• Tidak ada hasil yang ditemukan

AMATIR RADIO DAN KOMUNIKASI RADIO ANTAR PENDUDUK ( CIT IZEN BAND / CB)

Dalam dokumen Alokasi Frekuensi KEBIJAKAN DAN PERENCAN (1) (Halaman 116-119)

1. PENDAHULUAN

Dalam istilah perundang-undangan telekomunikasi di Indonesia komunikasi radio amatir dan komunikasi radio antar penduduk (KRAP) dikelompokkan ke dalam penyelenggaraan telekomunikasi khusus untuk keperluan perorangan. Sebelum bulan Juli 2007, penyelenggaraan telekomunikasi khusus perseorangan tersebut memiliki pengaturan yang unik, karena izin bagi amatir radio dan Komunikasi Radio Antar Penduduk (KRAP) dilakukan oleh Dinas Perhubungan Pemerintah Daerah (Pemda), sebagai perwujudan asas dekonsentrasi. Perkecualian diberikan pada perizinan amatir warga negara asing yang masih dikeluarkan oleh pemerintah pusat (c.q. Ditjen Postel). Akan tetapi sejak disahkannya PP No.38 tahun 2007 tentang pembagian kewenangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah, maka seluruh proses perizinan kembali dilaksanakan oleh Ditjen Postel. Pelaksanaannya akan dilakukan secara bertahap.

Setelah melakukan pembahasan antara Ditjen Postel bersama-sama ORARI dan RAPI tentang perubahan Kepmenhub No.49/2002 tentang Amatir Radio dan Kepmenhub No.77/2003 tentang Komunikasi Radio Antar Penduduk, maka pada bulan Agustus 2009 telah ditetapkan Peraturan Menkominfo Nomor: 33/PER/M.KOMINFO/08/2009 Tentang Penyelenggaraan Amatir Radio dan Peraturan Menkominfo Nomor: 34/PER/M.KOMINFO/8/2009 Tentang Penyelenggaraan Radio Antar Penduduk sebagai pengganti Kepmenhub tersebut. Peraturan Menkominfo tersebut dapat di unduh di website Ditjen Postel, di www.postel.go.id di bagian Regulasi Frekuensi.

Kegiatan radio amatir adalah kegiatan latih diri saling berkomunikasi dan penyelidikan-penyelidikan teknik yang diselenggarakan oleh para amatir radio. Organisasi yang merupakan wadah resmi bagi anggota Amatir Radio di Indonesia adalah Organisasi Amatir Radio Indonesia (ORARI).

Komunikasi Radio Antar Penduduk (KRAP) adalah Komunikasi Radio yang menggunakan pita frekuensi radio yang telah ditentukan secara khusus untuk penyelenggaraan KRAP dalam wilayah Republik lndonesia. KRAP termasuk jenis penyelenggaraan telekomunikasi khusus untuk keperluan sendiri yang dimaksudkan untuk menampung potensi aspirasi masyarakat yang ingin menggunakan komunikasi radio antar penduduk. Organisasi yang merupakan wadah resmi bagi pemiliki izin komunikasi radio antar penduduk adalah Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI).

105

2. ALOKASI SPEKTRUM DAN PERENCANAAN

2. 1 AMATIR RADIO

Pita frekuensi yang digunakan adalah pita frekuensi yang dalam tabel Radio Regulation terdapat alokasi Amat eur Ser vi ces. Alokasi frekuensi untuk Amatir sangat luas meliputi frekuensi VLF, LF, HF, VHF, UHF bahkan SHF. Dengan karakateristik amatir radio sebagai kegiatan riset, maka kegiatan amatir radio dapat menjadi landasan kuat bangkitnya industri dalam negeri dengan riset / ujicoba yang dilaksanakan oleh Amatir Radio Indonesia.

Pengaturan lebih rinci dapat dilihat pada Peraturan Menkominfo Nomor: 33/PER/M.KOMINFO/08/2009 Tentang Penyelenggaraan Amatir Radio. Rincian alokasi spektrum komunikasi radio untuk amatir dapat dilihat pada lampiran 5.

2. 2 ALOKASI SPEKTRUM DAN PERENCANAAN PITA KRAP / CB

Pita frekuensi yang digunakan mengambil alokasi untuk Fi xed Ser vi ces. Di Indonesia, alokasi pita frekuensi yang diizinkan pada pita HF (High Frequency) untuk pelaksanaan penyelenggaraan KRAP adalah frekuensi radio 26,960 MHz sampai dengan 27,410 MHz yang dibagi menjadi 40 kanal, dan yang diizinkan pada pita VHF (Very High Frequency) untuk pelaksanaan penyelenggaraan KRAP adalah frekuensi radio 142.000 MHz sampai dengan 143.600 MHz dengan spasi alur 20 KHz.

Pada Kepdirjen Postel No.92 tahun 1994 juga dialokasikan KRAP untuk UHF (476,41 – 477,415 MHz). Berdasarkan keputusan tersebut pada tahun 1998 alokasi frekuensi UHF tersebut dicabut. Saat ini alokasi UHF tersebut digunakan untuk kanal frekuensi selular NMT-470 di beberapa lokasi dan juga untuk kanal TV-UHF.

Pengaturan lebih rinci dapat dilihat pada Peraturan Menkominfo Nomor: 34/PER/M.KOMINFO/8/2009 Tentang Penyelenggaraan Radio Antar Penduduk. Rincian alokasi spektrum serta pengkanalan untuk Komunikasi Radio antar Penduduk (KRAP) dapat dilihat pada lampiran 6.

Terdapat usulan RAPI sebagai organisasi induk KRAP untuk menambah alokasi frekuensi HF 11 MHz dan frekuensi 430 MHz. Usulan ini sulit dikabulkan, mengingat telah terdapat pengguna eksisting, dan lagi penggunaan frekuensi HF untuk penggunaan banyak orang secara non eksklusif dikhawatirkan dapat menimbulkan gangguan serius ke pengguna negara lain.

106

3. REGULASI TEKNIS DAN KONDISI OPERASI

Terdapat sejumlah regulasi teknis, standar dan spesifikasi perangkat pemancar sistem telekomunikasi amatir radio dan KRAP yang telah ditetapkan oleh Ditjen Postel, yaitu:

• Peraturan Menkominfo Nomor: 33/PER/M.KOMINFO/08/2009 Tentang

Penyelenggaraan Amatir Radio

• Peraturan Menkominfo Nomor: 34/PER/M.KOMINFO/8/2009 Tentang

Penyelenggaraan Radio Antar Penduduk

• Keputusan Dirjen Postel Nomor: 80/DIRJEN/1999 Tentang Persyaratan

Teknis Perangkat Amatir Radio

Ketentuan teknis tersebut dapat di downl oad di website Ditjen Postel pada bagian regulasi standardisasi. Sebagai catatan bahwa pada saat tulisan ini dibuat (Agustus 2009), spesifikasi teknis alat dan perangkat servis bergerak darat sedang disusun. Batasan-batasan operasional, alokasi frekuensi yang disediakan, distribusi cal l si gn semuanya terdapat dalam peraturan-peraturan tersebut di atas.

Dengan diberlakukannya PP No.38 tahun 2007 sebagai pengganti PP No.25 tahun 2000, maka semua pelaksanaan perizinan stasiun radio termasuk amatir radio dan Komunikasi Radio Antar Penduduk dilakukan oleh pemerintah pusat, c.q. Ditjen Postel-Depkominfo.

4. PERIZINAN DAN PERSYARATAN

Berdasarkan Peraturan yang lama (Permenhub No.49/2002 dan Permenhub No.77/2003), Izin Komunikasi Radio Antar Penduduk (KRAP) saat ini terdiri dari IKRAP (Izin Komunikasi Radio Antar Penduduk) dan IPPKRAP (Izin Penguasaan Perangkat Komunikasi Radio Antar Penduduk). Sedangkan, Izin Amatir Radio terdiri dari IAR (Izin Amatir Radio) dan IPPRA (Izin Penguasaan Perangkat Radio Amatir).

Dengan berlakunya Peraturan baru, Permen Kominfo No.33/2009 dan Permen Kominfo No.34/2009, maka Izin disederhanakan menjadi hanya Izin Amatir Radio (IAR) dan Izin Komunikasi Radio Antar Penduduk (IKRAP). Pernyataan penguasaan perangkat komunikasi radio untuk Amatir Radio ditentukan melalui sertifikat kecakapan amatir radio (SKAR). Sedangkan mengenai kesesuaian dengan regulasi teknis, diatur melalui regulasi sertifikasi dan standardisasi alat dan perangkat telekomunikasi yang berlaku.

Sebelum Juli 2007, semua proses perizinan dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah c.q. Dinas Perhubungan. Dengan diberlakukannya PP No.38/2007 dan Permen No.33/2009 dan Permen No.34/2009, maka proses perizinan dilakukan oleh Ditjen Postel dan UPT Balai/Loka Monitoring di setiap wilayah di Indonesia.

107

BAB - 8

Dalam dokumen Alokasi Frekuensi KEBIJAKAN DAN PERENCAN (1) (Halaman 116-119)

Dokumen terkait