• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1. Hasil

4.1.1. Isolasi Etil p-Metoksisinamat dari Rimpang Kencur

Etil p-metoksisinamat diisolasi dengan metode perkolasi menggunakan pelarut etanol dan dilanjutkan dengan metode rekristalisasi menghasilkan kristal 1,1% dari berat kencur segar. Hasil titik lebur dari etil p-metoksisinamat sebesar 55-560C. Hasil pemerikasaan melalui analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan menggunakan fasa diam silika gel 60F254, serta developer campuran n-heksan : etil asetat (Tabel 4.1).

Spektrum FT-IR dari Etil p-metoksisinamat memberikan puncak-puncak serapan kimia pada daerah bilangan gelombang 3008,15,3040 cm-1, 1706,4 cm-1, 1631-1603 cm-1, 2937-2843 cm-1, 1253-1208 cm-1, 1025-1005 cm-1, dan 1420-1290 cm-1 (Lampiran A)

4.1.2. Amidasi Etil p-Metoksisinamat Dengan Dietanolamin N,N-bis(2-hidroksietil)-3-(4-metoksifenil) akrilamida

Senyawa N,N-bis(2-hidroksietil)-3-(4-metoksifenil) akrilamida dibuat dengan mereaksikan 3 gram (0,014 mol) EPMS dengan 2 gram (0,019 mol) dietanolamin mengunakan katalis NaOCH3 pada suhu 80-90oC dan diperoleh harga HLB sebesar 3,89. Hasil pemerikasaan melalui analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan menggunakan fasa diam silika gel 60F254. Fase gerak yang digunakan adalah campuran n-heksan : etil asetat pada tabel 4.1

Hasil analisis spektroskopi FT-IR dari Senyawa N,N-bis(2-hidroksietil)-3-(4-metoksifenil) akrilamida memberikan spektrum dengan puncak-puncak serapan kimia pada daerah bilangan gelombang 3650-3200 cm-1, ester 1253-1208 cm-1, 1630-1510 cm-1, untuk karbonil amida 1642 cm-1, 1604 cm-1, dan 1075-1000 cm-1 (Lampiran B).

Tabel 4.1.Hasil analisa Kromatografi Lapis Tipis Senyawa Etil p-metoksisinamat hasil isolasai dan senyawa amida hasil sintesis

No Pelarut Rf

EPMS Amida

1 n-heksana 0,17 0.0375

2 Etil asetat 1 0.41

3 n-heksana: Etil asetat ( 9:1 ) 0,92 0.39

4 n-heksana: Etil asetat ( 8:2 ) 0,84 0.34

5 n-heksana: Etil asetat ( 7:3 ) 0,75 0.33

6 n-heksana: Etil asetat ( 6:4 ) 0,67 0.28

7 n-heksana: Etil asetat ( 5:5 ) 0,59 0,22

8 n-heksana: Etil asetat ( 4:6 ) 0,57 0.20

9 n-heksana: Etil asetat ( 3:7 ) 0,46 0.18

10 n-heksana: Etil asetat ( 8:2 ) 0,33 0.09

11 n-heksana: Etil asetat ( 1:9 ) 0,28 0.05

Etil p-metoksisinamat mempunyai banyak gugus seperti benzen, eter, ena, dan ester sehingga dapat larut dalam banyak pelarut seperti ditunjukkan pada tabel 4.2

Tabel 4.2. Kelarutan N,N-bis(2-hidroksietil)-3-(4-metoksifenil) akrilamida dan EPMS dalam berbagai pelarut

Pelarut EPMS N,N-bis(2-hidroksietil)-3-(4-metoksifenil) akrilamida

Aquades Tidak larut Tidak larut

Etanol Larut Tidak larut

N-heksan Larut Larut

Kloroform Larut Tidak larut

Benzen Larut Tidak larut

Petrolium Benzen Larut Larut

Etil Asetat Larut Sedikit larut

Aseton Larut Larut

4.2. Pembahasan

4.2.1. Isolasi Etil p-Metoksisinamat dari Rimpang Kencur

Etil p-metoksisinamat diperoleh dari hasil isolasi rimpang kencur melalui metode perkolasi menggunakan pelarut etanol diikuti penguapan dan rekristalisasi sehingga menghasilkan kristal. Kandungan kimia rimpang kencur telah dilaporkan oleh Madhathil dkk (1927) yaitu etil sinamat, etil p-metoksisinamat, p-metoksistiren, karen, borneol, dan paraffin. Etil p-metoksisinamat yang hanya berupa padatan dari semua kandungan kimia dari kencur sehingga etil p-metoksisinamat mudah di isolasi menggunakan pelarut etanol dan juga dapat dimurnikan melalui rekristalisasi oleh pelarut etanol.

Hasil isolasi diananalisis dengan menggunakan spektrofotometer FT-IR. Spektrum hasil analisa FT-IR (Lampiran A) memberikan spektrum dengan puncak serapan pada daerah bilangan gelombang 3008 cm-1 menunjukkan adanya vibrasi strechin C-H sp2 pada aromatik, dan –C=C- (alkena). Puncak serapan pada daerah bilanagan gelombang 2042 dan 1911 cm-1 menunjukan pita kombinasi untuk senyawa aromatik tersubstitusi, yang didukung oleh puncak serapan pada bilangan gelombang 831 cm-1 dan 778 cm-1 yang menunjukkan adanya dua substituen pada aromatik yang tersubstitusi pada posisi para, puncak sama dengan yang terdapat pada literatur yakni pada bilangan gelombang 860-780.(Bieman, 1983).Adanya ikatan rangkap C=C aromatik ditunjukkan oleh bilangan gelombang 1571 cm-1 - 1475 cm-1 . Pita serapan pada bilangan gelombang 1631-1603 menunjukkan vibrasi streching –C=C- rantai terbuka. Puncak serapan pada daerah bilangan gelombang 2937-2981 cm-1 menunjukkan vibrasi streching C-H sp3 yang didukung oleh vibrasi bending C-H sp3 pada 1479-1421 cm-1 dan 1391-1304 cm-1. Puncak serapan pada bilangan gelombang 1706 cm-1menunjukkan vibrasi streching C=O karbonil dari ester, dimana bilangangelombang lebih rendah dari vibrasi streching untuk ester (1735 cm-1), hal ini disebabkan karna adanya konjugasi ikatan rangkap C=C dan C=) sehingga memperpanjang ikatan karbonil, dengan demikian ikatan karbonil menjadi lemah akibat bilangan gelombang semakin kecil. (Silverstein,1962). Hal ini dapat ditunjukkan seperti struktur di bawah ini:

H3CO C H C H C O OC2H5

H3CO C H C H C O OC2H5 H3CO C H C H C O -OC2H5 ikatan karbonil menjadi lebih panjang sehingga vibrasi semakin keci.

Adanya gugus karbonil didukung oleh vibrasi streching C=O karbonil didukung oleh overton C=O streching pada bilangan gelombang 3380 (Silverstein,1962). Vibrasi streching c-o ester terdiri dari dua puncak yang pertama vibrasi C-(C=O)-O pada bilangan gelombang 1208 cm-1 puncak melebar dan lebih kuat dari pita absorbsi C=O streching. Puncak yang kedua yaitu vibrasi O-C-C pada bilangan gelombang 1025-1005 cm-1 dimana bedasarkan literatur 1064-1000 cm-1 yang tumpang tinding dengan vibrasi streching C-O-C eter.

4.2.2. Amidasi Etil p-Metoksisinamat Dengan Dietanolamin

Amidasi Etil p-metoksisinamat dengan dietanolamin menggunakan katalis NaOCH3 menghasilkan N,N-bis(2-hidroksietil)-3-(4-metoksifenil) akrilamida bedasarkan prinsip HSAB (Hard Soft Acid Base), dimana H+ dari NH merupakan asam yang lebih keras (hard acid) dibandingkan dengan Hα dietanolamin sehingga bereaksi dengan CH3-CH3O -dari etil p-metoksisinamat yang merupakan basa keras (hard base) dan N- dari dietanolamin merupakan basa lunak (soft base) yang mudah bereaksi dengan gugus asil RCO+ dari EPMS yang merupakan asam lunak (soft acid).

Reaksi yang terjadi secara hipotesis adalah :

H3CO C C C OC2H5 O H H HN CH2 CH CH2 CH OH OH NaOCH3

Senyawa N,N-bis(2-hidroksietil)-3-(4-metoksifenil) akrilamida yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan spektroskopi FT-IR memberikan spektrum (lampiran B) memberikan serapan pada daerah bilangan gelombang 3650-3200 cm-1 menunjukkan vibrasi staching O-H yang ditandai dengan puncak melebar sehingga tumpang tindih dengan vibrasi streching C-H sp2 pada aromatik dan C=C alkena rantai terbuka.Pita serapan pada daerah bilangan gelombang 1642-1604 cm-1 menunjukkan vibrasi streching gugus C=O ( karbonil) untuk senyawa amida, secara khusus untuk amida tersier pada bilangan gelombang 1642 cm-1 (literatur pada bilangan gelombang 1647 cm-1) (Silverstein,1962). Pita serapan karbonil ini tumpang tindih dengan vibrasi bending gugus OH.Vibrasi streching C-N dan vibrasi sterching C=C alkena rantai terbuka. Terbentukya amida di tandai dengan berubahnya vita serapan pada bilangan gelombang 1705 cm-1.Yang merupakan gugus ester dan berubahnya bentuk puncak C-(C=O)-O ester pada bilangan gelombang 1208 cm-1. Pita serapan pada bilangan gelombang 1057cm-1 menunjukkan vibrasi steching C=O dari alkohol primer C puncak serapan pada daerah bilangan gelombang 2940cm-1 menunjukkan vibrasi steching CH sp3 yang didukung oleh vibrasi bending pada bilangan gelombang 1464 cm-1 dan 1366 cm-1.

didukung oleh vibrasi bending O-H pada daerah bilangan gelombang 1642-1604 cm-1 dimana puncak pada bilangan gelombang tersebut tumpang tindih dengan vibrasi streching C-N terbentuknya amida ini ditandai dengan hilangnya vibrasi C-O-C ester pada bilangan gelombang 1253-1208 cm-1, serapan pada daerah bilanga gelombang 2940-2580 cm-1 menunjukkan vibrasi steching C-H sp3 yang didukung oleh vibrasi bending pada bilangan gelombang 1464 cm-1 dan 1366 cm-1, serapan pada daerah bilangan gelombang 1075-1000 cm-1 menunjukkan adanya gugus C-O, serapan pada daerah bilangan gelombang 1235-1210 cm-1 menunjukan adanya gugus C-O-C, serapan pada daerah bilangan gelombang 1630-1510 cm-1 menunjukkan adanya gugus N-C-O, berubahnya serapan pada daerah bilangan gelombang 1706,4 cm-1 adanya gugus C=O ester menjadi serapan pada daerah bilangan gelombang 1642 cm-1 menunjukkan vibrasi steching dari gugus C=O untuk karbonil amida.

Pembuatan senyawa N,N-bis(2-hidroksietil)-3-(4-metoksifenil) akrilamida melalaui reaksi amidasi diatas dengan bahan dasar Etil p-metoksisinamat dengan dietanolamin menggunakan dietanolamin yang berlebih karena dietanolamin mudah dipisahkan, pemurniannya dilarutkan dengan dietil eter dan dicuci dengan NaCl jenuh dikeringkan dengan NaSO4 anhidrous.

Senyawa N,N-bis(2-hidroksietil)-3-(4-metoksifenil) akrilamida juga ditentukan harga HLB dengan menggunakan metode titrasi dengan menentukan bilangan penyabunan (S) dan bilangan asam (A)

Tabel 4.3.Hasil Penentuan Bilangan Penyabunan Dengan Metode Titrasi

Sampel Massa Sampel (gram) Volume titrasi (ml)

Massa 1 Massa 2 Massa 3 Massa V1 V2 V3 V Blangko KOH alkohol - - - - 9,40 9,35 9,40 9,40

N,N-bis(2- hidroksietil)-3-(4-metoksifenil) akrilamida

0,3283 0,3286 0,3286 0,3285 7,85 7,80 7,85 7,83

Tabel 4.4.Hasil Penentuan Bilangan Asam Dengan Metode Titrasi

Sampel Massa Sampel (gram) Volume titrasi (ml) Massa 1 Massa 2 Massa 3 Massa V1 V2 V3 V

N,N-bis(2- hidroksietil)-3-(4-metoksifenil) akrilamida

0,3078 0,3079 0,3078 0,3078 5,90 5,90 6,00 5,93

Kemudian untuk mencari nilai HLB dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

HLB = 20 S

A

1-Maka dapat diperoleh harga HLB dari senyawa N,N-bis(2-hidroksietil)-3-(4-metoksifenil) akrilamida sebesar 15,03 yang secara teori berfungsi sebagai pengemulsi w/o.

BAB 5

Dokumen terkait