• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan hasil pengamatan di RSUD Ungaran memiliki 1 (satu) orang petugas koding rawat inap dengan job description memberikan kode penyakit dengan ICD-10 dan kode tindakan dengan ICD-9CM, mengindeks penyakit ke komputer, mendistribusikan DRM ke filing. Petugas koding rawat inap juga mempunyai tugas tambahan yaitu membantu mencarikan DRM pasien kontrol, membantu melengkapi DRM pasien BPJS yang naik kelas membutuhkan waktu selama 1 jam setiap harinya. Selain itu petugas koding rawat inap merangkap tugas

68

sebagai kepala rekam medis di RSUD Ungaran yang akan menambah beban kerja sebagai petugas koding rawat inap. Hal itu sudah sesuai dengan teori bahwa job description petugas koding adalah menerima DRM yang sudah lengkap dan KK (kartu kendali) dari fungsi assembling, meneliti dan mencatat serta menetapkan kode penyakit, operasi atau tindakan medis, sebab kematian pada saat KK (kartu kendali) dan lembar formulir rekam medis yang tertulis diagnosis penyakit, jenis operasi atau tindakan medis dan sebab kematian utamanya pada formulir RM_1, menyusun atau membuat daftar kode penyakit sebagai alat bantu kode penyakit, mencatat data dan informasi rekam medis ke dalam formulir indeks penyakit, operasi atau tindakan medis, sebab kematian dan indeks dokter. [5]

Sesuai dengan hasil wawancara yang telah dilakukan, karakteristik petugas koding rawat inap dengan umur 50 tahun, jenis kelamin perempuan, pendidikan terakhir S1 kesehatan masyarakat dan lama kerja 27 tahun. Dapat dilihat dari lama kerjanya petugas dan pengalaman sesuai usia petugas dapat membantu menentukan kecepatan dan ketepatan mengerjakan tupoksinya dan mempengaruhi kuantitas kegiatan pokok petugas dalam mengkode DRM. Produktivitas kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu motivasi, kedisiplinan, etos kerja, keterampilan dan pendidikan.[10]Dalam hasil pengamatan salah satu faktor yang mempengaruhi adalah pendidikan, umur dan lama kerja petugas yang mempengaruhi kinerja petugas dalam mengerjakan

69

69

tugasnya. Tenaga kerja Indonesia yang usianya lebih dari usia produktif (manula) biasanya kemampuan bekerjanya kurang, menghasilkan kualitas kerja yang rendah. Usia yang lebih baik dan cocok untuk menjadi tenaga kerja ialah usia produktif, yakni dari 15-44 tahun agar hasil kerjanya lebih baik.[14]

Jam kerja petugas koding rawat inap adalah 5,5 jam per harinya. Petugas mendapatkan cuti 12 hari per tahun, dan pada tahun 2015 ketidakhadiran sebanyak 9 hari yang meliputi izin kepeluan pribadi dan menghadiri bimbingan atau sidang mahasiswa PKL. Faktor kelonggaran petugas meliputi rapat sebanyak 2 jam per minggu, pengajian rutin 2 jam per minggu, pelatihan koding 7 hari, dan seminar/diklat 2 hari. Waktu kerja sangat menentukan efisiensi dan produktivitas seseorang. Semakin lama waktu kerja yang dimilki oleh seseorang tenaga kerja maka akan menambah tinggi beban kerja petugas dan begitu pula sebaliknya. Lamanya waktu kerja seseorang dapat bekerja dengan baik umumnya 6-8 jam perhari. Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan dapat terjadi penurunan produktifitas dan memicu timbulnya kelelahan, penyakit, dan kecelakaan. Personal Fatique and Delay (PFD) merupakan kebutuhan personal terbesar yang sebesar 15% dari waktu normal.[11]

Berdasarkan standar operasional prosedur/SOP yang berlaku di RSUD Ungaran, koding adalah pemberian, penetapan kode dengan huruf atau angka atau kombinasi huruf dalam angka yang mewakili komponen data.[14]Sedangkan tupoksinya adalah memberikan kode

70

penyakit dengan ICD-10 dan kode tindakan dengan ICD-9CM, mengindeks penyakit ke komputer, mendistribusikan DRM ke filing. Dengan merangkapnya petugas koding sebagai kepala rekam medis dan ditambah dengan adanya tugas tambahan yaitu mencarikan DRM pasien kontrol, membantu melengkapi DRM pasien BPJS yang naik kelas, hal ini akan menyebabkan bertambahnya beban kerja petugas. Terdapat faktor lain yang mengganggu pekerjaan yaitu saat petugas sedang mengerjakan tugasnya terkadang tidak fokus karena petugas melakukan hal diluar SOP seperti bercakap-cakap dengan petugas lain, selain itu petugas juga sering menerima telepon dari bangsal ataupun dari petugas lain. Tingkat kelelahan petugas tinggi yang ditandai dengan penurunan perhatian serta perlambatan dan hambatan persepsi (faktor penyebab kelelahan seperti lelah otot, lelah visual, lelah mental dan monotoris). Bila hal ini terjadi terus-menerus makan akan berdampak pada pekerjaan petugas seperti motivasi kerja menurun dan kualitas kerja rendah, banyak terjadi masalah dan bisa terjadi kecelakaan kerja.[11]

Rata-rata waktu kegiatan petugas dalam melakukan tugasnya yaitu memberikan kode dan mengindeks penyakit 5,5 menit. Volume kegiatan per hari sebesar 53 DRM sedangkan kuantitas kegiatan pokok tahun 2016 sebanyak 14628 DRM dengan hari kerja efektif 276 hari dan standar beban kerja dalam satu tahun yaitu 16560 DRM. Standar kegiatan adalah waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang terdidik dan terlatih dengan baik, terampil dan berdedikasi untuk

71

71

melaksanakan suatu kegiatan sesuai dengan standar profesional dalam keadaan setempat (Indonesia dan provinsi/daerah) yang semaksimal mungkin dilakukan petugas suatu unit dalam catatan tahunan.[12] Sedangkan standar beban kerja adalah banyaknya jenis pekerjaan yang dapat dilaksanakan oleh seorang tenaga kesehatan profesional dalam 1 tahun kerja.[12]

Dari hasil perhitungan tersebut dengan metode WISN didapat kebutuhan petugas sebanyak 1,06 dengan ratio WISN -0,06 yang artinya kurang petugas. Dalam perhitungan menunjukkan bahwa perlu adanya tambahan petugas meskipun selisih perhitungan hanya kecil namun tetap membutuhkan tambahan petugas. Dalam kenyataan, petugas koding rawat inap di RSUD Ungaran hanya ada 1 petugas. Petugas koding sering bertugas melebihi jam kerja untuk menyelesaikan tugasnya karena pada saat jam kerja terdapat tugas tambahan dan merangkap sebagai kepala rekam medis. Terdapat juga hambatan dalam mengerjakan tugas seperti tulisan dokter yang sulit dibaca, diagnosa tidak sesuai dengan ICD (diagnosa menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa tidak medis), hal itu juga mempengaruhi beban kerja petugas. Faktor lainnya juga karena tidak ada petugas khusus koding rawat inap sehingga petugas koding merangkap sebagai kepala rekam medis.

Berdasarkan penelitian oleh Febrina Hapsari Setyaningrum tentang tenaga kerja dan beban kerja di RSUD Kota Semarang bahwa untuk

72

dapat menghasilkan kesesuaian antara beban kerja dengan pekerjaannya maka harus diperhatikan faktor penyebabnya.

73

BAB VI

Dokumen terkait