• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Data

Dalam dokumen Hubungan Manajemen Konflik Dengan Kepuas (Halaman 67-141)

BAB IV METODE PENELITIAN

H. Analisa Data

1. Analisa univariat

Untuk menghitung rata-rata (mean) pada variabel independen dan dependen digunakan rumus sebagai berikut:

x= Ʃx n

Keterangan :

= nilai rata-rata

Ʃx = jumlah keseluruhan nilai responden

n = sampel

Selanjutnya variabel independen dikategorikan dengan kriteria sebagai berikut:

a. Baik, bila x ≥ 71,04

b. Kurang baik, bila x < 71,04

Sedangkan untuk variabel dependen dikategorikan dengan kriteria sebagai berikut:

a. Puas, bila x ≥ 76,73

Selanjutnya tiap variabel yang telah dikelompokkan kedalam kategori masing-masing disajikan dalam tabel distribusi frekuensi kemudian ditentukan presentasi perolehan untuk tiap-tiap kategori dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

P =fi

n x 100%

Keterangan : P = Persentase

fi = Frekuensi teramati

n = sampel (jumlah responden)

2. Analisa bivariat

Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau memiliki korelasi dengan menggunakan uji statistik Chi

Square. Perhitungan statistik untuk analisa variabel penelitian ini dilakukan menggunakan program komputer yang diinterpretasikan dengan nilai probabilitas (P-value). Confidence interval yang diharapkan

dalam penelitian ini adalah 95% dengan taraf significance (α) = 5% (0,05)

dan derajat kebebasan (df) = 1. Adapun ketentuan yang berlaku dalam uji statistik Chi Square untuk tabel 2 x 2 dan tidak ada nilai expected

(harapan) atau E < 5, maka koreksi yang digunakan adalah continuity correction atau koreksi Yates. Jika ada nilai E < 5, maka koreksi yang digunakan adalah Fisher’s Exact Test(Setyosari, 2010, p.220).

Hasil yang diperoleh diinterpretasikan menggunakan probabilitas dengan keputusan:

a. Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima

53

A. Hasil Penelitian

Pengumpulan data penelitian dilakukan mulai tanggal 8 sampai dengan 10 Agustus 2016 terhadap perawat pelaksana di 14 Ruang Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 73 responden dengan tehnik pengambilan

sampel proportional sampling dan purposive sampling. Pengumpulan data

dilakukan dengan cara membagikan kuesioner setelah peneliti menjelaskan tentang maksud dan tujuan penelitian kepada responden yang dituju.

1. Data Demografi

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Data Demografi Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin

Banda Aceh Tahun 2016 (n=73)

No Data Demografi F (%)

1. a. 17-25 Tahun (Remaja akhir)

b. 26-35 Tahun (Dewasa awal)

c. 36-45 Tahun (Dewasa akhir)

16 49 8 21,9 67,1 11,0 2. Agama a. Islam b. Hindu 72 1 98,6 1,4 3. Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan 14 59 19,2 80,8 4. Pendidikan a. D-III Keperawatan/Kebidanan b. D-IV Keperawatan/Kebidanan c. S-I Keperawatan d. Ners 50 4 8 11 68,5 5,5 11,0 15,1

No Data Demografi F (%) 5. Status Perkawinan a. Kawin b. Belum Kawin 51 22 69,9 30,1 6 a. ≤ 5 tahun (Baru) b. 6-10 tahun (Sedang) c. > 10 tahun (Lama) 44 26 3 60,3 35,6 4,1

Sumber: Data Primer (diolah, 2016)

Berdasarkan tabel 5.1 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden berada pada usia 26-35 tahun (dewasa awal) yaitu 49 orang (67,1%), agama sebagian besar adalah islam yaitu 72 orang (98,6%), jenis kelamin sebagian besar adalah perempuan yaitu 59 orang (80,8%), pendidikan sebagian besar adalah DIII yaitu 50 orang (68,5%), status perkawinan sebagian besar adalah kawin yaitu 51 orang (69,9%), dan lama

masa bertugas sebagian besar adalah ≤ 5 tahun yaitu 44 orang (60,3%).

2. Penyajian Hasil Penelitian

a. Manajemen Konflik

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang telah dilakukan, didapatkan total skor dari seluruh responden untuk masing-masing subvariabel manajemen konflik. Pengkategorian didasarkan pada nilai rata-rata dari total skor setiap responden. Hasil pengolahan data variabel manajemen konflik didapatkan skor total adalah 5186 dari 73 responden sehingga diperoleh nilai rata-rata ( x̅ ) = 71,04. Manajemen

konflik “Baik” jika x ≥ 71,04 dan “Kurang baik” jika x < 71,04 (Lampiran 18).

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Manajemen Konflik Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit Umum Daerah dr.

Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016 (n=73)

No Manajemen Konflik F % 1. 2. Baik Kurang Baik 40 33 54,8 45,2 Total 73 100

Sumber: Data Primer (diolah, 2016)

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa untuk manajemen konflik sebagian besar perawat pelaksana diruang rawat inap kelas III Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh berada pada kategori baik dengan jumlah 40 perawat (54,8%).

1) Kompromi

Berdasarkan hasil pengolahan data subvariabel

manajemen konflik menggunakan strategi kompromi didapatkan skor total adalah 1317 dari 73 responden sehingga diperoleh nilai rata-rata ( x̅ ) = 18,04. Strategi kompromi “Baik” jika x ≥ 18,04 dan “Kurang baik” jika x < 18,04. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut:

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Manajemen Konflik Menggunakan Strategi Kompromi Pada Perawat Pelaksana Di Ruang

Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016 (n=73)

No Kompromi F % 1. 2. Baik Kurang Baik 40 33 54,8 45,2 Total 73 100

Sumber: Data Primer (diolah, 2016)

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa manajemen konflik menggunakan strategi kompromi pada sebagian besar perawat pelaksana diruang rawat inap kelas III Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh berada pada kategori baik dengan jumlah 40 perawat (54,8 %).

2) Kompetisi

Berdasarkan hasil pengolahan data subvariabel

manajemen konflik menggunakan strategi kompetisi didapatkan skor total adalah 544 dari 73 responden sehingga diperoleh nilai rata-rata ( x̅ ) = 7,5. Strategi kompetisi “Baik” jika x ≥ 7,5 dan

“Kurang baik” jika x < 7,5. Hasil penelitian dapat dilihat pada

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Manajemen Konflik Menggunakan Strategi Kompetisi Pada Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat

Inap Kelas III Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016 (n=73)

No Kompetisi F % 1. 2. Baik Kurang Baik 37 36 50,7 49,3 Total 73 100

Sumber: Data Primer (diolah, 2016)

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa manajemen konflik menggunakan strategi kompetisi pada sebagian besar perawat pelaksana diruang rawat inap kelas III Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh berada pada kategori baik dengan jumlah 37 perawat (50,7 %).

3) Akomodasi

Berdasarkan hasil pengolahan data subvariabel

manajemen konflik menggunakan strategi akomodasi didapatkan skor total adalah 834 dari 73 responden sehingga diperoleh nilai rata-rata ( x̅ ) = 11,42. Strategi akomodasi “Baik” jika x ≥ 11,42 dan “Kurang baik” jika x < 11,42. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut:

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Manajemen Konflik Menggunakan Strategi Akomodasi Pada Perawat Pelaksana Di Ruang

Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016 (n=73)

No Akomodasi F % 1. 2. Baik Kurang Baik 55 18 75,3 24,7 Total 73 100

Sumber: Data Primer (diolah, 2016)

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa manajemen konflik menggunakan strategi akomodasi pada sebagian besar perawat pelaksana diruang rawat inap kelas III Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh berada pada kategori baik dengan jumlah 55 perawat (75,3 %).

4) Melembutkan

Berdasarkan hasil pengolahan data subvariabel

manajemen konflik menggunakan strategi melembutkan

didapatkan skor total adalah 772 dari 73 responden sehingga

diperoleh nilai rata -rata ( x̅ ) = 10,6. Strategi melembutkan

“Baik” jika x ≥ 10,6 dan “Kurang baik” jika x < 10,6. Hasil

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Manajemen Konflik Menggunakan Strategi Melembutkan Pada Perawat Pelaksana Di Ruang

Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016 (n=73)

No Melembutkan F % 1. 2. Baik Kurang Baik 37 36 50,7 49,3 Total 73 100

Sumber: Data Primer (diolah, 2016)

Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa manajemen konflik menggunakan strategi melembutkan pada sebagian besar perawat pelaksana diruang rawat inap kelas III Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh berada pada kategori baik dengan jumlah 37 perawat (50,7 %).

5) Menghindar

Berdasarkan hasil pengolahan data subvariabel manajemen konflik menggunakan strategi menghindar

didapatkan skor total adalah 466 dari 73 responden sehingga

diperoleh nilai rata-rata ( x̅ ) = 6,38. Strategi menghindar “Baik” jika x ≥ 6,38 dan “Kurang baik” jika x < 6,38. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut:

Tabel 5.7

Distribusi Frekuensi Manajemen Konflik Menggunakan Strategi Menghindar Pada Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit Umum Daerah dr.

Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016 (n=73)

No Menghindar F % 1. 2. Baik Kurang Baik 36 37 49,3 50,7 Total 73 100

Sumber: Data Primer (diolah, 2016)

Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat bahwa manajemen konflik menggunakan strategi menghindar pada sebagian besar perawat pelaksana diruang rawat inap kelas III Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh berada pada kategori kurang baik dengan jumlah 37 perawat (50,7 %).

6) Kolaborasi

Berdasarkan hasil pengolahan data subvariabel

manajemen konflik menggunakan strategi kolaborasi didapatkan skor total adalah 1253 dari 73 responden sehingga diperoleh nilai rata-rata ( x̅ ) = 17,2. Strategi kolaborasi “Baik” jika x ≥ 17,2 dan

“Kurang baik” jika x < 17,2. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut:

Tabel 5.8

Distribusi Frekuensi Manajemen Konflik Menggunakan Strategi Kolaborasi Pada Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit Umum Daerah dr.

Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016 (n=73)

No Kolaborasi F % 1. 2. Baik Kurang Baik 38 35 52,1 47,9 Total 73 100

Sumber: Data Primer (diolah, 2016)

Berdasarkan tabel 5.8 dapat dilihat bahwa manajemen konflik menggunakan strategi kolaborasi pada sebagian besar perawat pelaksana diruang rawat inap kelas III Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh berada pada kategori baik dengan jumlah 38 perawat (52,1 %).

b. Kepuasan Kerja Perawat

Berdasarkan hasil pengolahan data variabel kepuasan kerja

didapatkan skor total adalah 5601 dari 73 responden sehingga

diperoleh nilai rata-rata ( x̅ ) = 76,73. Pengkategorian “Puas” jika x ≥ 76,73 dan “Kurang puas” jika x < 76,73. Hasil penelitian dapat dilihat

Tabel 5.9

Distribusi Frekuensi Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit Umum Daerah dr.

Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016 (n=73)

No Kepuasan Kerja F % 1. 2. Puas Kurang puas 31 42 42,5 57,5 Total 73 100

Sumber: Data Primer (diolah, 2016)

Berdasarkan tabel 5.9 dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja sebagian besar perawat pelaksana di ruang rawat inap kelas III Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda berada pada kategori kurang puas dengan jumlah 42 orang (57,5 %).

3. Analisa Bivariat

a. Hubungan Manajemen Konflik dengan Kepuasan Kerja Perawat

Tabel 5.10

Hubungan Manajemen Konflik dengan Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit Umum

Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016 (n=73)

Manajemen Konflik Kepuasan Kerja Total p-value Puas Kurang puas F % F % F % Baik Kurang Baik 22 55,0 18 45,0 40 100 0,032 9 27,3 24 72,7 33 100 31 42,5 42 57,5 73 100

Sumber: Data Primer (diolah, 2016)

Berdasarkan tabel 5.10 dapat disimpulkan bahwa secara persentase dari 40 perawat yang menyatakan bahwa manajemen konflik berada pada kategori baik, sebanyak 22 perawat (55,0%) mengaku puas dengan pekerjaannya. Hasil uji statistik menunjukkan

bahwa p-value 0,032. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho di tolak, artinya ada hubungan manajemen konflik dengan kepuasan kerja perawat pelaksana diruang rawat inap kelas III Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

b. Hubungan Manajemen Konflik Menggunakan Strategi Kompromi

dengan Kepuasan Kerja Perawat

Tabel 5.11

Hubungan Manajemen Konflik Menggunakan Strategi Kompromi dengan Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit Umum Daerah dr.

Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016 (n=73)

Kompromi Kepuasan Kerja Total p-value Puas Kurang puas F % F % F % Baik Kurang Baik 25 62,5 15 37,5 40 100 0,000 6 18,2 27 81,8 33 100 31 42,5 42 57,5 73 100

Sumber: Data Primer (diolah, 2016)

Berdasarkan tabel 5.11 dapat disimpulkan bahwa secara persentase dari 40 perawat yang menyatakan bahwa strategi kompromi dilakukan dengan baik, sebanyak 25 perawat (62,5%) mengaku puas dengan pekerjaannya. Hasil uji statistik menunjukkan

bahwa p-value 0,000. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho

ditolak, artinya ada hubungan strategi kompromi dengan kepuasan kerja perawat pelaksana diruang rawat inap kelas III Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

c. Hubungan Manajemen Konflik Menggunakan Strategi Kompetisi dengan Kepuasan Kerja Perawat

Tabel 5.12

Hubungan Manajemen Konflik Menggunakan Strategi Kompetisi dengan Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana Di Ruang

Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016 (n=73)

Kompetisi Kepuasan Kerja Total p-value Puas Kurang puas F % F % F % Baik Kurang Baik 16 43,2 21 56,8 37 100 1,000 15 41,7 21 58,3 36 100 31 42,5 42 57,5 73 100

Sumber: Data Primer (diolah, 2016)

Berdasarkan tabel 5.12 dapat disimpulkan bahwa secara persentase dari 37 perawat yang menyatakan bahwa strategi kompetisi dilakukan dengan baik, sebanyak 21 perawat (56,8%) mengaku kurang puas dengan pekerjaannya. Hasil uji statistik

menunjukkan bahwa p-value 1,000. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa Ho diterima, artinya tidak ada hubungan strategi kompetisi dengan kepuasan kerja perawat pelaksana diruang rawat inap kelas III Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

d. Hubungan Manajemen Konflik Menggunakan Strategi Akomodasi dengan Kepuasan Kerja Perawat

Tabel 5.13

Hubungan Manajemen Konflik Menggunakan Strategi Akomodasi dengan Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit Umum Daerah dr.

Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016 (n=73)

Akomodasi Kepuasan Kerja Total p-value Puas Kurang puas F % F % F % Baik Kurang Baik 24 43,6 31 56,4 55 100 0,937 7 38,9 11 61,1 18 100 31 42,5 42 57,5 73 100

Sumber: Data Primer (diolah, 2016)

Berdasarkan tabel 5.13 dapat disimpulkan bahwa secara persentase dari 55 perawat yang menyatakan bahwa strategi akomodasi dilakukan dengan baik, sebanyak 31 perawat (56,4%) mengaku kurang puas dengan pekerjaannya. Hasil uji statistik

menunjukkan bahwa p-value 0,937. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa Ho diterima, artinya tidak ada hubungan strategi akomodasi dengan kepuasan kerja perawat pelaksana diruang rawat inap kelas III Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

e. Hubungan Manajemen Konflik Menggunakan Strategi Melembutkan dengan Kepuasan Kerja Perawat

Tabel 5.14

Hubungan Manajemen Konflik Menggunakan Strategi Melembutkan dengan Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit Umum Daerah dr.

Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016 (n=73)

Melembutkan Kepuasan Kerja Total p-value Puas Kurang puas F % F % F % Baik Kurang Baik 22 59,5 15 40,5 37 100 0,006 9 25,0 27 75,0 36 100 31 42,5 42 57,5 73 100

Sumber: Data Primer (diolah, 2016)

Berdasarkan tabel 5.14 dapat disimpulkan bahwa secara persentase dari 37 perawat yang menyatakan bahwa strategi melembutkan dilakukan dengan baik, sebanyak 22 perawat (59,5%) mengaku puas dengan pekerjaannya. Hasil uji statistik menunjukkan

bahwa p-value 0,006. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho

ditolak, artinya ada hubungan strategi melembutkan dengan kepuasan kerja perawat pelaksana diruang rawat inap kelas III Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

f. Hubungan Manajemen Konflik Menggunakan Strategi Menghindar dengan Kepuasan Kerja Perawat

Tabel 5.15

Hubungan Manajemen Konflik Menggunakan Strategi Menghindar dengan Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit Umum Daerah dr.

Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016 (n=73)

Menghindar Kepuasan Kerja Total p-value Puas Kurang puas F % F % F % Baik Kurang Baik 13 36,1 23 63,9 36 100 0,397 18 48,6 19 51,4 37 100 31 42,5 42 57,5 73 100

Sumber: Data Primer (diolah, 2016)

Berdasarkan tabel 5.15 dapat disimpulkan bahwa secara persentase dari 37 perawat yang menyatakan bahwa strategi menghindar berada pada kategori kurang baik, sebanyak 19 perawat (51,4%) mengaku kurang puas dengan pekerjaannya. Hasil uji

statistik menunjukkan bahwa p-value 0,397. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa Ho diterima, artinya tidak ada hubungan strategi menghindar dengan kepuasan kerja perawat pelaksana diruang rawat inap kelas III Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

g. Hubungan Manajemen Konflik Menggunakan Strategi Kolaborasi dengan Kepuasan Kerja Perawat

Tabel 5.16

Hubungan Manajemen Konflik Menggunakan Strategi Kolaborasi dengan Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit Umum Daerah dr.

Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2016 (n=73)

Kolaborasi Kepuasan Kerja Total p-value Puas Kurang puas F % F % F % Baik Kurang Baik 25 65,8 13 34,2 38 100 0,000 6 17,1 29 82,9 35 100 31 42,5 42 57,5 73 100

Sumber: Data Primer (diolah, 2016)

Berdasarkan tabel 5.16 dapat disimpulkan bahwa secara persentase dari 38 perawat yang menyatakan bahwa strategi kolaborasi dilakukan dengan baik, sebanyak 25 perawat (65,8%) mengaku puas dengan pekerjaannya. Hasil uji statistik menunjukkan

bahwa p-value 0,000. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho

ditolak, artinya ada hubungan strategi kolaborasi dengan kepuasan kerja perawat pelaksana diruang rawat inap kelas III Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

B. Pembahasan

Berikut akan dijelaskan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap perawat pelaksana di ruang rawat inap kelas III Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

1. Hubungan Manajemen Konflik dengan Kepuasan Kerja Perawat

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa manajemen konflik sebagian besar perawat pelaksana di ruang rawat inap kelas III Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin berada pada kategori baik yaitu sebanyak 40 perawat (54,8%) dan sebagian besar perawat merasa kurang puas dengan pekerjaannya yaitu sebanyak 42 orang perawat (57,5%). Penulis mengasumsikan bahwa tindakan perawat dalam menyelesaikan konflik dan kepuasan kerja perawat dapat di pengaruhi oleh faktor usia, agama, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan dan lama masa kerja. Berdasarkan data demografi perawat pada tabel 5.1 terlihat bahwa sebagian besar perawat berada pada kategori usia 26-35 tahun (dewasa awal) yaitu sebanyak 49 orang (67,1%). Greenberg dan baroon (2003,

dalam Wibowo, 2013, p.515) menyatakan bahwa older people umumnya

lebih puas dengan pekerjaannya daripada orang yang lebih muda. Karyawan yang lebih muda biasanya memiliki harapan yang lebih tinggi, sehingga kepuasan kerja sulit tercapai

Agama sebagian besar perawat adalah islam yaitu sebanyak 72 orang (98,6%) (Tabel 5.1). Fajarini (2014, p. 348) menyatakan bahwa

melahirkan konflik pada suatu kelompok. Agama berkaitan erat dengan aspek-aspek lain dalam kehidupan masyarakat seperti kekerabatan, kepemimpinan, ekonomi dan sebagainya. Agama merupakan pandangan hidup yang dijadikan sebagai pedoman berfikir, bertindak dan mengatur hubungan antara satu manusia dengan manusia lain. Dalam hal ini, penulis berpendapat bahwa agama juga merupakan salah satu faktor yang dijadikan pedoman bagi perawat untuk berfikir dan bertindak dalam menyelesaikan konflik di lingkungan kerja.

Jenis kelamin sebagian besar perawat adalah perempuan yaitu sebanyak 59 orang (80,8%). Hunt dan Posa (2001, dalam Marquis & Huston, 2003, p.457) berpendapat bahwa perbedaan gender dalam menyelesaikan konflik telah membuat wanita menjadi aset vital dalam upaya perdamaian karena wanita mampu menjembatani perbedaan bahkan ketika pemimpin telah menganggap penyelesaian masalah sebagai hal yang tidak mungkin.

Ronl (1993, dalam Marquis & Huston, 2003, p.457) menyatakan bahwa pria biasanya menggunakan kompetisi, dominansi dan agresi dalam mengatasi konflik, sementara wanita cenderung terbiasa menghindari atau berupaya menenangkan konflik. Terkait dengan kepuasan kerja, Greenberg dan baroon (2003, dalam Wibowo, 2013, p.515) menyatakan bahwa wanita cenderung lebih tidak puas dengan pekerjaannya daripada pria. Hal ini bisa disebabkan karena wanita biasanya memiliki ekspektasi yang lebih tinggi daripada pria.

Pendidikan terakhir sebagian besar perawat adalah DIII yaitu sebanyak 50 orang (68,5%). Muhibbin (2002, p.11) menyatakan bahwa pendidikan berpengaruh terhadap perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan dan sikap. Dalam hal ini, penulis berpendapat bahwa pengetahuan yang dimiliki perawat juga merupakan salah satu aspek penting dalam pengambilan keputusan untuk menyelesaikan konflik.

Lama masa bekerja sebagian besar perawat berada pada kurun

waktu ≤ 5 tahun yaitu sebanyak 44 orang (60,3%). Lamanya rentang waktu yang digunakan untuk bekerja dapat meningkatkan pengalaman kerja seseorang. Purnamasari (2005, dalam Sukriah, Akram & Inapty, 2009, p.6) menyatakan bahwa seseorang yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam mendeteksi kesalahan, memahami kesalahan dan mencari penyebab munculnya kesalahan. Dalam hal ini penulis menyimpulkan bahwa semakin lama masa bekerja seseorang, maka kemampuan manajemen konfliknya akan semakin baik.

Status perkawinan sebagian besar perawat adalah kawin yaitu sebanyak 51 orang (69,9%). Menurut pendapat penulis perawat yang telah menikah akan lebih rentan terhadap konflik karena selain sebagai karyawan, perawat yang sudah menikah juga memiliki peran didalam keluarganya. Churiyah (2011, p.145) menyatakan bahwa adanya peran ganda dapat menimbulkan konflik peran dan kelelahan emosional yang dapat berdampak pada tingkat kepuasan kerja. Seseorang yang menerima

tingkat konflik peran lebih tinggi sebagai sumber stress akan kurang puas dengan pekerjaannya (yousef, 2002 dalam Churiyah, p.146).

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan manajemen konflik dengan kepuasan kerja perawat didapatkan nilai p-value 0,032 < 0,05, ini berarti bahwa ada hubungan manajemen konflik dengan kepuasan kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap kelas III Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Berdasarkan tabel 5.10 dapat dilihat dari 40 perawat yang menyatakan bahwa manajemen konflik berada pada kategori baik, 22 perawat (55,0%) merasa puas dengan pekerjaannya. Ini berarti bahwa semakin baik manajemen konflik maka kepuasan kerja akan tercapai. Sebaliknya, jika manajemen konflik kurang baik maka kepuasan kerja juga akan sulit tercapai.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian oleh Griffin (2004, p.146) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara intensitas konflik dengan kinerja dalam suatu kelompok atau organisasi. Konflik dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif tergantung bagaimana konflik tersebut dikelola (Ivancevich, et al., 2005, p.44). Dengan kemampuan manajemen konflik yang baik, level konflik moderat antar kelompok dalam suatu organisasi dapat menggerakkan motivasi, kreativitas, inovasi, dan insiatif serta dapat meningkatkan kinerja. Namun, konflik yang terlalu tajam dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan seperti permusuhan, sulitnya bekerja sama, dan selanjutnya berdampak pada penurunan kinerja (Griffin, 2004, p.146).

Robbins dan Hakim (2008) dalam Hubber (2010, p. 282) juga mengemukakan bahwa dampak fungsional dari konflik dapat berupa peningkatan kinerja kelompok, meningkatkan kualitas pengambilan keputusan, rangsangan kreativitas dan inovasi, dorongan rasa ingin tahu, dan penciptaan lingkungan untuk evaluasi dari pada perubahan. Sebaliknya, jika suatu kelompok tidak memiliki konflik, anggota-anggotanya dapat merasa lengah dan apatis sehingga kinerja dan inovasi kelompok akan memburuk (Griffin, 2004, p.146).

Berdasarkan penjelasan di atas penulis menyimpulkan bahwa ketika kemampuan manajemen konflik dalam suatu kelompok atau organisasi baik, maka konflik tersebut memberikan dampak fungsional yang menimbulkan emosi senang atau positif pada seseorang terhadap pekerjaannya sehingga kepuasan kerja dapat tercapai. Sebaliknya, manajemen konflik yang buruk akan menghasilkan dampak disfungsional yang tidak diinginkan sehingga menimbulkan emosi negatif pada seseorang terhadap pekerjaannya sehingga kepuasan kerja tidak tercapai.

2. Hubungan Manajemen Konflik Menggunakan Strategi Kompromi

dengan Kepuasan Kerja Perawat

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian tentang hubungan strategi kompromi dengan kepuasan kerja perawat di ruang rawat inap kelas III Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh didapatkan nilai p-value 0,000 < 0,05, yang berarti ada hubungan strategi

kompromi dengan kepuasan kerja perawat di ruang rawat inap kelas III Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hendel, Fish dan Galon (2005, p.143) di dapatkan hasil bahwa kompromi merupakan strategi manajemen konflik yang paling sering di gunakan perawat di kebanyakan rumah sakit. Strategi ini di sebut juga dengan istilah give and take atau memberi dan mengambil. Dalam strategi ini, kedua pihak yang terlibat konflik akan saling melepaskan salah satu tuntutan atau keinginannya dan

Dalam dokumen Hubungan Manajemen Konflik Dengan Kepuas (Halaman 67-141)

Dokumen terkait