• Tidak ada hasil yang ditemukan

Amenitas Wisata di Kabupaten Ngawi

RONA KAWASAN PERENCANAAN

3. Amenitas Wisata di Kabupaten Ngawi

Dalam dunia pariwisata, amenitas merupakan sarana pariwisata, yakni sarana yang mendukung kelancaran penyelenggaraan kegiatan wisata seperti akomodasi (penginapan), rumah makan, pusat informasi wisata, toko cendera mata, tempat belanja (pasar khas/tradisional, pusat layanan kesehatan, pos keamanan, pusat layanan perbankan, pusat layanan komunikasi, air bersih, listrik, jasa pemanduan, promosi wisata, dan kebersihan. Sebagian sarana pariwisata yang terdapat di Kabupaten Ngawi sudah memenuhi kelayakan, meskipun sebagian lainnya masih jauh dari kelayakan untuk memberi layanan prima kepada pengunjung/wisatawan. Di Kabupaten Ngawi, khususnya di Kota Ngawi, terdapat beberapa hotel dengan beberapa tipe (Lihat Tabel 3.3).

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

III.7

Tabel 3.3: Hotel di Kabupaten Ngawi menurut klasifikasi, tenaga kerja, kamar, tarip, dan jumlah tamu tahun 2009.

Jumlah Kamar Tarip Jumlah

Tamu No Nama Hotel Klasifikasi Jumlah

Tenaga Kerja

Standar Suite Minimal Maksimal 1. Hotel

Sukowati

Bintang 1 29 52 3 75.000 370. 000 2.100

2. Hotel Maksum Melati 2 3 22 - 40.000 170. 000 720

3. Hotel SAA Nuansa

Melati 1 18 30 - 45.000 143. 000 5.400

4. Hotel Asri Melati 1 2 8 2 25.000 65. 000 1.080

5. Hotel Wahyu I Melati 1 10 25 5 25.000 120.000 4.000

6. Penginapan Rukun SH Melati 3 3 4 - 25.000 30. 000 1.260 7. Losmen Menanti Melati 1 3 15 - 20.000 30.000 2.880 8. Penginapan Mina Melati 3 3 10 - 25.000 25.000 240 9. Penginapan Wajar Melati 3 3 12 - 30.000 30.000 1.529 10. Losmen Adi Ratna Melati 1 8 13 - 40.000 50.000 720 11. Losmen Wahyu II Melati 1 9 12 - 30.000 130.000 1.475

Sumber: Badan Pusat statistik Kabupaten Ngawi (2010).

4. Aktivitas ( Kegiatan) Wisata di Kabupaten Ngaw i

Beberapa daya tarik wisata di Kabupaten Ngawi menawarkan beragam kegiatan kepada wisatawan. Dengan ragam daya tarik wisata seperti waduk, taman, kolam renang, bumi perkemahan, museum, hutan, air terjun, pemandangan alam pegunungan dan sebagainya wisatawan dapat melakukan kegiatan yang bervariasi sesuai dengan karakteristik daya tarik yang dikunjungi.

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

III.8

C. GAMBARAN UMUM KAWASAN PERENCANAAN

Kawasan wisata lereng Gunung Lawu merupakan wilayah yang cukup luas dan secara administratif meliputi beberapa kecamatan, termasuk Kecamatan Kendal, Kecamatan Jogorogo, Kecamatan Ngrambe dan Kecamatan Sine. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ngawi Tahun 2010 – 2030 kawasan tersebut berpusat di Ngrambe dan ditetapkan sebagai salah satu kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi sebagai kawasan agropolitan. Kawasan tersebut memiliki berbagai potensi, termasuk potensi pertanian dengan tanaman seperti ubi jalar dan sayur-sayuran, potensi perkebunan seperti tanaman coklat, jahe, teh, cengkeh dan jambu mete, potensi perindustrian seperti anyaman bambu, genteng dan kripik tempe, serta potensi pariwisata seperti wisata Perkebunan Teh Jamus, Gunung Liliran, Air Terjun Srambang dan Bumi Perkemahan Selondo. Kawasan agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya. Sistem agribisnis adalah pembangunan pertanian yang dilakukan secara terpadu, tidak saja dalam usaha budidaya (on farm) tetapi juga meliputi pembangunan agribisnis hulu (penyediaan sarana pertanian), agribisnis hilir (processing dan pemasaran hasil pertanian) dan jasa-jasa pendukunganya. rencana kawasan Agropolitan yaitu pengembangan suatu kawasan dengan basis utamanya dalam sektor pertanian dan holtikultura. Tujuan pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten Ngawi adalah untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui percepatan pengembangan wilayah dan peningkatan keterkaitan desa dan kota dengan mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing berbasis kerakyatan, keberlanjutan (tidak merusak lingkungan) dan terdesentralisasi (wewenang berada di pemerintah daerah dan masyarakat) di kawasan agropolitan.

Penyusunan rencana tapak ini difokuskan pada kawasan inti yang akan dikembangkan di waktu mendatang, yakni Desa Hargomulyo dan sekitarnya. Sebagai sebuah kawasan pedesaan di daerah pegunungan Desa Hargomulyo

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

III.9

dan sekitarnya merupakan desa-desa yang memiliki beragam potensi, termasuk potensi pertanian, perkebunan, perindustrian dan pariwisata. Seluruh potensi yang dimiliki oleh kawasan tersebut dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata yang diharapkan mampu menciptakan alternative economic income dan manfaat lainnya kepada masyarakat.

Untuk mendeskripsikan rona awal kawasan wisata lereng Gunung Lawu secara lebih lengkap, khususnya dalam kontek pengembangan pariwisata, digunakan pendekatan 4A (The Four-A Approach) agar dapat memudahkan analisis mengenai kawasan tersebut. Pendekatan 4A terdiri atas 4 komponen, yakni Atraksi, Aksesibilitas, Amenitas dan Aktivitas.

1. Atraksi

Atraksi adalah daya tarik yang dapat mengundang wisatawan untuk mengunjungi sebuah destinasi atau daya tarik wisata. Daya tarik wisata di kawasan wisata Lereng Gunung Lawu terdiri atas berbagai potensi alam dan budaya yang memiliki keunikan. Pada saat ini masih banyak potensi sumber daya alam maupun budaya yang terdapat di kawasan lereng Gunung Lawu yang belum dikembangkan dan dikelola secara profesional sebagai daya tarik wisata. Secara khusus Desa Hargomulyo yang terletak di kawasan lereng Gunung Lawu pada saat ini juga belum dikembangkan secara optimal sebagai desa wisata. Desa tersebut pada dasarnya memiliki potensi sumber daya alam dan budaya yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata minat khusus, termasuk wisata agro, wisata alam, dan wisata budaya. Saat ini beberapa daya tarik utama di desa tersebut yang potensial untuk dikembangkan seperti Air Terjun Jumog (Dung Ji), Air Terjun Suwono belum memiliki aksesibilitas yang baik. Jalan menuju lokasi air terjun masih cukup sulit untuk dijangkau wisatawan, utamanya pada saat musim penghujan karena kondisi jalan tanah yang becek dan licin.

2. Aksesibilitas

Aksesibilitas adalah keterjangkauan suatu daerah tujuan wisata atau sebuah lokasi daya tarik wisata baik secara fisik maupun sosial.

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

III.10

Aksesibilitas fisik pada umumnya terdiri atas jalan, jembatan dan signage

yang berupa tanda penunjuk arah (sign board) atau RPPJ (Rambu Pendahulu Pengarah Jurusan) dan RPJ (Rambu Petunjuk Jurusan). Aksesibilitas sosial adalah penerimaan masyarakat setempat (local community acceptance) terhadap pembangunan pariwisata di daerah mereka. Aksesibilitas fisik, khususnya jalan, menuju ke kawasan wisata lereng Gunung Lawu secara umum dapat dikatakan sudah cukup baik. Kondisi jalan sebagian besar sudah beraspal meskipun jalan menuju ke beberapa lokasi belum diaspal dengan baik.

Komponen aksesibilitas fisik lainnya di kawasan wisata lereng Gunung Lawu seperti papan penunjuk (sign board), baik yang menuju ke lokasi air terjun Dung Ji (Jumog, air terjun Suwono, maupun makam tokoh yang terdapat di kawasan tersebut belum ditemukan. Hal ini mengingat kawasan tersebut pada saat ini baru direncanakan untuk dikembangkan. Sedangkan aksesibilitas sosial yang berupa penerimaan masyarakat terhadap rencana pengembangan pariwisata di wilayah mereka sudah cukup baik. Komponen aksesibilitas berupa moda transportasi lokal pada saat ini banyak didominasi oleh ojek.

3. Amenitas

Amenitas merupakan segala sarana pendukung yang dapat memperlancar kegiatan pariwisata. Amenitas terdiri atas sarana akomodasi, boga (makanan dan minuman), telekomunikasi, perbankan, kesehatan, pusat informasi pariwisata, pemanduan (guiding and interpretation). Amenitas lain dapat berupa gardu pandang (lookout point), tempat makan, fasilitas rekreasi dan olah raga, tempat pertunjukan, pasar dan pertokoan, fasilitas parkir, serta fasilitas pertemuan. Pada saat ini sebagian besar komponen amenitas tersebut belum tersedia di kawasan wisata lereng Gunung Lawu terutama di kawasan perencanaan yang akan dikembangkan. Amenitas juga berupa jaringan air bersih dan jaringan listrik. Jaringan air bersih di kawasan perencanaan cukup memadai karena ketersediaan sumber air melimpah dan dapat disalurkan dengan mudah melalui pipa maupun selang air ke rumah-rumah warga,

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

III.11

perkantoran, pasar dan fasilitas umum lainnya. Demikian pula jaringan listrik di kawasan perencanaan sudah terdistribusi dengan baik untuk rumah-rumah warga perkantoran dan fasilitas umum lainnya. Keseluruhan warga masyarakat di kawasan perencanaan sudah dapat menikmati aliran listrik untuk berbagai keperluan mereka.

4. Aktivitas

Aktivitas adalah kegiatan yang dapat dilakukan oleh wisatawan pada saat berkunjung ke daerah tujuan wisata. Kegiatan wisata di kawasan wisata lereng Gunung Lawu masih bersifat insidental, yang hanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu saja seperti pada hari Minggu atau hari libur nasional. Kegiatan wisata utama adalah wisata alam untuk menikmati suasana alam pegunungan, baik yang berkaitan dengan keindahan panorama alam pegunungan (sight seeing), udara yang sejuk segar, maupun tantangan untuk menjelajah. Namun demikian di beberapa lokasi kegiatan tersebut belum dikembangkan secara optimal sehingga diperlukan pendampingan untuk memberdayakan masyarakat setempat dalam pengembangan dan pengelolaan kawasan wisata tersebut. Kegiatan lainnya yang dapat dilakukan di kawasan wisata lereng Gunung Lawu antara lain adalah melakukan olah raga dan rekreasi, menginap/bermalam di homestay untuk mengetahui adar istiadat masyarakat, dan melakukan pengamatan flora/fauna di kawasan pegunungan, menjelajah (trekking), berkemah (camping), berkeliling naik kuda (horse riding), bersepeda (cycling) dan sebagainya. Namun pada saat ini beragam kegiatan yang memiliki potensi untuk dikembangkan di kawasan tersebut belum dikembangkan dan dikelola.

Dokumen terkait