• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel.5.8.

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat Kecemasan Perempuan dalam Menghadapi Menopause Di Wilayah Kerja

Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang September 2012 (n=90)

Tingkat Pengetahuan

Kecemasan dalam Menghadapi Menopause

Total (n) P Value Tidak Ada Kecemasan Kecemasan Ringan Kecemasan Sedang Kecemasan Berat n % n % N % n % Kurang Cukup Baik 5 7 3 27,8 13,5 15,0 5 18 4 27,8 34,6 20,0 7 13 8 38,9 25,0 40,0 1 14 5 5,6 26,9 25,0 18 52 20 0,120 Jumlah (n) 15 16,7 27 30 28 31,1 20 22,2 90

Tabel 5.8 menunjukkan berdasarkan hasil analisis hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan ditemukan bahwa dari 90 perempuan premenopause menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang berpengetahuan kurang mengalami kecemasan sedang sebanyak 7 orang (38,9%).

Responden berpengetahuan cukup sebagian besar mengalami kecemasan ringan berjumlah 18 orang (34,6%). Responden berpengetahuan baik paling banyak mengalami kecemasan sedang sebanyak 8 orang (40,0%).

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Spearman Rank menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan perempuan dalam menghadapi menopause di wilayah kerja puskesmas Kelurahan Pulo Gebang. Di buktikan dengan nilai probabolitas sebesar 0,120

BAB VI PEMBAHASAN

Bab ini peneliti akan menjelaskan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Pada bab ini akan membahas mulai dari karakteristik responden, tingkat pengetahuan, tingkat kecemasan, hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan perempuan dalam menghadapi menopause dan keterbatasan dalam penelitian.

A. Karakteristik Responden

Pengetahuan dan kecemasan yang dialami oleh responden dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya pendidikan, pengalaman, paparan media masa, ekonomi dan hubungan sosial. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu usia dan faktor sosial budaya (pendidikan, jenis pekerjaan dan suku bangsa) (Notoatmodjo, 2003; Stuart & Laraia, 2005). Dalam penelitian ini beberapa faktor pengetahuan dan faktor kecemasan seperti usia, pendidikan, pekerjaan dan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya menopause yaitu jumlah anak, dijadikan sebagai data demografi responden.

1. Usia

Berdasarkan hasil penelitian, responden terbanyak pada usia 48 tahun yaitu sebesar 22%. Dari 90 responden, usia yang termuda yaitu 40 tahun sedangkan yang tertua yaitu 52 tahun. Hasil penelitian diperoleh data terdapat perempuan usia 45-52 tahun belum mengalami menopause. Hal tersebut tidak sejalan dengan teori Abernethy (2010) yang menyatakan

bahwa menopause terjadi pada usia antara 45 hingga 55 tahun dan usia rata-rata perempuan menopause 51 tahun.

Usia merupakan salah satu faktor sosial yang penting dalam mempelajari masalah kesehatan dan sosial karena usia berkaitan dengan cara pandang seseorang terhadap sesuatu, dalam penelitian ini merupakan cara pandang perempuan terhadap menopause (Stuart & Laraia, 2005). Responden dalam penelitian ini berusia 40-52 tahun. Pada usia tersebut adalah saat dimana seorang perempuan akan berada dalam periode premenopause dimana gejala dan keluhan menopause akan muncul. Sehingga pada usia tersebut sering timbul kecemasan akibat perubahan yang terjadi pada tubuh (Aprilia & Puspitasari, 2007).

Hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Stuart & Laraia (2005), yang menyatakan bahwa semakin tua usia seseorang, maka tingkat kecemasannya akan semakin rendah karena akan semakin banyak pengalaman individu dalam menghadapi masalah. Pendapat ini didukung pula oleh Nursalam & Pariani (2001), semakin tua usia seseorang maka semakin konstruktif dalam menerima informasi yang didapat dan semakin banyak pengetahuan yang dimiliki. Jadi, semakin tua usia seseorang maka semakin banyak pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki, sehingga tingkat kecemasan yang dihadapi akan semakin rendah. 2. Pekerjaan

Hasil penelitian yang dilakukan pada 90 responden sebanyak 67 orang (74,4%) tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga, guru sebanyak 11 orang (12,2%), pedagang sebanyak 6 orang (6,7%), kariawan sebanyak

4 orang (4,4%) dan PNS sebanyak 2 orang (2,2%). Hasil penelitian pada distribusi tingkat pekerjaan menunjukan bahwa presentase terbanyak sebagai ibu rumah tangga (tidak bekerja) yaitu sebanyak 67 orang (74,4%) dan jumlah responden yang bekerja seluruhnya berjumlah 23 orang (25,6%).

Sebagian besar responden berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Aktivitas perempuan sehari-hari dapat mempengaruhi kualitas hidup yang dimiliki. Seorang perempuan yang berperan hanya sebagai ibu rumah tangga saja tingkat pengetahuan yang dimiliki cenderung tidak banyak perubahan, sedangkan seorang perempuan yang mempunyai aktivitas sosial di luar rumah akan lebih banyak mendapat informasi baik, misalnya dari teman bekerja atau teman dalam aktivitas sosial (Darmojo & Hadi, 2006). Perempuan yang bekerja, karena kesibukannya mereka tidak sempat memikirkan gangguan-gangguan menjelang menopause. Begitu juga dengan perempuan yang tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga, tidak mempunyai waktu untuk mencari informasi kesehatan terutama tentang menopause, yang dipikirkan hanya untuk mengurus anak, suami dan pekerjaan rumah, sehingga informasi yang dimiliki sedikit. Akibatnya akan memberikan pemikiran yang keliru terhadap suatu hal (Notoatmodjo, 2003).

3. Pendidikan

Hasil penelitian yang dilakukan pada 90 responden yang tinggal di Kelurahan Pulo Gebang, sebanyak 29 responden (32,2%) berpendidikan

rendah, 53 responden (58,9%) berpendidikan menengah (SMP,SMA) dan 8 responden (8,9%) berpendidikan tinggi.

Pendidikan seseorang juga berpengaruh terhadap kecemasan yang dirasakan, seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi akan mempunyai pengetahuan yang tinggi pula. Semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi daya serapnya terhadap informasi sehingga informasi-informasi yang didapatnya dapat dipahami dengan baik (Notoatmodjo, 2003). Pendapat ini didukung pula oleh penelitian yang dilakukan Branden (2005) perempuan yang berpendidikan tinggi lebih cepat beradaptasi dengan kondisi menopause. Keadaan ini disebabkan cara berfikir perempuan berpendidikan tinggi lebih rasional, lebih terbuka dalam menerima informasi, sehingga wawasan dan pengetahuannya lebih luas dan menghasilkan sikap yang lebih positif dalam menghadapi suatu permasalahan.

Hal tersebut tidak sejalan dengan pendapat Ancok (1985) dalam Notoatmodjo (2005) yang menyatakan bahwa bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah pastilah berpengetahuan rendah pula. Karena peningkatan pengetahuan seseorang tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal tetapi juga bisa diperoleh dari sumber informasi lain.

4. Jumlah Anak

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya menopause. Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya menopause adalah jumlah anak. Semakin sering seorang perempuan melahirkan, maka semakin tua mereka memasuki menopause. Hal ini dikarenakan kehamilan dan

persalinan akan memperlambat sistem kerja organ reproduksi perempuan dan juga memperlambat penuaan tubuh (Kasdu, 2002). Hasil penelitian didapatkan bahwa sebanyak 64 orang (71,1%) memiliki jumlah anak lebih dari satu orang, sebanyak 23 orang (25,6%) mempunyai anak satu dan responden yang tidak mempunyai anak sebanyak 3 orang (3,3%).

Dokumen terkait