menyakiti. Misalnya ketika melihat teman yang sudah lama tidak berjumpa, sebagai sesama orang muslim kita harus mengucapkan salam. Contoh lain, ketika kita sedang ingin meminjam suatu barang dari orang lain, baiknya kita ijin terlebih dahulu kepada pemilik dari barang tersebut.

d. Tanggung Jawab

Tanggung jawab adalah melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh sesuai dengan ketentuannya.13 Sikap tanggung jawab bisa terhadap diri sendiri atau terhadap orang lain. Contoh tanggung jawab terhadap diri sendiri yaitu seorang mahasiswa mempunyai kewajiban belajar. Bila belajar, maka ia telah memenuhi kewajibannya. Berarti pula ia telah bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Sedangkan, contoh bertanggung jawab terhadap orang lain yaitu apabila ada seorang teman menitipkan buku kepada kita, kita harus menjaganya dengan baik dan ikhlas.

e. Menguasai Emosi

Bawaan orang marah adalah berbicara tanpa aturan. Sehingga bisa jadi dia bicara sesuatu yang mengundang murka Allah. Karena itulah, diam merupakan cara mujarab untuk menghindari timbulnya dosa yang lebih besar.14 Kemampuan seseorang mengendalikan emosinya dipengaruhi oleh kesulitan diri, kesulitan sosial, kesulitan-kesulitan ekonomi, dan kesulitan-kesulitan-kesulitan-kesulitan pendidikan. Oleh karena itu, setiap manusia harus bisa melatihnya agar terbangun kecerdasan emosi

13

Yatimin., Op. cit., h. 45.

14

Ammi Nur Baits, “Lima Cara Mengendalikan Emosi dalam Islam”,

(29)

sehingga kapanpun dan di manapun emosi itu muncul kita dapat mengendalikannya.

f. Bersikap Adil

Adil berhubungan dengan perseorangan, adil berhubungan dengan kemasyarakatan, dan adil yang berhubunan dengan pemerintah. Adil perseorangan ialah tindakan member hak kepada yang mempunyai hak. Bila seseorang mengambil haknya dengan cara yang benar atau memberikan hak orang lain tanpa mengurangi haknya, itulah yang dinamakan tindakan adil. Adil yang berhubungan dengan kemasyarakatan dan adil yang berhubungan dengan pemerintahan misalnya tindakan hakim menghukum orang–orang yang jahat atau orang-orang yang bersengketa sepanjang neraca keadilan.15

Segala sesuatu yang diperbuat harus bersifat adil, karena jika seseorang tidak melakukan keadilan, maka ia telah melakukan zalim. Zhalim memiliki arti aniaya. Zalim adalah lawan kata dari sifat adil.

g. Tolong-menolong

Tolong-menolong merupakan salah satu dari sifat terpuji. Dalam kehidupan sehari-hari manusia saling membutuhkan antara sesamanya. Tolong-menolong adalah suatu sikap yang senang menolong orang lain, baik material maupun dalam bentuk tenaga dan moril.16 Dalam kehidupan sehari-hari, manusia merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan satu dengan yang lainnya, sikap tolong-menolong antar manusia tidak hanya selalu dalam bentuk materi saja, tetapi bisa juga berupa tenaga ilmu, nasehat, dan sebagainya. Jika sudah terbiasa menerapkan sikap hidup tolong-menolong, maka ketika ada seseorang

15

Yatimin., Op. cit., h. 43.

16

(30)

yang kesulitan, dengan sendirinya kita akan berusaha membantu semampunya.

h. Berani

Berani adalah tidak takut, tidak gentar, tidak penakut.17 Sifat berani selalu menjadi bagian di dalam diri setiap manusia, tergantung bagaimana cara manusia tersebut menumbuhkan dan mengasah keberaniannya.

Sifat berani termasuk dalam fadhilah akhlaqul karimah.Syaja’ah (berani) bukanlah semata-mata berani berkelahi di medan laga, melainkan suatu sikap mental seseorang, dapat menguasai jiwanya dan berbuat menurut semestinya. Orang yang dapat menguasai jiwanya pada masa-masa kritis ketika bahaya di ambang pintu, itulah orang yang berani.18

B. Hakikat Novel

1. Pengertian Novel

Kata novel berasal dari bahasa latin novus, yaitu baru. Dalam bahasa itali novel disebut novella. Suatu prosa naratif yang lebih panjang dari pada cerita pendek yang biasanya memerankan tokoh-tokoh atau peristiwa imajiner. Novel adalah prosa yang panjang yang menyuguhkan rangkaian cerita kehidupan seorang tokoh dengan tokoh-tokoh lainnya dengan menonjolkan watak dan sifat masing-masing tokoh dalam problematika kehidupan.19

Menurut Burhan “novel dibagi menjadi dua golongan, yaitu novel serius dan novel populer.”20 Novel memiliki fungsi rekreatif, yaitu seseorang

17

Peter Salim, dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press, 2002), Ed. ke-3, h. 186.

18

Yatimin., Op. cit., h. 45.

19

Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press, 1995), Ed. 3, h. 1042.

20

(31)

dapat memperoleh kesenangan atau hiburan yang dikisahka oleh pengarang. Karya sastra rekretif ini menitikberatkan pada aspek hiburan yang juga disebut sebagai sastra populer. Selain itu, sastra juga memiliki fungsi didaktif (keseriusan), artinya dari karya sastra seseorang akan mendapat pengetahuan tentang seluk-beluk kehidupan manusia dan pelajaran tentang nilai-nilai di dalamnya, fungsi yang menitikberatkan pada pelajaran dan pengetahuan ini disebut sastra serius. Pendapat demikian memang benar tetapi ada kelanjutannya, bahwa tidak semua yang mampu memberikan hiburan bisa disebut sebagai karya sastra serius.

2. Jenis Novel

Burhan menggolongkan jenis novel menjadi dua, yaitu:

a. Novel Populer

Novel populer adalah novel yang populer dan banyak yang menyukai pada masanya, khususnya pembaca dari kalangan remaja. Novel jenis ini selalu menampilkan permasalahan yang aktual sesuai dengan zamannya.Novel populer pada umumnya hanya bersifat sementara, cepat ketinggalan zaman, dan tidak memaksa orang untuk membacanya sekali lagi. Ia biasanya cepat dilupakan orang, apalagi dengan munculnya novel-novel baru yang lebih populer pada masa berikutnya.

(32)

bukan penafsiran tentang emosi itu. Oleh karena itu, sastra populer yang baik banyak mengundang pembaca untuk mengidentifikasikan dirinya.21

Novel populer memiliki ciri-ciri, adapun ciri-ciri novel populer adalah sebagai berikut:

1) Temanya asmara, dengan tokoh ceritanya wanita-wanita muda yang

cantik. Pemilihan tema boleh dikatakan „konservatif‟ (bersikap

mempertahankan tradisi lama), tanpa terlalu banyak penjelajahan bagi pengembangan karakter dari tokoh protagonisnya.

2) Alurnya datar dan sering mengabaikan karakteristik tokoh sehingga serasa dangkal.

3) Menggunakan bahasa yang aktual, lincah, dan gaya cerita yang sentimental. Banyak novelis muda sekarang menggunakan bahasa anak muda dengan segala jargon (kosakata khusus yang dipergunakan) rahasia mereka.

4) Bertujuan menghibur sehingga cerita yang disuguhkan dengan cara yang mengasyikkan, ringan, namun memiliki ketegangan, penuh aksi, warna, dan humor.

5) Bersifat komersial dan komunikatif.22

Dari lima ciri di atas, jelas bahwa novel populer adalah jenis novel yang bersifat komersial atau lebih mengutamakan nilai keuntungan dan penjualannya namun tidak begitu mementingkan nilai dan mutu dari karya itu sendiri. Contoh novel populer yaitu novel-novel karangan Raditya Dika yang berjudul Marmut Merah Jambu, Cinta Brontosaurus, dan Manusia Setengah Salmon, novel tersebut memiliki bahasa yang komunikatif dan mudah dipahami, sehingga pembaca dapat larut dan dengan mudah memahami isi dari novel tersebut.

b. Novel Serius

21

Ibid., h. 18.

22

(33)

Novel serius biasanya berusaha mengungkapkan sesuatu yang baru dengan cara pengucapan yang baru pula. Unsur kebaruan diutamakan. Tentang bagaimana suatu bahan diolah dengan cara yang khas, adalah hal yang penting dalam teks kesastraan. Novel sastra menuntut aktivitas pembaca

secara lebih serius, menuntut pembaca untuk “mengoperasikan” daya

intelektualnya. Pembaca dituntut untuk ikut merekonstruksikan duduk persoalan masalah dan hubungan antar tokoh.23 Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa novel serius memiliki fungsi sosial. Karena novel serius di samping sebagai bahan bacaan yang menghibur, juga sebagai sarana untuk membina pribadi masyarakat ke arah yang lebih baik lagi. Sastra serius biasanya cenderung melakukan penggalian dan eksplorasi dalam berbagai unsur; tema, plot, tokoh, konflik, gaya bahasa, dan lain-lain. Adapun tema cinta dalam novel serius, hanya sedikit dan cenderung sebagai pelengkap saja. Kisah cinta dalam novel serius biasanya diungkapkan dengan perspektif yang berbeda dan baru.

Novel serius umumnya bermaksud menyajikan pengalaman manusia melalui fakta-fakta, tema-tema, dan sarana-sarana kesastraan. Untuk memahaminya kadang harus melakukan analisis terhadap bagian-bagian tersebut dan relasinya satu sama lain.24 Dalam novel serius, pengarang biasanya melakukan kebebasan dalam bekreasi, sehingga pengarang mampu menampilkan hal-hal baru namun tidak meninggalakan keasliannya.

Dari uraian pengertian novel literer di atas, novel literer memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Temanya menceritakan persoalan kehidupan manusia yang universal, seperti persoalan-persoalan, kejadian-kejadian dalam kehidupan

23

Ibid.,h. 20-21.

24

(34)

manusia yang serius, berat dan dalam. Kejadian-kejadian itu dialami, sudah dialami, akan dialami manusia kapan saja dan di mana saja. 2) Penggarapan cerita bukan sekedar permukaan, tetapi lebih jauh

mendalami hakekat kehidupan dan memahaminya. Hal ini diungkapkan karena kematangan pribadi pengarangnya sebagai intelektual yang kaya dengan ide-ide, gagasan, moral, dan petuah-petuah mengenai kehidupan. 3) Isi cerita penuh inovasi, segar dan baru. Sastra adalah penafsiran hidup yang baik, merekam alam kehidupan dan menyajikan kembali dengan serba kemngkinan.

4) Bahasanya standard an terpelihara, banyak inovasi, dan gaya bahasanya menarik.

5) Mementingkan tema, karakteristik, plot, dan unsur-unsur cerita lainnya dalam membangun cerita.25

Dari lima ciri di atas jelas bahwa novel literer adalah novel yang mengutamakan mutu dan kualitas dari novel itu sendiri. Pembaca tidak hanya disuguhkan cerita yang menghibur, namun pembaca juga dapat memperoleh makna di balik cerita itu sendiri, sehingga pembaca dapat mengambil pesan dari cerita yang disuguhkan. Contoh novel serius yaitu novel Bukan Pasarmalam dan Bumi Manusia karangan Pramoedya Ananta toer, novel tersebut dibuat tidak hanya sekedar untuk menjadi hiburan semata, tetapi novel ini dibuat dengan semua unsur yang saling membangun sehingga menghasilkan sebuah novel yang berkualitas.

3. Unsur-unsur Novel Unsur intrinsik

Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya

25

(35)

sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita. Kepaduuan antar berbagai unsur inilah yang membuat sebuah novel berwujud. Unsur-unsur novel terdiri dari beberapa unsur, yaitu:

1) Tema

Tema adalah persoalan yang menduduki utama dalam cerita. Tema, karena menduduki tempat utama, maka akan terasa menjiwai seluruh cerita, tema dapat tersaji secara tersurat, maupun secara tersirat.26 Tema merupakan gagasan dasar yang menopang sebuah karya sastra, tema disaring dari motif-motif yang terdapat dalam karya yang bersangkutan yang menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik, dan situasi tertentu.

2) Penokohan

Penokohan merupakan “pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.”27 Tokoh-tokoh yang ada dalam sebuah cerita merupakan ciptaan individu oleh pengarang atau pelaku cerita. Penokohan adalah suatu penciptaan citra tokoh dalam sebuah cerita yang mengalami peristiwa-peristiwa atau perwatakan karakter tokoh dalam cerita. Seorang tokoh dengan perwatakan yang dimilikinya merupakan suatu kepaduan yang utuh. Penyebutan nama tokoh tertentu tak jarang mengisyaratkan kepada kita perwatakan yang dimilikinya. Tokoh merupakan bagian dari sebuah cerita, penokohan atau perwatakan yang dimiliki oleh seorang tokoh merupakan perwujudan dari peristiwa-peristiwa yang dialaminya pada sebuah cerita yang disajikan.

26

Djago Tarigan, dkk, Pendidikan Keterampilan Berbahasa, (Jakarta:Universitas Terbuka, 2005), Cet. 17, h. 12.4

27

(36)

3) Alur

Baldic dalam Nurgiyantoro mengemukakan bahwa plot adalah pra peristiwa dan situasi dalam teks fiksi dan disusun dengan penekanan adanya hubungan kasualitas dan efek untuk membangkitkan surprise pada pembaca.28 Alur merupakan tahapan atau rangkaian peristiwa yang dilahirkan oleh para tokoh dalam cerita yang memaparkan sebab-akibat peristiwa. Alur merupakan tulang punggung cerita. Berbeda dengan elemen-elemen lain, alur dapat membuktikan dirinya sendiri meskipun jarang diulas panjang lebar dalam sebuah analisis.

4) Sudut Pandang

Sudut pandang merupakan cara bagaimana sebuah cerita dikisahkan sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi. Berikut ini beberapa sudut pandang yang dapat digunakan pengarang dalam bercerita.

a) Sudut pandang orang pertama, sudut pandang ini biasanya menggunakan kata ganti aku atau saya. Dalam hal ini pengarang seakan-akan terlibat dalam cerita dan bertindak sebagai tokoh cerita.

b) Sudut pandang orang ketiga, sudut pandang ini biasanya menggunakan kata ganti orang ketiga seperti dia, ia atau nama orang yang dijadikan sebagai titik berat cerita.

c) Sudut pandang pengamat serba tahu, dalam hal ini pengarang bertindak seolah-olah mengetahui segala peristiwa yang dialami tokoh dan tingkah laku.

d) Sudut pandang campuran, (sudut pandang orang pertama dan pengamat serba tahu). Pengarang mula-mula menggunakan sudut

28

(37)

pandang orang pertama. Selanjutnya serba tahu dan bagian akhir kembali ke orang pertama.

5) Latar

Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menunjuk pada pengertian tempat, hubungan waktu sejarah, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Unsure latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial budaya.29 Latar atau setting merupakan suatu keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana peristiwa. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, sehingga mempermudah pembaca mengoprasikan imajinasinya.

6) Gaya Bahasa

Gorys Keraf dalam Nurgiyantoro “membedakan gaya bahasa ke dalam

dua kelompok, yaitu gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan.”30

Secara umum gaya retoris merupakan gaya bahasa yang maknanya harus diartikan menurut nilai-nilai yang membangunnya, sedangkan gaya kiasan merupakan gaya bahasa yang maknanya tidak dapat ditafsirkan sesuai dengan makna kata-kata yang membentuknya.

Dengan kata lain, gaya bahasa merupakan cara khas pengungkapan seorang pengarang dalam karyanya. Cara yang dilakukan pengarang tersebut yang pada akhirnya menjadi ciri khas dalam karya-karya yang diciptakannya. Ciri khas ini dapat terlihat dari bagaimana pengarang memilih kata-kata dan mengolahnya menjadi rangkaian kalimat yang indah.

29

Ibid., h. 302-322.

30

(38)

7) Amanat

Amanat merupakan nilai-nilai yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya. Nilai yang disampaikan amanat secara eksplisit merupakan seruan, saran, peringatan, nasihat, anjuran, larangan, dan sebagainya yang disampaikan pengarang di tengah atau akhir cerita terutama mengenai hal-hal yang berkenaan dengan gagasan yang mendasari cerita tersebut. Amanat secara implisit merupakan solusi (jalan keluar) atau ajaran moral yang disiratkan melalui tingkah laku tokoh dalam cerita.

C. Hasil Penelitian yang Relevan

Suatu penelitian maupun hasil penelitian adalah bagian yang tidak terpisahkan dari unsur lainnya, baik yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan permasalahan yang sedang dibahas oleh seorang peneliti atau penulis. Sebuah karya ilmiah mutlak membutuhkan referensi atau acuan yang menopang penelitian yang sedang dikerjakannya. Tinjauan pustaka dapat bersumber dari makalah, skripsi, jurnal, internet, atau yang lainnya. Sejauh yang peneliti ketahui, belum ada yang meneliti “Nilai Moral dan Cara Membina Hubungan dalam Novel Surga Cinta Vanesa karya Miftahul Asror Malik dan Relevansinya dengan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di

Sekolah” di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Jakarta.

Dalam hal ini penulis memaparkan bagaimana nilai moral yang dimiliki tokoh-tokoh dalam novel Surga Cinta Vanesa dan cara tokoh-tokoh dalam membina hubungan sesama, meskipun memiliki keyakinan yang berbeda, baik dalam hubungan pertemanan dan persahabatan yang diharapkan dapat membuka pandangan pembaca agar terpengaruh dan menerapkannya ke dalam kehidupan sehari-hari.

(39)

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang membahas Nilai Moral dalam Novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy.

Peneliti menemukan nilai moral kebaikan yang terdapat pada tokoh dalam peristiwa sepertisikap optimis, toleransi, santun, memelihara lisan, sabar, tanggung jawab, kuasai emosi, dan tolong-menolong.

Selain itu ada juga skripsi lain dari Meyta Sartika, mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang membahas tentang

Nilai Moral Tokoh Hanafi dalam Novel Salah Asuhan yang memaparkan bagaimana nilai moral tokoh Hanafi yang merupakan kaum pribumi, namun merendahkan harkat dan martabat negerinya. Meyta memaparkan sifat-sifat buruk yang dimiliki oleh Hanafi

Selanjutnya skripsi dari Nurul Ismah, mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang membahas Nilai Moral dalam Novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer dan Implikasinya dalam Pembelajaran Sastra di Sma. Penelitian yang dlakukan Nurul Ismah lebih melebar karena mencakup hubungan suami dengan istri dan hubungan antara atasan dan bawahan.

Dari pernyataan-pernyataan tersebut memiliki perbedaan tersendiri dalam memfokuskan penelitian tentang nilai moral. penulis tidak hanya memaparkan nilai moral saja, namun penulis lebih memfokuskan penelitiannya terhadap nilai moral yang dimiliki tokoh-tokoh dalam novel

Surga Cinta Vanesa sebagai dasar bagi siswa dalam membina hubungan dengan teman-temannya di lingkungan sekolah yang begitu memiliki banyak perbedaan di dalamnya.

D. Pengajaran Sastra di Sekolah

(40)

mengakrabkan diri dengan sastra. Di dalam interaksi terjadi proses yang memungkinkan terjadinya pengenalan, pemahaman, penghayatan, penikmatan terhadap karya sastra, hingga akhirnya siswa mampu menerapkan temuannya dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, siswa akan memperoleh nilai-nilai kehidupan yang sifatnya positif dan mampu membangun cara pandangnya menjadi lebih baik lagi.

Rendahnya apresiasi sastra para siswa, tentu saja kesalahannya tidak dapat ditimpakan kepada para guru bahasa dan sastra indonesia di sekolah.

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya “kesemrawutan” pola pengajaran

sastra di sekolah. Salah satunya adalah pola pengajaran yang cenderung bersifat hafalan, dan bukan apresiatif. Para siswa disodorkan begitu banyak nama pengarang, dan judul buku. Tetapi hanya sesekali siswa diwajibkan membaca langsung karya sastranya. Akibatnya, pelajaran sastra nyaris sama dengan pelajaran ilmu sosial lainnya.

Pengajaran sastra di sekolah tingkatan SMA, SMK, Madrasah Aliyah, sudah menunjukan tingkatan cukup tinggi. Siswa sudah dihadapkan dengan unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam sebuah novel maupun cerpen. Padahal untuk mengetahui unsur-unsur tersebut seorang siswa harus banyak membaca buku yang bersangkutan dengan novel maupun mengulang novel tersebut. Hal ini menjadi kendala bagi siswa, sehingga siswa tingkatan SMA, SMK, dan Madrasah Aliyah, terkadang malas untuk membaca sebuah karya sastra.

Pada dasarnya pembelajaran sastra adalah pembelajaran yang mencoba untuk mengembangkan kompetensi apresiasi sastra, kritik sastra, dan proses kreatif sastra. dengan pembelajaran semacam ini, peserta didik diajak untuk langsung membaca, memahami, menganalisis, dan menikmati karya sastra secara langsung.31 Dari hal-hal tersebut, siswa-siswi dapat berhadapan langsung tanpa melalui hafalan nama-nama judul karya sastra ataupun

31

(41)

sinopsisnya saja. Dengan begitu, Mereka dapat memahami dan menikmati unsur-unsur yang ada dalam sebuah karya sastra.

Pembelajaran sastra yang mengapresiasi prosa fiksi seperti novel akan mengembangkan kompetensi anak untuk memahami dan menghargai keindahan karya sastra yang tercermin pada setiap unsur prosa rekaan dengan secara langsung membaca karya sastranya. Pembelajaran kritik sastra dapat mengembangkan kompetensi peserta didik untuk memahami dan menilai karya sastra. pembelajaran seperti ini akan membiasakan diri peserta didik untuk berpikir kritis, terbuka, dan bersikap jujur. Pembelajaran kreatif sastra mencoba mengajarkan peserta didik untuk mau dan mampu menulis karya sastra.

(42)

SILABUS PEMBELAJARAN

Nama Sekolah : SMA/MA ...

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas : XI

Semester : 2

Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

Kompetensi Dasar

Materi Pembelajaran

Kegiatan

Pembelajaran Indikator Penilaian

Sumber/ Bahan/

Alat Menganalisis

unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel

Novel Indonesia dan novel terjemahan

- Unsur-unsur intrinsik (alur, tema, penokohan, sudut pandang, latar, dan amanat)

- Unsur-unsur ekstrinsik dalam novel (nilai budaya, sosial, moral, sejarah, dan sebagainya)

- Membaca novel Indonesia dan novel terjemahan. - Menganalisis

unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik. - Membandingka

n unsur intrinsic dan ekstrinsik novel Indonesia dengan novel terjemahan

- Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel - Membandingka

n unsur-unsur ekstrinsik dan intrinsik (alur, tema penokohan, sudut pandang, latar, bahasa, dan amanat) novel erjemahan dengan novel Indonesia

- Tugas individu - Tugas

kelompok - Ulangan

bentuk instrument - Uraian

bebas - Pilihan

(43)

31

A. Biografi Miftahul Asror Malik

Munculnya sebuah karya sastra tidak lepas dari ide dan ekspresi sastrawannya. Dengan sendirinya hanya orang yang jiwanya berisi saja yang mampu mengeluarkan sesuatu dari dalam dirinya. Karya sastra yang bermutu merupakan sebuah karya sastra yang tidak mudah. Kepadatan isi, bahasa, dan ekspresi adalah hasil kreativitas sastrawan dalam menghayati kehidupannya. Untuk menghasilkan karya sastra yang bermutu, diperlukan pengalaman, penghayatan, serta kemampuan dalam teknik menulis, sehingga pengalaman-pengalaman yang dimiliki mampu diekspresikan dengan penuh penghayatan, hingga terlahir sebuah karya sastra yang bermutu dan berkualitas. Miftahul Asror Malik menurut peneliti termasuk ke dalam kriteria di atas. Beliau adalah seorang penulis yang dilahirkan di Demak pada tanggal 11 Jumadil akhir 1404H. Putra kedua dari pasangan K. Abdul Malik dan Nyai Musnah ini tidak hanya menjadi seorang penulis, namun beliau juga penggagas dan Ketua Lembaga Pendidikan

Islam Buq‟atul Mubarokah, Demak (Ponpes Majlis Ta‟lim Madin TPQ

PAUD). Beliau menikah dengan Dian Ningrum Asror dan dikaruniakan seorang putrid yang diberi nama Zahrana Al-Maghvira Asror.

Di dalam menimba ilmu, beliau belajar di MA Negeri Demak (Setingkat SMA), dan ketika lulus beliau melanjutkan pendidikan di IAIN Walisongo Semarang, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Beliau juga sempat menimba ilmu agama di Pesantren Al-Ishlah Sempal Wadak, Bintoro, Demak, dan Pesantren Darun Najah, Jrakah, Tugu, Semarang.

(44)

-Ashghar, Mujtama’u Al-Mutsul, Muhammad: Ka’annaka Tarahu, Kifayatu Al-Akhyar, Tarikh Tasyri’ Al-Islami dan Al-Qiyamah Al-Shughra.1

B. Sinopsis Surga Cinta Vanesa karya Miftahul Asror Malik

Miftahul Asror Malik, pada tahun 2010 berhasil merampungkan novel pertamanya yang ia beri judul Surga Cinta Vanesa. Novel ini diterbitkan oleh Pustaka Rama dan dicetak pertama kali pada Maret 2010. Pada pembuatan desain dan isi sampul dari novel Surga Cinta Vanesa, Miftahul Asror Malik mendapatkan bantuan dari Muhammad Reza. Pemilihan warna dasar ungu pada desain novel, menegaskan bahwa seorang tokoh wanita sangat berperan pada peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam novel Surga Cinta Vanesa yang ditulis oleh Miftahul Asror Malik ini.

Vanesa gadis cantik yang juga dipanggil „Nesa‟ ini baru mendarat di kota kelahirannya di semarang, setelah menyelesaikan pendidikannya di kota Milan, Italia. Sesampainya di rumah dan bertemu kedua orangtuanya, ia mendapati dirinya mendapatkan pesan singkat dari sahabatnya semasa SMA dulu. Dita adalah nama sahabat Vanesa yang sangat dekat dengannya ketika mengenyam pendidikan di bangku SMA.

Dita selalu ingin mengajak Vanesa bermain bahkan menginap di rumahnya, hingga akhirnya ajakan dita tersebut dipenuhi Vanesa ketika ia terkejut mengetahui bahwa orangtuanya memiliki rencana untuk menjodohkan ia dengan David anak dari kolega bisnisnya hanya untuk menyelamatkan perusahaan orangtuanya dari kebangkrutan.

Sedih, marah, kesal, bercampur ketika vanesa tersadar bahwa ia akan dijodohkan kedua orangtuanya. Namun, kekesalan itu seakan dapat dilupakan sewaktu ia berada di rumah sahabatnya yaitu Dita. Meskipun berbeda agama, namun dita dan Vanesa mampu menghargai perbedaan

1

(45)

tersebut, sehingga persahabatannya dapat mereka pertahankan sampa saat ini.

Perasaan yang aneh terasa di hati Vanesa ketika ia bertemu seorang pemuda yang bernama Rahman. Pakaiannya biasa saja, dia pun tak tampak sebagai orang yang berharta, namun wawasannya cukup luas mengingat dia memang seorang penjual buku di pasar yang letaknya tidak jauh dari rumah Dita. Tutur kata dan budi baik dari Rahman, mampu membuat rasa aneh yang ada di dalam hatinya semakin tumbuh subur. Gayung bersambut, ternyata apa yang dirasakan Vanesa juga dirasakan oleh rahman. Setiap sepertiga malam rahman selalu memberikan puisi yang berisi perasaannya terhadap Vanesa.

Namun, ada hal yang sedikit mengganggu perasaan Vanesa, yaitu Damian (David), seorang yang memiliki wajah tampan nan rupawan dan terlihat seperti orang yang berharta. Nesa sudah memiliki kecurigaan terhadap Damian, karena mereka sering bertemu di tempat yang mungkin hanya orang terdekatnya saja yang mengetahui keberadaannya.

Kecurigaannya tersebut tidak lebih besar dari rasa cemas yang dirasakan nesa karena perjodohan itu. Namun, dengan adanya kang Rahman (panggilan sayang Nesa kepada Rahman) Nesa mampu melupakan sejenak cemas dan sesak yang dirasakannya. Nesa pun memberitahukan tentang Rahman kepada kedua orangtuanya, bak gayung bersambut kedua orangtuanya meminta Rahman untuk datang ke rumah mereka. Nesa merasakan bahagia sekaligus cemas, Nesa takut kedua orangtuanya akan melakukan hal-hal yang akan menyakiti Rahman, namun juga bahagia karena ia merasa kedua orangtuanya menyetujui hubungannya dengan Rahman.

(46)

menjadi kepercayaan kami.”2

tanpa banyak jawaban dan berpikir panjang Rahman langsung berpamitan pulang. ia merasa tidak perlu menukarkan keyakinannya, hanya dengan perasaan yang dimilikinya terhadap Vanesa. Vanesa merasa terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan kepada Rahman. ia merasa kecewa kepada kedua orangtuanya.

Perasaan bersalah yang dimiliki Vanesa membuatnya menjadi gundah gulana, ia pun memiliki niat untuk memeluk islam agar ia bisa terus bersama kang Rahman, meskipun ia harus melepaskan keyakinannya yang sudah turun temurun dianut.

Disisi lain, perasaan yang dimiliki Dita kepada Rahman tak mampu dijawabnya. Rahman hanya bisa terdiam karena ia hanya menganggap Dita sebagai teman bahkan adiknya sendiri. Kesedihan karena merasa cintanya bertepuk sebelah tangan semakin menjadi ketika ia tau bahwa Vanesa memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Rahman. Marah, kesal, merasa dikhianati bercampur menjadi satu, hingga terjadi kecelakaan yang merenggut nyawa Dita.

Sebelum menghembuskan nafas terakhir, Dita meminta maaf kepada Vanesa atas perbuatannya yang tidak bisa menerima kebahagiaan yang dirasakan oleh sahabatnya sendiri. ia meminta nesa untuk dapat bersanding dengan Rahman.

Beberapa hari setekah meninggalnya Dita, ia merasakan telah mendapatkan restu dari sahabatnya. Namun, kakak Vanesa menelponnya dan memberitahukan bahwa ayahnya sedang dirawat di rumah sakit. Takdir akhirnya memainkan perannya, ayah Vanesa memiliki permintaan terakhir kepadanya untuk tidak meninggalkan kepercayaan yang telah ia anut sejak turun temurun. Serasa mendapatkan petir di siang bolong ia pun sangat terkejut dengan permintaan terakhir ayahnya yang tidak mungkin ia tolak.

2

(47)

Vanesa akhirnya memutuskan untuk menjadi biarawati dan mengabdikan hidupnya untuk tuhan, sedangkan Rahman dijodohkan dengan anak kyai dari pondok pesantren yang ia tempati saat itu.

Kisah cinta mereka abadi di hati masing-masing. Tidak ada penyesalan, kekecewaan dan kesedihan. Bagi mereka semua itu adalah bagian rencana Tuhan dalam takdir yang telah ditentukan.3

C. Unsur-unsur Intrinsik

Unsur intrinsik merupakan unsur-unsur pembangun dalam sebuah karya sastra. unsur intrinsik dalam novel Surga Cinta Vanesa ini akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Tema

Tema dalam novel Surga Cinta Vanesa ini adalah tentang percintaan berbeda keyakinan yang dialami tokoh Vanesa dan Rahman. Perasaan tersebut muncul pertama kali ketika pertemuan mereka. Pertemuan yang begitu memiliki kesan bagi keduanya, membuat cinta sedikit demi sediki menyelinap ke dalam hati dan pikiran mereka. Mereka tidak menyangka dapat terpaut oleh orang yang memiliki keyakinan berbeda. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut:

Dalam benaknya ada kegelisahan yang terbatas. Sulit baginya untuk mengungkapkan perasaan kecuali dalam bahasa verbal yang penuh makna. Bagaimana tidak, sedikitpun ia tidak berpikir untuk jatuh cinta dengan seseorang, terlebih kepada seorang gadis beda agama. Sungguh sebuah pilihan sulit baginya.4

Kutipan di atas merupakan gambaran ketika cinta tidak bisa memilih kepada siapa dia akan bersemi. Rahman seorang santri yang begitu kepada Tuhannya, tak mampu menahan cinta yang hadir ke dalam sela-sela hati dan pikirannya. Namun, begitu besarnya dinding penghalang di antara kedua insan ini, mengharuskan Vanesa untuk meyakini kedua orang

3

Ibid., h. 251.

4

(48)

tuanya perihal cintanya kepada pemuda pujaanya tersebut. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya pertentangan antara Vanesa dengan kedua orangtuanya. Kedua orang tua Vanesa menginginkan Rahman agar memiliki keyakinan yang sama dengan mereka. Namun dengan keteguhan hatinya dan dengan akal sehatnya, Rahman menolak meskipun harus rela melepaskan seseorang yang dikasihinya. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini:

Agama adalah sesuatu yang harus teguh dijaga sampai mati. Tidak bisa ditawar lagi. Tidak ada rasa di dunia yang mampu menandingi kepentingannya. Dengan hilangnya iman dari hati, maka jasad bagaikan mati sebelum ruh pergi.5

Di sinilah terlihat keingininan yang begitu kuat dari Rahman untuk mempertahankan keyakinannya. Rahman adalah sosok pemuda yang teguh dan taat kepada tuhannya. Dia menganggap bahwa tiada rasa yang dapat melebihi rasa kepada Allah SWT, meskipun itu berarti ia harus melepaskan orang yang ia kasihi sekalipun.

2. Penokohan

Tokoh adalah ciptaan individu oleh pengarang. Sedangkan penokohan merupakan suatu penciptaan citra tokoh dalam sebuah cerita yang mengalami peristiwa-peristiwa. Berdasarkan dari segi peranan, tokoh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan.

Tokoh utama dalam novel Surga Cinta Vanesa karya Miftahul Asror Malik adalah:

a. Vanesa

Vanesa adalah tokoh utama dalam novel ini. Vanesa adalah seorang gadis tinggi semampai, berambut lurus, berkulit putih, memiliki paras yang cantik dan style yang baik. Di bawah ini kutipan yang menggambarkan sosok Vanesa:

5

(49)

ia keluar dari bandara dengan mengenakan jaket putih, kaca mata hitam, celana jeans berwarna biru, dan sepatu high heel kegemarannya. ia memang

seorang dara yang mempunyai hamper

kesempurnaan fisik. Mungkin bagi setiap mata yang memandang akan tertegun dan terbersit di hati, alangkah sempurnanya Tuhan menciptakan gadis ini.6

Selain itu, Vanesa juga digambarkan sebagai gadis yang memiliki sifat keras, ketika dia sudah berkata tidak, akan sulit untuk orang lain mengubahnya, meskipun itu saudaranya sendiri. Hal itu Nampak pada kutipan di bawah ini:

Aku tahu, kak. Aku juga pasti akan pulang untuk menyelesaikan masalah ini. Tapi tidak sekarang. Berikan aku waktu untuk memikirkan masalah ini. Aku memerlukan ketenangan untuk memutuskan masalah ini.7

Vanesa juga digambarkan sebagai tokoh yang idealis. Vanesa selalu berkeinginan memiliki usaha sendiri meskipun ayahnya memiliki perusahaan. Sifat idealis yang dimiliki Vanesa terlihat pada kutipan di bawah ini:

Rencananya sih aku mau coba berwiraswasta dulu. Hitung-hitung cari pengalaman.

Waduh, gayamu itu loh ga hilang-hilang dari dulu, sok idealis. Mungkin karena itu, dulu banyak cowo yang enggan deketin kamu. Mereka pada takut.8 Namun di sisi lain, Vanesa adalah tokoh yang setia. Ketika hatinya telah tercuri, seketika pintu hatinya telah

6

Ibid., h. 8.

7

Ibid., h. 79.

8

(50)

tertutup untuk laki-laki manapun. Kesetiaan yang dimiliki Vanesa dapat dilihat pada kutipan di bawah ini:

Namun, bagi Vanesa semua itu tidak menggerakan hatinya sedikitpun. Hatinya sudah tertutup, jiwanya sudah tercuri oleh si penjual buku dan ruhnya mengembara bersama sang santri.9

Berdasarkan pemaparan di atas, terlihat bahwa tokoh Vanesa merupakan tokoh yang memiliki keteguhan hati. Hal tersebut karena wujud dari tuntutan kedua orang tuanya yang selalu mengatur dan ikut campur dalam apa yang ada pada dirinya. Vanesa memberanikan diri untuk keluar dari belenggu kedua orang tuanya dan mencoba untuk mendapatkan apa yang dia inginkan, tanpa adanya tekanan.

Dalam novel Surga Cinta Vanesa, juga didukung oleh kehadiran tokoh-tokoh tambahan yang turut berperan dalam novel ini, di antaranya:

a. Dita

Dita adalah sahabat baik Vanesa, ia mengenal Vanesa sejak duduk di bangku SMA. Dita adalah tempat Vanesa mencurahkan segala isi hatinya. Di bawah ini adalah contoh kutipan tersebut:

Sudahlah, Nes. Yang pertama harus kamu lakukan adalah berbaik sangka, karena dengan berbaik sangka akan dapat menenangkan kegundahan hatimu dan kepenatan pikiranmu. Aku yakin bahwa semua yang dilakukan oleh kedua orangtuamu adalah demi kebaikanmu.10

Selain itu, di dalam novel ini Dita digambarkan sebagai wanita yang dewasa. Dita lebih memilih untuk bekerja agar dapat

9

Ibid., h. 137.

10

(51)

membantu biaya hidup ibu beserta adiknya yang masih sekolah. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan di bawah ini:

Oleh sebab itu, dita lebih memilih untuk bekerja terlebih dahulu untuk membantu keluarganya daripada memilih menuruti egonya untuk membina keluarga.11

b.Rahman

Rahman adalah pribadi yang mandiri, santun, mudah bergaul (humoris), dan memiliki ketaatan kepada agama yang dianutnya. Pribadi yang dimiliki Rahman dapat dilihat pada kutipan:

Mereka berjalan menuju kiosnya Rahman. Di pasar Bintoro itu, Rahman berjualan buku-buku pelajaran, wacana, k

Gambar

Tabel 2.1 Silabus .............................................................................................30

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mendeskripsikan struktur yang membangun novel Mereguk Cinta dari Surga karya Abdulkarim Khiaratullah yang meliputi tema,

Latar yang dibahas dalam novel ini ada tiga yaitu latar waktu, tempat, dan sosial budaya, (3) Nilai moral dalam novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala meliputi moral kejujuran,

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan moral apa sajakah dalam novel Antara Cinta Dan Ridha Ummi karya Asma Nadia.. Jenis

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa (1) unsur intrinsik dalam novel Cinta Suci Zahrana jalin terjalin menyatu dengan nilai moral yang terdapat di dalamnya, (2)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) nilai-nilai moral yang terdapat dalam novel Athirah ada sepuluh macam yaitu (a) meyakini adanya Tuhan Yang Maha

Psikologi aspek moral tokoh Ayyas dalam novel Bumi Cinta, dapat ditemukan hasil analisis penelitian ini yaitu: tokoh Ayyas merupakan seorang laki-laki yang

Nilai Moral Tokoh Satya dalam Novel Sabtu Bersama Bapak No Jenis Nilai Moral Wujud 1 Hubungan Manusia dengan diri sendiri bertanggunga jawab sabar mengendalikan emosi bekerja

KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai moral dalam novel Kemi Cinta Kebebasan yang Tersesat karya Adian Husaini berhubungan dengan