• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Akad dan Aplikasi Produk Hasanah Card di BNI Syariah

BAB III PROFIL UNIT USAHA SYARIAH PT BNI (PERSERO), TBK

BAB V PENUTUP

D. Analisa Akad dan Aplikasi Produk Hasanah Card di BNI Syariah

Pihak BNI Syariah tidak bisa mengetahui secara langsung untuk apa uang tunai

yang ditarik dari Hasanah Card akan digunakan, BNI Syariah menghimbau kepada

pengguna kartu untuk mepergunakan kartunya sesuai dengan kaidah syariah dan hal ini sudah diatur dan ditegaskan dalam buku petunjuk layanan dan formulir aplikasi, artinya jika uang tunai tersebut digunakan untuk hal yang bertentangan dengan syariah maka hal tersebut menjadi tanggung jawab moral pemegang kartu.

Namun secara umum, bila diketahui (melalui pengecekan random) bahwa kartu syariah digunakan untuk bertransaksi retail (bukan tunai) yang haram, maka BNI Syariah memiliki hak untuk membatalkan kartu kredit syariah nasabah.

Untuk mengatasi masalah tersebut jika dikaitkan dengan transaksi tunai dan untuk apa penggunaannya, pihak BNI Syariah tidak akan pernah bisa mengaturnya. Siapa pun tidak bisa mengatur untuk apa uang harus digunakan jika sudah ditangan

nasabah. Tidak ada satu alat pun yang bisa mencegah ataupun mengatur untuk apa uang tunai harus digunakan melainkan komitmen moral nasabah.

Secara prinsip kartu kredit tersebut dibolehkan syariah selama dalam prakteknya tidak bertransaksi dengan sistem riba, yaitu memberlakukan ketentuan bunga bila pelunasan utang kepada penjamin lewat dari jatuh tempo pembayaran atau menunggak. Dalam sebuah Hadits Riwayat Jama’ah dijelaskan bahwa (”Menunda- nunda pembayaran yang dilakukan oleh orang yang mampu adalah suatu kdzaliman.”) dan Hadits Riwayat Bukhari (”Orang yang terbaik di antara kalian

adalah orang yang paling baik dalam pembayaran utangnya.”).

Di samping itu, ketentuan uang jasa kafalah tadi tidak boleh terlalu mahal sehingga memberatkan pihak terutang atau terlalu besar melebihi batas rasional, agar terjaga tujuan asal dari kafalah, yaitu jasa pertolongan berupa jaminan utang kepada

merchant, penjual barang atau jasa yang menerima pembayaran dengan kartu kredit tertentu.

Rata-rata jenis syariah card yang paling banyak diminati oleh nasabah adalah

Hasanah Card Gold karena:

1. Adanya fasilitas Executive Airport Lounge.

2. Tidak dikenakan setoran Goodwill Invesment sebesar 10% dari limit kartu. 3. Prestise nasabah.

4. Mayoritas penghasilan applicant di kota-kota besar yang cardable/bankable

adalah gold.

1. Membantu ekspansi kredit/pembiayaan yang bersifat consumer ritel.

2. Sumber revenue baru untuk meningkatkan laba.

3. Menambah customer base.

4. Rangkaian produk yang lengkap.

5. Meningkatkan customer awareness dan image terhadap BNI Syariah.

Hukum Mengambil Biaya Dhaman Dalam Akad Kartu Perbankan

Dhaman dalam syariah Islam termasuk salah satu perbuatan baik yang dapat

mendekatkan diri kepada Allah SWT. Hal ini tampak dalam Hadits (“ Tiga hal yang hanya balasannya dari Allah SWT, ji’al, dhaman, dan al-jah.”)1

Di antara maqashid syariah dari dhaman ini, para ulama mengungkapkan:

“Tidak boleh dhaman dengan biaya jasa, karena dhaman adalah perbuatan kebaikan, sehingga tidaklah boleh mengambil biaya jasa dari perbuatan amal kebajikan, seperti halnya tidak boleh mendapatkan jasa dari puasa dan shalat, karena orientasinya

bukanlah orientasi mendapatkan kesenangan dunia. “Kata Imam Malik, ‘Tidak baik

penjaminan yang disertai dengan fee.’

Kata Ibn al-Qasim, “Jika terjadi (menerima fee) dan shahibul haq mengetahui akad hal itu, maka batallah dhaman ini, dan muncul akad ji’al. Namun, apabila ia tidak mengetahuinya, maka dhaman (himalah) diharuskan kepada yang menjamin

1

Ahmad bin Muhammad al-Shawi, Hasyiah ‘ala al-Syarh al-Shaghir ‘ala Aqrab al-Masalik Ma’a al-Syarh al-Shaghir, op.cit.,jilid 3, hlm.442.

dan ji’al ditolak dalam segala hal.”2 Kata Abu Bakar al-Mundzir, “Para ulama yang kami ikuti telah sepakat bahwa dhman dengan fee yang diambil oleh pihak yang

menanggung tidak halal dan tidak diperbolehkan.”3

Dari hukum dasar ini, para ulama membagi beberapa permasalahan. Abdul Baqi al-Zarqawi mengomentari beberapa permasalahan dhaman. Beliau berkata, “Ji’al

(fee) bagi orang yang menjaminkan dilarang, baik itu bagi pemilik utang atau pemberi utang, atau orang asing dan pemiliknya mengetahuinya sebelum ia menolaknya, apabila ia tidak mengetahuinya maka dikembalikan dan dhaman tersebut tetap sah.

Illat dari pengharaman fee adalah bahwa dhamin (pemberi jaminan), “Bila berutang,

maka dikembalikan sejumlah nilai yang diutanginya tersebut ditambah dengan fee.

Hal ini tidak boleh karena merupakan pinjaman disertai dengan nilai tambah.4

Di antara permasalahan lain yang muncul dalam madzhab Syafi’iah ialah

apabila seseorang melakukan dhaman dengan fee, maka hal ini tidak boleh karena fee

tersebut batal. Dhaman walaupun disyaratkan dengan fee, maka akadnya menjadi

fasid. Berbeda dengan pendapat Ishaq bin Tahawaih, karena fee hanya boleh diambil

2

Abu Abdullah Muhammad bin Yusuf al-andari, al-Muwaq, Al-Taj wa al-Iklil li Mukhtashar Khalil,

Hamisy Mawahib al-Jalil karangan al-Hithab, cet.1. (Mesir: al-Sa’dah, 1329 H), jilid 5, hlm. 111.

3

Muhammad bin Ibrahim ibn al-Mundzir al-Naisabury, Al-Israf ‘ala Madzahib Ahl al-Ilm, cet. 2, ditahqiq oleh Muhammad Nujaib Siraj al-Din, (Qatar: Wizarah al-Auqaf wa al-Su’un al-

Islamiyah,1414 H), jilid 1, hlm. 120.

4

sebagai upah kerja, adapun dhaman bukanlah amal, sehingga tidaklah boleh ada fee

dalam dhaman.5

Dalam hukum dasar ini tampak ketentuan akad dhaman secara syariah, pihak yang menanggung dalam akad kartu kredit tidak boleh mewajibkan fee terhadap

dhaman, baik itudari card holder, merchant, atau pihak lainnya.

Secara syar’i, dhaman termasuk perbuatan baik, tidak boleh mengambil fee dari

dhaman, sehingga hukum akad itu sendiri adalah sah dan diperbolehkan. Di antara syarat akad dhaman adalah utang yang sah, selain dari itu diperbolehkan selama ia

mengetahui utang tersebut dalam tanggungan card holder (madhmun ‘anhu).

Hal ini sesuai dengan sifat utang dalam kartu kredit, di mana utang terhadap

card holder ketika menyelesaikan akad kartu kredit tidak diketahui waktu itu, bahkan belum ada kewajiban dalam tanggungan card holder, maka “sahlah dhaman terhadap

sesuatu yang kemungkinan kepastiannya ada pada masa mendatang.”6

Tidak ada satu pun dari hal ini yang mempengaruhi kesahan akad dhaman menurut jumhur ahli fiqih dari kalangan Hanafiah, Malikiah, dan Hanabilah.

5

Al-Mawardi, al-Hawi al-Kabir, jilid 8, hlm. 121.

6

Mekanisme Akad Ijarah yaitu: