• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Bilangan Penyabunan (SV)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4 Analisa Bilangan Penyabunan (SV)

Hubungan antara banyaknya pemakaian NaOH proses penyabunan terhadap

minyak goreng hasil pemurnian dengan menggunakan karbon aktif 240 mesh

sebanyak 7,5 % dari berat minyak goreng bekas yang digunakan dapat dilihat pada

150 160 170 180 190 200 210

2 Banyak Pem akaian (n Kali)3 4

B ilan g an P en yab u n an N aO H 2 0 %, T = 2 5o C N aO H 3 0 %, T = 3 5o C N aO H 4 0 %, T = 4 5o C N aO H 50 %, T = 55o C

Gambar 4.5 Kurva Bilangan Penyabunan (SV) Terhadap Pemakaian Minyak Goreng Hasil Pemurnian dengan Menggunakan Karbon Aktif 240 Mesh Sebanyak 7,5 % dari Berat Minyak Goreng Bekas yang Digunakan

Hubungan antara banyaknya pemakaian NaOH proses penyabunan terhadap

minyak goreng hasil pemurnian dengan menggunakan karbon aktif 240 mesh

sebanyak 5 % dari berat minyak goreng bekas yang digunakan dapat dilihat pada

0 50 100 150 200 250

2 Banyak Pemakaian (n Kali)3 4

B il an g an P en yab u n an N aOH 2 0 %, T = 2 5o C N aOH 3 0 %, T = 3 5o C N aOH 4 0 %, T = 4 5o C N aOH 50 %, T = 55o C

Gambar 4.6 Kurva Bilangan Penyabunan (SV) Terhadap Pemakaian Minyak Goreng Hasil Pemurnian dengan Menggunakan Karbon Aktif 240 Mesh Sebanyak 5 % dari Berat Minyak Goreng Bekas yang Digunakan

Dari Gambar 4.5 dan 46 di atas diperoleh hasil penelitian bilangan

penyabunan (SV) tertinggi terdapat pada minyak bekas penggorengan 2 kali dari

minyak goreng hasil pemurnian menggunakan karbon aktif 240 mesh sebanyak 7,5%

dengan konsentrasi NaOH 50% pada temperatur 550C sebesar 200,80 sehingga sabun terbentuk padat, ini terjadi karena saat penambahan konsentrasi (%) NaOH dan

dengan sempurna (NaOH dalam proses penyabunan dapat terhidrolisis dengan

sempurna)

Hubungan antara banyaknya pemakaian NaOH proses penyabunan terhadap

minyak goreng hasil pemurnian dengan menggunakan karbon aktif 280 mesh

sebanyak 7,5 % dari berat minyak goreng bekas yang digunakan dapat dilihat pada

Gambar 4.7. 0 50 100 150 200 250 2 3 4

Banyak Pemakaian (n Kali)

Bi la ngan P e nyabuna n NaOH 20%, T = 25oC NaOH 30%, T = 35oC NaOH 40%, T = 45oC NaOH 50%, T = 55oC

Gambar 4.7 Kurva Bilangan Penyabunan (SV) Terhadap Pemakaian Minyak Goreng Hasil Pemurnian dengan Menggunakan Karbon Aktif 280 Mesh Sebanyak 7,5 % dari Berat Minyak Goreng Bekas yang Digunakan

Hubungan antara banyaknya pemakaian NaOH proses penyabunan terhadap

minyak goreng hasil pemurnian dengan menggunakan karbon aktif 280 mesh

sebanyak 5 % dari berat minyak goreng bekas yang digunakan dapat dilihat pada

Gambar 4.8. 0 50 100 150 200 250 2 3 4

Banyak Pemakaian (n Kali)

B il an g an P en yab un an NaOH 20%,T = 20oC NaOH 30%, T = 35oC NaOH 40%, T = 45oC NaOH 50%, T = 55oC

Gambar 4.8 Kurva Bilangan Penyabunan (SV) Terhadap Minyak Goreng Hasil Pemurnian dengan Menggunakan Karbon Aktif 280 Mesh Sebanyak 5 % dari Berat Minyak Goreng Bekas yang Digunakan

Bilangan penyabunan (SV) terendah terdapat pada minyak bekas

penggorengan 4 kali dari hasil pemurnian menggunakan karbon aktif 280 mesh

pada Gambar 4.6) sebesar 158,45. Pada konsentrasi NaOH 20% dan T = 250C pada minyak goreng hasil pemurnian untuk pembuatan sabun mandi padat tidak diperoleh

sabun mandi padat karena penyabunan yang dilakukan pada suhu 250C tidak dapat menyabunkan NaOH dengan sempurna sehingga tidak menghasilkan sabun mandi

padat seperti yang diharapkan, sehingga penggunaan NaOH 20% dan T = 250C pada proses ini termasuk dalam penetralisasian untuk menurunkan nilai asam lemak bebas

dari minyak goreng bekas dengan mereaksikan asam lemak bebas tersebut dengan

larutan basa (NaOH). Sabun yang terbentuk pada awal proses netralisasi tersebut

tidak dapat larut dalam minyak dan dapat dipisahkan dengan cara sentrifusi juga

merupakan proses penghilangan bahan penyebab warna gelap.

Berdasarkan Syarat Mutu Sabun Mandi yang diatur di dalam SNI 06-3532-

1994 untuk kadar bilangan penyabunan (SV) berkisar 196-206 (Tabel 2.3). Dari hasil

percobaan ini diperoleh bilangan penyabuan (SV) yang sesuai dengan SNI standar

mutu sabun mandi (Tabel 2.3) dan standar mutu minyak goreng (Tabel 2.1) terdapat

pada minyak goreng hasil pemurnian melalui proses pembleachingan menggunakan karbon aktif 240 mesh dan 280 mesh sebanyak 7,5% dan 5% dari berat minyak

goreng yang digunakan pada minyak goreng bekas 2-4 kali pemakaian dengan

menggunakan konsentrasi NaOH 30%, T = 350C; NaOH 40%, T = 450C dan NaOH 50%, T = 550C diperoleh bilangan penyabunan (SV) ± 197-202,64.

Dari Gambar 4.5 dan Gambar 4.6 bilangan penyabunan diperoleh berdasarkan

menyabunkan minyak goreng. Dari hasil percobaan ini diperoleh sabun mandi yang

lembek (lunak) menggunakan NaOH 30% dan temperatur 350C. Pada NaOH 40%, T = 450C dan NaOH 50%, T = 550C pada minyak goreng hasil pemurnian untuk pembuatan sabun mandi padat telah diperoleh hasil sabun mandi padat sesuai yang

diharapkan melalui proses penyabunan, hal ini karena konsntrasi NaOH (%) dan

temperatur proses (0C) yang digunakan telah tersabunkan semua (lemak atau minyak dipanaskan dengan NaOH sampai terhidrolisis sempurna) ini disebabkan pengaruh

konsentrasi NaOH (%) dan temperatur proses (0C) yang digunakan untuk menyabunkan minyak atau lemak setelah dipanaskan menghasilkan sabun dan hasil

samping berupa gliserol.

Sabun mandi yang diperoleh dengan mereaksikan NaOH 50% memiliki

panjang rantai atom karbon lebih dari 16 menghasilkan sabun keras dan dapat

membuat iritasi pada kulit. Sabun mandi yang diperoleh dengan mereaksikan NaOH

20% memiliki panjang rantai atom karbon yang lebih kecil dari 12 sehingga sukar

untuk membentuk sabun padat.

Dari hasil analisa dengan menggunakan gas kromatografi pada minyak

goreng murni (minyak yang belum digunakan) diperoleh kandungan tertinggi asam

laurat (C12) sebesar 0,2719% pada menit ke 1,723 dan asam oleat (C18F1) sebesar

42,3013% pada menit ke 8,942 (Gambar C 1). Dengan menggunakan minnyak

goreng hasil pemurnian diperoleh kandungan asam laurat sebesar 0,2318% pada

yang belum digunakan. Kandungan asam laurat yang tinggi menghasilkan sabun

mandi lembek (lunak) sedangkan sabun yang mengandung asam miristat dan asam

palmitat yang tinggi akan menghasilkan sabun yang padat dan sabun yang

mengandung asam oleat yang tinggi akan menghasilkan sabun yang keras.

Pada masyrakat ekonomi kebawah sabun yang mengandung asam oleat yang

tinggi sangat disukai karena harganya sangat murah dan sifat mekanisme kerja sabun

yang tahan lama habis terhadap air walaupun sering digunakan namun sabun ini dapat

menyebabkan iritasi pada kulit. Sabun yang mengandung asam laurat yang tinggi

sangat disukai kalangan ekonomi keatas dengan harga yang sangat mahal namun

bahan ini dapat melembutkan kulit meskipun sabun ini terbentuk lembek (lunak)

sehingga mekanisme kerja sabun yang cepat habis terhadap air apabila digunakan.

Sabun yang mengandung asam miristat (C14) dan Asam Palmitat (C16)

menghasilkan sabun mandi padat juga dapat melembutkan kulit dan tidak terlalu

cepat habisnya meskipun sering digunakan (Cammarata, Martin,1993 dan Ketaren,

1986).

Dari hasil analisa, komposisi minyak goreng hasil pemurnian dari minyak

goreng bekas 2-4 kali pemakaian (Lampiran C) dianalisa dengan menggunakan alat

kromatografi gas, namun untuk pembuatan sabun mandi padat pada percobaan ini

tidak hanya bergantung dengan satu ikatan atom karbonnya saja (kandungan asam

lemak) tetapi dari kesemua komposisi minyak tersebut yang terkandung dalam

minyak goreng hasil pemurnian. Hasil kromatografi gas dilakukan untuk mengetahui

bekas 2-4 kali pemakaian sehingga jika digunakan sebagai bahan baku pembuatan

sabun mandi padat dapat diketahui kegunaan atau fungsi sabun tersebut terutama

untuk kesehatan kulit sebagaimana telah dijelaskan diatas fungsi dari

komposisi-komposissi yang terkandung pada minyak goreng hasil pemurnian.

Dari hasil analisa kromatografi gas pada minyak goreng hasil pemurnian dari

minyak goreng bekas 3 dan 4 kali pemakaian terdapat komposisi minyak yang tidak

diketahui namanya yaitu terdapat pada menit ke ± 5.

Dokumen terkait