• Tidak ada hasil yang ditemukan

SITEPLAN POTENSI WISATA : Pemerintah Kabupaten Ngawi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SITEPLAN POTENSI WISATA : Pemerintah Kabupaten Ngawi"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Terselesaikannya penulisan Laporan Pendahuluan “Penyusunan Rencana Tapak (Site Plan) Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu” merupakan kebahagiaan tersendiri bagi Tim Penyusun. Oleh sebab itu sudah sepantasnya apabila pada kesempatan ini, Tim Penyusun memanjatkan puji syukur ke hadlirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayahnya berupa pengetahuan dan kesempatan, sehingga Laporan Pendahuluan ini dapat diselesaikan.

Penyusunan Rencana Tapak (Site Plan) Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu dapat dipandang sebagai bagian dari implementasi Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dimana setiap daerah dituntut untuk memajukan semua sektor yang dapat menjadi roda penggerak perekonomian daerah. Inisiatif dari Pemerintah Kabupaten Ngawi, dalam hal ini Badan Perencana Pembangunan Daerah (BAPPEDA) untuk melakukan penyusunan Rencana Tapak (Site Plan) Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu merupakan bagian dari usaha untuk menggerakkan roda perekonomian daerah melalui pembangunan pariwisata. Terkait dengan tujuan tersebut, maka hasil penyusunan Rencana Tapak (Site Plan) Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu diharapkan dapat menjadi panduan penataan ruang kawasan yang sesuai dengan karakteristik kawasan berdasarkan prinsip pembangunan pariwisata berkelanjutan dengan mengutamakan manfaat bagi masyarakat setempat dan berbagai sumber daya yang terdapat di kawasan lereng Gunung Lawu.

Dalam penulisan Laporan Pendahuluan ini Tim Penyusun telah memperoleh dukungan dan bantuan dalam berbagai bentuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu Tim Penyusun mengucapkan terimakasih kepada badan/dinas dan kantor/instansi terkait di Kabupaten Ngawi, Pemerintah Desa Hargomulyo serta masyarakat Desa Hargomulyo dan sekitarnya yang telah bersedia memberikan data, informasi, masukan dan layanan kepada Tim Penyusun. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan Laporan Pendahuluan ini.

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

(3)

Satu hal yang perlu digarisbawahi adalah bahwa Laporan Pendahuluan ini belum dapat dianggap sempurna. Oleh sebab itu saran, masukan dan kritik yang bersifat konstruktif sangat diharapkan oleh Tim Penyusun. Semoga Laporan Pendahuluan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terkait, khususnya bagi tim pengembangan kawasan wisata lereng Gunung Lawu.

Ngawi, Juni 2011

Tim Penyusun

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN I.1

A Latar Belakang Masalah I.1

B Maksud dan Tujuan I.3

C Lingkup Kawasan Perencanaan I.4

D TargetlKeluaran I.5

E Manfaat I.6

F Dasar Hukum I.9

G Sistematika Penyajian I.10

BAB II METODE DAN PENDEKATAN II.1

A Metode II.1

B Pendekatan Perencanaan II.12

C Alur Pikir II.17

BAB III RONA KAWASAN PERENCANAAN III.1 A Gambaran Umum Kabupaten Ngawi III.1 B Gambaran Umum Kepariwisataan di Kabupaten

Ngawi

III.4

C Gambaran Umum Kawasan Perencanaan III.8 D Kondisi Sosial Ekonomi III.11 E Profil Pasar Wisata Kawasan III.13 F Permasalahan Pengembangan Pariwisata di

Kawasan Lereng Gunung Lawu

III.14

BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN IV.1

A Rencana Kerja IV.1

B Struktur Organisasi Pelaksana IV.2

C Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan IV.4 D Tahapan Pelaporan dan Pembahasan IV.5

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

(5)

DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM

Halaman

Tabel 3.1 Penduduk Menurut jenis Kelamin di Kabupaten Ngawi Th 2009.

III.2

Tabel 3.2 Perkembangan Kepadatan Jumlah Penduduk di Kabupaten Ngawi Tahun 2005 – 2009

II.3

Tabel 3.3 Hotel di Kabupaten Ngawi menurut klasifikasi, tenaga kerja, kamar, tarip, dan jumlah tamu tahun 2009

III.7

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

(6)

1

BAB

PENDAHULUAN

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

I .1

A. LATAR BELAKANG

Peningkatan kesejahteraan masyarakat telah diupayakan melalui berbagai program antara lain melalui program pembangunan pariwisata. Pariwisata telah diyakini dapat memberikan manfaat dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pada khususnya dan pengembangan ekonomi kawasan pada umumnya. Dalam berbagai konteks pariwisata dilihat sebagai industri yang dapat memberikan banyak keuntungan yang terlihat nyata seperti dalam bentuk tersedianya lapangan kerja, meningkatnya pendapatan tambahan (additional income) penduduk di sekitar lokasi daya tarik wisata serta berkembangnya seni budaya lokal. Namun demikian di sisi lain pariwisata telah menyebabkan dampak negatif di banyak sisi kehidupan. Selain dapat menimbulkan dampak positif, jumlah wisatawan yang secara umum selalu bertambah dari waktu ke waktu tersebut memiliki potensi untuk menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Dampak negatif tersebut dapat mengubah karakteristik dan fungsi lingkungan alam maupun sosial budaya dalam berbagai bentuk. Untuk menghindari terjadinya dampak negatif pembangunan pariwisata, maka di dalam mengembangkan pariwisata daerah diperlukan adanya keseimbangan, keserasian, dan keselarasan antara berbagai fungsi pariwisata, termasuk fungsi ekonomi, lingkungan hidup, dan pendidikan.

(7)

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

I .2

meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Namun demikian di sisi lain pembangunan pariwisata di Kabupaten Ngawi harus memperhatikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan agar terjadi keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan ekonomi dan pelestarian fungsi ekologi.

Upaya membangun perekonomian masyarakat Kabupaten Ngawi serta upaya memeratakan hasil-hasil pembangunan yang diharapkan dapat mengurangi kesenjangan pertumbuhan masing-masing sektor dan kawasan yang terdapat di wilayah tersebut menuntut adanya sinergi setiap komponen

stakeholder pembangunan serta peran aktif dan kontribusi yang efektif dari seluruh elemen yang ada. Untuk mencapai kondisi tersebut diperlukan upaya pemberdayaan seluruh potensi dan sumber daya yang dimiliki oleh Kabupaten Ngawi sehingga mampu menjadi aset yang produktif yang dapat menggerakkan perekonomian di seluruh wilayah Kabupaten Ngawi secara merata dan berimbang.

Kunjungan wisatawan ke wilayah Kabupaten Ngawi pada umumnya didominasi oleh kunjungan ke daya tarik wisata yang sudah dikembangkan seperti Pemandian Tawun dan Waduk Pondok. Namun demikian, Kabupaten Ngawi tidak hanya memiliki dua daya tarik wisata tersebut. Di Kabupaten Ngawi juga terdapat berbagai daya tarik wisata lainnya yang dapat dikunjungi wisatawan termasuk Air Terjun Srambang, Perkebunan Teh Jamus, Monumen Suryo, dan Monumen/Situs Manusia Purba di Trinil. Meskipun belum tercatat dalam Buku Statistik Pariwisata beberapa daya tarik wisata seperti Monumen Suryo yang telah berkembang sebagai kawasan wisata yang memiliki daya tarik tersendiri sehingga dapat mendukung terciptanya diversifikasi daya tarik wisata di wilayah tersebut.

Selain memberikan perhatian kepada upaya untuk mendiversifikasi daya tarik wisata, pengembangan pariwisata di Kabupaten Ngawi juga perlu mempertimbangkan keseimbangan antara pemanfaatan aset termasuk alam dan budaya sebagai daya tarik wisata dengan pemeliharaan aset agar berkelanjutan sehingga dapat dinikmati baik oleh generasi sekarang maupun generasi yang akan datang.

(8)

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

I .3

mengantisipasi berbagai perkembangan lingkungan internal maupun eksternal termasuk kecenderungan perkembangan pariwisata dalam konteks nasional dan global. Oleh karena itu dalam upaya mengembangkan pariwisata di Kabupaten Ngawi, khususnya kawasan lereng Gunung Lawu, diperlukan adanya studi yang bertujuan untuk menghasilkan sebuah rencana tapak atau

site plan kawasan tersebut.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Kegiatan penyusunan rencana tapak (site plan) kawasan wisata lereng Gunung Lawu Kabupaten Ngawi dimaksudkan agar dapat berfungsi sebagai dasar-dasar untuk:

1. melaksanakan kegiatan pemanfaatan dan pengelolaan ruang-ruang kawasan wisata secara efektif dan terencana;

2. mengendalikan pemanfaatan ruang kawasan wisata;

3. menetapkan instrumen/alat untuk mengkoordinasikan, mengintegrasikan serta mensinergikan penyusunan dan pelaksanaan program pemanfaatan ruang kawasan wisata;

4. menetapkan investasi yang dapat dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Ngawi, swasta maupun masyarakat;

5. menetapkan ijin pemanfaatan ruang kawasan wisata; 6. menjadi acuan penyusunan rencana teknik.

Kegiatan penyusunan rencana tapak (site plan) kawasan wisata lereng Gunung Lawu ditujukan untuk mengidentifikasikan kegiatan dan fasilitas yang sesuai untuk pengembangan kawasan wisata sehingga dapat berkembang sesuai fungsinya sebagai kawasan wisata. Secara garis besar sasaran perencanaan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut.

a. Menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan yang pada prinsipnya merupakan upaya dalam menciptakan fungsi dan intensitas penggunaan tanah di kawasan wisata.

(9)

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

I .4

serasi antara manusia dan lingkungannya yang tercermin dari pola intensitas penggunaan ruang kawasan wisata.

c. Meningkatkan daya guna dan hasil guna pelayanan yang merupakan upaya pemanfaatan ruang yang tercermin dalam penentuan jenjang fungsi pelayanan kegiatan-kegiatan di kawasan wisata.

d. Mengarahkan pembangunan kawasan wisata yang lebih jelas dalam rangka upaya pengendalian, pengawasan, dan pelaksanaan pembangunan fisik untuk kawasan wisata, baik dari segi kuantitas maupun kualitas.

Penyusunan rencana tapak (site plan) kawasan wisata lereng Gunung Lawu diarahkan untuk:

1. mengoptimalkan fungsi kawasan wisata lereng Gunung Lawu sebagai kawasan wisata minat khusus berbasis alam pedesaan di daerah pegunungan.

2. meningkatkan peran kawasan wisata lereng Gunung Lawu sebagai kawasan wisata minat khusus yang menawarkan kegiatan rekreasi dan berbagai ragam kegiatan wisata lainnya.

3. meningkatkan peran kawasan wisata lereng Gunung Lawu sebagai area publik yang menekankan harmoni antara lingkungan, pendidikan dan ekonomi.

C. LINGKUP KAWASAN PERENCANAAN

(10)

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

I .5

Kawasan perencanaan tersebut merupakan kawasan perdesaan, yakni sebuah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman pedesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi (RTRW Kabupaten Ngawi 2010-2030).

D. TARGET/KELUARAN

Hasil/keluaran yang diharapkan dari pekerjaan Penyusunan Site Plan

Kawasan Wisata lereng Gunung Lawu adalah sebagai berikut:

1. Tersusunnya site plan kawasan wisata lereng Gunung Lawu yang dapat menjadi acuan bagi penataan fisik kawasan wisata dan lingkungan yang dapat mendukung pengembangan pariwisata di kawasan wisata tersebut serta dapat menjadi dasar pengembangan untuk menjadikan kawasan wisata lereng Gunung Lawu utara sebagai kawasan wisata berbasis kegiatan wisata alam dan budaya masyarakat setempat.

2. Tersusunnya arahan pengembangan kawasan wisata lereng Gunung Lawu yang akan menjadi pedoman operasional bagi pengembangan program yang berkaitan dengan kepariwisataan yang meliputi produk, pemasaran, sumber daya manusia, kelembagaan dan jejaring pengembangan;

3. Terciptanya wajah kawasan wisata lereng Gunung Lawu yang mampu menampilkan keharmonisan antara lingkungan alam dan budaya, pendidikan dan pengembangan perekonomian masyarakat setempat. 4. Tersusunnya rekomendasi pengembangan kawasan wisata lereng Gunung

Lawu.

(11)

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

I .6

E. MANFAAT

Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak terkait termasuk:

1. Pemerintah, dalam hal mendayagunakan sumber daya wilayah, khususnya untuk mengembangkan kawasan wisata lereng Gunung Lawu di Kabupaten Ngawi, agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan pendapatan asli daerah Kabupaten Ngawi, menjaga kelestarian ekosistem kawasan wisata pedesaan dan pegunungan terutama dalam melestarikan sumber daya alam dan budaya yang sangat bermanfaat untuk berbagai keperluan;

2. Swasta, dalam rangka membuka usaha baru yang berkaitan dengan pengembangan usaha jasa kepariwisataan, terutama wisata pedesaan di daerah pegunungan;

3. Masyarakat, dalam memanfaatkan sumber daya alam khususnya sumber daya alam pedesaan di daerah pegunungan di sekitar mereka untuk membuka lapangan kerja baru serta meningkatkan penghasilan tambahan (additional income).

Untuk mewujudkan keberhasilan pembangunan pariwisata di kawasan wisata lereng Gunung Lawu, secara umum diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Meningkatkan pengelolaan daya tarik wisata secara profesional yang berwawasan lingkungan;

2. Menjadikan industri pariwisata sebagai andalan untuk menciptakan kesempatan kerja dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pendapatan daerah;

3. Meningkatkan manajemen promosi pariwisata; 4. Meningkatkan pelayanan jasa pariwisata;

5. Meningkatkan peran serta swasta dan masyarakat dalam usaha jasa pariwisata;

6. Meningkatkan manajemen pariwisata dalam rangka persaingan global; 7. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sumber daya alam dan

(12)

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

I .7

8. Mendorong tumbuhnya pangsa pasar pariwisata berdasarkan potensi yang dimiliki;

9. Meningkatkan kerjasama dengan daerah lain yang saling menguntungkan; 10. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pariwisata;

11. Mengembangkan agrowisata, wisata alam dan wisata budaya di kawasan wisata lereng Gunung Lawu.

Dalam skala terbatas, kawasan wisata lereng Gunung Lawu yang memiliki beraneka potensi untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata termasuk daya tarik wisata agro, wisata alam, dan wisata budaya, diharapkan menjadi salah satu pendukung perekonomian masyarakat setempat di kawasan tersebut. Dalam skala yang lebih luas pengembangan pariwisata di kawasan wisata tersebut dalam jangka panjang juga diharapkan menjadi salah satu penggerak motor perekonomian wilayah Kabupaten Ngawi pada umumnya. Untuk itu di dalam mengelola dan mengembangkan kawasan wisata lereng Gunung Lawu tersebut perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1. dalam rangka mempertahankan kawasan pariwisata diperlukan pengawasan dan pengendalian daya tampung kegiatan pariwisata agar tetap terjamin kenyamanan alam lingkungan;

2. dalam rangka menguasai dan mengendalikan kegiatan pariwisata agar tidak mengganggu kelancaran lalu lintas pada jalur di kawasan tersebut diperlukan pengelolaan secara terintegrasi dengan sektor terkait.

3. dalam rangka menguasai dan mengendalikan kegiatan pariwisata yang dapat menimbulkan pengrusakan lingkungan alam dan sosial budaya diperlukan pengelolaan yang koordinatif.

(13)

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

I .8

belum adanya program penataan aktivitas di kawasan wisata yang didasarkan pada konsep yang jelas.

Berdasarkan kondisi di atas maka perlu dilakukan penataan konseptual tata ruang kawasan wisata untuk mengatasi problematika yang dapat timbul di kawasan wisata. Beberapa hal yang dapat dijadikan acuan dalam penataan kawasan wisata lereng Gunung Lawu yang dalam hal ini cakupan wilayahnya lebih terfokus di Desa Hargomulyo Kecamatan Ngrambe, antara lain adalah: a. Sektor pariwisata yang dikembangkan di kawasan lereng Gunung Lawu

harus mampu menjadi salah satu prime mover pembangunan ekonomi lokal;

b. Sektor pariwisata harus dapat memberikan kesempatan berusaha dan dapat menciptakan lapangan kerja yang seluas-luasnya bagi perorangan ataupun kelompok masyarakat khususnya di sekitar kawasan wisata lereng Gunung Lawu Kabupaten Ngawi pada umumnya;

c. Pembangunan pariwisata di kawasan wisata lereng Gunung Lawu dalam jangka panjang dapat dilaksanakan secara bertahap dengan mengedepankan prinsip-prinsip pembangunan pariwisata keberlanjutan; d. Pembangunan pariwisata di kawasan wisata lereng Gunung Lawu harus

melibatkan secara aktif berbagai komponen stakeholder termasuk sektor pemerintah, swasta, dan masyarakat;

e. Pembangunan pariwisata di kawasan wisata lereng Gunung Lawu harus disertai dengan langkah-langkah proaktif dalam usaha pencegahan dampak negatif yang mungkin timbul.

Selain untuk menjawab problematika pengembangan kepatriwisataan daerah, penataan kawasan wisata lereng Gunung Lawu dalam bentuk penyusunan rencana tapak (site plan) kawasan juga diharapkan menjadi langkah untuk menggerakkan sektor pembangunan lainnya sehingga dalam hal ini dituntut adanya sinergi antara pihak pemerintah daerah beserta

(14)

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

I .9

untuk mendorong peningkatan pendapatan asli daerah dan membangun kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan hal-hal tersebut maka dalam penataan kawasan wisata lereng Gunung Lawu perlu dilakukan perumusan konsep pengembangan yang jelas.

F. DASAR HUKUM

Dasar hUkum untuk melaksanakan pekerjaan Penyusunan Rencana Tapak (Site Plan) Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

yang diubah menjadi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008. 3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. 4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. 5. c

.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

6. Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum.

7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten. 8. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur No. 2 Tahun 2006 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur.

(15)

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

I.10

G. SISTEMATIKA PENYAJIAN

Sistematika penyajian penyusunan rencana tapak (site plan) kawasan wisata Lereng Gunung Lawu terdiri atas:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan, lingkup kawasan perencanaan, target keluaran, manfaat, dasar pelaksanaan hukum, dan sistematika penyajian laporan.

BAB II METODE DAN PENDEKATAN

Bab ini berisi tentang metode dan pendekatan yang digunakan untuk menyusun rencana tapak (site plan) kawasan wisata lereng Gunung Lawu.

BAB III RONA KAWASAN PERENCANAAN

Bab ini berisi tentang gambaran umum Kabupaten Ngawi, gambaran umum kepariwisataan di Kabupaten Ngawi, gambaran umum kawasan perencanaan (kawasan wisata lereng Gunung Lawu), dan permasalahan pengembangan pariwisata di kawasan wisata lereng Gunung Lawu.

BAB IV ANALISIS PERENCANAAN KAWASAN

Bab ini berisi tentang analisis kebijakan dan rencana pengembangan wisata di Kabupaten Ngawi, analisis fisik daya tarik wisata di kawasan lereng Gunung Lawu, analisis non fisik daya tarik wisata di kawasan lereng Gunung Lawu.

BAB V KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN

Bab ini berisi tentang konsep yang digunakan sebagai pedoman untuk merencanakan pengembangan kawasan wisata lereng Gunung Lawu yang terdiri atas konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan, konsep pengembangan pariwisata berbasisi masyarakat dan konsep pengembangan pariwisata terpadu.

(16)

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

I.11

Bab ini berisi tentang rencana pengembangan kawasan, rencana pengembangan pemasaran, rencana pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan kelembagaan, rencana pengembangan jejaring, dan rencana tapak kawasan

BAB VII PENUTUP

(17)

2

BAB

METODE DAN PENDEKATAN

A. METODE

Metode yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan “Penyusunan

Rencana Tapak (Site Plan) Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu

Kabupaten Ngawi Tahun Anggaran 2011” ini meliputi beberapa tahap

pendekatan teknis, yaitu:

Penentuan batas wilayah meliputi batas administratif kawasan lereng

Gunung Lawu Kabupaten Ngawi.

Pengamatan dinamika perkembangan kawasan lereng Gunung Lawu

Kabupaten Ngawi dan sekitarnya serta sumber daya yang dimilikinya.

Pengamatan lapangan (site observation) terutama dilakukan pada

peninjauan ke lokasi-lokasi di kawasan lereng Gunung Lawu yang

memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata.

Pengidentifikasian hasil inventarisasi kawasan lereng Gunung Lawu

dilengkapi dengan peta kawasan.

Penyusunan laporan kegiatan Penyusunan Rencana Tapak (Site Plan)

Wisata Lereng Gunung Lawu Kabupaten Ngawi Tahun Anggaran 2011.

1. Data

Kegiatan Penyusunan Rencana Tapak (Site Plan) Wisata Lereng

Gunung Lawu Kabupaten Ngawi, Tahun Anggaran 2011 mengacu pada

data dasar untuk menunjang kedalaman rancangan yang disusun

sebagai berikut:

a. Data fisik kondisi yang sudah ada;

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

(18)

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

II.2

b. Data lingkungan;

c. Data jaringan instalasi yang ada;

d. Data ketersediaan lahan;

e. Data berupa dokumen eksisting, termasuk dokumen perencanaan

pembangunan daerah seperti Rencana Tata Ruang Wilayah

(RTRW) Kabupaten Ngawi Tahun 2010-2030, Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJPD) Kabupaten

Ngawi Tahun 2010-2015;

f. Data non fisik, berupa kondisi sosial budaya masyarakat,

kependudukan, ekonomi kawasan, fungsi bangunan dan aktivitas

kawasan.

2. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder.

Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan beberapa

metode termasuk pengamatan lapangan (site observation), wawancara

dan diskusi. Pengumpulan data primer dimaksudkan untuk data-data

yang bersifat primer, yakni data yang dicatat atau dipotret langsung dari

lapangan atau kawasan perencanaan. Pengumpulan data ini ditujukan

untuk memperoleh gambaran keadaan yang spesifik di kawasan

perencanaan. Sedangkan data sekunder dikumpulkan dengan metode

simak, yakni menyimak data dan berbagai peta yang sudah dimiliki oleh

lembaga/dinas terkait. Pengumpulan data sekunder dimaksudkan untuk

memperoleh fakta dan gambaran mengenai kawasan perencanaan

yang tidak dapat diperoleh pada saat ini, namun fakta tersebut telah

terdokumentasikan pada waktu yang lalu.

3. Analisis Data

a. Tahap Analisis

Tujuan dari tahap analisis adalah menemukenali dan mengkaji

secara tepat potensi dan permasalahan di kawasan perencanaan

(19)

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

II.3

ini dilakukan secara multidisiplin untuk memberikan dukungan bagi

perumusan arahan pengembangan kepariwisataan di kawasan wisata

lereng Gunung Lawu Kabupaten Ngawi. Secara lebih rinci tahap

analisis ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Analisis Produk

Secara umum analisis produk ditujukan untuk menghasilkan

arahan pengembangan produk wisata kawasan wisata Lereng

Gunung Lawu Kabupaten Ngawi, yang meliputi pengembangan:

daya tarik wisata (attractions), sistem aksesibilitas dan

pencapaian (accessibility), fasilitas penunjang pariwisata

(amenities) serta kegiatan (activities) wisata yang dapat dilakukan wisatawan dan masyarakat setempat dalam suatu

konsep dan rencana pengembangan yang terpadu dan saling

mendukung.

Oleh karena itu di dalam proses analisis dan perencanaan

keempat komponen produk tersebut dilakukan inventarisasi dan

identifikasi karakteristik dan kondisi awal untuk menemukenali

permasalahan serta kendala yang ada sebagai dasar untuk

merumuskan konsep dan langkah-langkah pengembangan.

• Komponen daya tarik wisata (attractions), dikaji melalui

identifikasi untuk memetakan potensi wisata yang ada di

kawasan wisata lereng Gunung Lawu dan sekitarnya, baik

potensi yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata

alam, wisata agro maupun wisata budaya. Potensi-potensi

tersebut dianalisis untuk menentukan mana yang dapat

dikembangkan sebagai daya tarik utama dan mana yang dapat

dikembangkan sebagai daya tarik pendukung. Di samping itu

juga dikaji potensi-potensi apa yang dapat dikembangkan

sebagai daya tarik atau produk baru untuk mengembangkan

diversifikasi produk di kawasan wisata Lereng Gunung Lawu.

Hasil analisis terhadap potensi-potensi tersebut selanjutnya

(20)

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

II.4

memberikan kualitas pengalaman yang lebih kaya dan

beragam kepada wisatawan.

• Analisis terhadap komponen aksesibilitas dan pencapaian,

dititikberatkan pada evaluasi terhadap kemudahan pencapaian

wisatawan dalam melakukan kunjungan ke kawasan wisata

lereng Gunung Lawu. Analisis tersebut selanjutnya dijadikan

dasar bagi pengembangan sistem aksesibilitas dan pencapaian

untuk meningkatkan kualitas dukungan pencapaian yang ada

maupun dalam kerangka mengantisipasi pengembangan daya

tarik wisata dan kegiatan-kegiatan atau aktivitas wisata baru

dalam konteks diversifikasi produk di kawasan wisata lereng

Gunung Lawu.

• Analisis terhadap komponen amenitas difokuskan untuk

memetakan dan mengevaluasi kondisi ketersediaan

fasilitas/sarana penunjang dan pelayanan wisata yang ada di

kawasan wisata lereng Gunung Lawu dan sekitarnya, guna

menyusun arahan pengembangan, baik dari sisi kuantitas

maupun kualitas serta peletakannya, untuk menyesuaikan

permintaan pasar dan kecenderungan sikap yang makin kritis

terhadap kualitas pelayanan wisata.

• Analisis pada komponen aktivitas atau kegiatan wisata

difokuskan pada kegiatan-kegiatan yang selama ini sudah

dilakukan oleh wisatawan pada saat mengunjungi lokasi-lokasi

di kawasan wisata lereng Gunung Lawu, khususnya Desa

Hargomulyo Kecamatan Ngrambe, yang memiliki potensi

untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata. Di samping itu

kegiatan wisata juga dikaitkan dengan aktivitas yang dilakukan

oleh masyarakat setempat selaku tuan rumah untuk

menyediakan layanan/jasa sehingga berdampak pada

pendapatan ekonomi keluarga. Dengan demikian kegiatan

wisatawan dapat memberikan keuntungan dan manfaat

(21)

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

II.5

2) Analisis Fisik Tata Ruang

Analisis tata ruang kawasan wisata lereng Gunung Lawu secara

umum memiliki sasaran untuk menghasilkan arahan rencana

kegiatan dan tata ruang kawasan yang optimal, dengan skala

prioritas dan pentahapan. Atas dasar gambaran tersebut,

didukung oleh kajian pengembangan wilayah pembangunan yang

ada, serta kajian bidang kepariwisataan, dapat dikembangkan

perencanaan untuk pengembangan tata ruang kawasan

pariwisata. Hal yang dijadikan pertimbangan dalam analisis tata

ruang kawasan ini adalahketentuan tentang satuan wilayah

pembangunan yang telah ditetapkan di kawasan wisata Lereng

Gunung Lawu Kabupaten Ngawi, yang merupakan kebijakan

pemerintah daerah dalam pengembangan perwilayahan yang

tercermin dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Kabupaten Ngawi Tahun 2010-2030.

3) Analisis Fisik Sarana pariwisata

Dalam kaitannya dengan penyusunan rencana tapak (site plan)

kawasan wisata Lereng Gunung Lawu, analisis sarana pariwisata

(sarana yang mendukung pengembangan kawasan wisata),

bertujuan untuk mengidentifikasi kelengkapan, kualitas dan

kesesuaian sarana guna mendukung pengembangan

kawasan wisata lereng Gunung Lawu, dengan memberi

rekomendasi bagi kebutuhan dalam upaya mengantisipasi

pertumbuhan dan perkembangan permintaan pasar.

Tujuan dari analisis fisik sarana pariwisata ini secara khusus

adalah:

ƒ Memberikan gambaran mengenai potensi dan permasalahan

dari kondisi sarana pendukung di kawasan wisata lereng

Gunung Lawu;

ƒ Memberikan gambaran tentang kebutuhan dan pola

pengembangan sarana pendukung kegiatan di kawasan

(22)

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

II.6

Metode yang digunakan dalam analisis sarana pariwisata ini antara

lain adalah dengan menggunakan data primer dan sekunder, yaitu

data teknis sarana yang ada pada saat ini dan prediksinya untuk

(23)

Belum adanya sarana pendukung untuk mengembangan kawasan wisata lereng gunung lawu yang

memadai

Belum adanya pengelolaan potensi kawasan secara optimal

sehingga belum dapat dimanfaatkan dengan baik oleh

Belum adanya aksesibilitas untuk menuju potensi obyek wisata

sehingga sulit untuk dikembangkan

Adanya Potensi

Kawasan

Potensi wisata alam yang beragam seperti air terjun, keindahan alam

pegunungan,keunikan sungai

Potensi wisata spiritual yang beragam seperti makam keramat, mata air keramat, legenda situs, keunikan rumah batu

Potensi wisata agro yang beragam seperti kebun teh, kebun kopi, pertanian

terasering, budidaya tanaman sayuran dan buah,

Belum ada upaya pengelolaan dan pengembangan kawasan

yang berbasis pada peningkatan potensi kawasan

untuk mengatasi permasalahan

Adanya Permasalahan

Kawasan

Diagram 2.1: Potensi dan Permasalahan Pengembangan Kawasan Wisata

Lereng Gunung Lawu.

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

(24)

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

II.8

b. Metode Analisis

Teknik pengolahan data secara umum didasarkan pada jenis dan

sifat data, yakni:

1. Data yang bersifat kuantitatif diolah dan disusun dengan tabulasi

dalam bentuk tabel dan grafik.

2. Data yang bersifat kualitatif diolah dan disusun secara deskriptif

dalam bentuk narasi atau uraian yang berisi penjelasan mengenai

data.

3. Data yang menunjukkan letak atau posisi (misalnya lokasi suatu

daya tarik wisata atau sarana penunjang kegiatan wisata) diolah

dan disusun dalam bentuk peta.

4. Data yang berkaitan dengan suasana atau situasi diolah dan

disusun dengan menggunakan foto dan uraian atau deskripsi yang

menjelaskan suasana atau situasi tersebut.

Dalam penyusunan rencana tapak (site plan) kawasan wisata lereng

Gunung Lawu digunakan beberapa metode analisis termasuk

analisis 4A, analisis SWOT dan analisis interaktif.

1) Analisis 4A

Analisis 4A merupakan analisis yang mendasarkan pada kajian

terhadap komponen-komponen produk wisata yang terdiri atas

atraksi, aksesibilitas, amenitas dan aktivitas. Untuk mengkaji

produk wisata yang ada guna menyusun perencanaan

pengembangan di masa mendatang analisis 4A merupakan

analisis yang sesuai karena dapat membantu melihat secara

keseluruhan komponen yang diperlukan sebagai landasan

pembangunan pariwisata. Seluruh komponen yang dianalisis

memiliki keterkaitan atau hubungan timbal balik yang saling

mendukung sehingga dapat dikatakan apabila satu komponen

tidak tersedia maka akan menghambat keberhasilan

pembangunan pariwisata. Namun demikian komponen yang

paling utama adalah daya tarik wisata mengingat semua kegiatan

(25)

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

II.9

2) Analisis SWOT

Analisis SWOT merupakan cara menganalisis dengan melihat

secara cermat komponen-komponen yang terdiri atas strengths

(kekuatan), weaknesses (kelemahan), opportunities (peluang)

dan threats (ancaman) dari suatu kegiatan pengembangan. Analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk

menggambarkan kondisi atau situasi yang terjadi dan

mengevaluasi suatu masalah atau proyek yang berdasarkan

faktor internal (Strengths, Weaknesess) dan faktor eksternal

(Opportunities dan Threats). Metode ini paling sering digunakan dalam metode evaluasi bisnis untuk mencari strategi yang akan

dilakukan.

ƒ Strengths atau kekuatan merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam suatu kegiatan pengembangan, proyek atau

konsep bisnis. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor

yang terdapat dalam kegiatan pengembangan, proyek atau

bisnis itu sendiri.

ƒ Weaknesses atau kelemahan merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam suatu kegiatan pengembangan, proyek

atau konsep bisnis. Kelemahan yang dianalisis merupakan

faktor yang terdapat dalam kegiatan pengembangan, proyek

atau bisnis itu sendiri.

ƒ Opportunities atau peluang merupakan kondisi peluang perkembangan yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Kondisi yang terjadi merupakan unsur di luar suatu kegiatan

pengembangan, proyek atau konsep bisnis, misalnya

kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi lingkungan sekitar,

keamanan internasional, dan iklim global.

ƒ Threaths atau ancaman merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat mengganggu suatu kegiatan

(26)

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

II.10

Dalam penyusunan rencana tapak (site plan) kawasan wisata

lereng Gunung Lawu analisis SWOT digunakan untuk

memudahkan dalam mengkaji potensi dan permasalahan yang

dapat dijadikan dasar untuk menyusun rencana pengembangan

dalam bentuk rencana tapak (site plan). Kekuatan dan kelemahan

merupakan faktor internal yang harus diberdayakan untuk

mengantisipasi faktor eksternal, yakni peluang yang harus

dimanfaatkan dan ancaman yang harus dihindari.

3) Analisis Interaktif

Metode analisis interaktif memiliki beberapa elemen penting,

yakni reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan

(verifikasi). Elemen-elemen analisis interaktif dalam kontek

penyusunan rencana tapak (site plan) kawasan wisata lereng

Gunung Lawu ini dapat dijelaskan seperti berikut ini:

ƒ Reduksi data, yakni sebuah proses untuk melakukan

penyeleksian, pemfokusan, penyederhanaan, dan

pengabstraksian data dari catatan lapangan yang berkaitan

dengan penyusunan rencana tapak (site plan) kawasan

wisata lereng Gunung Lawu. Data dari lapangan kemudian

ditranskripsikan dalam bentuk laporan untuk kemudian

direduksi dan dipilih hal yang penting untuk mendukung

penyusunan rencana tapak.

ƒ Penyajian data, yakni suatu rakitan organisasi informasi dalam

bentuk klasifikasi atau kategorisasi yang memungkinkan

penarikan kesimpulan yang berkaitan penyusunan rencana

tapak (site plan) kawasan wisata lereng Gunung Lawu dapat

dilakukan. Dalam hal ini display meliputi berbagai jenis

matriks, gambar atau skema, jaringan kerja, tabel, dan peta

yang terkait dengan penyusunan rencana tapak (site plan)

kawasan wisata lereng Gunung Lawu.

ƒ Penarikan Kesimpulan, yakni suatu pengorganisasian data

(27)

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

II.11

akhir mengenai penyusunan rencana tapak (site plan)

kawasan wisata lereng Gunung Lawu. Dalam awal

pengumpulan data, tim penyusun berusaha memahami

keteraturan, pola, pernyataan, konfigurasi, arahan sebab

akibat dan proposisi-proposisi dengan bersikap terbuka.

Sebagai bentuk analisis kualitatif analisis interaktif dilakukan

secara terus menerus dari awal proses pengumpulan data

sampai dengan proses verifikasi atau penarikan kesimpulan.

Dengan demikian, proses analisis terjadi secara interaktif

(28)

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

II.12

B. PENDEKATAN PERENCANAAN

Pendekatan untuk mengembangkan kawasan wisata Lereng Gunung

Lawu diarahkan untuk menjadi dasar utama dalam perumusan rencana

pengembangan. Pendekatan yang diaplikasikan adalah pendekatan 4-A

(Attractions, Accessibility, Amenities, Activities) dan pendekatan 3-E (Ecology, Economy, Education).

1. Pendekatan 4-A

Dalam penyusunan rencana tapak (site plan) kawasan wisata lereng

Gunung Lawu digunakan pendekatan 4-A, yakni sebuah pendekatan

yang digunakan untuk mempermudah dalam menganalisis sebuah

kawasan sehingga dapat membantu di dalam menyusun perencanaan

pengembangan kawasan tersebut. Pendekatan 4-A terdiri atas 4

(empat) komponen yang saling terkait, yakni Atraksi, Aksesibilitas,

Amenitas, dan Aktivitas. Pada dasarnya produk pariwisata juga terdiri

atas komponen-komponen yang dapat digolongkan menjadi atraksi,

aksesibilitas, amenitas, dan aktivitas yang lebih dikenal dengan

komponen 4A. Masing-masing komponen tersebut memiliki fungsi

yang saling mendukung dalam mewujudkan produk pariwisata yang

siap untuk disajikan kepada wisatawan guna memberikan pengalaman

perjalanan dan kepuasan kunjungan yang maksimal.

a. Atraksi

Yang dimaksud dengan atraksi atau daya tarik wisata adalah “

the features that attract a tourist to a particular destination … they constitute the main reason for travel to the destination. They are the pull factors of touriam” (Soekadijo, 1996; French (1996: 124). Atraksi wisata dapat berupa atraksi alam (natural attractions), seni budaya (cultural attractions), dan buatan (built attractions). Atraksi

atau daya tarik alam adalah “ … attractions that occur naturally

(29)

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

II.13

kerajinan), peninggalan bersejarah, cultural events atau special

events, adat istiadat masyarakat (upacara tradisional, tata kehidupan sehari-hari), museum, dll. Sedangkan daya tarik buatan

adalah daya tarik yang diciptakan oleh manusia.

b. Aksesibilitas

Sedangkan yang dimaksud dengan aksesibilitas adalah sarana

yang memberikan kemudahan kepada wisatawan untuk mencapai

daerah tujuan wisata. Menurut French (1996: 204) faktor-faktor

yang penting di dalam aksesibilitas meliputi “… road signage,

access to tourist attractions, regional airports, and ground transport, … time taken to reach the destination, the cost of travelling to the destination, and the frequency of transport to the destination.” Aksesibilitas tidak hanya menyangkut kemudahan transportasi bagi wisatawan untuk mencapai sebuah tempat

wisata tetapi juga waktu yang dibutuhkan, dan tanda penunjuk

arah menuju lokasi wisata dan tanda lainnya (signage) seperti

billboard sehingga pencapaian lokasi daya tarik wisata menjadi lebih mudah, cepat, dan nyaman.

c. Amenitas

Amenitas adalah fasilitas pendukung demi kelancaran kegiatan

pariwisata yang juga ditujukan untuk memberikan kenyamanan

kepada wisatawan sehingga merasa betah berada di daerah

tujuan atau destinasi pariwisata. French (1996: 15) menyebutkan

bahwa amenitas adalah “… basic facilities required by tour ists. …

Amenities do not usually in themselves generate or attract tourists, but the lack of amenities might cause tourists to avoid a particular destination.” Fasilitas tersebut terdiri dari akomodasi, rumah makan, pusat informasi pariwisata, pusat perbelanjaan termasuk

pasar dan toko, kios/toko cenderamata, kios oleh-oleh khas, pusat

layanan kesehatan seperti rumah sakit dan pusat kesehatan

(30)

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

II.14

perbankan, sarana komunikasi, pos keamanan, biro perjalanan

wisata (BPW), ketersediaan air bersih dan listrik.

d. Aktivitas

French (1996: 124) menyebutkan bahwa aktivitas adalah “…what

the tourist does at the destination area.” Aktivitas yang beraneka ragam bagi wisatawan dapat menyebabkan lama tinggal

wisatawan yang lebih panjang yang dapat meningkatkan

pengeluaran wisatawan. Selanjutnya, aktivitas yang dilakukan

oleh wisatawan dapat menimbulkan aktivitas usaha yang dapat

dikerjakan oleh penduduk setempat. Aktivitas usaha tersebut

dapat berupa penjualan jasa maupun barang kepada wisatawan.

Menurut Murphy (1995: 46) aktivitas dapat digolongkan menjadi:

(1) appreciative, seperti sightseeing, hiking, photography, enjoying the outdoors; (2) extractive-symbolic, seperti fishing, picking berries, collecting rocks, bird hunting; (3) passive-free play, seperti resting and relaxing, getting away from the city, camping, cooking, reading, enjoying camp-fires, playing cards; (4) sociable-learning,

seperti visiting friends and relatives, shopping, meeting people,

drinking, partying, nature study; dan (5) active-expressive, seperti

swimming, canoeing, beach activities, children’s play, boating.

Selain kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan pada saat

mengunjungi daya tarik wisata, aktivitas juga mengacu pada

kegiatan yang dapat dilakukan oleh masyarakat setempat selaku

“tuan rumah” untuk menyediakan layanan atau jasa kepada

wisatawan sehingga kegiatan ini menimbulkan dampak berupa

keuntungan ekonomi bagi peningkatan pendapatan serta manfaat

sosial budaya bagi kawasan. Banyaknya atau beragamnya

aktivitas yang dapat dilakukan oleh wisatawan akan berpengaruh

pada banyaknya aktivitas ekonomi atau kegiatan usaha yang

(31)

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

II.15

2. Pendekatan 3E

Di samping menggunakan pendekatan 4A, pengembangan kawasan

wisata lereng Gunung Lawu di Kabupaten Ngawi perlu juga

direncanakan dengan menggunakan pendekatan 3E (Ekologi,

Ekonomi, dan Edukasi). Dalam kontek perencanaan pengembangan

kawasan wisata, pendekatan 3E digunakan sebagai pijakan untuk

menjaga keseimbangan antara pola pengembangan pariwisata

dengan karakteristik ekologi atau lingkungan alam dan budaya yang

dimiliki, mengutamakan aspek pendidikan dalam rangka mengelola

lingkungan secara bertanggung jawab dan berkesinambungan serta

menekankan pada upaya mengembangkan perekonomian daerah

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini mengingat

lokasi kawasan yang berada di daerah pegunungan yang memiliki

lingkungan rentan untuk menciptakan dampak bagi kawasan itu

sendiri maupun bagi kawasan di sekitarnya.

Berkaitan dengan ekologi atau lingkungan, dalam banyak hal

pariwisata mengandalkan modal utamanya pada lingkungan, baik

lingkungan alam maupun lingkungan budaya. Dengan kata lain tanpa

keberadaan unsur-unsur lingkungan tersebut pariwisata akan

kehilangan aset atau modal dasar. Oleh karena itu unsur-unsur

ekologi yang menjadi modal utama pariwisata harus dipelihara dan

dijaga kelestariaanya agar dapat berfungsi secara berkelanjutan. Baik

generasi sekarang maupun generasi yang akan datang diharapkan

dapat menikmati aset tersebut dengan kualitas yang sama atau tidak

terdegradasi.

Unsur edukasi merupakan elemen penting untuk mendukung

pengembangan pariwisata di suatu kawasan atau destinasi. Adanya

upaya untuk memberikan informasi dan edukasi atau ‘pendidikan’,

baik kepada wisatawan maupun kepada masyarakat setempat, dapat

membantu menjaga kelestarian ekologi yang menjadi aset

pembangunan pariwisata. Oleh karena edukasi atau pendidikan

(32)

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

II.16

memahami pentingnya menjaga lingkungan daerah tujuan wisata yang

menjadi modal utama pariwisata.

Komponen ekonomi memegang peran penting dalam pembangunan

pariwisata mengingat tanpa adanya keuntungan atau manfaat

ekonomi sama sekali para pelaku usaha pariwisata termasuk

masyarakat di daerah tujuan wisata tidak akan termotivasi untuk

berperan serta dalam mewujudkan keberhasilan pembangunan

pariwisata. Selanjutnya agar semua tujuan tersebut dapat dicapai

diperlukan upaya dari berbagai pihak terkait untuk membuktikan

bahwa pembangunan pariwisata benar-benar dapat memberikan

manfaat ekonomi atau kontribusi finansial kepada masyarakat

setempat sehingga dapat meningkatkan pendapatan, perekonomian

keluarga dan kesejahteraan mereka. Di sisi lain, dengan mengetahui

dan mempercayai bahwa lingkungan yang menjadi modal utama

pariwisata dapat memberikan manfaat kepada mereka, tentu mereka

(33)

C. ALUR PIKIR

Diagram II.2: Alur Pikir Perencanaan.

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

(34)

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

(35)

3

BAB

RONA

KAWASAN PERENCANAAN

A. Gambaran Umum Kabupaten Ngawi

Kabupaten Ngawi, yang berada di kaki Gunung Lawu bagian utara, merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Timur. Wilayah ini terletak di ujung bagian barat propinsi tersebut berbatasan langsung dengan Propinsi Jawa Tengah (Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karangnyar). Secara administratif batas-batas Kabupaten Ngawi adalah sebagai berikut:

‰ Sebelah Utara : Kabupaten Ngawi dan Kabupaten Blora (Propinsi

Jawa Tengah) serta Kabupaten Bojonegoro

‰ Sebelah Timur : Kabupaten Madiun

‰ Sebelah Selatan : Kabupaten Madiun dan Kabupaten Magetan

‰ Sebelah Barat : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sragen (Propinsi Jawa Tengah)

Ditinjau dari posisi geografis, wilayah Kabupaten Ngawi terletak pada

posisi 7°21’ 7°31’ Lintang Selatan dan 111°10’ – 111°40’Bujur Timur. Secara administratif Kabupaten Ngawi yang memiliki luas wilayah sebesar 1.295,985 km2 terbagi menjadi 19 (sembilan belas) kecamatan yang terdiri atas 213 (dua ratus tiga belas) desa dan 4 (empat) kelurahan. Ibu kota Kabupaten Ngawi terletak di Kota Ngawi.

Kabupaten Ngawi yang memiliki luas wilayah keseluruhan 1.295,98 ha didominasi oleh tanah jenis Grumosol dengan warna kelabu dan hitam dengan luas sekitar 55.749 ha, tanah Mediteran dengan warna merah coklat seluas

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

(36)

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

III.2

25.612 ha, tanah Mediteran dan Litosol seluas 21.487 ha, tanah Aluvial dengan warna coklat hitam seluas 12.025, tanah Litosol seluas 6.000 ha, tanah Andosol dan Litosol seluas 3.025 ha, tanah Latosol dan Litosol seluas 810 ha, tanah Mediteran dan Grumusol seluas 2.94 ha, tanah Mediteran dan Regosol seluas 1.95 ha serta jenis tanah lainnya seluas 4.885,62 ha.

[image:36.595.104.530.412.741.2]

Gambaran mengenai sumber daya manusia yang dimiliki oleh Kabupaten Ngawi antara lain dapat dilihat dari jumlah penduduk dan tingkat pendidikan penduduk. Dalam hal jumlah penduduk pada tahun 2009 Kabupaten Ngawi memiliki sebanyak 892.051 jiwa yang terdiri atas 438.223 laki-laki dan 453.828 perempuan (Badan Pusat Statistik Kabupaten Ngawi, 2010). Apabila dibandingkan dengan keadaan penduduk pada tahun 2008 maka jumlah penduduk Kabupaten Ngawi bertambah sebesar 2.827 jiwa. Pada tahun 2009 rasio jenis kelamin (sex ratio) adalah sebesar 96,56 yang berarti bahwa setiap 100 penduduk perempuan terdapat sekitar 96 penduduk laki-laki. Deskripsi secara lengkap disajikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1: Penduduk Menurut jenis Kelamin di Kabupaten Ngawi Th 2009.

NO KODE KECAMATAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1. 010 Sine 22.601 25.580 48.181

2. 020 Ngrambe 21.163 21.412 42.575

3. 030 Jogorogo 20.176 21.183 41.359

4. 040 Kendal 24.413 26.419 50.832

5. 050 Geneng 27.717 28.118 55.835

6. 051 Gerih 18.184 19.289 37.473

7. 060 Kwadungan 14.199 14.483 28.682

8. 070 Pangkur 13.996 14.631 28.627

9. 080 Karangjati 23.211 24.825 48.036

10. 090 Bringin 15.890 16.344 32.234

11. 100 Padas 16.911 16.949 33.860

12. 101 Kasreman 12.013 12.006 24.019

13. 110 Ngawi 41.930 42.432 84.362

14. 120 Paron 44.066 45.300 89.366

15. 130 Kedunggalar 36.901 37.212 74.113

16. 140 Pitu 14.060 14.180 28.240

17. 150 Widodaren 35.095 35.788 70.883 18. 160 Mantingan 19.855 22.023 41.878 19. 170 Karanganyar 15.842 15.654 31.496

JUMLAH 438.223 453.828 892.051

(37)

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

III.3

Pada tahun 2009 kepadatan penduduk Kabupaten Ngawi mencapai 688 jiwa/km2, yang berarti bahwa setiap 1 km2 dihuni oleh sekitar 688 jiwa. Apabila dibandingkan dengan kondisi kepadatan penduduk pada tahun 2008 terdapat kenaikan sebesar 2 jiwa/km2. Daerah-daerah yang memiliki kepadatan penduduk cukup besar (lebih dari 1000 jiwa/km2) meliputi Kecamatan Ngawi, Kecamatan Geneng dan Kecamatan Gerih. Daerah dengan kepadatan penduduk sedang (antara 500 – 1000 jiwa/km2) adalah kecamatan Sine, Ngrambe, Jogorogo, Kendal, Kwadungan, Pangkur, Karangjati, Padas, Bringin, Kasreman, Paron, Kedunggalar, Pitu, Widodaren dan Mantingan. Sedangkan daerah dengan kepadatan penduduk paling rendah (kurang dari 500 jiwa/km2) adalah Kecamatan Karanganyar.

[image:37.595.171.461.553.644.2]

Perkembangan jumlah penduduk di Kabupaten Ngawi pada lima tahun terakhir terus mengalami kenaikan. Jumlah penduduk di Kabupaten Ngawi pada tahun 2006 lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2005. Jumlah penduduk pada tahun 2007 lebih besar atau mengalami kenaikan dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2006. Demikian pula pada tahun 2008 jumlah penduduk di Kabupaten Ngawi mengalami kenaikan atau lebih besar dari jumlah penduduk pada tahun 2007. Deskripsi selengkapnya mengenai perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Ngawi dari tahun 2005 sampai tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2: Perkembangan Kepadatan Jumlah Penduduk di Kabupaten Ngawi Tahun 2005 – 2009.

TAHUN JUMLAH KEPADATAN

2005 876.154 676

2006 879.193 678

2007 882.221 681

2008 889.224 686

2009 892.051 688

(38)

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

III.4

B. GAMBARAN UMUM KEPARIWISATAAN DI KABUPATEN NGAWI

Sebagai salah satu sektor andalan pembangunan Kabupaten Ngawi, pariwisata diharapkan mampu menjadi generator pembangunan serta dapat memberikan kontribusi kepada upaya peningkatan hasil-hasil pembangunan di wilayah tersebut. Letak Kabupaten Ngawi yang strategis di antara jalur pantura (pantai utara) yang menghubungkan berbagai daya tarik wisata yang terdapat di Semarang, Demak, Kudus, Rembang, Blora, Cepu menuju Ngawi serta jalur tengah yang menghubungkan berbagai daya tarik wisata yang terdapat di Jogja (Yogyakarta) dan Solo (Surakarta) memiliki kekuatan untuk menarik wisatawan dari dua kawasan tersebut untuk mengunjungi berbagai daya tarik wisata yang terdapat di wilayah Kabupaten Ngawi.

Untuk mengetahui gambaran mengenai perkembangan pariwisata di Kabupaten Ngawi berikut disajikan analisis data berdasarkan pendekatan 4A, yang terdiri atas: 1) Attractions, yakni daya tarik wisata yang dikunjungi wisatawan, 2) Accessibility, yakni kemudahan untuk menjangkau lokasi daya tarik wisata, utamanya dalam hal pencapaian lokasi daya tarik wisata secara fisik, 3) Amenities, yaitu sarana penunjang kegiatan pariwisata, serta 4)

Activities, yakni kegiatan yang dapat dilakukan oleh wisatawan pada saat berkunjung ke destinasi wisata atau daya tarik wisata serta kegiatan yang dapat dilakukan oleh penduduk setempat untuk melayani wisatawan yang mengunjungi daya tarik wisata. Hal ini menunjukkan kondisi empirik atau

(39)

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

III.5

1. Atraksi (Daya Tarik Wisata) di Kabupaten Ngawi

Dalam kaitannya dengan upaya pengembangan pariwisata, sampai saat ini Pemerintah Kabupaten Ngawi belum memiliki Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan (RIPKA) yang dapat dijadikan acuan pengembangan pariwisata daerah baik dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Oleh karena itu hasil-hasil penelitian terkait yang dilaksanakan oleh berbagai pihak termasuk pihak perguruan tinggi dapat menjadi kontribusi bagi penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan tersebut pada khususnya serta dalam rangka mengembangkan pariwisata di Kabupaten Ngawi pada umumnya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melestarikan sumber daya alam dan budaya serta meningkatkan perekonomian wilayah melalui pengembangan daya tarik wisata.

Atraksi atau daya tarik wisata di Kabupaten Ngawi dapat dibagi ke dalam beberapa komponen yaitu; (a) daya tarik wisata alam; (b) daya tarik wisata buatan; dan (c) daya tarik wisata budaya yang terdiri atas atraksi seni pertunjukan, seni kerajinan, bangunan bersejarah dan upacara adat. Daya tarik tersebut antara lain adalah Waduk Pondok, Taman dan Pemandian Tawun, Monumen Soerjo, Pesanggrahan Srigati, Museum Trinil, Benteng Van den Bosch, Perkebunan Teh Jamus, dan Air Terjun Srambang. Di samping itu juga terdapat daya tarik wisata yang berupa upacara tradisional atau kegiatan budaya, seperti upacara tradisional Dhuk Beji di Tawun, upacara Tironan, upacara Ruwatan, upacara Bersih Desa di beberapa daerah pedesaan, upacara Slametan, upacara kehamilan, upacara kelahiran, upacara perkawinan, upacara kematian dan sebagainya.

2. Aksesibilitas Daya Tarik Wisata di Kabupaten Ngawi

(40)

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

III.6

menuju ke masing-masing lokasi daya tarik wisata sudah dapat dilalui dengan kendaraan roda empat. Sebagai contoh, kualitas jalan menuju ke lokasi Waduk Pondok sebagai daya tarik wisata air di daerah pedesaan sudah berupa jalan aspal. Begitu pula jalan menuju ke Taman dan Pemandian Tawun sudah cukup baik karena dari pusat kota ke Kecamatan Padas sudah dapat dilalui kendaraan roda empat.

3. Amenitas Wisata di Kabupaten Ngawi

(41)

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

[image:41.595.101.546.112.456.2]

III.7

Tabel 3.3: Hotel di Kabupaten Ngawi menurut klasifikasi, tenaga kerja, kamar, tarip, dan jumlah tamu tahun 2009.

Jumlah Kamar Tarip Jumlah

Tamu No Nama Hotel Klasifikasi Jumlah

Tenaga Kerja

Standar Suite Minimal Maksimal

1. Hotel Sukowati

Bintang 1 29 52 3 75.000 370. 000 2.100

2. Hotel Maksum Melati 2 3 22 - 40.000 170. 000 720

3. Hotel SAA Nuansa

Melati 1 18 30 - 45.000 143. 000 5.400

4. Hotel Asri Melati 1 2 8 2 25.000 65. 000 1.080

5. Hotel Wahyu I Melati 1 10 25 5 25.000 120.000 4.000

6. Penginapan Rukun SH

Melati 3 3 4 - 25.000 30. 000 1.260

7. Losmen Menanti

Melati 1 3 15 - 20.000 30.000 2.880

8. Penginapan Mina

Melati 3 3 10 - 25.000 25.000 240

9. Penginapan Wajar

Melati 3 3 12 - 30.000 30.000 1.529

10. Losmen Adi Ratna

Melati 1 8 13 - 40.000 50.000 720

11. Losmen Wahyu II

Melati 1 9 12 - 30.000 130.000 1.475

Sumber: Badan Pusat statistik Kabupaten Ngawi (2010).

4. Aktivitas ( Kegiatan) Wisata di Kabupaten Ngaw i

(42)

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

III.8

C. GAMBARAN UMUM KAWASAN PERENCANAAN

Kawasan wisata lereng Gunung Lawu merupakan wilayah yang cukup luas dan secara administratif meliputi beberapa kecamatan, termasuk Kecamatan Kendal, Kecamatan Jogorogo, Kecamatan Ngrambe dan Kecamatan Sine. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ngawi Tahun 2010 – 2030 kawasan tersebut berpusat di Ngrambe dan ditetapkan sebagai salah satu kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi sebagai kawasan agropolitan. Kawasan tersebut memiliki berbagai potensi, termasuk potensi pertanian dengan tanaman seperti ubi jalar dan sayur-sayuran, potensi perkebunan seperti tanaman coklat, jahe, teh, cengkeh dan jambu mete, potensi perindustrian seperti anyaman bambu, genteng dan kripik tempe, serta potensi pariwisata seperti wisata Perkebunan Teh Jamus, Gunung Liliran, Air Terjun Srambang dan Bumi Perkemahan Selondo. Kawasan agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya. Sistem agribisnis adalah pembangunan pertanian yang dilakukan secara terpadu, tidak saja dalam usaha budidaya (on farm) tetapi juga meliputi pembangunan agribisnis hulu (penyediaan sarana pertanian), agribisnis hilir (processing dan pemasaran hasil pertanian) dan jasa-jasa pendukunganya. rencana kawasan Agropolitan yaitu pengembangan suatu kawasan dengan basis utamanya dalam sektor pertanian dan holtikultura. Tujuan pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten Ngawi adalah untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui percepatan pengembangan wilayah dan peningkatan keterkaitan desa dan kota dengan mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing berbasis kerakyatan, keberlanjutan (tidak merusak lingkungan) dan terdesentralisasi (wewenang berada di pemerintah daerah dan masyarakat) di kawasan agropolitan.

(43)

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

III.9

dan sekitarnya merupakan desa-desa yang memiliki beragam potensi, termasuk potensi pertanian, perkebunan, perindustrian dan pariwisata. Seluruh potensi yang dimiliki oleh kawasan tersebut dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata yang diharapkan mampu menciptakan alternative economic income dan manfaat lainnya kepada masyarakat.

Untuk mendeskripsikan rona awal kawasan wisata lereng Gunung Lawu secara lebih lengkap, khususnya dalam kontek pengembangan pariwisata, digunakan pendekatan 4A (The Four-A Approach) agar dapat memudahkan analisis mengenai kawasan tersebut. Pendekatan 4A terdiri atas 4 komponen, yakni Atraksi, Aksesibilitas, Amenitas dan Aktivitas.

1. Atraksi

Atraksi adalah daya tarik yang dapat mengundang wisatawan untuk mengunjungi sebuah destinasi atau daya tarik wisata. Daya tarik wisata di kawasan wisata Lereng Gunung Lawu terdiri atas berbagai potensi alam dan budaya yang memiliki keunikan. Pada saat ini masih banyak potensi sumber daya alam maupun budaya yang terdapat di kawasan lereng Gunung Lawu yang belum dikembangkan dan dikelola secara profesional sebagai daya tarik wisata. Secara khusus Desa Hargomulyo yang terletak di kawasan lereng Gunung Lawu pada saat ini juga belum dikembangkan secara optimal sebagai desa wisata. Desa tersebut pada dasarnya memiliki potensi sumber daya alam dan budaya yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata minat khusus, termasuk wisata agro, wisata alam, dan wisata budaya. Saat ini beberapa daya tarik utama di desa tersebut yang potensial untuk dikembangkan seperti Air Terjun Jumog (Dung Ji), Air Terjun Suwono belum memiliki aksesibilitas yang baik. Jalan menuju lokasi air terjun masih cukup sulit untuk dijangkau wisatawan, utamanya pada saat musim penghujan karena kondisi jalan tanah yang becek dan licin.

2. Aksesibilitas

(44)

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

III.10

Aksesibilitas fisik pada umumnya terdiri atas jalan, jembatan dan signage

yang berupa tanda penunjuk arah (sign board) atau RPPJ (Rambu Pendahulu Pengarah Jurusan) dan RPJ (Rambu Petunjuk Jurusan). Aksesibilitas sosial adalah penerimaan masyarakat setempat (local community acceptance) terhadap pembangunan pariwisata di daerah mereka. Aksesibilitas fisik, khususnya jalan, menuju ke kawasan wisata lereng Gunung Lawu secara umum dapat dikatakan sudah cukup baik. Kondisi jalan sebagian besar sudah beraspal meskipun jalan menuju ke beberapa lokasi belum diaspal dengan baik.

Komponen aksesibilitas fisik lainnya di kawasan wisata lereng Gunung Lawu seperti papan penunjuk (sign board), baik yang menuju ke lokasi air terjun Dung Ji (Jumog, air terjun Suwono, maupun makam tokoh yang terdapat di kawasan tersebut belum ditemukan. Hal ini mengingat kawasan tersebut pada saat ini baru direncanakan untuk dikembangkan. Sedangkan aksesibilitas sosial yang berupa penerimaan masyarakat terhadap rencana pengembangan pariwisata di wilayah mereka sudah cukup baik. Komponen aksesibilitas berupa moda transportasi lokal pada saat ini banyak didominasi oleh ojek.

3. Amenitas

(45)

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

III.11

perkantoran, pasar dan fasilitas umum lainnya. Demikian pula jaringan listrik di kawasan perencanaan sudah terdistribusi dengan baik untuk rumah-rumah warga perkantoran dan fasilitas umum lainnya. Keseluruhan warga masyarakat di kawasan perencanaan sudah dapat menikmati aliran listrik untuk berbagai keperluan mereka.

4. Aktivitas

Aktivitas adalah kegiatan yang dapat dilakukan oleh wisatawan pada saat berkunjung ke daerah tujuan wisata. Kegiatan wisata di kawasan wisata lereng Gunung Lawu masih bersifat insidental, yang hanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu saja seperti pada hari Minggu atau hari libur nasional. Kegiatan wisata utama adalah wisata alam untuk menikmati suasana alam pegunungan, baik yang berkaitan dengan keindahan panorama alam pegunungan (sight seeing), udara yang sejuk segar, maupun tantangan untuk menjelajah. Namun demikian di beberapa lokasi kegiatan tersebut belum dikembangkan secara optimal sehingga diperlukan pendampingan untuk memberdayakan masyarakat setempat dalam pengembangan dan pengelolaan kawasan wisata tersebut. Kegiatan lainnya yang dapat dilakukan di kawasan wisata lereng Gunung Lawu antara lain adalah melakukan olah raga dan rekreasi, menginap/bermalam di homestay untuk mengetahui adar istiadat masyarakat, dan melakukan pengamatan flora/fauna di kawasan pegunungan, menjelajah (trekking), berkemah (camping), berkeliling naik kuda (horse riding), bersepeda (cycling) dan sebagainya. Namun pada saat ini beragam kegiatan yang memiliki potensi untuk dikembangkan di kawasan tersebut belum dikembangkan dan dikelola.

D. KONDISI SOSIAL EKONOMI

(46)

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

III.12

(47)

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

III.13

E. PROFIL PASAR WISATA KAWASAN

(48)

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

III.14

F. PERMASALAHAN PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KAWASAN

LERENG GUNUNG LAWU

Beberapa permasalahan dalam mengembangkan kawasan wisata lereng Gunung Lawu, utamanya yang berada di Desa Hargomulyo Kecamatan Ngrambe antara lain terkait dengan aksesibilitas, sarana prasarana, sumber daya manusia, kelembagaan, jejaring dan pemasaran. Pada titik atau lokasi tertentu di kawasan wisata lereng Gunung Lawu kondisi jalan masih kurang memadai, misalnya jalan kurang lebar dan tidak rata. Demikian pula pada saat ini belum terdapat tanda penunjuk/RPPJ maupun sign board yang menunjukkan masuk kawasan wisata lereng Gunung Lawu. Sebagai sebuah kawasan yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi daya tarik wisata minat khusus, akses menuju kawasan wisata lereng Gunung Lawu dapat dikatakan masih kurang memadai. Beberapa pintu masuk ke kawasan wisata lereng Gunung Lawu dari arah belum ditata dan difungsikan dengan baik. Di samping itu kondisi jalan menuju kawasan wisata lereng Gunung Lawu masih harus ditingkatkan khususnya dalam kaitannya dengan lebar jalan. Pada saat ini lebar jalan masih berkisar maksimal 4 (empat) meter, sedangkan menurut kondisi ideal seharusnya jalan diperlebar menjadi sedikitnya 6 (enam) meter). Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi bis pariwisata yang di masa depan sesuai dengan perkembangan kawasan wisata lereng Gunung Lawu sebagai kawasan wisata akan banyak masuk ke kawasan tersebut. Selain jalan, elemen aksesibilitas lainnya yang masih amat terbatas adalah tanda penunjuk arah menuju kawasan wisata lereng Gunung Lawu. Hal ini menyebabkan promosi kawasan wisata lereng Gunung Lawu menjadi kurang optimal. Demikian pula papan informasi mengenai keberadaan kawasan wisata lereng Gunung Lawu (billboard) yang cukup jelas di jalur highway Solo-Surabaya belum terpasang.

(49)

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

III.15

Selain itu juga terdapat kegiatan menikmati wisata pedesaan berbasis agrowisata serta paket wisata minat khusus lain seperti mengunjungi rumah batu maupun berziarah ke makam Patih Ronggolono. Namun, saat ini juga belum muncul gagasan dari masyarakat maupun swasta untuk memanfaatkan sumber daya yang ada guna dikembangkan sebagai produk wisata yang dapat dipromosikan dan dijual sebagai paket one day tour maupun stay overnight.

Demikian pula penggunaan sumber daya air yang dimiliki oleh kawasan untuk kepentingan rekreasi yang belum optimal. Pada saat ini air yang melimpah di kawasan wisata lereng Gunung Lawu baru dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti kebutuhan untuk air minum, mencuci dan mandi. Upaya-upaya pengembangan dengan memanfaatkan sumber air yang melimpah bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi belum banyak dilakukan. Melimpahnya sumber daya air yang terdapat di kawasan wisata lereng Gunung Lawu perlu dikelola secara bijaksana namun juga memberikan peluang untuk mendiversifikasi produk wisata berbasis air (wisata tirta) di kawasan wisata tersebut. Di samping itu air yang melimpah di pegunungan dapat juga digunakan untuk usaha pemancingan dan pembibitan dan pembesaran ikan dan untuk kepentingan rekreasi air dan bahkan juga dapat dimanfaatkan dalam kaitannya dengan pendidikan.

(50)

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

III.16

jajan dan oleh-oleh, pusat informasi pariwisata, dan sarana terkait lainnya belum ada.

(51)

4

BAB

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

I V.1

PELAKSANAAN

PEKERJAAN

A. RENCANA KERJA

Pelaksanaan kegiatan “Penyusunan Rencana Tapak (Site Plan) Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu” akan terdiri atas beberapa kegiatan sebagai berikut:

1. Persiapan

Dalam tahap persiapan ini langkah-langkah yang akan dilaksanakan antara lain meliputi:

a. menyusun organisasi kerja.

b. mempersiapkan peralatan yang akan digunakan dalam survey.

c. mempersiapkan buku-buku referensi yang akan digunakan. d. membuat kerangka kerja beserta jadwal pelaksanaannya.

e. menyiapkan dokumen-dokumen administrasi yang diperlukan.

2. Pelaksanaan Kegiatan

Dalam pelaksanaan kegiatan, terdapat beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian, yakni:

(52)

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

I V.2

e. Revisi laporan

f. Pengumpulan laporan kegiatan.

3. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

Rencana pelaksanaan kegiatan “Penyusunan Rencana Tapak (Site Plan) Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu” akan berlangsung selama tiga bulan. Jadwal selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.1.

B. STRUKTUR ORGANISASI PELAKSANA

Agar pelaksanaan kegiatan “Penyusunan Rencana Tapak (Site Plan) Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu” dapat berjalan dengan baik dan lancar maka disusun organisasi pelaksanaan pekerjaan berupa mekanisme kerja intern dan ekstern.

1. Mekanisme Kerja Internal

Struktur organisasi internal menggambarkan hubungan/mekanisme kerja Tim Peneliti dengan Team Leader, Tenaga Ahli, asisten maupun Tenaga Pendukung.

2. Mekanisme Kerja Eksternal

Struktur organisasi eksternal menggambarkan hubungan/mekanisme kerja Tim dengan pihak luar, yaitu:

a. Hubungan kontraktual, antara Tim Peneliti dengan Tim Teknis “Penyusunan Rencana Tapak (Site Plan) Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu”.

b. Hubungan koordinatif dan konsultatif, dilakukan oleh Team Leader (bersama-sama dengan anggota tim) kepada pemimpin proyek, Tim Teknis, dan atau Dinas/Instansi terkait pada saat mencari informasi/data primer dan data sekunder, saat konsultasi/asistensi dan di forum diskusi/presentasi hasil pekerjaan.

(53)

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

I V.3

teknis maupun non-teknis yang memerlukan koordinasi antara Tim Teknis dan pihak-pihak lain yang terkait.

(54)

Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu 2011

I V.4

C. TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN

[image:54.595.142.490.230.457.2]

Tahapan pelaksanaan kegiatan “Penyusunan Rencana Tapak (Site Plan) Kawasan Wisata Lereng Gunung Lawu”, mulai dari persiapan, pengumpulan data, analisis data, penulisan laporan yang disertai dengan pembuatan peta-peta sampai dengan pembahasan dan pengumpulan laporan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1: Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan. No URAIAN KEGIATAN BULAN KE

1 2 3

1 Perijinan lokasi studi

Gambar

Tabel 3.1: Penduduk Menurut jenis Kelamin di Kabupaten Ngawi Th 2009.
Tabel 3.2: Perkembangan Kepadatan Jumlah Penduduk di Kabupaten Ngawi
Tabel 3.3: Hotel di Kabupaten Ngawi menurut klasifikasi, tenaga kerja, kamar,
Tabel 4.1: Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan.

Referensi

Dokumen terkait

Sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pembayaran tagihan rekening Pembangkit Listrik Tenaga Diesel

Berdasarkan nilai kriteria ketuntasan minimal, maka distribusi frekuensi dan persentase ketuntasan hasil belajar matematika Kelas IX SMP Negeri 5 Campalagian

Sesuai dengan pendekatan desain yang dijadikan landasan teoritik, rancang bangun mesin pasteurisasi susu berbasis Teknologi Pulsed Electric Field (PEF) terdiri dari

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Sirsak ( Annona muricata L.) Terhadap Kadar Superoksida dismutase (SOD) dan Malondialdehide (MDA) Mammae Mencit (Mus musculus)

[r]

Dalam pelaksanaannya CV. Pranafood Sukses Manfaat terjadinya piutang diotorisasi oleh fungsi sales dan administrasi yang membubuhkan tanda tangan pada faktur penjualan.

Spasia di mana abses ini terbentuk adalah antara muskulus buccinators dan masseter. Batas superiornya adalah spasia pterigopalatina, batas inferior dengan

Tujuan pembelajaran vokal pada paduan suara OMK di Gereja Katolik Kristus Raja Baciro menurut hasil wawancara dengan pelatih paduan suara OMK Bapak