• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab berikut ini akan diuraikan mengenai keseluruhan hasil penelitian. Pembahasan akan dimulai dengan memberikan gambaran umum subyek penelitian dilanjutkan dengan analisa dan interpretasi data penelitian.

A.Analisis Data

1. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok jenis shift, yaitu shift pagi dan malam. Kelompok shift pagi terdiri dari 35 orang dan untuk kelompok

shift malam terdiri dari 35 orang.

Gambaran penyebaran subjek yang terdiri atas dua kelas (cluster) dari jenis organisasi yang ditunjukkan dalam table 3 berikut :

Tabel 3. Gambaran Umum Penelitian (Shift Pagi dan Malam)

a. Jenis Kelamin Subjek Penelitian

Berdasarkan jenis kelamin subjek penelitian maka diperoleh gambaran penyebaran subjek penelitian seperti yang tertera pada Table 4.

No Kelas Jumlah (N) Karyawan Persentase (%)

1 Pagi 35 50 %

2 Malam 35 50 %

Tabel 4. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah (N) Persentase (%)

L 45 35.71 %

P 81 64.29 %

Total 126 100 %

Berdasarkan data pada tabel 4 diketahui bahwa jumlah subjek berjenis kelamin laki-laki sebanyak 45 orang (35.71%) dan jumlah subjek berjenis kelamin perempuan sebanyak 81 (64.29%).

b. Status Perkawinan Subjek Penelitian

Berdasarkan status perkawinan subjek penelitian maka diperoleh gambaran penyebaran subjek penelitian seperti yang tertera pada Table 5.

Tabel 5. Gambaran Status Perkawinan Subjek Penelitian

Status Perkawinan Jumlah Subjek Persen

Menikah 104 82.54 %

Belum Menikah 22 17.43 %

Jumlah 126 100%

Tabel 5 menunjukkan karyawan yang berstatus sudah menikah berjumlah 104 orang (82.54%) dan yang berstatus belum menikah berjumlah 22 orang (17.43%).

c. Usia subjek penelitian

Berdasarkan usia subjek penelitian maka diperoleh gambaran penyebaran subjek penelitian seperti yang tertera pada table 6.

Tabel 6. Gambaran Usia Subjek

Kategorisasi Usia Jumlah Subjek Persen

20 – 29 thn 31 24.60 %

30 – 39 thn 85 67.46 %

>39 thn 10 7.94 %

Jumlah 126 100 %

Sumber : Data Primer yang diolah

Berdasarkan data pada tabel 6, diketahui bahwa jumlah subjek yang berusia 20 – 29 tahun adalah 31 orang (24.60%), usia 30 – 39 tahun sebanyak 85 orang (67.46 %), dan usia diatas 39 tahun ada 10 orang (7.94%).

d. Masa Bekerja

Berdasarkan pengelompokan lamanya bekerja menurut Budiono (2003), maka diperoleh gambaran penyebaran subjek seperti pada tabel berikut :

Tabel 7. Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan Lama Bekerja

Lama Bekerja Jumlah Subjek Persen

<6 thn 28 22.22 %

6-10 thn 43 34.13 %

>10 thn 55 43.65 %

Jumlah 126 100 %

Tabel 7 menunjukkan jumlah karyawan yang bekerja di organisasi selama kurang dari 6 tahun berjumlah 28 orang (22.22%), karyawan antara 6-10 tahun berjumlah 43 orang (34.13%), dan karyawan yang bekerja lebih dari 10 tahun berjumlah 55 orang (43.65%).

2. Hasil Penelitian a. Hasil Uji Asumsi

Sebelum dilakukan analisa data dengan menggunakan Independent-

Sampel T Test, maka terlebih dahaulu dilakukan uji asumsi penelitian.

1) Uji Normalitas

Uji normalitas sebaran dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian setiap variabel telah menyebar secara normal. Uji normalitas dilakuk an dengan metode statistic Kolmogorov-Smirnov.

Tabel 8. Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Pagi Malam

N 126 126

Normal Parametersa,,b Mean 137.60 141.49

Std. Deviation 18.987 17.591

Most Extreme Differences Absolute .115 .093

Positive .115 .093

Negative -.063 -.050

Kolmogorov-Smirnov Z 1.288 1.039

Asymp. Sig. (2-tailed) .072 .230

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Berdasarkan data pada tabel 8, dapat dilihat nilai probabilitas skor kelelahan untuk shift pagi adalah p = 0.072 dan untuk shift malam adalah 0.230; dengan p > 0.05, maka dapat dikatakan bahwa data yang diperoleh telah terdistribusi secara normal. Data yang terdistribusi secara normal berarti memiliki

sebaran yang normal juga, dengan profil data yang terdistribusi normal berarti data yang peneliti gunakan dapat mewakili populasi.

2) Uji Homogenitas

Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah populasi dan sampel penelitian adalah homogen. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan

anova melalui Levene Statistic. Berikut ini adalah table uji homogenitas subjek

penelitian.

Berdasarkan table 9, hasil uji homogenitas antara Kelelahan dengan Jadwal Shift diperoleh F = 0.071 dan p = 0.790, dimana Sig (0.790) > α (0.05), maka dari hasil data tersebut dapat disimpulkan bahwa sampel bersifat homogen.

b. Hasil Uji Analisa Data

Perbedaan Kelelahan Ditinjau dari Jenis Shift Kerja (Pagi dan Malam) Pengajuan hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho : tidak ada perbedaan Kelelahan antara Shift Pagi dan Malam pada Karyawan di Perusahaan Produksi.

Ha : ada perbedaan Kelelahan antara Shift Kerja Pagi dan Malam pada Karyawan di Perusahaan Produksi.

Tabel 9. Test of Homogenity of Variances

Kelelahan Levene

Statistic df1 df2 Sig.

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Independent-

Sample T Test, dan analisis hasil penelitian ini dilakukan dengan program statsitik SPSS for Windows versi 17.0.

Berdasarkan uji t pada tebel 10, didapat nilai signifikansi yaitu p = 0.093 ; dimana p > 0.05 yang berarti Ho diterima. Berdasarkan kriteria pengujian yaitu Ho diterima jika P value > 0.05 dan Ho ditolak jika P value < 0.05. Karena nilai p = 0.093, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok memiliki nilai rata-rata kelelahan yang sama.

Tabel 10. Hasil Uji t Penelitian

Independent Samples Test

OCB Equal variances

assumed

Equal variances not assumed Levene's Test for

Equality of Variances

F .071

Sig. .790

t-test for Equality of Means T -1.687 -1.687 Df 250 248.555 Sig. (2-tailed) .093 .093 Mean Difference -3.889 -3.889 Std. Error Difference 2.306 2.306

95% Confidence Interval Lower -8.430 -8.430

3.Kategorisasi Penelitian

Kategorisasi skor kelelahan subjek penelitian dapat dilihat melalui uji signifikansi perbedaan antar mean empirik dan mean hipotetik. Skala kelelahan terdiri dari 64 item dengan 4 alternatif jawaban dengan nilai yang bergerak dari rentang 1 sampai dengan 4, sehingga dihasilkan total skor minimum sebesar 64 dan skor maksimum sebesar 256. Sehingga luas jarak sebarannya adalah 256 - 64 = 192. Dari skala kelelahan diperoleh mean Hipotetik sebesar 160 dan standar deviasinya sebesar 32. Sedangkan mean Empirik yang diperoleh adalah 139.55 dan standar deviasi 18.289

Tabel 11. Rangkuman Nilai Empirik dan Hipotetik OCB

Berdasarkan hasil penelitian, didapat hasil perbandingan empirik dan hipotetik dari variabel kelelahan menunjukkan μH > μE yaitu 160 > 139.55. sehingga dapat disimpulkan bahwa kelelahan pada subjek penelitian lebih rendah daripada kelelahan pada populasi umumnya.

Selanjutnya subjek akan digolongkan kepada tiga kategori kelelahan yaitu kurang lelah, lelah dan sangat lelah. Norma kategorisasi yang digunakan adalah sebagai berikut :

Variable Empirik Hipotetik

OCB Min Max Mean SD Min Max Mean SD

Tabel 12. Norma Kelelahan

Rentang Nilai Kategori

X < (µ-1.0 SD) Kurang Lelah (µ-1.0 SD) ≤ X < (µ+1.0 SD) Lelah

X ≥ (µ+1.0 SD) Sangat Lelah

Sehingga dari table 12 tersebut diperoleh data pada tabel 13:

Tabel 13. Rangkuman Kategorisasi Data Kelelahan Rentang Nilai Kategori

X < 128 Kurang Lelah

128 ≤ X < 192 Lelah

X ≥ 192 Sangat Lelah

Dari hasil pengkategorian masing-masing kelompok subjek, diperoleh persantase data sebagai berikut :

Tabel 14. Penggolongan Subjek Penelitian

Jenis Shift Kategori Jumlah Subjek Persen

Pagi Kurang Lelah Lelah Sangat Lelah 32 91 3 25.40 % 72.22 % 2.38 % Total 126 100 %

Malam Kurang Lelah Lelah Sangat Lelah 22 103 1 17.46 % 81.75 % 0.79 % Total 126 100 %

B. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kelelahan pada karyawan yang bekerja di shift pagi dan malam. Kesimpulan ini diperoleh dari analisa independent sampel t test dengan nilai p = 0.093 dimana p > 0.05. Tidak adanya perbedaan kelelahan antara karyawan yang bekerja pada shift pagi dan malam bisa diakibatkan karena aspek fisiologis dan psikologis karyawan tidak mengalami gangguan. Seperti yang kita ketahui menurut Grandjean (1988), penyebab kelelahan dibedakan atas kelelahan fisiologis, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh faktor lingkungan (fisik) ditempat kerja, antara lain: kebisingan, suhu dan kelelahan psikologis yang disebabkan oleh faktor psikologis (konflik- konflik mental), monotoni pekerjaan, bekerja karena terpaksa, pekerjaan yang bertumpuk-tumpuk.

Ditinjau dari lingkungan fisik, hasil observasi lapangan menunjukkan bahwa kondisi bangunan pabrik tidak rawan terhadap terjadinya kecelakaan kerja. Langit-langit bangunan cukup tinggi, jarak antar mesin produksi (operator) tidak terlalu berdekatan, dan ini membuat karyawan masih mempunyai ruang gerak untuk melakukan gerakan-gerakan sederhana dalam mengatasi ketegangan otot yang sewaktu-waktu mungkin terjadi. Selain itu, pencahayaan efesien, dan hampir di sekeliling ruangan terdapat ventilasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Manuaba (1992) bahwa lingkungan kerja yang nyaman sangat dibutuhkan oleh pekerja untuk dapat bekerja secara optimal dan produktif. Sedangkan Siswanto (1991) mengatakan lingkungan kerja yang tidak menjamin kenyamanan kerja serta tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap kesehatan pekerja. Suma’mur (1993)

juga mengatakan bahwa salah satu hal yang bertalian dengan keselamatan kerja adalah landasan tempat kerja dan lingkungannya (seperti cuaca kerja, penerangan, dan kebisingan). Sedangkan kelelahan kerja memberikan kontribusi 50% terhadap terjadinya kecelakaan kerja (Setyawati, 2007).

Sedangkan dari faktor psikologisnya, Satalaksana (1979) mengatakan bahwa kerja yang monoton bisa menimbulkan kelelahan walaupun beban kerjanya tidak seberapa. Hal ini disebabkan karena sistem penghambat lebih kuat dari pada sistem penggerak. Namun hasil observasi meunjukkan bahwa pekerjaan karyawan memang bersifat monoton hanya saja pada setiap mesin produksi (operator) terdiri dari satu karyawan cadangan. Das dan Pulat (dalam Tarwaka dan Sudiajeng, 2004) menyatakan bahwa posisi duduk-berdiri merupakan posisi terbaik daripada posisi duduk saja atau berdiri saja, karena memungkinkan pekerja berganti posisi kerja untuk mengurangi kelelahan otot karena sikap paksa dalam satu posisi kerja. Namun dalam kasus ini perusahaan memang tidak mendisain bangku dalam posisi duduk-berdiri, hanya saja mereka menyediakan karyawan cadangan yang berfungsi sebagai pengganti jika sewaktu-waktu ada karyawan yang ingin beristirahat sebentar di sela-sela pekerjaan mereka. Selain itu, Jarak jangkau antara posisi kerja karyawan ke mesin sangat dekat, dan ini tidak terlalu membebani karyawan dalam melakukan gerakan mengemas mie instan.

Selain itu, beban kerja yang diemban oleh karyawan hanya satu beban tugas saja yaitu pengemasan mie instan, dan inilah yang menunjukkan bahwa tidak adanya pekerjaan yang bertumpuk-tumpuk pada karyawan. Penjelasan ini sesuai dengan pernyataan Ahmadi (2003) bahwa antara fisik dan psikis, serta

antara kelelahan fisik dan kelelahan psikis mempunyai hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi. Maka jelas terlihat bahwa karyawan yang bekerja hanya melakukan aktifitas mengemas mie instan, sehingga secara psikis mereka tidak memiliki kewajiban lebih dalam mengemban tanggung jawab atas tugasnya. Sedangkan secara fisik satu beban tugas yang karyawan emban tidak cenderung melelahkan mereka. Ini dipertegas oleh pendapat Tarwaka & Sudiajeng (2004), pengerahan tenaga otot statis sebesar 15-20% akan menyebabkan kelelahan dan nyeri jika pembebanan berlangsung sepanjang hari. Sedangkan pada penjelasan sebelumnya bahwa setiap mesin produksi (operator) disediakan satu cadangan karyawan. Hal ini bisa menjadi penyebab karyawan yang bekerja pada shift pagi dan malam tidak mengalami gangguan fisiologis dan psikologis sehingga para karyawan memiliki tingkat kelelahan yang sama.

Selain itu Setyawati (dalam Wignjosoebroto, 2003) menjelaskan bahwa faktor individu seperti umur juga dapat berpengaruh terhadap waktu reaksi dan perasaan lelah tenaga kerja. Pada umur yang lebih tua terjadi penurunan kekuatan otot, tetapi keadaan ini diimbangi dengan stabilitas emosi yang lebih baik dibanding tenaga kerja yang berumur muda yang dapat berakibat positif dalam melakukan pekerjaan. Manuaba (1998), umur seseorang berbanding langsung dengan kapasitas fisik sampai batas tertentu dan mencapai puncaknya pada umur 25 tahun. Sedangkan Oentoro (2004) menyatakan bahwa tenaga kerja yang berusia 40-50 tahun akan lebih cepat menderita kelelahan dibandingkan dengan tenaga kerja yang berusia yang relatif lebih muda. Gambaran umum subjek penelitian menunjukkan bahwa subjek paling banyak berusia 30-39 tahun. Maka

dapat disimpulkan faktor umur juga menjadi penyebab tidak adanya perbedaan kelelahan antara karyawan yang bekerja di shift pagi dan malam.

Muchinsky (1997), sistem shift merupakan suatu sistem pengaturan kerja yang memberi peluang untuk memanfaatkan keseluruhan waktu yang tersedia untuk mengoperasikan pekerjaan. Sistem ini dipandang akan mampu meningkat produktivitas suatu perusahaan yang mengggunakannya. Menurut Duchon (dalam Timpe, 1992) jadwal shift kerja dibagi menjadi dua yaitu 8 jam kerja (shift pagi, siang, dan malam) dan 12 jam kerja (shift pagi dan malam). Populasi pada penelitian ini menggunakan pembagian shift dengan dua jam kerja yaitu shift pagi dan malam. Akan tetapi dalam hal ini perusahaan hanya menggunakan 8 jam kerja pada setiap shift-nya. Grandjean (1988), tenaga kerja yang bekerja dengan kerja bergilir rotasi cepat, Pada akhir kerja khususnya kerja bergilir malam diberikan paling sedikit libur 1 hari untuk memulihkan tenaga yang terpakai.

Hasil wawancara dengan pihak Human Resourch Development (HRD) bahwa karyawan yang bekerja pada sistem shift mendapatkan jatah libur dua hari yaitu hari Sabtu dan Minggu. Selain itu, waktu istirahat pada setiap shift 1 jam kecuali hari Jumat yaitu 2 jam, dan pertukaran rotasi kerja pagi dan malam setiap satu minggu sekali. Selain itu, dari data jam kerja jelas terlihat bahwa pembagian jadwal shift pagi dan malam seharusnya terdiri dari 12 jam, namun perusahaan hanya menetapkan 8 jam saja. Hal ini menjadi pertimbangan peneliti sebagai salah satu faktor yang menyebabkan tidak adanya perbedaan kelelahan antara karyawan dengan shift pagi dan malam. Ini sesuai dengan pendapat Astrand & Rodahl (dalam Tarwaka & Sudiajeng, 2004) bahwa kerja dapat dipertahankan beberapa

jam per hari tanpa gejala kelelahan jika tenaga yang dikerahkan tidak melebihi maksimum tenaga otot.

Knauth (1993), terdapat lima kriteria dalam merancang shift kerja yaitu sedikitnya ada jarak sebelas jam antara waktu awal dua shift yang berturutan, seorang pekerja seharusnya tidak bekerja lebih dari tujuh hari berturutan, kerja dinyatakan normal apabila mempunyai lima hari kerja dan dua akhir pekan, perencanaan shift yang baik menggunakan lima hari kerja, mengutamakan akhir pekan paling sedikit terdiri dari dua hari istirahat yang berurutan, perputaran shift mengikuti perputaran matahari, membuat jadwal yang sederhana dan mudah diingat. Oleh karena itu, perancangan sistem shift di perusahaan ini sudak efektif dan efesien. Hal ini juga memperkuat hasil penelitian bahwa tidak adanya perbedaan kelelahan antara karyawan yang bekerja pada shift pagi dan malam.

Dokumen terkait