• Tidak ada hasil yang ditemukan

digunakan sedikit atau kecil. Sebagai contoh buruh kasar, pedagang asongan, dan penyemir sepatu. Mereka banyak menggunakan tenaga untuk pekerjaannya tersebut dan modal untuk usahanya pun kecil.

Menurut Urip Soewarno dalam bukunya Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Evers (1979: 39), penggolongan jenis-jenis pekerjaan sektor informal ini adalah:

1. Angkutan: penarik becak, delman,dan grobak.

2. Perdagangan: pedagang kaki lima, pedagang asongan, makanan, minuman,pakaian, barang bekas, alat tulis, dan keperluan rumah tangga.

3. Industri pengolahan: membuat makanan dan minuman, industri kayu, dan bahan bangunan.

4. Bangunan: tukang teraso, kayu, besi, dan batu.

5. Jasa-jasa: tukang jahit, semir sepatu, reparasi arloji, dan radio.

Dengan demikian, anak-anak yang bekerja sebagai pedagang asongan dan penyemir sepatu termasuk pekerja di sektor informalyang hanya memerlukan modal, pengetahuan, dan pendidikan yang minim, dan hanya mengandalkan tenaga kasar.

B. Anak-Anak yang Bekerja 1. Pengertian anak

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak

merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5), usia sekolah (5-11 tahun) hingga remaja (11-18 tahun). Rentang ini berada antara anak satu dengan yang lain mengingat latar belakang anak berbeda. Pada anak terdapat rentang perubahan pertumbuhan dan perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat.

Dalam proses perkembangan anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola koping dan perilaku sosial. Ciri fisik adalah semua anak tidak mungkin pertumbuhan fisik yang sama akan tetapi mempunyai perbedaan dan pertumbuhannya. Demikian juga halnya perkembangan kognitif juga mengalami perkembangan yang tidak sama. Adakalanya anak dengan perkembangan kognitif yang cepat dan juga adakalanya perkembangan kognitif yang lambat. Hal tersebut juga dapat dipengaruhi oleh latar belakang anak. Perkembangan konsep diri ini sudah ada sejak bayi, akan tetapi belum terbentuk secara sempurna dan akan mengalami perkembangan seiring dengan pertambahan usia pada anak. Demikian juga pola koping yang dimiliki anak hampir sama dengan konsep diri yang dimiliki anak. Bahwa pola koping pada anak juga sudah terbentuk mulai bayi, hal ini dapat kita lihat pada saat bayi anak menangis. Salah satu pola koping yang dimiliki anak adalah menangis seperti bagaimana anak lapar, tidak sesuai dengan keinginannya, dan lain sebagainya. Kemudian perilaku sosial pada anak juga mengalami perkembangan yang terbentuk mulai bayi. Pada masa bayi perilaku sosial pada anak sudah dapat dilihat seperti bagaimana anak mau diajak orang lain, dengan orang banyak dengan

20

menunjukkan keceriaan. Hal tersebut sudah mulai menunjukkan terbentuknya perilaku sosial yang seiring dengan perkembangan usia. Perubahan perilaku sosial juga dapat berubah sesuai dengan lingkungan yang ada, seperti bagaimana anak sudah mau bermain dengan kelompoknya yaitu anak-anak (Azis, 2005).

2. Anak-Anak yang Bekerja

Secara umum pengertian pekerja anak adalah anak-anak yang melakukan pekerjaan secara rutin untuk orang tuanya atau untuk orang lain yang membutuhkan sejumlah besar waktu, dengan menerima imbalan atau tidak. Pekerja anak bekerja demi meningkatkan penghasilan keluarga dan rumah tangga secara langsung maupun secara tidak langsung. Hubungan pekerja anak yang ditetapkan ada berbagai macam bentuk sebagai buruh anak-anak menerima atau upah untuk pekerjaannya.

Untuk pekerja anak yang magang mereka ada yang dibayar dan ada yang tidak dibayar, sedangkan sebagai tenaga keluarga anak-anak tidak dibayar. Selama ini ada suatu pengertian atau konsep yang sering tidak dibedakan akan tetapi susungguhnya sangat berbeda jauh, yaitu pekerja anak dan anak yang bekerja (Maria dkk, 1999).

Menurut Suhartin (1986: 78) yang menyatakan, bahwa:

Anak-anak adalah mereka yang ditandai dengan pertumbuhan fisik yang terbagi dalam tahap-tahapan. Tahap-tahapan anak itu adalah sebagai berikut:

a. Umur 0—1 tahun yaitu masa bayi b. Umur 1—3 tahun yaitu masa balita c. Umur 3—6 tahun yaitu masa pra-sekolah d. Umur 6—12 tahun yaitu masa sekolah

Iswanti dan Sayekti (1988: 1) memberikan pendapatnya tentang anak-anak adalah golongan penduduk yang berusia antara 0—14 tahun, yang merupakan hasil keturunan dari orang tua atau melalui adopsi di dalam keluarga yang secara potensial perlu dibina secara terarah.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diartikan bahwa anak-anak adalah golongan penduduk yang berumur 0—14 tahun, baik yang sudah sekolah maupun yang belum atau tidak sekolah. Dalam penelitian ini, anak-anak yang bekerja di sektor informal seperti menjadi pedagang asongan, penyemir sepatu dan penjual koran mereka kebanyakan berumur 9—14 tahun.

Pengertian bekerja menurut Kartini Kartono (1990 : 112), bahwa bekerja merupakan aktivitas sosial yang memberikan isi dan makna pada diri manusia juga merupakan aktivitas dasar yang paling penting bagi individu karena memberikan kesenangan dan arti tersendiri bagi kehidupannya. Selanjutnya, Kartini Kartono (1990: 166) membedakan dua fungsi pokok dari bekerja, yaitu bekerja merupakan aktivitas social dengan dua fungsi pokok:

22

1. Memproduksi barang dan jasa bagi diri sendiri dan juga bagi orang lain.

2. Mengikat individu pada interaksi manusiawi dengan individu lain karena seseorang harus bekerjasama dengan orang lain secara baik. Dalam hal ini, anak-anak yang bekerja dipengaruhi oleh suatu kondisi yang mengharuskan mereka untuk bekerja. Dengan kata lain, mereka ini bekerja karena faktor pencari nafkah keluarga yang berpenghasilan rendah, jumlah tanggungan keluarga yang besar, dan disorganisasi keluarga. Menurut Irwanto, dkk. (2003 : 1) menyatakan, bahwa:

Pekerja anak bukanlah suatu fenomena baru di Indonesia. Banyak keluarga yang memerlukan bantuan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi marjinal. Sebagian besar orang tua sebenarnya berterima kasih jika anak-anak mereka dapat bekerja didalam tempat yang terlindung dan tidak berpindah-pindah, belajar disiplin dan keterampilan berproduksi, jauh dari resiko jalanan. Tetapi kenyataannya anak-anak mereka ini kebanyakan bekerja dengan resiko tinggi, putus sekolah, jam kerja yang panjang dan pekerjaan mereka tidak menjamin kehidupan sosial ekonomi yang lebih baik.

Dokumen terkait