• Tidak ada hasil yang ditemukan

x 1,2 = 1,06

Jadi kebutuhan petugas koding rawat inap sebanyak 1,06 dan di RSUD Ungaran sudah ada 1 (satu) petugas koding rawat inap sehingga membutuhkan 1 (satu) tambahan petugas lagi.

Tabel 4.7

Tabel perbandingan kebutuhan tenaga

No Kategori SDM Staf yang ada (a) Kebutuhan staf (b) Kurang /Lebih (a-b) WISN ratio Keadaan masalah tenaga 1 Petugas assembling 1 1 0 1 Sesuai 2 Petugas koding RI 1 1,06 -0,06 0,94 Kurang petugas

Sumber : data primer

Dari tabel 4.7 terdapat dua jenis perbandingan antara jumlah nyata dan kebutuhan petugas koding rawat inap dan petugas assembling. Ratio antara kenyataan dan kebutuhan tenaga didapatkan WISN ratio 0,94 petugas koding rawat inap yang berarti keadaan tenaga tidak sesuai. Sedangkan WISN ratio petugas assembling didapatkan 1 yang artinya sudah sesuai jumlah petugasnya.

D. Analisa Data

Perhitungan kebutuhan petugas menggunakan metode WISN membutuhkan beberapa data untuk menghasilkan perhitungan yang tepat. Data yang dibutuhkan pertama adalah waktu kerja tersedia petugas meliputi jumlah hari kerja, cuti tahunan, libur nasional, ketidakhadiran (personal), jam kerja dan waktu istirahat petugas. Dibutuhkan perhitungan prediksi

62

jumlah DRM dengan menggunakan data pasien keluar rawat inap berdasarkan RL.3. Hasil perhitungan prediksi DRM akan digunakan untuk menghitung volume kegiatan petugas. Waktu kelonggaran petugas juga harus diperhatikan, waktu kelonggaran petugas meliputi rapat, pelatihan, seminar/diklat, dan lain-lain yang tidak berkaitan dengan job describtion. Perlu dihitung juga waktu petugas dalam menyelesaikan tugasnya yang nantinya akan digunakan untuk menghitung standar beban kerja petugas. Setelah semua data lengkap kemudian dihitung kebutuhan petugas,

Dari hasil perhitungan WISN didapatkan hasil yaitu kebutuhan petugas assembling 1 petugas dan sudah sesuai dengan jumlah petugas saat ini. Sedangkan kebutuhan petugas koding rawat inap yaitu 2 petugas sehingga membutuhkan tambahan petugas karena saat ini petugas hanya berjumlah 1 petugas.

73

BAB V PEMBAHASAN

A. Assembling

Berdasarkan hasil pengamatan di RSUD Ungaran memiliki 1 (satu) orang petugas assembling dengan job description mengambil DRM ke bangsal, merakit DRM, meneliti kelengkapan isi DRM kemudian mendistribusikan DRM lengkap ke petugas koding. Selain itu petugas assembling mempunyai tugas tambahan mengambil DRM ke bangsal setiap harinya membutuhkan waktu 45 menit, membantu melengkapi DRM pasien BPJS dan mencarikan DRM pasien kontrol setiap harinya membutuhkan waktu 1 jam. Petugas assembling seharusnya juga tidak mengambil DRM ke bangsal melainkan petugas bangsal yang mengantarkan DRM ke ruang rekam medis. Hal itu yang menambah beban kerja sebagai petugas assembling. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori yang ada yaitu tugas petugas assembling adalah merakit kembali formulir-formulir DRM menjadi urut/runtut dengan kronologi penyakit pasien yang bersangkutan, meneliti ketidaklengkapan data yang tercatat didalam formulir rekam medis sesuai dengan kasus penyakitnya, mengendalikan dokumen rekam medis yang dikembalikan ke unit pencatat data karena isinya tidak lengkap, mengendalikan penggunaan nomor rekam medis dan mendistribusikan dan mengendalikan penggunaan formulir rekam medis.[5]

64

Sesuai dengan hasil wawancara yang telah dilakukan, karakteristik petugas assembling dengan umur 43 tahun, jenis kelamin perempuan, pendidikan terakhir SMA dan lama kerja 22 tahun. Dapat dilihat dari lama kerjanya petugas dan pengalaman sesuai usia petugas dapat membantu menentukan kecepatan dan ketepatan mengerjakan tupoksinya dan mempengaruhi kuantitas kegiatan pokok petugas dalam merakit dan meneliti kelengkapan DRM. Produktivitas kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu motivasi, kedisiplinan, etos kerja, keterampilan dan pendidikan.[10]Dalam hasil pengamatan salah satu faktor yang mempengaruhi adalah pendidikan, umur dan lama kerja petugas yang mempengaruhi kinerja petugas dalam mengerjakan tugasnya. Tenaga kerja Indonesia yang usianya lebih dari usia produktif (manula) biasanya kemampuan bekerjanya kurang, menghasilkan kualitas kerja yang rendah. Usia yang lebih baik dan cocok untuk menjadi tenaga kerja ialah usia produktif, yakni dari 15-44 tahun agar hasil kerjanya lebih baik.[14]

Jam kerja petugas assembling adalah 5,5 jam per harinya. Petugas mendapatkan cuti 12 hari per tahun, dan pada tahun 2015 ketidakhadiran sebanyak 6 hari yang meliputi izin kepeluan pribadi. Faktor kelonggaran petugas meliputi rapat sebanyak 2 jam per bulan, pengajian rutin 2 jam per minggu, pelatihan, mengambil DRM ke bangsal dan mencarikan DRM kontrol. Waktu kerja sangat menentukan efisiensi dan produktivitas seseorang. Semakin lama waktu kerja yang dimilki oleh seseorang tenaga kerja maka akan menambah tinggi beban kerja

65

65

petugas dan begitu pula sebaliknya. Lamanya waktu kerja seseorang dapat bekerja dengan baik umumnya 6-8 jam perhari. Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan dapat terjadi penurunan produktifitas dan memicu timbulnya kelelahan, penyakit, dan kecelakaan. Personal

Fatique and Delay (PFD) merupakan kebutuhan personal terbesar yang

sebesar 15% dari waktu normal.[11]

Berdasarkan standar operasional prosedur/SOP yang berlaku di RSUD Ungaran, berkas rekam medis adalah berkas yang berisikan tentang keterangan tertulis maupun terekam tentang identitas, anamnesa, penentuan fisik, laboratorium diagnosa segala pelayanan dan tindakan medis yang diberikan selama dalam perawatan. Sedangkan tupoksinya adalah mengambil DRM ke bangsal, merakit DRM, meneliti kelengkapan isi DRM kemudian mendistribusikan DRM lengkap ke petugas koding. Dengan adanya tugas tambahan mengambil DRM ke tiap bangsal tiap paginya dan ditambah dengan adanya tugas tambahan lain yaitu mencarikan DRM pasien kontrol, membantu melengkapi DRM pasien BPJS, hal ini menyebabkan bertambahnya beban kerja petugas dan tingkat kelelahan petugas tinggi yang ditandai dengan penurunan perhatian serta perlambatan dan hambatan persepsi (faktor penyebab kelelahan seperti lelah otot, lelah visual, lelah mental dan monotoris). Bila hal ini terjadi terus-menerus maka akan berdampak pada pekerjaan petugas seperti motivasi kerja menurun dan kualitas

66

kerja rendah, banyak terjadi masalah dan bisa terjadi kecelakaan kerja.[11]

Rata-rata waktu kegiatan petugas dalam melakukan tugasnya yaitu meneliti dan melengkapi DRM adalah 3,9 menit. Volume kegiatan per hari sebesar 52 DRM sedangkan kuantitas kegiatan pokok tahun 2016 sebanyak 14508 DRM dengan hari kerja efektif 279 hari dan standar beban kerja dalam satu tahun yaitu 23607,7 DRM. Standar kegiatan adalah waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang terdidik dan terlatih dengan baik, terampil dan berdedikasi untuk melaksanakan suatu kegiatan sesuai dengan standar profesional dalam keadaan setempat (Indonesia dan provinsi/daerah) yang semaksimal mungkin dilakukan petugas suatu unit dalam catatan tahunan.[12] Sedangkan standar beban kerja adalah banyaknya jenis pekerjaan yang dapat dilaksanakan oleh seorang tenaga kesehatan profesional dalam 1 tahun kerja.[12]

Dari hasil perhitungan tersebut dengan metode WISN didapat kebutuhan petugas sebanyak 1 dengan ratio WISN 0 yang artinya kebutuhan petugas sudah sesuai. Dalam perhitungan menunjukkan bahwa tidak perlu adanya tambahan petugas meskipun petugas terkadang bertugas melebihi jam kerja karena adanya tugas tambahan. Terdapat faktor lain yang mengganggu pekerjaan yaitu saat petugas sedang mengerjakan tugasnya terkadang tidak fokus karena petugas melakukan hal diluar SOP seperti bercakap-cakap dengan petugas lain, selain itu petugas juga sering menerima telepon dari bangsal ataupun

67

67

dari petugas lain. Terdapat juga hambatan dalam mengerjakan tugas seperti terkadang ada dokter yang tidak mau atau susah untuk mengisi kelengkapan DRM, hal itu juga mempengaruhi beban kerja petugas. Faktor lainnya juga karena adanya tambahan berkas-berkas per DRM pasien sehingga DRM pasien semakin tebal yang mempengaruhi waktu pengerjaan merakit dan meneliti DRM. Bila hal ini terjadi terus-menerus makan akan berdampak pada pekerjaan petugas seperti motivasi kerja menurun dan kualitas kerja rendah, banyak terjadi masalah dan bisa terjadi kecelakaan kerja.[11]

Berdasarkan penelitian oleh Febrina Hapsari Setyaningrum tentang tenaga kerja dan beban kerja di RSUD Kota Semarang bahwa untuk dapat menghasilkan kesesuaian antara beban kerja dengan pekerjaannya maka harus diperhatikan faktor penyebabnya.

Dokumen terkait