• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBAR 7 MASA TRANSISI PENATAAN FREKUENSI BWA

Dalam dokumen Alokasi Frekuensi KEBIJAKAN DAN PERENCAN (1) (Halaman 131-136)

BROADBAND WIRELESS ACCESS (BWA)

GAMBAR 7 MASA TRANSISI PENATAAN FREKUENSI BWA

Untuk pita frekuensi dan wilayah layanan lain yang belum diduduki, maka distribusi izinnya akan dilakukan melalui proses seleksi lelang dengan prakualifikasi.

Calon pemohon seleksi akan diminta untuk menandatangani dokumen prakualifikasi standar yang berisi kewajiban-kewajiban tertentu. Persyaratan prakualifikasi standar tersebut meliputi antara lain, rencana pengembangan layanan standar ( r ol l -out pl an ), kesanggupan memberikan akses (open access) kepada penyelenggara lain secara non diskriminasi, terhadap fasilitas infrastruktur esensial termasuk di antaranya menara, backhaul, backbone, maupun akses frekuensi itu sendiri, serta kesanggupan menggunakan perangkat produk industri nasional yang memiliki tingkat komponen dalam negeri sesuai ketentuan.

Ditjen Postel telah melaksanakan Seleksi Penyelenggaraan Telekomunikasi Broadband Wireless Access (BWA) di Pita Frekuensi 2.3 GHz pada tanggal 14 - 16 Juli 2009 menggunakan metode seleksi lelang elektronik (E-Auction). Dalam proses pelaksanaan kegiatan tersebut terdiri dari 4 (empat) tahap yaitu tahap persiapan, tahap proses pelaksanaan, tahap hasil lelang dan tahap pasca lelang. Proses seleksi telah dilaksanakan secara fair, transparan dan mendapatkan hasil yang memuaskan bagi negara dan masyarakat.

Hasil dari kegiatan seleksi adalah sebagai berikut: 300 MHz 1.5 GHz 2 GHz 2.5 GHz 3.3 GHz 2.4 GHz 5.8 GHz 2.3 GHz

Pita BWA Penyesuaian

Blok Frek/Teknis Migrasi Frek Penyelenggar a BWA Pengguna frekuensi non BWA Penyelenggar a BWA eksisting 3.3 Penyelenggar a BWA eksisting 3.5 GHz Masa Transisi 6 bulan 2 tahun 1 tahun 2 tahun Penyelenggar

a BWA Masa laku ISR

Pengguna frekuensi non BWA

2 tahun

Skema BHP Izin Frek Untuk Izin Pita akan diberlakukan BHP Pita yang besarannya akan ditentukan kemudian (sedang dilakukan studi BHP ISR ke BHP Pita ATAU menyesuaikan dengan hasil

lelang/price taker pita terkait di daerah lain dengan prosentase.

Untuk Izin ISR tetap diberlakukan BHP ISR sesuai dengan Pengguna

120

 Ditetapkan pemenang dari 2 blok yang dilelang pada 15 zona di seluruh Indonesia yaitu pemenang peringkat 1 dan 2.

 Biaya Izin Awal (Up Front Fee) yang diperoleh dari masing-masing hasil lelang peringkat pertama dan kedua di masing-masing zona yang dibayarkan hanya pada tahun pertama.

 Total Up Front Fee yang diperoleh adalah sebesar Rp 458.414.000.000,00 (empat ratus lima puluh delapan milyar empat ratus empat belas juta rupiah); dan

 Biaya Izin Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Tahunan yang

besarannya diambil dari hasil lelang peringkat kedua pada masing- masing zona, dan dibayarkan selama 10 (sepuluh) tahun masa laku izin. Total Biaya Izin Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Tahunan adalah sebesar Rp 434.054.000.000,00 (empat ratus tiga puluh empat milyar lima puluh empat juta rupiah) per tahun.

Khusus untuk BWA 2.3 GHz, terdapat suatu kebijakan pemberian insentif bagi pemenang seleksi penyelenggara kewajiban layanan universal (USO) yang akan diberikan alokasi frekuensi 7 MHz di rentang 2380 – 2390 MHz di wilayah layanan telepon untuk pedesaan (WTUP) sampai dengan daerah kecamatan yang meliputinya. Pemenang seleksi USO tersebut bila ingin menggunakan BWA 2.3 GHz dimaksud di atas, diwajibkan menggunakan perangkat yang memiliki tingkat kandungan lokal memenuhi ketentuan Peraturan Menteri Perindustrian yang berlaku. Hai ini dimaksudkan untuk mendorong bangkitnya industri riset, pengembangan dan manufaktur telekomunikasi nasional.

Beberapa ketentuan tambahan yang perlu diperhatikan untuk penyelenggara BWA di pita 2 GHz, 2.3 GHz, 3.3 GHz, 10.5 GHz adalah sebagai berikut:

 izin penggunaan frekuensi akan ditentukan pada 15 wilayah zona BWA

standar yang ditentukan.

 Wilayah zona BWA ditentukan berdasarkan suatu unit wilayah standar

dengan luas sekitar 11 x 11 km2. (1 derajat x 1 derajat dalam longitude/lattitude)

 Koordinasi antar penyelenggara BWA diperlukan untuk mencegah

interferensi, melalui beberapa metode sebagai berikut:

o Dalam hal penyelenggara telekomunikasi yang mendapatkan izin

alokasi BWA TDD di 2.3 GHz, 3.3 GHz terkait diwajibkan melakukan sinkronisasi waktu (TDD) dengan penyelenggara yang memiliki alokasi frekuensi bersebelahan

o Dalam hal penyelenggara telekomunikasi yang memiliki stasiun

radio (BTS) di daerah yang berbatasan dengan wilayan penyelenggara layanan BWA lainnya, dengan frekuensi yang sama, maka:

 perbatasan zona wilayah layanan BWA didasarkan bukan pada

wilayah administrasi saja melainkan wilayah unit standar di perbatasan

121

 Pemasangan BTS ditentukan sedemikian rupa sehingga besar

kuat medan / level sinyal penerimaan di wilayah yang bersebelahan tidak boleh melewati batas maksimum emisi tertentu

 Penyelenggara telekomunikasi dimaksud dianjurkan untuk melakukan

sedapat mungkin teknik pencegahan interferensi meliputi diskriminasi antena, pengaturan antena, polarisasi, shielding/blocking, pemilihan lokasi pemancar atau pengendalian daya pancar.

Mengenai penggunaan frekuensi 2.4 GHz dan 5.8 GHz yang seringkali menjadi polemik, setelah diskusi cukup banjang dengan berbagai pihak terkait, termasuk manufaktur, vendor, narasumber / expert maupun berbagai asosiasi industri, maka diusulkan kebijakan perizinan dan ketentuan teknis untuk kedua penggunaan frekuensi dimaksud.

Kebijakan Perizinan dan Ketentuan Teknis Wireless Data 5.8 GHz, meliputi antara lain :

 Penggunaan frekuensi 5.8 GHz akan ditetapkan menjadi izin kelas secara bertahap. Izin kelas berarti bahwa pengguna frekuensi radio 5.8 GHz digunakan secara bersama-sama, tanpa proteksi dan tidak boleh menimbulkan interferensi. Pemohon baru tidak perlu lagi mengajukan izin stasiun radio secara prosedur aplikasi ISR biasa, melainkan cukup menggunakan perangkat yang sudah disertifikasi / type approved oleh Ditjen Postel, serta beroperasi sesuai dengan batasan teknis yang ditetapkan.

 Penerapan izin kelas di 5.8 GHz tersebut tidak berlaku untuk wilayah yang telah ada pemegang surat alokasi frekuensi yang ditetapkan Ditjen Postel sebelumnya, paling lambat bulan Januari 2011. Artinya bahwa pemohon baru di wilayah-wilayah dimaksud harus membuktikan bahwa aplikasi izinnya tidak menimbulkan potensi gangguan terhadap pengguna frekuensi 5.8 GHz eksisting yang telah mendapatkan surat persetujuan alokasi frekuensi.

 Pengguna frekuensi 5.8 GHz eksisting mendapatkan prioritas sampai

dengan Januari 2011. Setelah waktu tersebut penggunaan frekuensi 5.8 GHz eksisting tetap dapat menggunakan investasi perangkat eksisting dan mengembangkan di wilayah layanan sesuai dengan ketentuan surat persetujuan alokasi frekuensi yang dimilikinya.

Sedangkan batasan teknis penggunaan frekuensi 2.4 GHz dimaksudkan untuk menyesuaikan persyaratan seperti pada Kepmenhub No.2/2005 ttg penggunaan 2.4 GHz untuk akses internet yang diberlakukan untuk izin kelas (bebas dipakai untuk teknologi tertentu dengan syarat, perlengkapan sudah terspesifikasi seperti pada KM No. 2/2005).

Untuk pita-pita frekuensi lain yang belum diatur, maka Ditjen Postel akan segera melengkapi regulasi ketentuan teknis dengan mengkaji referensi

122

sejumlah negara, maupun rekomendasi ITU serta APT (Asi a Paci f i c

Tel ecommuni t y) yang terkait.

6. BHP FREKUENSI RADIO

Penetapan tarif BHP untuk layanan BWA berbasis per Izin Stasiun Radio (ISR) yang besarannya berbeda-beda antara teknologi yang satu dengan teknologi lainnya cukup menyulitkan untuki dimplementasikan dan juga tidak mendorong penyelenggara untuk mengembangkan jaringannya sesegera mungkin.

Konsisten dengan kebijakan penerapan BHP frekuensi radio di penyelenggara selular, maka untuk kasus BWA yang memiliki izin pita frekuensi radio secara eksklusif di suatu wilayah layanan tertentu, maka akan dikenakan BHP pita frekuensi radio secara bertahap.

Secara garis besar, proses migrasi dan pengenaan BHP Frekuensi Radio untuk penyelenggara layanan BWA dapat dilihat pada Gambar 5 dan 6 di atas.

Untuk sementara, penggunaan frekuensi poi nt -t o-poi nt dengan menggunakan frekuensi 5.8 GHz akan dikenakan BHP Frekuensi ISR sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Khusus untuk BHP Pita penyelenggara 2.3 GHz telah ditentukan mekanisme pembayaran BHP spektrum frekuensi radio untuk biaya izin awal (up front fee) dan untuk biaya izin pita spektrum frekuensi radio (IPSFR) tahunan pemenang seleksi penyelenggaraan jaringan tetap lokal berbasis packet switched yang menggunakan pita frekuensi radio 2.3 GHz untuk keperluan layanan pita lebar nirkabel (wireless broadband) sebagai berikut :

TAHUN PEMBAYARAN PEMBAYARAN

UP-FRONT FEE IPSFR TAHUNAN TOTAL PEMBAYARAN

Tahun 1 1 X HP 1XHL 1XHP + 1XHL Tahun 2 0 X HP 1X HL 1 X HL Tahun 3 0 X HP 1 X HL 1 X HL Tahun 4 0 X HP 1 X HL 1 X HL Tahun 5 0 X HP 1 X HL 1 X HL Tahun 6 0 X HP 1 X HL 1 X HL Tahun 7 0 X HP 1 X HL 1 X HL Tahun 8 0 X HP 1 X HL 1 X HL Tahun 9 0 X HP 1 X HL 1 X HL Tahun 10 0 X HP 1 X HL 1 X HL

123 Keterangan:

HP = Harga Penawaran Peserta Pemenang Lelang per blok 1 X 15 MHz

HL = Hasil Lelang per blok 1 X 15 MHz (diambil dari harga penawaran pemenang lelang kedua pada setiap Zona Wilayah Layanan)

7. REGULASI TERKAIT PENATAAN FREKUENSI BWA

Terdapat sejumlah regulasi terkait penataan frekuensi BWA yang telah ditetapkan oleh Depkominfo - Ditjen Postel, antara lain sebagai berikut:

 PERATURAN MENKOMINFO NOMOR : 26/PER/M.KOMINFO/6/2009

TENTANG PENETAPAN PITA FREKUENSI RADIO UNTUK KEPERLUAN LAYANAN PITA LEBAR NIRKABEL PADA PITA FREKUENSI RADIO 2 GHZ

 PERATURAN MENKOMINFO NOMOR : 27/PER/M.KOMINFO/6/2009

TENTANG PENETAPAN PITA FREKUENSI RADIO UNTUK KEPERLUAN LAYANAN PITA LEBAR NIRKABEL PADA PITA FREKUENSI RADIO 5.8 GHZ

 PERATURAN MENKOMINFO NOMOR : 8/KEP/M.KOMINFO/1/2009 TENTANG

PENETAPAN PITA FREKUENSI RADIO UNTUK KEPERLUAN LAYANAN PITA LEBAR NIRKABEL (WIRELESS BROADBAND) PADA PITA FREKUENSI RADIO 2.3 GHZ

 PERATURAN MENKOMINFO NOMOR : 9/KEP/M.KOMINFO/1/2009 TENTANG

PENETAPAN PITA FREKUENSI RADIO UNTUK KEPERLUAN LAYANAN PITA LEBAR NIRKABEL (WIRELESS BROADBAND) PADA PITA FREKUENSI RADIO 3.3 GHz DAN MIGRASI PENGGUNA FREKUENSI RADIO EKSISTING UNTUK KEPERLUAN LAYANAN PITA LEBAR NIRKABEL (WIRELESS BROADBAND) DARI PITA FREKUENSI RADIO 3.4 – 3.6 GHz KE PITA FREKUENSI RADIO 3.3 GHz

 PERATURAN MENKOMINFO NOMOR : 7/KEP/M.KOMINFO/1/2009 TENTANG

PENATAAN PITA FREKUENSI RADIO UNTUK KEPERLUAN LAYANAN PITA LEBAR NIRKABEL (WIRELESS BROADBAND)

 KEPDIRJEN POSTEL NOMOR : 167/DIRJEN/2002 TENTANG PERSYARATAN

TEKNIS ALAT DAN PERANGKAT BROADBAND WIRELESS ACCESS PADA FREKUENSI 10 GHZ

 PERDIRJEN POSTEL NOMOR: 94/DIRJEN/2008 TENTANG PERSYARATAN

TEKNIS ALAT DAN PERANGKAT TELEKOMUNIKASI SUBSCRIBER STATION BROADBAND WIRELESS ACCESS (BWA) NOMADIC PADA PITA FREKUENSI 2.3 GHz

 PERDIRJEN POSTEL NOMOR: 95/DIRJEN/2008 TENTANG PERSYARATAN

TEKNIS ALAT DAN PERANGKAT TELEKOMUNIKASI BASE STATION BROADBAND WIRELESS ACCESS (BWA) NOMADIC PADA PITA FREKUENSI 2.3 GHz

 PERDIRJEN POSTEL NOMOR: 96/DIRJEN/2008 TENTANG PERSYARATAN

TEKNIS ALAT DAN PERANGKAT TELEKOMUNIKASI ANTENA BROADBAND WIRELESS ACCESS (BWA) NOMADIC PADA PITA FREKUENSI 2.3 GHz  

Semua regulasi tersebut dapat diakses melalui website Ditjen Postel,

124

BAB - 10

Dalam dokumen Alokasi Frekuensi KEBIJAKAN DAN PERENCAN (1) (Halaman 131-136)

Dokumen terkait