• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV KASUS DAN ANALISA KASUS

B. Analisa Kasus

Dalam perkara pidana Nomor: 65/PID.B/2005/PN-MDN, terdakwa Kristian Sibuea telah melakukan tindak pidana penipuan anak seperti yang diatur dalam Pasal 378 KUHP. Majelis Hakim yang memeriksa perkara ini telah berkeyakinan bahwa perbuatan terdakwa telah memenuhi unsur-unsur dalam Pasal 378 KUHP tersebut, yang antara lain :

Berdasarkan pasal 183 KUHAP yang berbunyi: “hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar- benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang sah melakukannya”.

Dari pasal 183 KUHAP tersebut terlihat bahwa hukum acara kita memiliki kecenderungan menganut teori pembuktian secara negatif. Seseorang baru dapat

M. Saleh Mukadam : Penerapan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Dalam Pembuktian Terhadap Tindak Pidana Yang Berkaitan Dengan Teknologi Komputer, 2007.

USU Repository © 2009

dinyatakan bersalah jika minimal dua alat bukti yang sah seorang hakim memperoleh keyakinan bahwa terdakwa telah melakukan suatu tindak pidana. Keyakinan yang dimiliki oleh hakim haruslah berdasarkan ketentuan yang ada di dalam KUHAP. Artinya seorang hakim dalam memutus perkara terbatas pada alat bukti yang tertera di dalam KUHAP. Sistem pembuktian ini yang nantinya akan mengarahkan proses pembuktian di dalam pengadilan, dengan begitu para praktisi hukum khususnya hakim akan dapat memutus suatu perkara secara objektif.

Kemudian kita lihat penjelasan dari pasal 183 KUHAP, dimana syarat pembuktian menurut cara dan alat bukti yang sah, lebih ditekankan pada perumusan yang tertera di dalam undang-undang. Untuk menentukan salah atau tidaknya seorang terdakwa dan untuk menjatuhkan pidana kepada salah seorang terdakwa, harus:

a. Kesalahannya terbukti dengan sekurang-kurangnya “dua alat bukti yang sah”.

b. Dan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah tersebut, hakim akan “memperoleh keyakinan” bahwa tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukan suatu tindak pidana.

Dalam kasus di atas, terlihat jelas bahwa hakim dalam memutus perkara telah mengacu pada pasal 183 KUHAP. Dalam kasus tersebut telah ditemukan lebih dari dua alat bukti yang sah, yang telah menimbulkan keyakinan hakim bahwa terdakwa memang telah bersalah secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana penipuan melalui jaringan internet, sehingga hakim menjatuhkan pidana terhadap terdakwa.

M. Saleh Mukadam : Penerapan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Dalam Pembuktian Terhadap Tindak Pidana Yang Berkaitan Dengan Teknologi Komputer, 2007.

USU Repository © 2009

Penerapan KUHAP dalam pembuktian suatu tindak pidana, dapat dilihat dari penerapan pasal 184 KUHAP yang mengatur tentang alat-alat bukt i. Alat-alat bukti dalam pasal 184 KUHAP ini adalah sebagai berikut:

1. Keterangan saksi 2. Keterangan ahli 3. Surat

4. Petunjuk

5. Keterangan terdakwa

Bagaimana penerapan alat-alat bukti ini dalam kasus di atas? Berikut uraiannya.

1. Perkara No. Reg. 65/PID.B/2004/PN-MDN

a. Keterangan Saksi

Dalam perkara ini, Jaksa Penuntut Umum telah menghadirkan beberapa saksi di pengadilan, antara lain: Syamsurizal, Tumpal Simatupang, Rina Zacklyne Sinaga, Samsul, dan Syamsul Adyan.

Keterangan para saksi ini memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya, yang pada intinya membenarkan Dakwaan Jaksa Penuntut Umum terhadap terdakwa.

b. Keterangan Ahli

Saksi ahli yang dihadirkan dalam perkara ini adalah Syamsul Adyan yang menerangkan tentang fungsi kartu kredit, cara penggunaan kartu kredit, keabsahan sebuah kartu kredit dan cara memperoleh kartu kredit, baik secara sah maupun secara tidak sah (illegal). Keterangan saksi ahli ini

M. Saleh Mukadam : Penerapan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Dalam Pembuktian Terhadap Tindak Pidana Yang Berkaitan Dengan Teknologi Komputer, 2007.

USU Repository © 2009

berkaitan dengan tindakan terdakwa yang memperoleh nomor kartu kredit orang lain dan mempergunakannya dapat mempergunakannya tanpa melalui izin si pemilik.

c. Surat

Alat bukti surat yang dihadirkan dalam persidangan antara lain: - Berita acara pemeriksaan saksi

- Berita acara pemeriksaan terdakwa

- Surat perintah penggeledahan No. Pol.: Sp-Dah/73/IX/2004 Dit Reskrim tanggal 25 September 2004

- Surat Perintah penyitaan No. Pol.: Sp-Sita/175/IX/2004 Dit Reskrim tanggal 25 September 2004Petunjuk

d. Petunjuk

Dari fakta-fakta yang terungkap di pengadilan, ditemukan adanya persesuaian antara keterangan saksi-saksi, keterangan terdakwa serta adanya barang bukti berupa: 1 (satu) buah baju kaos warna hitam merek Ellesse; 1 (satu) buah celana panjang merek Levi Strauss & Co 505 W L 36; 1 (satu) pasang sandal warna coklat merek Pakalolo; 1 (satu) unit handphone merk samsung type SGH 220; 1 (satu) buah kartu SIM Handphone nomor 081362017118; 3 (tiga) buah buku jurnal harian warnet buana; 1 (satu) unit komputer (terdiri dari CPU, keyboard, mouse dan monitor); yang bersesuaian satu sama lain.

M. Saleh Mukadam : Penerapan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Dalam Pembuktian Terhadap Tindak Pidana Yang Berkaitan Dengan Teknologi Komputer, 2007.

USU Repository © 2009

e. Keterangan Terdakwa

Dalam sidang di pengadilan, terdakwa telah memberikan keterangan yang pada intinya membenarkan dakwaan Jaksa Penuntut Umum.

Dalam perkara ini, unsur-unsur yang terdapat dalam pasal 184 KUHAP mengenai alat-alat bukti telah terpenuhi dalam persidangan, sehingga dengan demikian, hakim berkeyakinan bahwa telah terjadi tindak pidana penipuan melalui jaringan internet, dan terdakwalah pelakunya.

2. Perkara No. Reg. 1275/Pid.B/2005/PN.Mdn

a. Keterangan Saksi

Saksi-saksi yang dihadirkan Jaksa Penuntut Umum di persidangan adalah: Christian M. A Silalahi, Eliyas Yan Roshady als Ian als Marco als Christian S Al Habr, M. Ridwan Als Wawan, Devi Chandra als Suling, Famawati als Fatma, Johanes Monang, Aidil Rizki Nasution, dan Lina. Para saksi membenarkan keterangan yang telah diberikannya di depan penyidik, serta keterangan para saksi menguatkan dugaan bahwa terdakwa telah melakukan tindak pidana sebagaimana diuraikan oleh Jaksa Penuntut Umum dalam surat dakwaannya;

b. Keterangan ahli

Dalam persidangan kasus ini, tidak ada saksi ahli yang dihadirkan. c. Surat

Alat bukti surat yang dihadirkan dalam persidangan antara lain: - Berita acara pemeriksaan saksi

M. Saleh Mukadam : Penerapan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Dalam Pembuktian Terhadap Tindak Pidana Yang Berkaitan Dengan Teknologi Komputer, 2007.

USU Repository © 2009

- Berita acara pemeriksaan terdakwa

- Penetapan izin penyitaan dari Pengadilan Negeri Medan tanggal 05 April 2005 Nomor: 881/SIT/PID/2005/PN.Mdn

d. Petunjuk

Melalui keterangan para saksi, keterangan terdakwa, serta adanya barang- barang bukti di pengadilan, yakni 1 unit TV merk Sanyo, 1 unit Kulkas, 1 unit komputer, 1 unit mobil, uang tunai Rp. 8.000.000, 1 unit printer, 1 keyboard dikembalikan kepada saksi korban dan kartu ATM dirampas untuk dimusnahkan involce TNG komputer, jenis gambar mobil yang ditawarkan, slip penarikan ATM bank Permata, kwitansi pembayaran fax, maka terlihat adanya persesuaian satu dengan yang lainnya sehingga menguatkan dugaan bahwa terdakwalah pelaku tindak pidana tersebut. e. Keterangan Terdakwa

Dalam keterangannya, terdakwa dalam persidangan membenarkan dan menguatkan keterangan yang telah ia berikan kepada penyidik.

Dalam kasus yang kedua ini, ada salah satu alat bukti yang tidak ada, yakni keterangan ahli. Namun walaupun demikian, hakim tetap berkeyakinan bahwa telah terjadi tindak pidana dan terdakwalah pelakunya sehingga memberikan hukuman bagi terdakwa. KUHAP dalam hal ini juga dapat membenarkan tindakan hakim, sebab pasal 183 KUHAP memberi kewenangan bagi hakim untuk menjatuhkan hukuman dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti.

M. Saleh Mukadam : Penerapan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Dalam Pembuktian Terhadap Tindak Pidana Yang Berkaitan Dengan Teknologi Komputer, 2007.

USU Repository © 2009

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari pembahasan di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Sistem perundang-undangan di Indonesia belum mengatur secara khusus mengenai kejahatan komputer melalui media internet. Beberapa peraturan yang ada baik yang terdapat di dalam KUHP maupun di luar KUHP untuk sementara dapat diterapkan terhadap beberapa kejahatan, tetapi ada juga kejahatan yang tidak dapat diantisipasi oleh undang-undang yang saat ini berlaku.

2. Asas legalitas dalam hukum pidana Indonesia memberikan garis kebijakan agar mewujudkan perlindungan hukum terhadap tindakan sewenang- wenang penguasa/penyelenggara negara terhadap kepentingan hukum bagi masyarakyat dan hak asasi manusia. Maka sistem pembuktian berdasarkan KUHAP secara formil tidak lagi dapat menjangkau dan sebagai landasan hukum pembuktian terhadap perkara Cyber Crimes, sebab modus operandi kejahatan dibidang Cyber Crime tidak saja dilakukan dengan alat canggih tetapi kejahatan ini benar-benar sulit menentukan secara cepat dan sederhana siapa sebagai pelaku tindak pidananya.

3. Kelemahan perangkat hukum dalam penegakan hukum pidana khususnya perkara Cyber Crimes banyak memiliki keterbatasan. Hal demikian dapat dirasakan seperti apabila kejahatan yang terjadi aparat penegak hukumnya

M. Saleh Mukadam : Penerapan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Dalam Pembuktian Terhadap Tindak Pidana Yang Berkaitan Dengan Teknologi Komputer, 2007.

USU Repository © 2009

belum siap bahkan tidak mampu (gagap teknologi) untuk mengusut pelakunya dan alat-alat bukti yang dipergunakan dalam hubungannya dengan bentuk kejahatan ini sulit terdeksi.

Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai saran sehubungan penulisan skripsi ini adalah adalah sebagai berikut :

1. Undang-undang tentang cybercrime perlu dibuat secara khusus sebagai lex spesialis untuk memudahkan penegakan hukum terhadap kejahatan tersebut.

2. Kualifikasi perbuatan yang berkaitan dengan cybercrime harus dibuat secara jelas agar tercipta kepastian hukum bagi masyarakat khususnya pengguna jasa internet.

3. Perlu hukum acara khusus yang dapat mengatur seperti misalnya berkaitan dengan jenis-jenis alat bukti yang sah dalam kasus cybercrime, pemberian wewenang khusus kepada penyidik dalam melakukan beberapa tindakan yang diperlukan dalam rangka penyidikan kasus cybercrime, dan lain-lain. 4. Spesialisasi terhadap aparat penyidik maupun penuntut umum dapat dipertimbangkan sebagai salah satu cara untuk melaksanakan penegakan hukum terhadap cybercrime.

M. Saleh Mukadam : Penerapan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Dalam Pembuktian Terhadap Tindak Pidana Yang Berkaitan Dengan Teknologi Komputer, 2007.

USU Repository © 2009

DAFTAR PUSTAKA

Amin, S.M, Hukum Acara Pengadilan Negeri, Pradnya Paramita, Jakarta, 1981. Bulletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan, Perkembangan Cybercrime dan

Upaya Penanggulangannya di Indonesia oleh POLRI, Volume 4 No. 2, Agustus 2006.

Hamzah, Andi, Aspek-aspek Pidana di bidang Komputer, Sinar Grafika, Jakarta. 1987.

_____________, Aspek-aspek Pidana di Bidang Komputer, Sinar Grafika, Jakarta. 1989.

______________, Hukum Acara Pidana Indonesia, CV. Sapta Artha Jaya, Jakarta, 1996.

Harahap, M. Yahya, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan Kitab Undang- undang Hukum Pidana, Jilid II, Pustaka Kartini, Jakarta, 1993.

Institute Komputer Indonesia, Pengenalan Komputer (Introduction to Computer), Buku Bacaan. 1995,

Ismunarto, Agus, Kapita Selekta Hukum Acara Pidana di Indonesia, Bina Aksara, Jakarta, 1987.

Jogiyanto H. M, Pengenalan Komputer, Jogyakarta: Andi Offset, Cet. Pertama, 2002.

Karnasudirdja, Eddy Djunaedi, Yurisprudensi Kejahatan Komputer, CV. Tanjung Agung, Jakarta. 1993.

Lembaga Pendidikan Komputer Indonesia-Amerika, Mengenal Dunia Komputer, Buku Bacaan. 1995.

Makarim dan Rapin Mudiarjo, Kompilasi Hukum Telematika, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2003.

Makarso, M. Taufik dan Suharsil, Hukum Acara Pidana dalam Teori dan Praktek, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002.

Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Offset Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

M. Saleh Mukadam : Penerapan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Dalam Pembuktian Terhadap Tindak Pidana Yang Berkaitan Dengan Teknologi Komputer, 2007.

USU Repository © 2009

Prodjodikoro, Wirjono, Hukum Atjara Pidana di Indonesia, Sumur Bandung, Jakarta, 1974.

Reksodiputro, Marjono, Kemajuan Pembangunan Ekonomi dan Kejahatan, Buku Kesatu, Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum, Jakarta, 1994 Sabuan, Ansori, Syarifuddin Pettanasse, dan Ruben Achmad, Hukum Acara

Pidana, Angkasa, Bandung, 1990.

Stanford, Kadish, Encyclopedia of Crime and Justice, Free Press, New York, 1983, Vol. 4.

Suheini, Kejahatan Komputer, Andi Offset, Yogyakarta. 1991.

Widoyopramono, Kejahatan di Bidang Komputer, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. 1994.

Al. Winusubroto, Kebijakan Hukum Pidana Dalam Penanggulangan Penyahgunaan Komputer, Atmajaya, Jogyakarta.

www.kpu.go.id

Yudowidagdo, Hendrastanto, Anang Suryanata Kesuma, Sution Usman Adji, dan martiman Prodjohamidjodjo, Komentar atas KUHAP (Kitab Undang- undang Hukum Pidana), Pradnya Paramita, Jakarta.1990

M. Saleh Mukadam : Penerapan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Dalam Pembuktian Terhadap Tindak Pidana Yang Berkaitan Dengan Teknologi Komputer, 2007.

USU Repository © 2009

DAFTAR PUSTAKA

Amin, S.M, Hukum Acara Pengadilan Negeri, Pradnya Paramita, Jakarta, 1981. Bulletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan, Perkembangan Cybercrime dan

Upaya Penanggulangannya di Indonesia oleh POLRI, Volume 4 No. 2, Agustus 2006.

Hamzah, Andi, Aspek-aspek Pidana di bidang Komputer, Sinar Grafika, Jakarta. 1987.

_____________, Aspek-aspek Pidana di Bidang Komputer, Sinar Grafika, Jakarta. 1989.

______________, Hukum Acara Pidana Indonesia, CV. Sapta Artha Jaya, Jakarta, 1996.

Harahap, M. Yahya, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan Kitab Undang- undang Hukum Pidana, Jilid II, Pustaka Kartini, Jakarta, 1993.

Institute Komputer Indonesia, Pengenalan Komputer (Introduction to Computer), Buku Bacaan. 1995,

Ismunarto, Agus, Kapita Selekta Hukum Acara Pidana di Indonesia, Bina Aksara, Jakarta, 1987.

Jogiyanto H. M, Pengenalan Komputer, Jogyakarta: Andi Offset, Cet. Pertama, 2002.

Karnasudirdja, Eddy Djunaedi, Yurisprudensi Kejahatan Komputer, CV. Tanjung Agung, Jakarta. 1993.

Lembaga Pendidikan Komputer Indonesia-Amerika, Mengenal Dunia Komputer, Buku Bacaan. 1995.

Makarim dan Rapin Mudiarjo, Kompilasi Hukum Telematika, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2003.

Makarso, M. Taufik dan Suharsil, Hukum Acara Pidana dalam Teori dan Praktek, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002.

Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Offset Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

M. Saleh Mukadam : Penerapan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Dalam Pembuktian Terhadap Tindak Pidana Yang Berkaitan Dengan Teknologi Komputer, 2007.

USU Repository © 2009

Prodjodikoro, Wirjono, Hukum Atjara Pidana di Indonesia, Sumur Bandung, Jakarta, 1974.

Reksodiputro, Marjono, Kemajuan Pembangunan Ekonomi dan Kejahatan, Buku Kesatu, Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum, Jakarta, 1994 Sabuan, Ansori, Syarifuddin Pettanasse, dan Ruben Achmad, Hukum Acara

Pidana, Angkasa, Bandung, 1990.

Stanford, Kadish, Encyclopedia of Crime and Justice, Free Press, New York, 1983, Vol. 4.

Suheini, Kejahatan Komputer, Andi Offset, Yogyakarta. 1991.

Widoyopramono, Kejahatan di Bidang Komputer, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. 1994.

Al. Winusubroto, Kebijakan Hukum Pidana Dalam Penanggulangan Penyahgunaan Komputer, Atmajaya, Jogyakarta.

www.kpu.go.id

Yudowidagdo, Hendrastanto, Anang Suryanata Kesuma, Sution Usman Adji, dan martiman Prodjohamidjodjo, Komentar atas KUHAP (Kitab Undang- undang Hukum Pidana), Pradnya Paramita, Jakarta.1990

Dokumen terkait