• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam bab ini, akan dianalisis semua data yang diperoleh dari hasil penelitian seperti yang sudah disajikan dalam bab terdahulu. Adapun analisis yang dilakukan adalah dengan analisis deskriptif kualitatif dengan tetap mengacu pada hasil interpretasi data dan informasi data tersebut sesuai dengan fokus kegiatan penelitian.

Dari seluruh data dan informasi yang telah dikumpulkan, baik melalui studi pustaka, wawancara mendalam (depth interview) dengan para key informan dan informan biasa, studi dokumentasi maupun catatan-catatan penulis sewaktu melakukan penelitian selama di lapangan, maka dapat diberikan suatu analisa tentang evaluasi program pemberdayaan kelembagaan UKM dalam pengembangan jaringan pemasaran UKM.

Para birokrat/aparatur pemerintah yang berperan sebagai pelaksana dan pengkoordinir dari suatu kebijakan, program maupun kegiatan yang tercakup didalamnya hendaknya mengetahui dengan baik segala tugas-tugas yang berhubungan dengan pelaksanaan kebijakan. Dalam penelitian diketahui bahwa para aparatur Pemerintah Daerah, dalam hal ini pegawai yang berhubungan langsung dengan pelaksanaan kegiatan pengembangan jaringan pemasaran telah mengetahui dan memahami dengan baik setiap tugas yang diatur dalam program pemberdayaan kelembagaan UKM tersebut dan dalam tugas kesehariannya mereka telah menguasai dengan baik tugas-tugas tersebut.

Struktur organisasi merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung terlaksananya kebijakan dengan baik. Adanya unit-unit/bagian yang tersedia dengan orang-orang di dalamnya yang dapat bekerja dengan baik dan memiliki kemampuan yang handal di bidangnya, membuat pelaksanaan kebijakan semakin dekat dengan arah pencapaian tujuan. Jika melihat struktur organisasi Dinas Koperasi beserta unit-unit/bagian yang tersedia didalamnya terkhusus yang menangani program pemberdayaan kelembagaan UKM ini adalah sudah cukup baik. Akan tetapi perlu adanya suatu unit yang bisa memfokuskan diri dalam memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program ini sehingga pelaksanaan program dapat terkontrol dan tidak terjadi kecolongan lagi seperti yang terjadinya penyalahgunaan konsep kemitraan oleh usaha besar untuk menekan dan memanfaatkan UKM.

Pemerintah Kota Medan hendaknya tetap memperhatikan tingkat pengetahuan dan kemampuan pegawai/aparatur pemerintah di bidang pemberdayaan kelembagaan UKM termasuk pemahaman terhadap seluruh permasalahan UKM seperti pemasaran, manajerial, permodalan, kewirausahaan UKM.. Dalam hal ini Pemko juga perlu melakukan berbagai usaha yang dapat mendukung dan membekali para pegawai dalam meningkatkan kemampuannya. Pemerintah Kota Medan telah melakukan berbagai usaha dalam meningkatkan kemampuan aparat di bidang pemberdayaan UKM seperti melakukan pendidikan dan pelatihan, mengadakan seminar, dan diskusi.

Penyampaian informasi mengenai program pemberdayaan kelembagaan UKM dan kegiatan didalamnya yang dilakukan oleh aparatur Dinas Koperasi kepada para UKM sudah cukup baik dilaksanakan yaitu dilakukan dengan

mengadakan penyuluhan kepada UKM dalam rapat koordinasi dan selain itu sosialisasi langsung ke UKM juga dilaksanakan sebagai salah satu alternatif. Sehingga UKM juga bisa semakin memahami isi dari program tersebut terkhusus pengembangan jaringan pemasaran UKM yang pasti bermanfaat bagi mereka.

Apabila Dinas Koperasi benar-benar ingin mengembangkan jaringan pemasaran maka hal yang pertama dilakukan adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengusaha UKM, sangatlah penting. Khususnya mengenai jaringan pemasaran, sebab dengan segala keterbatasan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki UKM saat ini dibandingkan dengan perkembangan pasar yang sangat pesat, tidak cukup untuk membuat UKM dapat bertahan untuk bersaing dalam pasar.

Dari hasil penelitian dapat dianalisa bahwa secara konseptual sebenarnya pemerintah kota Medan sudah menyadari akan hal tersebut dan telah berusaha mengatasi masalah keterbatasan pengetahuan dan keterampilan UKM. Kenyataan ini diperkuat dengan telah dilaksanakan berbagai seminar dan pelatihan terhadap UKM dengan berbagai materi pengembangan pasar yang telah dimulai sejak tahun 2006, ditambah lagi dengan pelaksanaan studi banding bagi UKM-UKM unggulan ke Surabaya sebagai wujud dari pada usaha Dinas Koperasi untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan UKM agar dapat mengembangkan pasar.

Namun demikian apabila dikaitkan dengan informasi dan keterangan dari para informan biasa (UKM) bahwa sebenarnya Dinas Koperasi belum sepenuhnya memahami permasalahan mereka di bidang pemasaran. Kegiatan-kegiatan seminar dan pelatihan terkesan hanya formalitas belaka dan “setengah hati”

sebagai bentuk kegiatan Dinas Koperasi yang melibatkan UKM sebagai pihak yang harus diberdayakan. Karena idealnya seminar dan pelatihan bukanlah sarana sosialisasi saja kepada UKM tapi juga harus diikuti oleh kegiatan-kegiatan yang bisa membantu UKM melaksanakan apa yang telah diseminarkan atau dilatih kepada UKM mengingat UKM kekurangan sarana dan prasarana untuk menerapkannya secara nyata. Apalagi melihat pelaksanaan studi banding yang manfaatnya hanya dirasakan UKM unggulan saja tanpa pernah mensosialisasikan hasil studi banding yang telah dilaksanakan. Seperti pengakuan dari pada informan dari Kopinkra Sepatu, Bpk. Junaidi, sebagai berikut :

“…manfaat sesungguhnya dari kegiatan-kegiatan Dinas Koperasi hanya dirasakan oleh UKM unggulan karena merekalah yang selalu dilibatkan ditambah lagi bantuan pengembangan sarana dan prasarana yang mereka dapatkan. Hal ini menjadi tidak bermanfaat bagi UKM-UKM yang masih ‘cengap-cengap’.”

Banyaknya seminar dan pelatihan jika tidak didukung pengembangan sarana dan prasara melaksanakan hasil seminar dan pelatihan memang menjadikan kegiatan tersebut sia-sia bagi kebanyakan UKM. Karena sesungguhnya dalam melaksanakan pemberdayaan sangat ditekankan apa yang disebut dengan pemerataan kepada seluruh komponen yang diberdayakan.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat sudah merambah kesegala sisi kehidupan yang semakin mempermudah manusia dalam melakukan sesuatu. Dan hal ini sudah sewajarnya harus dimanfaatkan untuk lebih mendukung pengembangan pasar UKM yang selama ini hanya memanfaatkan pasar yang telah tersedia.

Dalam hal pemanfaatan di bidang teknologi dalam mendukung pengembangan pasar, penulis melihat bahwa Dinas Koperasi telah benar-benar menyadari pentingnya pemanfaatan teknologi tersebut. Hal ini dibuktikan dengan telah dimulainya sebuah konsep penggunaan teknologi dalam perjalanan UKM- UKM yang ada di kota Medan kedepannya dengan pemanfaatan sarana internet. Walaupun masih pada tahap perancangan tampilan profil UKM di Web dan akan dioperasionalisasikan pada tahun 2008, akan tetapi hal ini menunjukkan usaha pengembangan jaringan pemasaran terus dikembangkan bagi UKM.

Namun jika kita mengingat akan keterbatasan kemampuan UKM dalam pemanfaatan teknologi, maka perlu diadakan sosialisasi dan pelatihan agar mereka dapat memaksimalkan sarana ini untuk semakin mengembangkan pemasaran produk mereka.

Dengan dibangunnya pola kemitraan antara UKM dengan usaha besar diharapkan “Transfer of Knowledge”, dimana transfer tersebut dalam segala hal seperti, pengembangan jaringan produksi, jaringan pemasaran, jaringan distribusi, pemanfaatan teknologi kepada UKM. Sementara bagi usaha besar akan membantu dalam kontinuitas produksi dan peningkatan kapasitas usaha. Khusus untuk pengembangan jaringan pemasaraan, usaha besar bisa menjadi distibutor atau penampung hasil produksi UKM untuk dipasarkan ketempat yang lebih luas.

Dari hasi penelitian, penulis dapat menganalisis bahwa Dinas Koperasi telah merealisasikan kegiatan ini dengan memfasilitasi pertemuan antara UKM dengan usaha besar yang diharapkan terjalin hubungan bisnis yang saling memerlukan, menguntungkan dan memperkuat. Dan dalam pengembangan

pemasaran, UKM sangat diuntungkan mengingat bahwa jangkauan pemasaran dari usaha besar pasti lebih luas karena didukung oleh akses informasi pasar yang lebih baik dan mapan dari UKM.

Secara konseptual cara ini memang sangat membantu UKM dalam pengembangan jaringan pemasaran. Dari hasil penelitian diketahui bahwa 3 dari 5 UKM, yaitu UKM Respi Bordir, Kopinkra Rotan, dan Kopinkra Sepatu yang diwawancarai menyatakan bahwa mereka sangat merasakan manfaat dari kemitraan yang dibangun. Terbukti bahwa produksi mereka tidak hanya dipasarkan di medan saja, tapi sudah mencapai pasar nasional hingga keluar negeri untuk ekspor.

Namun, bagi UD. Fajar dan UD. Nisa, pola kemitraan yang terbentuk dengan usaha besar berbanding terbalik dengan apa yang ingin mereka harapkan. Usaha besar cenderung melihat UKM sebagai sebuah “mesin produksi”. Sehingga usaha besar selalu menekan UKM untuk selalu dapat memenuhi keinginan dari usaha besar tanpa memikirkan kelangsungan hidup UKM

Apa yang telah dilakukan Dinas Koperasi dalam membangun pola kemitraan sebenarnya telah memberikan jalan keluar yang baik bagi UKM untuk mengenbangkan pemasaran mereka, namun usaha tersebut tidak diikuti kontrol oleh Dinas Koperasi kepada kemitraan yang terbangun yang kemudian akan menjamin bahwa UKM yang bermitra dengan usaha besar tidak akan dirugikan. Kondisi ini sangat sesuai dengan pendapat Bpk. Warista Kaban yang sebelumnya menginginkan adanya sebuah unit kerja tambahan yang berfungsi untuk mengontrol pelaksanaan setiap program Dinas Koperasui termasuk juga pengembangan jaringan pemasaran UKM melalui pola kemitraan.

Terciptanya sarana promosi dan uji pasar bagi produk-produk UKM memberikan kesempatan bagi UKM untuk memperkenalkan secara lebih luas kepada masyarakat akan produknya selain dari pada cara-cara pemasaran lainnya. Selain itu, kegiatan ini memberikan feed-back kepada UKM itu sendiri melihat respon masyarakat terhadap produk mereka.

Dari hasil peneltitian, penulis dapat menganalisa bahwa Dinas Koperasi benar-benar memaksimalkan sarana promosi dan uji pasar dalam mengembangkan jaringan pemasaran UKM hal ini terlihat dengan pameran yang mengikutsertakan UKM sebagai salah satu cara yang efektif memperkenalkan produk UKM, baik itu promosi di tingkat lokal seperti pada acara Medan Fair yang kebetulan tengah berlangsung pada saat penelitian ini dilaksanakan pada 23 Agustus 2007 – 9 September 2007 di arena Pekan Raya Sumatera Utara, yang memamerkan segala karya atau produksi UKM sekaligus melakukan kegiatan jual-beli antara UKM dan konsumen.

Namun dibalik manfaat besar dari diadakannya pameran produk UKM, dari wawancara dengan Ibu Rosdiana Siregar ( UKM Respi Bordir) yang mengatakan :

"Pameran merupakan kesempatan yang sangat langka bagi pelaku UKM apalagi, jatah untuk pelaku UKM sedikit. Minimnya acara pameran dan rendahnya kemampuan kita maupun pemerintah dalam mengikutkan UKM-UKM yang ada ke acara pameran tersebut merupakan kelemahan yang sangat kita sadari. Padahal apabila kita dapat mengikuti pameran terutama di luar negeri kemungkinan besar UKM yang ada di daerah kita ini akan dilirik oleh investor asing”.

diketahui bahwa UKM menginginkan intensitas pelaksanaan pameran agar ditingkatkan karena pameran yang selama ini diikuti hanya apabila ada festival

PRSU ataupun Medan Fair saja. Dan berangkat dari kegiatan ini diharapkan jaringan pemasaran UKM-UKM semakin berkembang luas.

Selain itu keseriusan Dinas Koperasi dapat kita lihat dengan usaha mereka menerbitkan Katalog Profil UKM pada tahun 2006 yang diharapkan menjadi panduan bagi masyarakat (konsumen), lembaga jasa, distributor, maupun usaha besar yang akan bermitra, untuk dapat mengetahui kegiatan produksi UKM dan produk yang mereka hasilkan dengan melihat hasil produk berupa foto dan alamat dari UKM tersebut.

Setiap UKM tentunya selalu mengharapkan terciptanya kondisi pasar yang stabil. Karena kondisi pasar sangat berpengaruh sebagi kelangsungan UKM, apalagi jika ditinjau dari kodisi ekonomi.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa dengan tidak stabilnya pasar sangat mempengaruhi kondisi UKM, khususnya UKM dengan modal kecil, akibatnya UKM sangat tergantung dengan kemampuan produksi mereka dan berusaha memasarkan produk mereka dengan cepat dan murah agar modal mereka dapat terus berputar. Hasilnya adalah terjadi persaingan harga yang tidak sehat seperti yang disampaikan Bpk. Sunarto pada bab terdahulu. Dan kondisi ini mengakibatkan UKM saling menghancurkan.

Dari data yang diperoleh, penulis menganalisis bahwa Dinas Koperasi kurang bereaksi terhadap permasalahan ini. Hal ini terlihat dengan usaha Dinas Koperasi hanya melakukan langkah awal yang baik dengan melakukan sosialisasi pada pengusaha UKM akan pentingnya koordinasi dan komunikasi antar UKM khususnya yang menghasilkan produk sejenis agar tidak terjadi usaha saling

menjatuhkan diantara mereka sendiri yang jelas-jelas merugikan mereka juga. Namun karena alasan keterbatasan, tidak ada tindakan nyata dari Dinas Koperasi

Padahal sangat diharapkan kelanjutan dari usaha Dinas Koperasi ini adalah dengan lahirnya sebuah asosiasi yang mengkoordinir UKM itu nantinya agar tidak terjadi persaingan yang tidak sehat seperti itu diantara UKM sendiri. Selain itu, dengan terealisasinya sebuah asosiasi ini nantinya akan memperkuat posisi tawar UKM terhadap pasar, dimana UKM dapat secara mandiri menentukan harga produk mereka. Jadi para distributor atau mitra “nakal” tidak bisa semena-mena terhadap UKM.

Respon dan keterlibatan UKM dalam program, khususnya kegiatan pengembangan jaringan pemasaran UKM adalah berbeda-beda karena tingkat kesadaran/persepsi masyarakat yang tidak sama terhadap program. Ada juga sikap apatis yang muncul dari UKM terhadap program tersebut yang mungkin terjadi karena mereka tidak mau menerima isi dan tujuan program yang dirasa tidak lebih baik dari pengalaman yang mereka punya. Namun ada sebagian besar UKM sangat antusias mengikuti pelaskanaan program karena manfaat yang mereka rasakan.

Secara umum, manfaat yang dirasakan dari program pemberdayaan kelembagaan khususnya pengembangan jaringan pemasaran UKM adalah manfaat positif. Hal ini pastinya dirasakan oleh UKM yang aktif terlibat dalam kegiatan tersebut. Adapun manfaat tersebut adalah semakin berkembangnya jangkauan pemasaran UKM, semakin mudahnya menjangkau pasar, yang jelas semakin menambah omzet UKM yang akan membantu pertumbuhan dan perkembangan UKM itu sendiri menjad UKM yang mandiri dan tangguh yang dapat diandalkan menjadi tulang punggung perekonomian kota Medan nantinya.

BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah hasil penelitian diinterpretasikan dan dianalisa, maka dalam hal ini penulis dapat menarik beberapa kesimpulan yang menjadi inti dari penelitian yang telah dilakukan. Adapun beberapa hal yang menjadi kesimpulan antara lain :

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan jaringan pemasaran dalam program pemberdayaan kelembagaan UKM sudah berjalan dengan baik. Artinya Dinas Koperasi memandang pentingnya pengembangan jaringan pemasaran dan telah melaksanakan berbagai kegiatan pendukung yang mewujudkan hal tersebut dan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut, Dinas Koperasi telah melaksanakannya sesuai dengan Rencana Strategis Dinas Koperasi yang disusun sebelumnya.

2. Hasil penelitian juga menunjukkan keberhasilan program pemberdayaan kelembagaan UKM, khususnya kegiatan pengembangan jaringan pemasaran UKM. Kondisi ini ditunjukkan dengan :

a. Telah diadakannya berbagai seminar dan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan UKM tentang penguasaan pasar.

b. Telah dimanfaatkannya penggunaan teknologi informasi, seperti pembuatan katalog profil UKM, dan pembuatan rancangan halaman Web yang akan dioperasionalkan pada tahun 2008.

c. Telah dibangunnya pola kemitraan antara UKM dan usaha besar untuk mendukung pemasaran.

d. Diadakannya berbagai pameran yang mengikutsertakan UKM binaan Dinas Koperasi sebagai ajang promosi dan uji pasar.

e. Terbentuknya Kopinkra Rotan dan Kopinkra Sepatu yang mengorganisir seluruh pengrajin rotan dan sepatu di Kota Medan.

Selain itu, manfaat yang dirasakan oleh setiap UKM dalam penelitian ini menunjukkan keberhasilan program pemberdayaan kelembagaan UKM khususnya kegiatan pengembangan jaringan pemasaran UKM yang dilaksanakan oleh Dinas Koperasi Kota Medan.

3. Dalam pelaksanaan program pemberdayaan kelembagaan UKM, keterlibatan UKM sebagai pihak yang diberdayakan telah dimaksimalkan demi pencapaian tujuan dari pemberdayaan tersebut. 4. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Koperasi sangatlah

dirasakan manfaatnya oleh UKM., khususnya kegiatan pameran dan pembuatan katalog profil UKM yang sangat membantu UKM dalam mempromosikan produk mereka kepada masyarakat.

5. Dari hasil wawancara dapat dilihat bahwa terdapat beberapa faktor yang menghambat keberhasilan program dan kegiatan ini antara lain : a. Dari pihak Dinas Koperasi: terbatasnya jumlah sumber daya aparatur Dinas Koperasi Kota Medan yang menangani masalah UKM jika dibandingkan dengan jumlah UKM dan masih terbatasnya dana yang ada guna meningkatkan pertumbuhan UKM melalui pemberdayaan.

b. Dari UKM: masih terdapat beberapa UKM yang enggan berubah dan masih mempertahankan tradisi baik dalam hal menjalankan manajemen usahanya maupun dalam hal berproduksi.

B. SARAN

1. Agar pemerintah (Dinas Koperasi) terus mengembangkan dan membuat program yang lebih baik, baik itu terhadap pengembangan jaringan pemasaran maupun kegiatan lainnya dalam program pemberdayaan kelembagaan UKM.

2. Agar Dinas Koperasi turut mengontrol pola kemitraan yang terjalin antara UKM dan usaha besar dan lebih menegaskan komitmen usaha besar untuk melakukan kemitraan yang saling menguatkan dan menguntungkan dengan UKM.

3. Agar ke depannya Dinas Koperasi memberi kesempatan yang lebih banyak lagi kepada UKM-UKM di Kota Medan untuk dapat mengikuti program ataupun kegiatan-kegiatan yang ada.

4. Agar ke depannya pihak Dinas Koperasi lebih mengupayakan pembenahan secara kelembagaan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia ke arah yang lebih profesional dengan mengadakan pelatihan-pelatihan bagi para pegawai.

5. Agar para pemilik atau pengelola UKM lebih meningkatkan kemauan dan keuletan dalam menjalankan usaha-usaha yang ada saat ini dengan bekal program-program maupun kegiatan yang telah dilaksanakan Dinas Koperas

Dokumen terkait