• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGUNGKAP TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN

3.3 Analisa Kendala pembuatan Visum Et Repertum

Mengenai kendala yang timbul pada kasus yang penyusun angkat dalam skripsi ini, dapat dilihat mulai sejak kejadian tindak pidananya sampai dibuatnya Visum Et Repertum oleh Dokter Ahli forensik ataupun Dokter Kehakiman. Pada kasus pembunuhan yang dilakukan oleh Dimas

Nusantoro bin Moch. Yakin terhadap korban Rizal dan Fahmi Abdul Sukur pada tanggal 7 Agustus 2010, Surat Pemberitahuan dimulainya penyidikan dikeluarkan tanggal 11 Agustus 2010. Hal ini dikarenakan pihak kepolisian harus mengumpulkan bukti-bukti dan saksi-saksi atas tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh Dimas Nusantoro bin Moch.Yakin. Untuk permintaan Visum Et Repertum atas jenazah korban Rizal Abdul Sukur Latief, telah dibuat surat permintaan Visum Et Repertum pada tanggal 7 Agustus 2010 kepada Kepala Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo. Hal ini dikarenakan Rizal ditemukan meninggal ditempat pada kejadian Tindak Pidana tersebut, sehingga pihak Kepolisian Rungkut segera membuat Surat Permintaan Visum Et Repertum,bersama dengan pengiriman jenazah ke kamar jenazah di RSUD Dr.Soetomo Surabaya. Dan mayat korban juga tidak mengalami pembusukan karena begitu meninggal ditempat karena dibunuh oleh Dimas, langsung dibawa ke kamar jenazah untuk dilakukan autopsi (bedah mayat),sesuai dengan permintaan Visum Et Repertum dari pihak Penyidik Kepolisian Rungkut. Jadi dalam hal ini tidak ada kendala internal yang menghalangi pembuatan Visum Et Repertum atas jenazah korban Rizal.

Sedang pada jenazah korban Fahmi Abdul Sukur Latief surat permintaan Visum Et Repertum baru dibuat tanggal 10 Agustus 2010. Hal ini dikarenakan Korban Fahmi sempat mengalami perawatan di Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya dan kemudian meninggal pada tanggal 10 Agustus 2010 pukul 16.20 WIB. Jenazah Fahmi dari Rumah Sakit Islam

Surabaya dikirim ke RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Hal ini dikarenakan Dokter Kehakiman atau Dokter ahli forensik ada di RSUD Dr.Soetomo. Jadi untuk kendala secara internal dalam pembuatan Visum Et Repertum atas jenazah korban Fahmi tidak ada tetapi yang ada adalah kendala secara eksternal. Dimana untuk persebaran Dokter Kehakiman atau Dokter ahli forensik tidak merata karena tidak semua Rumah Sakit memilikinya. Sedang dari pihak keluarga korban yakni kedua orang tua korban Rizal dan Fahmi Abdul Sukur Latief tidak keberatan apabila dilakukan autopsi (bedah mayat) atas ke dua anak mereka yang telah menjadi korban atas tindak pidana yang dilakukan oleh Dimas Nusantoro bin Moch. Yakin. Begitu autopsi (bedah mayat) telah selesai dilakukan barulah kedua orangtua korban membawa jenazah anaknya pulang kampung untuk dikuburkan ditempat kelahiran mereka.

Untuk kendala eksternal lainnya yaitu Lokasi Rumah Sakit yang jauh dari lokasi kejadian dan Kepolisian Rungkut. RSUD Dr.Soetomo. Pada kasus pembunuhan ini masih bisa dijangkau dengan baik karena dalam waktu kurang dari sehari surat permintaan Visum Et Repertum dan pengiriman jenazah korban langsung bisa diterima oleh pihak Rumah Sakit. Sehingga Visum Et Repertum bisa segera dilakukan. Dan dalam hal ini tidak terdapat kendala dalam pembuatan Visum Et Repertum atas jenazah korban pembunuhan Rizal dan Fahmi Abdul Sukur Latief.

Berdasarkan uraian diatas maka bisa diambil kesimpulan bahwa kendala yang muncul atas pembuatan Visum Et Repertum pada jenazah

korban pembunuhan Rizal dan Fahmi Abdul Sukur Latief, adalah kendala secara eksternal yakni tidak terdapatnya Dokter Kehakiman atau Dokter ahli forensik disetiap Rumah Sakit yang ada di Surabaya. Dimana biasanya Dokter Kehakiman atau Dokter ahli forensik hanya terdapat pada Rumah Sakit pemerintah. Untuk Rumah Sakit Swasta jarang sekali terdapat Dokter Kehakiman atau Dokter Ahli Forensik. Sehingga pada kasus diatas jenazah korban Fahmi yang dirawat di Rumah Sakit Islam Surabaya yang kemudian meninggal lalu dirujuk pengirimannya jenazahnya ke RSUD Dr. Soetomo.

4.1 KESIMPULAN

1. Peranan Visum Et Repertum dalam Hukum Pidana diperlukan sebagai Alat bukti yang sah sesuai dengan ketentuan pasal 184 ayat (1) KUHP. Dimana Visum Et Repertum sangat dibutuhkan untuk pemenuhan unsur-unsur yang disangkakan dalam Berita Acara Penyidikan atau biasa disebut BAP yang dibuat oleh pihak Kepolisian. Visum Et Repertum ini digunakan untuk tindak pidana yang menimbulkan korban baik luka, keracunan ataupun mati seperti yang telah diatur dalam ketentuan Pasal 133 ayat (1) KUHAP. Pada contoh kasus yang penyusun angkat dalam skripsi ini Visum Et Repertum digunakan untuk memenuhi unsur-unsur pembuktian dalam tindak pidana pembunuhan seperti yang disangkakan dalam BAP Kepolisan Rungkut yakni ketentuan Pasal 338 dan 340 KUHP. Dimana pada Hasil Visum Et Repertum atas jenazah Korban Rizal dan Fahmi Abdul Sukur menunjukkan bahwa kedua korban meninggal akibat tindakan kekerasan yang dilakukan oleh pelaku yakni Dimas Nusantoro bin Moch. Yakin, sehingga kedua korban mengalami luka pendarahan yang menyebabkan kematian.

2. Visum Et Repertum atas jenazah korban pembunuhan berisi tentang identitas mayat, serta kesimpulan tentang sebab-sebab kematian dari korban pembunuhan dari Dokter Kehakiman atau dokter ahli forensik

setelah melakukan pemeriksaan atas jenazah korban melalui autopsi (bedah mayat).

3. Kendala dalam penggunaan Visum Et Repertum secara garis besar ada dua kendala yakni kendala secara internal dan kendala eksternal. Kendala Internal meliputi keterlambatan permintaan Visum Et Repertum dari pihak penyidik kepada Dokter Kehakiman atau Dokter Ahlu Forensik, mayat yang sudah membusuk sehingga mengakibatkan susahnya dilakukan pemeriksaan toksiologi atas mayat, serta kurangnya koordinasi antara Dokter Kehakiman dan dokter ahli forensik dengan pihak penyidik. Kendala eksternal meliputi lokasi Rumah Sakit yang jauh dari tempat kejadian, kurangnya Dokter Kehakiman atau Dokter ahli forensik serta pihak keluarga yang menghalang-halangi pembuatan Visum Et Repertum.

4.2 SARAN

1. Bagi Pihak Kepolisian hendaknya secara khusus mempunyai lingkup tersendiri dalam pembuatan Visum Et Repertum, sehingga apabila terjadi tindak pidana yang membutuhkan Visum segera ditangani secara khusus tanpa menunggu jawaban dari dokter forensik di Rumah Sakit Umum daerah.

2. Bagi Pihak Keluarga yang salah satu anggota keluarganya yang menjadi korban baik Tindak Pidana Pembunuhan, penganiayaan, perkosaan hendaknya lebih bisa kooperatif sehingga tindak pidana bisa segera

diproses untuk unsur-unsur pembuktiannya dengan dibuat Visum Et repertum.

3. Antara Pihak Penyidik dengan Dokter Kehakiman atau Dokter Ahli Forensik lebih bisa koordinatif sehingga pembuatan Visum Et Repertum bisa dilakukan tepat waktu dan lebih cepat.

Dokumen terkait